TUGAS 1
Tujuan Aktivitas Hasil yang Nilai karakter Metode dan alat Alokasi
No. pembelajaran korikuler diperoleh yang yang digunakan waktu
siswa ditanamkan
1. Siswa belajar Bermain Menyusun
bagaimana bersama Dapat puzzle, mencari
bekerja sama menyelesaikan Nilai sosial jejak dan yang 60
dengan baik masalah lain menit
Ada sebuah cerita tentang seorang guru dan siswanya yang sangat nakal. Guru
selalu menerapkan kedisiplinan yang sangat ketat dikelasnya, selain itu guru selalu
menuntut siswanya untuk selalu memperoleh nilai yang baik. Suatu ketika sang guru
mengajar pelajaran matematika di dalam kelasnya. Dengan suara yang lantang dan keras
guru menjelaskan rumus-rumus matematika dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Tidak ada satu pun siswa yang berani berbicara sedikit pun ketika sang guru menjelaskan
materi yang di ajarkannya. Seorang siswa di panggil untuk menyelesaikan tugas yang ada
di papan tulis. Dengan sangat lugas siswa menyelesaikan tugas mate-matika yang
diberikan oleh guru. Guru pun dengan sangat lembut memuji kepintaran siswa. Guru
kembali menunjuk siswa yang lain. Ditunjukkan siswa yang duduk yang paling belakang.
Anak itu kemudian maju ke papan tulis untuk mengerjakan soalnya. Anak itu diam saja
dan kelihatan bahwa dia sama sekali tidak bisa mengerjakan soal itu. “kenapa kamu diam
saja, ayo kerjakan soal yang ada di papan tulis? Tanya guru.
Anak itu hanya terdiam didepan papan tulis dengan penuh kebingunan. Melihat
anak itu tidak mampu mengerjakan soal, pukulan mistar dari guru prak…..prak…
Pukulan mistar guru meluncur di betis anak itu. Walaupun rasa yang sangat sakit anak itu
tetap menahan sakitnya pukulan mistar. Anak bodoh, kenapa kamu tidak bisa
mengerjakan soal mudah seperti itu. Kamu benar-benar anak bodoh. Anak itu melewati
hari-harinya dengan pukulan, perkatan bodoh dan tawa dari teman-temannya. Suatu
ketika anak itu tidak datang lagi kesekolah, sudah satu minggu anak itu tidak datang.
Akan tetapi sang guru tidak ada niat untuk mencari kabar mengenai anak itu. Datanglah
sebuah surat dari rumah anak itu untuk guru. Guru mulai membaca surat dari anak itu,
“untuk guruku terimah kasih kau telah mengajarkanku ilmu pengetahuan, tapi aku tetap
saja tidak bisa mengerjakan soal mate-matika yang selalu ibu berikan. Setiap hari aku di
pukul dan diktai bodoh oleh ibu. Ditambah lagi teman-temanku selalu mengejekku
dengan kata yang sama. Ibu yang aku butuhkan Cuma kasih sayang ibu karena orang
tuaku telah lama meninggalkanku. Tapi tidak apa-apa ibu, tidak ada lagi yang akan
mengejakku dan menghinaku. Terimah kasih guruku”
Dengan perasaan bersalah guru berlari menuju kerumah anak itu, tapi apa mau dikata,
nasi jadi bubr, anak itu telah meninggalkan semua kenangan yang dialami disekolah.
Kenangan pahit yang dia bawah menuju kematiannya.
Pelajaran yang perlu kita ambil adalah jangan pernah kita mengatai anak murid kita
dengan perkataan-perkataan yang tidak pantas untuk diucapkan. Karena itu akan
mempengaruhi psikologis anak. Ketika kita mengatai seorang anak dengan kata bodoh
maka dia akan tetap merasa dirinya orang bodoh. Selain itu jangan pernah melihat
kemanpuan seorang anak hanya dalam hal tertentu saja.
Bisa saja anak idak mampu menguasai pelajaran mate-matika tetapi pelajaran lainnya dia
bisa lebih baik dari anak lainnya.