Anda di halaman 1dari 36

WOC Benigna Prostat Hiperplasia

Idiopatik, penuaan

Perubahan kseimbangan estrogen & testosteron

Produksi testosteron metrogen menurun dan estrogen meningkat

Simulasi sel stroma yg dipengaruhi infeksi


BPH Berpoliferasi

Stimulasi sel stroma oleh pengaruh GH

Pre operasi Post operasi

Kurangnya informasi pasca bedah prostalektomi


Pembesaran prostat

Penyempitan uretra pars prostat Trauma bekas insisi


Kurangnya pengetahuan
Kurangnya perawatan

Urine terhambat Nyeri BAK


Bakteri mudah masuk perdarahan
Tekanan intravesika
Resiko tinggi kekurangan cairan
retensi VU Retensi urine Destensi VU
Resiko tinggi infeksi

Otot2 destrusor menebal Nyeri Akut

Terbentuknya sakula/trabekula gelisah Terjadi obstruksi

Kondisi tubuh tdk baik PK Anemia


Kemampuan fungsi VU
Retensi urine
Intoleran aktivitas
Cemas
Sensitivitas VU

Upaya berkemih
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS BPH

Disusun Oleh :

RISDIANTO
NIM. 071191040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020

FORMAT PENGKAJIAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Nama Mahasiswa : RISDIANTO


NIM : 071191040
Tempat Praktik :
Tanggal Praktik :

1. Pengkajian
Waktu Pengkajian : 22 Juni 2020
A. Identitas
a) Identitas klien
Nama : Tn. Y (L/P)
Umur : 61 tahun
Pendidikan terakhir :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan :-
TB/BB : 160cm/ 56kg
Golongan Darah :-
Diagnosa Medis : BPH
Alamat :-

b) Identitas Penanggung Jawab


Nama :-
Umur :-
Pendidikan terakhir :-
Agama :-
Suku :-
Hub.dengan klien :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
c) Tanggal masuk RS : 27 Juni 2020

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
(Keluhan yang paling dirasakan pada saat pengkajian)
Pasien mengeluhNyeri pada area operasi, pasien mengatakan:
P :Nyeri bertambah ketika bergerak
Q :nyeri seperti disayat
R :Nyeri area operasi
S :Nyeri skala 7
T :Intensitas nyeri 2 menit

2. Riwayat Kesehatan saat ini


Alasan masuk rumah sakit :
pasien mengeluh tidak bisa BAK dan nyeri, sehingga pada tanggal 27 Juni 2020 dibawa ke IGD
RSUD Dr Moewardi

Faktor pencetus : -
Timbulnya keluhan : (✓) Bertahap () mendadak
Faktor yang memperberat :-
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi ,masalah dan keberhasilannya :
Pasien dilakukan operasi tanggal 29 Juni 2020.
3. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit yang pernah dialami :-

Kecelakaan :-
Pernah dirawat :-
Pernah operasi :-
Alergi makanan :-
Alergi obat-obatan :-
Factor lingkungan :-
Lain-lain :-
Faktor-faktor resiko penyebab masalah kesehatan saat ini :-
Kebiasaan hidup tidak sehat :-
4. Riwayat kesehatan keluarga
Kebiasaan hidup tidak sehat :-
Penyakit menular :-
Penyakit Menurun : -
5. Genogram :-

Riwayat Lingkungan Tempat Tinggal


1. Tipe tempat tinggal
-
2. Jumlah kamar
-
3. Jumlah penghuni
-
4. Kondisi tempat tinggal
-
C. Pengkajian Sistem Tubuh
Keadaan umum :-
Tingkat kesadaran :-
Glascow Coma Scale :-
TTV
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 86x/ menit
Suhu : 36.20 C
Pernafasan : 24x/ menit

1. System Pernafasan
Data Subjektif :
a. Dispnea : -
b. Pemajaman terhadap polusi udara :-
c. Perokok : () Ya ( ) Tidak
Berapa lama :-
Habis berapa :-
d. Penggunaan alat bantu pernafasan : -
e. Pengetahuan batuk efektif : -
f. Hasil temuan lain :
Tidak ditemukan temuan lain.
Data Objektif :
a. Kedalaman pernafasan : -
Irama :-
Kesimetrisan :-
b. Penggunaan alat bantu pernafasan : () Ya () Tidak
c. Pernafasan cuping hidung : () Ya () Tidak
d. Patensi nares/ hidung : -
e. Batuk : -
Sputum :-
Karakteristik : -
f. Taktil fremitus : -
g. Perkusi paru : -
Letak :-
Bunyi nafas :-
h. Sianosis : -
i. Fungsi mental/gelisah : -
j. Hasil temuan lain : pernafasan :24x/menit

2. System Kardiovaskuler :
Data Subyektif :
a. Riwayat hipertensi/masalah jantung : pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit jantung
b. Riwayat edema (-) batuk berdarah (-)
c. Kesemutan : -
Baal/kebas :-
d. Palpitasi : -
e. Hasil temuan lain : -

Data Objektif :
1. Tekanan darah : 150/90 mmHg
2. Bunyi jantung, bunyi jantung 1 dan 2 : -
Murmur :-
3. Ekstremitas : suhu : 36.2 C warna : -
Pengisian kapiler/ capillary refille (CRT) :-
Varises :-, phlebitis : -
Abnormalitas kuku (Clubbing finger) :-
Membran mukosa : bibir : -
konjungtiva :-
Sclera :-
f. Hasil temuan lain : -

3. System persyarafan dan musculoskeletal


Data Subyektif :
a. Riwayat kecelakaan : -
Fraktur :- Kapan : -
Kondisi :- Pengobatan : -
Sembuh :-
b. Riwayat cedera kepala dan medulla spinalis : -
Kapan: - Kondisi : -
Pengobatan : - Sembuh : -
c. Riwayat penyakit cedera serebrovaskuler : -
Kapan : - Kondisi : -
Pengobatan :- Sembuh : -
d. Penurunan sensori :
Kesemutan/kebas/kelemahan :- Lokasi : -
e. Diplopia : -
Amnesia :-
f. Hasil Temuan lain : paseien mengatakan mata sebelah kiri semakin membesar dan
pandangannya semakin kabur.

Data Obyektif :
a. Paralisis : -
Facial drop :-
b. Letargi : -
Bahasa :-
c. Orientasi terhadap waktu/tempat/orang : -
d. Fungsi saraf cranial / nervus cranial (NC) :
e. Fungsi motorik
Inspeksi sikap, bentuk, dan ukuran tubuh, gerakan abnormal :-
Kemampuan berjalan :-
Kemampuan koordinasi :-
Tremor :-
Kemampuan pergerakan sendi :-
Kemampuan mobilitas :-
Deformitas :-
Sendi bengkak :-
Piting edema :-
f. Pemeriksaan reflek :
Reflek tendon bisep :- , trisep : -
Patella :- , Archiles : -
Reflek patologis : -
g. Hasil temuan lain : -

4. System Integumen
Data Subyektif :
a. Riwayat gangguan kulit : -
b. Keluhan klien : -
c. Gatal : -
Panas :-
d. Hasil temuan lain : -

Data Objektif
a. Adanya lesi/luka/eritema : Ya
b. Lokasi lesi/luka/eritema : -
c. Jumlah lesi/luka/eritema :luka operasi sepanjang 8 cm dalam kondisi bersih, tidak ada
perdarahan, tidak ada pus, terpasang drain darah yang keluar 10 cc.

5. System perkemihan :
Data subyektif :
a. Riwayat gangguan ginjal/saluran kemih :Ya
b. Riwayat penggunaan obat diuretic : -
c. Rasa nyeri dan terbakar saat kencing : -
d. Kesulitan BAK :-.
e. Pola BAK :
Frekunsi BAK :-
f. Hasil temuan lain : -

Data objektif :
a. Retensi urin : Ya
Inkontinensia urin :-
Distensi :-
b. Karakteristik urin :
Jumlah :2.000 cc/24 jam Bau :-
Warna : Kemerahan
Hasil temuan lain : -
6. System Gastrointestinal
Data Subjektif :
a. Makanan pantang : -
b. Kebiasaan makan : -
c. Jenis diit : -
d. Jumlah makanan perhari : -
e. Kehilangan selera makan (anoreksia) : Ya
f. Mual : ada/tidak, Muntah : -
g. Nyeri abdomen : -
Kuadran/regio :-
h. Gangguan mengunyah : -
Menelan :-
i. Pola BAB :- Warna : -
Konsistensi :-
Kesulitan :-
j. Hasil temuan lain :Pasien mengeluhkan tidak nafsu makan sejak dua hari sebelum
masuk rumah sakit.pasien belum BAB sejak operasi.

Data Objektif :
a. BB sekarang : 56 Kg, TB : 160 cm, IMT : 21,87 Bentuk tubuh : -
b. Halitosis (bau mulut) : -
c. Kondisi mulut : gigi : - , lidah :- , faring : -
Tonsil :-
d. Pembesaran abdomen : -
e. Inspeksi : - , Auskultasi : -
Perkusi :- Palpasi: -
Nyeri tekan : - Kuadran/region : -
Lingkar abdomen :- , Pembesaran Hati/Limpa : ya/tidak
f. Hernia/ massa : -
g. Pola BAB :
Frekuensi :- Warna : -
Konsistensi : - Bau : -
h. Anus :
Kebersihan : - Hemoroid : -
Lesi :- Massa : -
i. Hasil temuan lain :-
7. System Penginderaan
Data Subjektif :
a. Riwayat infeksi mata/telinga :-
b. Riwayat trauma mata/telinga :-
c. Riwayat katarak :-
d. Riwayat glaucoma :-
e. Riwayat penyakit mata lain : pasien mengatakan 2 minggu sebelum masuk RS
mata berair gatal dan kemerahan
f. Gangguan penglihatan : pasien mengatakan mata sebelah kiri membesar dan
pandangannya semakin kabur
g. Kemampuan pendengaran :-
h. Nyeri hidung/telinga :-
i. Telinga berdengung/tinnitus :-
j. Sensasi pengecapan :-
k. Hasil temuan lain :-

Data Objektif :
Pemeriksaan mata :
a. Pemeriksaan visus/ketajaman penglihatan : -
b. Lapang pandang : -
c. Gerakan ekstraokuler/gerakan mata : -
d. Pemeriksaan fisik mata :- edema : -
Hematom :- Lesi/luka : -
Massa :-
e. Kelenjar lakrimal : -
f. Sklera :- Kornea : - Iris : -
g. Pupil :- ,
h. Kesimetrisan : -

Pemeriksaan Hidung :
a. Inspeksi hidung : kesimetrisan :- , bentuk : -
Luka/lesi :- , Massa : -
Pembesaran polip :- , kebersihan : -
Keluar cairan : -
perdarahan/epistaksis: -
b. Palpasi : perubahan anatomis : -
Nyeri: -
c. Sinus frontalis :- , sinus maksilaris :-
d. Patensi aliran udara dalam nares : -
e. Hasil temuan lain :-

Pemeriksaan Telinga :
a. Inspeksi telinga luar :-
b. Inspeksi telinga dalam : kebersihan :- , Lesi : -
Massa :- , Serumen : -
c. Palpasi daun telinga : Nyeri :- , Massa : -
d. Pemeriksaan Rinne:- ,Weber : -
Swabach :-
e. Hasil temuan lain : -
8. System Endoktrin
Data Subjektif :
a. Riwayat gangguan pertumbuhan dan perkembangan : --
b. Riwayat DM (ditanyakan keluham trias DM) : -
Polidipsi (Ya/Tidak), Poliuri (Ya/Tidak), Polifagia (Ya/Tidak)
c. Inspeksi kesimetrisan leher : -
d. Hiperpigmentasi / Hipopigmentasi kulit : -
e. Penumpukan massa otot dileher bagian belakang (bufflow neck) : -
f. Perubahan tanda sex sekunder :-
g. Pertumbuhan rambut berlebih pada dada dan wajah : -
h. Pembesaran payudara pada laki-laki : -
i. Bentuk abdomen cembung akibat penumpukan lemak : -
j. Tremor : -
k. Pembesaran kelenjar tiroid : -
l. Hasil temuan lain : Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit DM , pasien
jarang kontrol glukosa darah

9. System Cairan dan Elektrolit :


Data Subjektif :
a. Perasaan haus yang berlebih :-.
b. Factor resiko kekurangan cairan dan elektrolit : -
c. Kedutan otot :
d. Kejang/riwayat kejang :
e. Hasil temuan lain :-
Data Objektif :
a. Intake cairan : -
b. Output cairan : -
c. Balance cairan : -
d. Muntah : Ya
e. Diare : -
f. Turgor kulit : -
g. Tekstur kulit :-
h. Kelembaban kulit : -
i. Kelembaban membrane mukosa : -
j. Tekstur lidah : -
k. Tekanan vena jugularis : -
l. Edema : umum : -
m. Lingkar abdomen : -
n. Perfusi perifer : -
o. Hasil temuan lain : -
10. System Imunitas
Data Subjektif :
a. Riwayat alergi/ sensitivitas : -
b. Reaksinya : -
c. Perubahan imunitas sebelumnya : -
d. Riwayat penyakit hubungan seksual :-.
e. Perilaku resiko tinggi : -
f. Transfusi darah/jumlah :-
g. Riwayat infeksi kronis : -
h. Riwayat pembedahan : -
i. Riwayat imunisasi dewasa : -

j. Riwayat penggunaan obat-obat steroid : -


k. Keluhan nyeri tekan pada kelenjar limfe : -
l. Pembesaran kelenjar limfe : -
m. Hasil temuan lain : -

Data Objektif :
a. Inspeksi kulit dan mukosa : lesi : -
b. Purpura/perdarahan subkutan : -
Dermatitis :-
Inflamasi :-
Pengeluaran secret :-
Ulticaria :- Dimana :-
Banyaknya :-
c. Kemerahan dikulit : -
d. Palpasi kelenjar limfe servikal , aksilaris dan inguinalis :-
Ukuran :- Konsistensi : -
e. Hasil temuan lain : -

11. Sistem Reproduksi


Data Subjektif
a. Aktif melakukan hubungan seksual :-
b. Penggunaan kondom saat berhubungan :-
c. Masalah/kesulitan dalam hubungan seksual :-
Data Objektif : ( pasien perempuan)
a. Wanita :
1. Usia menarche : - , lama siklus haid : -
Menstruasi terakhir :-
Gangguan menstruasi : - , menopause : -
2. Rabbas vagina :- , warna : -
Bau :- , banyaknya : -
Waktu keluar :-
3. Penggunaan alat kontrasepsi :Tidak, jenisnya : -
Berapa lama :-
4. Pemeriksaan payudara : -
5. Pemeriksaan PAP Smear : -
6. Hasil temuan lain : -

b. Pria :
1. Rabbas penis : - , Warna : -
2. Gangguan prostat : -
3. Sirkumsisi : -
4. Vesektomi : -
5. Hasil temuan lain : -

12. System Hematologi


a. Riwayat transfuse darah : -
13. Ketidaknyamanan
Data Subjektif :
a. Perasaan nyeri: ya
b. Faktor-faktor pencetus : -
c. Factor pemberat : -
d. Cara menghilangkan : -
Keberhasilan :-
Hasil temuan lain :
P :Nyeri bertambah ketika bergerak
Q :nyeri seperti disayat
R :Nyeri area operasi
S :Nyeri skala 7
T :Intensitas nyeri 2 menit

Data Objektif :
a. Mengerutkan muka : -
b. Respon emosional :-
penyempitan focus : -
c. Hasil temuan lain : -

14. Integritas ego (status psikososial)


Data subyektif :
a. Faktor- factor stress : pasien dan keluarga sering bertanya bagaimana cara perawatan
luka dirumah.
b. Cara mengatasi stress : -
c. Masalah-masalah financial : -
d. Status hubungan :-.
e. Factor-faktor budaya :-.
f. Gaya hidup :-.
g. Perasaan ketidakberdayaan : -
h. Peran dalam keluarga : -
i. Hubungan dengan anggota keluarga yang lain : -
j. Orang pendukung : -
k. Komunikasi dengan orang lain : -
l. Hasil temuan lain : -

Data Obyektif
a. Status emosional (pilih yang sesuai) : cemas
b. Respon-respon fisiologis yang terobservasi : -
c. Bicara : -
Afasia / disartria :-
Penggunaan alat bantu bicara :-
d. Kemampuan komunikasi non verbal : -
e. Hasil temuan lain : -

1. Aktivity Daily Living


Data Subjektif :
a. Aktivitas sehari-hari
Mandiri / tergantung, Mobilitas dibantu oleh keluarga.
Makan :Ya Kebersihan diri : Ya
Berpakaian :Ya Toileting : Ya
Bantuan diberikan oleh :Ya
b. Hasil temuan lain :saat ini pasien sudah bisa miring kanan kiri secara mandiri.
Data objektif :
a. Penampilan umum : -
b. Cara berpakaian : -
c. Bau badan : -
d. Kebersihan badan : - kuku :belum potong kuku
Kulit kepala : - kutu : -
Hasil temuan lain: -

D. Data Penunjang

Pemeriksaan Hasil Keterangan a. Pemeriksaan


Lukosit 11.20 ribu/mm3 naik Laboratorium
Hitung Jenis 59.5% normal
Netrofil 13.0% turun
Limfosit 13.4% naik
Monosit 3.7% normal
Eosinofil 0.4% normal
Basofil 0.4% normal
Eritrosit 4.06 juta/ul turun
Hemoglobin 12.1 g/dl turun
Hematokrit 36% turun
MCV 29.4Fl normal
MCH 29.9 pg normal
RDW-CV 12.5% normal
TROMBOSIT 225 ribu/mm3 normal
KIMIA KLINIK
Na 138 mmol/L normal
K 2.50 mmol/L turun
CI 956 mmol/L TURUN
Hemostasis
Fibrinogen Control 465 mg/dl (naik)
Masa perdarahan Masa pembekuan PT-INR 226.0 (normal)
Masa protrombin INR 2 menit (normal)
Masa pembekuan PT-INR 7 menit (normal)
Masa protrombin 13.4 detik (normal)
INR 1.08 (normal)

Analisa Gas Darah


pH 7.30
PCO2 43.6 mmHg
PO2 80 mmol/L
HCO3 29 mmol/L
BE 0.4 mmol/L
Saturasi O2 94%
b. Laporan Operasi
Tanggaloperasi : 29 Juni 2020 pukul 07.30 – 08.30 WIB
Diagnosa : Hipertrofiprostat
Jenistindakan :TURP
Teknik anestesi : spinal anestesi
Penyakitpenyerta : Geriatriasma
Hasil : Dilakukan TURP secara sistematis keluar jaringan prostat ±20gr

c. Terapi
Nama obat Dosis Rute Indikasi
Laxadin 3 x 2 sdt Oral Laksatif
Ceftriaxone 2x2 gr IV Antibiotic
Kalnex 3x1 IV Anti perdarahan
Vit K 3x1 IV Pembekuan
Vit C 1 x 400 mg IV Anti oksidan
OMZ 1x 40 mg IV Tukak lambung
Methilprednisolon 1 x 62.5 IV Antiinflamasi
Combivent 4 x per hari Inhalasi Bronkodilator
Pulmicort 2 x per hari Inhalasi Bronkodilator
Aminophilin 240 mg/ 8 jam IV Bronkodilator
d. ANALISA DATA
No Hari Data Kemungkinan Masalah
. Tanggal Penyebab Keperawatan
1. Selasa, 30 Juni Ds : Kerusakan jaringan Nyeri Akut
2020 - pasien mengatakan akibat tindakan operasi
nyeri
P : Nyeri bertambah Merangsang
ketika bergerak hipotalamus
Q : nyeri seperti mengeluarkan zat
disayat vasoaktif
R : Nyeri area
operasi Merangsang ujung
S : Nyeri skala 7 saraf bebas
T : Intensitas nyeri 2
menit Sensasi nyeri
Do :
TD :150/90 mmHg Nyeri Akut
N : 86x/ menit
P : 24x/ menit
S : S: 36.20 C

DATA YANG
PERLU DIKAJI :
- ekspresi nyeri wajah
- gangguan tidur
- Agitasi
- Mengeluarkan
keringat
2. Selasa, 30 Juni Ds :- Kerusakan jaringan Resiko
2020 DO : penuretral Perdarahan
- pasien BAK
menggunakan kateter Kerusakan integritas
urin warna jaringan
kemerahan
banyaknya 2000 cc / Resiko Perdarahan
24 jam
- pasen terpasang
drain darah yang
keluar 10 cc.

DATA YANG
PERLU DIKAJI :
- penurunan tekanan
darah
- kulit dan mukosa
pucat
3. Selasa, 30 Juni Ds : - Insisi protakesomi Resiko Infeksi
2020 DO : tampak luka
operasi sepanjang 8 cm Terputusnya
dalam kondisi bersih, kontiunitas jaringan
tidak ada perdarahan,
tidak ada pus, Penurunan pertahanan
terpasang drain. tubuh

DATA YANG Resiko Infeksi


PERLU DIKAJI :
- Kalor (panas)
- Tumor (bengkak)
- Rubor (kemerahan)
- Fungsio Laesa

4. Selasa,30Juni DS :. Terputusnya Hambatan


2020 - pasien mengatakan kontinuitas jaringan Mobilitas Fisik
aktivitas sehari-hari
dibantu oleh Sensasi nyeri
keluarga
- pasien mengatakan Hambatan Mobilitas
sudah bisa miring Fisik
kanan kiri secara
mandiri.
DO : -
DATA YANG
PERLU DIKAJI :
- Berkeringat dingin
- Perubahan pola
buang air besar dan
kecil
- Perubahan pola
makan

4. Kamis,30Juni2020 DS :. Kurang informasi Ansietas


- pasien dan
keluarganya sering Mengekspresikan
bertanya bagaimana kekhawatiran akibat
cara perawatan luka penyakit
setelah dirumah
DO : - Ansietas

DATA YANG
PERLU DIKAJI :
- Gangguan tidur
- Berkeringat dingin
- Perubahan pola
buang air besar dan
kecil
- Perubahan pola
makan

e. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien sesuai dengan prioritas :

1. Nyeri Akut b.d Agen Cidera Biologi (00132. Kelas 1 : Kenyamanan Fisik. Domain 12
: Kenyamanan. Nanda)
2. Risiko Perdarahan b.d Tindakan invasif (00206. Kelas 2 : Cedera fisik. Domain 11 :
Keamanan/ Perlindungan. Nanda)
3. Risiko Infeksi b.d kerusakan integritas kulit (00004. Kelas 1 : infeksi. Domain 11 :
Keamanan/ Perlindungan. Nanda)
4. Hambatan mobilitas Fisik b.d nyeri (00085. Kelas 2 : aktivitas/ olahraga. Domain 4 :
Aktivitas/ istirahat. Nanda) 
5. Ansietas b.d perasaan khawatir terhadap penyakit (00146. Kelas 2 : Respons Koping.
Domain 9 : Koping / Toleransi Stres. Nanda)
III. Rencana Keperawatan

No Hari Tujuan Rencana Tindakan Rasional TTD


DP Tanggal
1 Selasa, Setelah dilakukan  Manajemen Nyeri RISDI
30 Juni tindakan - Pengkajian nyeri - Untuk ANT
2020 keperawatan selama komprehensif mengetahui nyeri O
3 X 24 jam maka yang dirasakan
Tingkat nyeri pasien
Menurun dengan - Mengajarkan - Untuk membantu
kriteria hasil : relaksasi menurunkan
- Nyeri menurun nyeri secara non
farmakologis
- Kolaborasi - untuk membantu
pemberian obat penurunan nyeri
analgesik secara
farmakologis
2 Selasa, Setelah dilakukan  Pencegahan RISDI
30 Juni tindakan Perdarahan ANT
2020 keperawatan selama - Monitor perdarahan - Untuk O
3 X 24 jam maka mengetahui
Keparahan seberapa banyak
kelilangan pasien kehilangan
darahMenurun darah
dengan kriteria - Catat hemoglobin - untuk
hasil : dan hematokrit menghindari
- tidak ada terjadinya syok
kehilangan hipovolemik
darah yang
terlihat - Monitor tekanan - Untuk
- tidak ada darah mengetahui
hematuria apakah ada
penurunan
ekanan darah
- Kolaborasi tranfusi - untuk
darah jika memberikan
diperlukan produk penambah
darah
3. Selasa, Setelah dilakukan  kontrol Infeksi RISDI
30 Juni tindakan - Ajarkan mencuci - Untuk menghindari ANT
2020 keperawatan selama tangan yang benar kejadian infeksi O
3 X 24 jam maka
Resiko Infeksi - Anjurkan - Untuk
menurun dengan pembatasan menghindari
kriteria hasil : pengunjung penularan infeksi
- kemerahan tidak
ada - Lakukan - Untuk menghindari
- tidak ada bau perawatan luka adanya infeksi
busuk
4 Selasa, Setelah dilakukan  Bantuan Perawatan RISDI
30 Juni tindakan Diri ANT
2020 keperawatan selama - Monitor kebutuhan - Untuk mengetahui O
3 X 24 jam maka pasien terkait kemampuan
toleransi terhadap mandi, berpakaian, perawatan diri
aktivitas meningkat eliminasi, makan
dengan kriteria
hasil : - Berikan bantuan - Untuk membantu
- Frekuensi nadi sampai pasien pasien memenuhi
ketika mampu melakukan kebutuhan
beraktivitas secara mandiri perawatan diri
dalam batas
normal
- Kemudahan
dalam
melakukan
aktivitas harian
meningkat
5 Senin, 22 Setelah dilakukan  Pengurangan RISDI
Juni tindakan Kecemasan ANT
2020 keperawatan selama - Berikan informasi - Pasien dan O
3 X 24 jam maka faktual terkait keluarga berhak
AnsietasMenurun perawatan luka di mengetahui
dengan kriteria rumah perawatan dirumah
hasil : supaya dapat
- Perasaan gelisah merawat diurmah
- Tidak ada rasa - Berikan objek - Tidak menakuti
takut yang di yang meninjukkan pasien
sampaikan rasa aman
secara lisan
- Ajarkan teknik - Untuk mengurangi
relaksasi rasa cemas pasien

Relaksasi Progresif terhadap Intensitas Nyeri

Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)


Aprina1, Noven Ilham Yowanda2, Sunarsih3
1,2,3
Jurusan Keperawatan Poltekkes
Tanjungkarang Email:
aprinamurhan@yahoo.co.id

Abstract: Progressive Relaxation of Pain Intensity Post Operation BPH (Benigna Prostate
Hyperplasia). Pain is one of the most common complaints in patients after experiencing a
surgery. Surgery is a biphasic event against the human body that implies pain management. In
post-surgery patients feel severe pain and 75% of patients have unpleasant experiences due to
inadequate pain management.Based on the results of activity reports in Dr. Hi. Abdul Moeloek
Public Hospital in Lampung Province in July-December 2016 obtained data operation BPH as
many as 51 inhabitants. The objective of this research was to find out the effect of progressive
relaxation to an intensity of pain for BPH (Benigna Prostate Hyperplasia) post-surgery patient.
This was a quasi- experiment research by using one group pretest and posttest design. 20
respondent samples were taken by using accidental sampling. Data were collected by using
observation sheet and analyzed by using univariate and bivariate analyses with Wilcoxon sign
test. The results showed that the mean value of pain before the progressive relaxation therapy
equal to 5.20 with standard deviation 0.834. While the mean value of pain scale after it was 3.60
with standard deviation 0.681. Analysis with Wilcoxon sign test derived p-value 0.000 (ρ-value
0.000 < α 0.05), and the conclusion there was a significant effect the mean value of pain in the
post-surgery patient’s BPH (Benigna Prostate Hyperplasia) after progressive relaxation therapy.
The researcher expects that the progressive relaxation therapy can be used by more operational
methods.

Keywords: BPH, Pain, Progressive relaxation

Abstrak: Relaksasi Progresif terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia). Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami
suatu tindakan pembedahan. Pembedahan merupakan suatu peristiwa yang bersifat bifasik
terhadap tubuh manusia yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Pada pasca pembedahan
pasien merasakan nyeri hebat dan 75% penderita mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat. Berdasarkan pre survey total
populasi post operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung dari bulan Juli-Desember 2016 adalah sebanyak 51 pasien. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh terapi relaksasi progresif terhadap intensitas nyeri post op BPH (Benigna
Prostat Hyperplasia). Rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian One
Group Pre- Post Test dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental
Sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 20 responden.
Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, analisa data menggunakan analisa univariat
dan bivariat dengan uji Wilcoxon. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti diketahui skala
intensitas nyeri sebelum terapi relaksasi progresif didapatkan hasil mean 5.20 Dengan standar
deviasi 0.834. Sedangkan skala intensitas nyeri sesudah terapi relaksasi progresif didapatkan hasil
mean 3.60 dengan standar devisiasi 0.681 hasil uji statistik didapatkan nilai nilai ρ-value 0.000 (ρ-
value 0.000 < α 0.05), maka dapat disimpulkan ada pengaruh rata-rata intensitas nyeri yang
bermakna pada pasien post op BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) yang sudah dilakukan tindakan
teknik relaksasi progresif. Peneliti berharap agar kedepannya banyak dilakukan penelitian terapi
relaksasi progresif dengan metode operasional yang lebih bervariasi.
Kata kunci: BPH, Nyeri, Relaksasi Progresif

BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) makin bertambah sesuai dengan penambahan


merupakan suatu penyakit dimana terjadi usia, sehingga pada usia di atas 80 tahun kira-kira
pembesaran dari kelenjar prostat akibat 80% dari laki-laki yang menderita kelaininan ini.
hyperplasia jinak dari sel-sel yang biasa terjadi Menurut beberapa referensi di Indonesia, sekitar
pada laki-laki berusia lanjut. kelainan ini 90% laki-laki yang berusia 40 tahun ke atas
ditentukan pada usia 40 tahun dan frekuensinya mengalami gangguan berupa pembesaran

289
290 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

kelenjar prostat (Bufa,2006 dalam Samidah & kanker paru dan kanker kolorektum, sedangkan
Romadhon, 2015). angka kematian menempati urutan ke-4. Untuk
kanker pada kedua jenis kelamin, kanker prostat
Pada beberapa pasien dengan usia diatas berada pada urutan ke-5, data menurut Globocan
40 tahun kelenjar prostatnya mengalami tahun 2008 menunjukkan kanker prostat di
pembesaran, karena terjadi perubahan Indonesia menempati urutan ke-5 (Solang dkk,
keseimbangan testoteron dan estrogen, 2016).
komplikasi yang disebabkan dari pembesaran Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun
prostat dapat menyebabkan penyakit gagal ginjal, 2013 adalah sebesar 0,2 % atau diperkirakan
refluks vesikuoreter batu hematuria, dan disfungsi sebanyak 25.012 penderita. Provinsi
seksual.
Menurut WHO pada tahun 2012,
diperkirakan bilangan penderita BPH (Benigna
Prostat Hyperplasia) adalah sebanyak 30 juta,
bilangan ini hanya pada kaum pria kerana wanita
tidak mempunyai kalenjar prostat, maka oleh
sebab itu, BPHterjadi hanya pada kaum pria
(Samidah & Romadhon, 2015).
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
menjadi masalah global pada pria usia lanjut. Di
dunia, hampir 30 juta pria menderita
BPH(Benigna Prostat Hyperplasia). Pada usia 40
tahun sekitar 40%, usia 60-70 tahun meningkat
menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun
mencapai 90%. Diperkirakan sebanyak 60% pria
usia lebih dari 80 tahun memberikan gejala
Lower Urinary Tract sympstons (LUTS). Di
Amerika Serikat, hampir 14 juta pria menderita
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Prevalensi
dan kejadian BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
di Amerika Serikat terus meningkat pada tahun
1994-2000 dan tahun 1998-2007. Peningkatan
jumlah insiden ini akan terus berlangsung
sampai beberapa dekade mendatang
(Sampekalo dkk, 2015).

Data di USA menunjukkan bahwa lebih dari


90% kanker prostat ditemukan pada stadium dini,
sedangkan di Indonesia banyak ditemukan pada
stadium lanjut karena terjadi keterlambatan
diagnosis. Gejala pada kanker prostat berupa
keluhan kemih atau retensi, sakit punggung dan
hematuria, namun gejala tersebut juga terdapat
pada penyakit BPH (Benigna Prostate
Hyperplasia) sehingga pemeriksaan fisik saja tidak
dapat diandalkan (Solang dkk, 2016).
Di Indonesia, berdasarkan data Globocan
tahun 2012 menunjukan insidens kanker prostat
menempati urutan ke-3 kanker pada pria setelah
291 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

yang memiliki prevalensi kanker prostat tidak adekuat (Sutanto, 2004 dalam Pinandita
tertinggi adalah Yogyakarta, Bali, Sulawesi dkk, 2012).
Utara, dan Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,5%. Nyeri menurut asosiasi internasional untuk
Estimasi jumlah absolut penderita kanker penelitian nyeri (International Association for The
prostat di Sulawesi Utara adalah 601 penderita study of pain, IASP, 1979) mendefnisikan nyeri
(Solang dkk, 2016). sebagai suatu subjektif pengalaman emosional
Sejauh ini, faktor risiko yang diketahui yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
terkait dengan terjadinya kanker prostat adalah kerusakan jaringan yang aktual, potensial, atau
umur, ras dan riwayat kanker prostat dalam yang dirasakan dalam kejadian- kejadian saat
keluarga. Umumnya kanker prostat mengenai terjadi kerusakan (Sulistyo, 2013).
pria dewasa tua dengan puncak pada umur 65- Menurut (Potter & NRS dengan
75 tahun. Hasil otopsi dari berbagai negara Perry, 2006) teknik menggunakan skala
menunjukkan sekitar 15- 30% laki-laki berusia relaksasi merupakan nyeri 0-10 dan
50 tahun menderita kanker prostat secara kebebasan mental dan lembar observasi.
samar dengan usia 80 tahun sebanyak 60-70% fisik dari ketegangan dan Intrumen yang
laki-laki memiliki gambaran patologi anatomi stress. Teknik relaksasi digunakan dalam
keganasan prostat (Solang dkk, 2016). memberikan individu terapi latihan
Data pre survey di RSUD Dr. H. Abdul kontrol diri ketika terjadi relaksasi progresif
Moeloek pasien dengan post op BPH (Benigna rasa tidak nyaman atau adalah menggunakan
Prostat Hyperplasia) adalah sebanyak 51 pasien nyeri, stress fisik dan SOP relaksasi
yaitu dari Juli-Desember 2016. emosi pada nyeri.Teknik progresif dengan cara
relaksasi dapat megukur skala nyeri
Pembedahan merupakan suatu tindakan digunakan. saat individu sebelum dan sesudah
pengobatan yang menggunakan cara invasif dalam keadaan sehat diberikan relaksasi
dengan membuka dan menampilkan bagian atau sakit. Teknik progresif. Analisa
tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian relaksasi dan imajinasi data menggunakan
tubuh ini umumnya dilakukan dengan salah satu teknik yang analisa univariat dan
membuat sayatan. Setelah bagian yang akan digunakan dalam bivariat dengan uji
ditangani ditampilkan, selanjutnya dilakukan menurunkan nyeri pada Wilcoxon.
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan pasien, dalam penelitian
penjahitan luka. Setiap pembedahan selalu ini khususnya pada
berhubungan dengan insisi yang merupakan pasien pasca bedah.
trauma bagi penderita yang menimbulkan Teknik relaksasi meliputi
berbagai keluhan dan gejala. Salah satu HASIL
meditasi, yoga, Zen,
keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri teknik imajinasi, dan
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). latihan relaksasi Tabel 1. Analisa
Nyeri merupakan salah satu keluhan progresif (Potter &
Data
tersering pada pasien setelah mengalami suatu Perry, 2006).
tindakan pembedahan. Pembedahan Relaksasi progresif Univariat
merupakan suatu peristiwa yang bersifat pada seluruh tubuh
bifasik terhadap tubuh manusia yang memakan waktu sekitar Skala
berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Lama 15 menit. Klien member Intensitas
waktu pemulihan pasien post operasi Nyeri
normalnya terjadi hanya dalam satu sampai Sebelum
dua jam (Potter & Perry, 2005). Dan Setelah
Pada pasca pembedahan (pasca operasi)
Diberikan
pasien merasakan nyeri hebat dan 75%
Terapi Relaksasi Progresif
penderita mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat pengelolaan nyeri yang Min -
292 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

perhatian pada tubuh, Nyeri Ma Nyeri


memperlihatkan ks Sebelum Diberikan
Mean Terapi
daerah
Dan Relaksasi Progresif
Median
NyeriMean SD SE
SD
Sesudah p-value n
ketegangan. Daerah yang tegangdigantikan BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) di ruang

dengan rasa hangat Sebelum 5.20 kutilang RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
dan relaksasi. Latihan 5.00 Sebelum
0.834 5.20 0.834 0
4-6 Provinsi lampung sebanyak 51 pasien.
relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan
0.000

pernafasan yang Sesudah 3.60 20


terkontrol dan 4.00 Jenis Sesudah 3.60
rangkaian kontraksi 0.681
0.681
serta relaksasi 4-6 penelitian 0.152
kelompok otot (Potter
& Perry, 2006). kuantitatif,
Berdasarkan Peneliti
fenomena tersebut menggunakandesain pra eksperimen dengan
diatas maka peneliti Dari tabel rancangan desain one group pre-post test.
tertarik untuk meneliti diatas diketahui Populasi penelitian ini penelitian (Notoatmodjjo,
pengaruh relaksasi skala intensitas nyeri adalah penderita post 2010). Alat pengumpul
progresif terhadap pasca operasi nilai BPH(Benigna Prostat data penelitian ini adalah
penurunan nyeri post sebelum terapi Hyperplasia)<6 jam dan lembar
BPH(Benigna Prostat relaksasi progresif hari ke-2 post operasi.
Hyperplasia) di RSUD didapatkan hasil BPH (Benigna Prostat
Dr. mean 5.20, median Hyperplasia). Teknik
5.00, standar deviasi pengambilan sampel
H. Abdul Moeloek
0.834, nilai minimum pada penelitian ini
Provinsi Lampung.
4 dan nilai menggunakan teknik
maksimum 6. Accidental sampling.
Sedangkan skala Pada penelitian ini
intensitas intensitas sampel sampel yang
METODE nyeri pasca operasi digunakan sebanyak 20
nilai sesudah terapi responden. Teknik
Jenis penelitian relaksasi progresifdi sampling yang
ini adalah penelitian dapatkan hasil mean digunakan dalam
kuantitatif dengan 3.60, median 4.00, penelitian ini adalah
desain kuasi standar deviasi teknik Accidental
eksperimen (quasy 0.681, nilai sampling, adalah
experiment ) yang pengambilan sampel
minimum 2 dan nilai
diperluas dengan maksimum 5. dilakukan dengan
rancangan one group mengambil kasus atau
pretest-posttest. Tabel 2.
responden yang
Populasi dalam Perbandi
kebetulan ada atau
ngan
penelitian adalah tersedia disuatu tempat
Skala
pasien post operasi Intensitas sesuai dengan konteks
293 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

Rata-rata menggunakan uji operasi muncul


intensitas nyeri subjektif tempatnya
sebelum wilcoxon didapatkan disebabkan oleh pada korteks (pada
diberikan terapi nilai ρvalue 0.000 rangsangan mekanik fungsi evaluatif
relaksasi progesif (ρvalue 0.000 < α luka yang menyebabkan kognitif). Persepsi ini
adalah 5.20 dengan 0.05), maka dapat tubuh menghasilkan dipengaruhi oleh faktor
standar deviasi disimpulkan terdapat mediator- mediator yang dapat memicu
0.834. Sedangkan perbedaan yang kimia nyeri, sehingga stimulasi nociceptor.
sesudah diberikan bermakna rata-rata muncul nyeri pada Faktor lain yang dapat
terapi relaksasi skala intensitas nyeri setiap klien post operasi. mempengaruhi adalah
progresif adalah 3.60 pasca operasi Sedangkan menurut toleransi (Hidayat,
dengan standar sebelum dan sesudah Sjamsuhidayat R (dalam 2006).
deviasi 0.681. Hasil diberikan terapi Pringtahayuningtyas,
relaksasi progresif 2015) nyeri yang Manajemen
uji statistik dengan
dirasakan setiap orang nyeri merupakan salah
PEMBAHASAN maka dapat disimpulkan satu cara yang
bersifat subjektif,
terdapat perbedaan digunakan dibidang
sehingga skala nyeri
Intensitas Nyeri Pada yang bermakna antara kesehatan untuk
yang dihasilkan
Pre Dan Post rata-rata skala intensitas mengatasi nyeri yang
responden berbeda-
Intervensi Pasca nyeri pasca operasi BPH dialami oleh pasien.
beda setiap orangnya.
Operasi BPH (Benigna Prostat Manajemen nyeri yang
Hyperlasia) sebelum dan Faktor yang dapat tepat haruslah
(Benigna Prostat
Hyperplasia) sesudah diberikan terapi menyebabkan nilai mencakup penanganan
relaksasi progresif. nyeri berbeda-beda atau secara keseluruhan,
bervariasi dan tidak hanya terbatas
Menurut Potter
menunjukan perubahan pada pendekatan
Dari hasil dan Perry (2005)
yang rerlatif kecil, dan farmakologi saja,
penelitian yang menyatakan bahwa
reaksi terhadap nyeri. karena nyeri juga
dilakukan kemampuan seseorang
Arti nyeri bagi seseorang dipengaruhi oleh emosi
menunjukkan nilai dalam mempersepsikan
memiliki banyak dan tanggapan individu
rata-rata intensitas nyeri dipengaruhi oleh
perbedaan dan hampir terhadap dirinya.
nyeri sebelum sejumlah faktor seperi
sebagaian arti nyeri Secara garis besar ada
diberikan relaksasi usia, jenis kelamin,
merupakan arti yang dua manajemen untuk
progresif adalah 5.20 lingkungan, kecemasan
negatif, seperti mengatasi nyeri yaitu
dengan standar deviasi dan lain-lain. Dimana
membahayakan manajemen
0.834 yang termasuk faktor-faktor tersebut
merusak dan lain-lain. farmakologi dan
dalam katagori nyeri dapat meningkatkan
Keadaan ini dipengaruhi manajemen non
sedang, sedangkan atau menurunkan
oleh berbagai faktor, farmakologi. Teknik
setelah diberikan toleransi terhadap nyeri,
seperti usia, jenis farmakologi adalah
relaksasi progresif dan memengaruhi sikap
kelamin, latar belakang cara yang paling efektif
adalah 3.60 dengan namun menurun sejalan
sosial budaya, untuk menghilangkan
standar deviasi 0.681 dengan proses
lingkungan, dan nyeri terutama untuk
yang termasuk dalam penyembuhan. Hasil
pengalaman sensosri itu nyeri yang sangat hebat
katagori nyeri ringan. penelitian
sendiri. Persepsi nyeri yang berlangsung
Selisih perbedaan menununjukkan bahwa
juga merupakan faktor selama berjam-jam
mean antara skala tidak ada responden
yang dapat atau bahkan berhari-
intensitas nyeri yang tidak mengalami
mempengaruhi nyeri hari (Smeltzer and
sebelum dan sesudah nyeri. Hal ini sesuai
dari setiap individu Bare, 2002). Pemberian
adalah 0.253 dari hasil dengan pernyataan di
berbeda. Persepsi nyeri analgesik dan
uji statistik didapatkan dalam Smeltzer & Bare
merupakan penilaian pemberian narkotik
nilai ρvalue 0.000 (2002) dimana nyeri
yang sangat untuk menghilangkan
(ρvalue 0.000 < α 0.05), yang dialami klien post
294 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

nyeri tidak terlalu individu terhadap terjadi rasa tidak mulai latihan bernafas
dianjurkan karena nyeri. Manajemen nyaman atau nyeri, dengan perlahan dan
dapat mengaburkan nyeri dengan tindakan stress fisik dan emosi menggunakan
diagnosa relaksasi mencakup pada nyeri (Potter &
(Sjamsuhidayat, latihan pernafasan Perry, 2005). diafragma,
2002). Metode diafragma, teknik
Penurunan skala sehingga memungkinkan
pereda nyeri non relaksasi progresif,
nyeri setelah dilakukan
farmakologis guided imagery, dan abdomen terangkat
terapi relaksasi progresif perlahan dan dada
biasanya mempunyai meditasi, beberapa
dikarenakan Latihan
resiko yang sangat penelitian telah mengembang penuh. Saat
relaksasi progresif klien melakukan pola
rendah. Meskipun menunjukkan bahwa
meliputi kombinasi
tindakan tersebut relaksasi nafas dalam pernapasan yang teratur,
latihan pernafasan yang perawat mengarahkan
bukan merupakan sangat efektif dalam
terkontrol dan rangkaian
pengganti untuk menurunkan nyeri klien untuk melokalisasi
kontraksi serta relaksasi setiap daerah yang
obat–obatan, pasca operasi
kelompok otot. Klien
tindakan tesebut (Brunner & Suddart, mengalami ketegangan
mulai latihan bernafas otot, berfikir bagaimana
mugkin diperlukan 2001 dalam Pinandita
dengan perlahan dan
atau sesuai untuk dkk, 2012). Beberapa rasanya, menegangkan
menggunakan otot sepenuhnya, dan
mempersingkat penelitian, telah
episode nyeri yang menunjukkan bahwa kemudian merelaksasikan
diafragma,
berlangsung hanya relaksasi efektif dalam otot- otot tersebut.
beberapa detik atau menurunkan nyeri Kegiatan ini menciptakan
sehingga memungkinkan
menit (Smeltzer and pascaoperasi. Ini sensasi melepaskan
abdomen terangkat
Bare, 2002). mungkin karena ketidaknyamanan dan
perlahan dan dada
relatif kecilnya peran stress. Secara bertahap,
Teknik mengembang penuh.
otot-otot skeletal klien dapat
relaksasi merupakan Saat klien melakukan
dalam nyeri pasca- merelaksasikan otot-otot
salah satu metode pola pernapasan yang
operatif atau tersebut. Saat klien
manajemen nyeri teratur, perawat
kebutuhan pasien mencapai relaksasi
non farmakologi mengarahkan klien
untuk melakukan penuh, maka persepsi
dalam strategi untuk melokalisasi
teknik relaksasi nyeri berkurang dan rasa
penanggulangan setiap daerah yang
tersebut agar efektif. cemas terhadap
nyeri,disamping mengalami ketegangan
Periode relaksasi yang pengalaman nyeri
metode TENS otot, berfikir bagaimana
teratur dapat menjadi minimal (Potter
(Transcutaneons rasanya, menegangkan
membantu untuk & Perry, 2006).
Electric Nerve otot sepenuhnya, dan
melawan keletihan kemudian Penelitian ini
Stimulation),
dan ketegangan otot merelaksasikan otot- sejalan dengan yang
biofeedack, plasebo
yang terjadi dengan otot tersebut. Kegiatan dilakukan oleh Fitria &
dan distraksi.
nyeri kronis dan yang ini menciptakan sensasi Ambarwati (2015) dengan
Manajemen nyeri
meningkatkan nyeri melepaskan judul Efektifitas Teknik
dengan melakukan
(Smeltzer and Bare, ketidaknyamanan dan Relaksasi Progresif
teknik relaksasi
2002). Relaksasi stres (Potter & Perry, Terhadap Intensitas Nyeri
merupakan tindakan
merupakan 2006). Pasca Operasi Laparatomi
eksternal yang
kebebasan mental di ruang Mawar II RSUD
mempengaruhi Relaksasi progresif
dan fisik Dr. Moewardi rata-rata
respon internal meliputi kombinasi
nyeri sebelum diberikan
dari ketegangan dan afektif pasien. Teknik latihan pernafasan yang
intervensi adalah 5.93
stress, karena dapat relaksasi membuat terkontrol dan rangkaian
atau dalam kategori nyeri
mengubah persepsi pasien dapat kontraksi serta relaksasi
sedang dan setelah
kognitif dan motivasi mengontrol diri ketika kelompok otot. Klien
diberikan intervensi rata-
295 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

rata nyeri adalah 3.93 Penelitian lain Kurniawan yang ini dikarenakan
atau dalam kategori yang mendukung meneliti mengenai tindakan yang
nyeri sedang. Analisis adalah Andika Sandi pengaruh teknik dilakukan adalah
secara statistik (2015) dengan judul relaksasi nafas dalam mengiris kelenjar
membuktikan bahwa Perbedaan Intensitas terhadap nyeri pada prostat selapis demi
perbedaan skala nyeri Nyeri Setelah psien pasca operasi selapis sehingga
antara sebelum dan Dilakukan Tindakan section caesarea di menyebabkan nyeri
sesudah relaksasi Teknik Distraksi dan RSUD Djojonegoro yang dirasakan pasien
progresif dinyatakan Relaksasi Pasien Post Temanggung dengan post operasi.
signifikan (thitung = Sectio Caesarea di menggunakan Penanganan nyeri
6,481 > tabel = 2,145 Ruang Delima RSUD penelitan eksperimen dapat menggunakan
atau p = 0,000 < 0,05). Dr. Abdul Moeloek dengan metode terapi non farmologi
Provinsi Lampung kuesioner pre test- sebagai pendamping
Tahun 2015. Metode post test kepada 26 terapi farmakologi,
yang digunakan dalam informan. salah satunya adalah
penelitian ini adalah Berdasarkan hasil terapi relaksasi
metode penelitian penelitian tersebut progresif yang dapat
Comparative. didapatkan tenggapan menurunkan intensitas
Menggunakan teknik informan mengenai nyeri pada pasien post
Accidental Sampling efektivitas tindakan operasi BPH (Benigna
dengan besar sampel relaksasi nafas dalam Prostat Hyperplasia)
berjumlah 26 untuk menurunkan hal ini dikarenakan
responden. Hasil tindakan skala nyeri, klien dapat
penelitian yang member merelaksasikan otot-
menunjukan bahwa jawaban efektif adalah otot selama latihan.
nilai rata-rata 14 orang atau 53,85%, Saat klien mencapai
intensitas nyeri efektivitas sadang relaksasi penuh, maka
terhadap responden adalah sebanyak 8 persepsi nyeri
setelah dilakukan orang atau 30,77% berkurang dan rasa
teknik distraksi dan tidak efektiv cemas terhadap
sebesar 2.69 dan sebanyak 4 orang atau pengalaman nyeri
setelah dilakukan 15,38%. Hal ini juga menjadi minimal selain
teknik relaksasi menunjukkan adanya itu terapi relaksasi
progresif sebesar 4.69 efektivitas teknik progresif dapat
dengan nilai p- relaksasi nafas dalam menimbulkan efek
value=0,00<α=0,05 mengurangi nyeri rileks pada pasien
yang menunjukan yang signifikan atau sehingga rasa tidak
bahwa ada perbedaan p=<0.05 (Sari, 2013). nyaman akibat nyeri
intensitas nyeri post operasi menjadi
Menurut
setelah melakukan berkurang dikarena
peneliti pasien yang
teknik distraksi dan efek rileks tersebut.
telah menjalani
relaksasi di Ruang Sesuai dengan hasil
operasi BPH akan
Delima RSUD Dr. H. penelitian yang
merasakan nyeri hal
Abdul moeloek dilakukan,
Provinsi Lampung terdapat pengaruh pada terapi relaksasi progresif
Tahun 2015. penurunan intensitas merupakan gabungan
Sedangkan nyeri setelah dilakukan antara relaksasi
penelitian lain yang terapi relaksasi progresif pernafasan dan latihan
mendukung adalah hal ini dikarenakan otot yang dapat
296 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

menimbulkan relaksasi dapat teralihkan dan 1. Rata-rata Dari hasil penelitian ini,
pada pasien sehingga bisa berkurang setelah intensitas nyeri maka dapat disarankan:
pasien merasa nyaman melakukan terapi pada post operasi
dan nyeri yang relaksasi progresif. BPH (Benigna 1. Perawat RSUD
Prostat Dr. H. Abdul
dirasakan berkurang.
Hyperplasia) Moeloek dapat
Setelah mengetahui memberikan
sebelum
bahwa terapi non SIMPULAN diberikan terapi terapi non
farmakologi relaksasi relaksasi farmakologi
progresif dapat progresif adalah khusunya
Berdasarkan hasil
menurunkan intensitas 5.20. relaksasi
penelitian yang progresif yang
nyeri diharapkan bagi 2. Rata-rata
dilakukan di ruang dapat
pihak perawat RSUD intensitas nyeri
kutilang RSUD Dr. H. pada post operasi diterapkan
Dr. H. Abdul Moeloek Abdul Moeloek Provinsi sebagai terapi
BPH (Benigna
untuk dapat Lampung tahun 2017, Prostat pendamping
memberikan terapi non Hyperplasia) atau sebagai
dapat disimpulkan
farmakologi salah setelah diberikan bagian dari
bahwa:
satunya adalah terapi terapi relaksasi intervensi
progresif adalah keperawatan
relaksasi progresif yang
3.60. dalam
dapat diterapkan pemberian
3. Terdapat
sebagai terapi asuhan
perbedaan rata-
pendamping selain rata intensitas keperawatan
terapi farmakologi atau nyeri sebelum khususnya pada
sebagai bagian dari dan sesudah pasien yang
intervensi keperawatan terapi relaksasi mengalami
progresifpada nyeri pasca
dalam pemberian
post operasi BPH operasi BPH
asuhan keperawatan (Benigna
(Benigna Prostat
khususnya pada pasien Prostat
Hyperplasia)
yang mengalami nyeri didapatkan Hasil Hyperplasia).
pasca operasi BPH uji statistik 2. Perawat
(Benigna Prostat dengan hendaknya
mengguanakan memberikan
Hyperplasia), perawat
uji wilcoxon pengarahan,
hendaknya
didapatkan nilai membimbing, dan
memberikan menganjurkan
ρvalue 0.000 (ρ-
pengarahan, value .000 < α pasien untuk
membimbing, dan 0.05). dapat
menganjurkan pasien melaksanakan
untuk dapat relaksasi
progresif untuk
melaksanakan relaksasi
mengatasi
progresif untuk SARAN
keluhan nyeri.
mengatasi keluhan
nyeri dan untuk pasien
sebaiknya
umempelajari berbagai DAFTAR PUSTAKA
tehnik manajemen
nyeri khususnya Fitria & Ambarwati. Intensitas Nyeri
relaksasi progresif agar 2014. Efektivitas Pasca Operasi
secara mandiri dapat Tekhnik Laparatomi.
mempraktekkan sendiri Relaksasi Jurnal Akper Stikes
ketika merasakan Progresif PKU
nyeri, sehingga nyeri Terhadap
297 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

Kesehatan http://e-
Muhamadiyah Keperawatan, journal.stikesd
Surakarta. Vol. 8, No. 1, ehasen.ac.id/i
http://journal.a ndex.php/jnph
kpergshwng.ac. Februari 2012. j
id/index.php 32-43.
http://ejourna
/ l.stikesmuhgo
gsh/article/vie mbong.ac.id/i
w/1 0 (Diakses n dex.php
pada tanggal 28 /JIK
Desember, K/article/view
pukul 13.00). /66
Hidayat, A. A. A. 2007.
Metode (Diakses pada
Penelitian tangal 02
Keperawatan januari 2017
dan Tehnik pukul 18.30
Analisis Data. WIB).
Jakarta: Potter & Perry.
Salemba 2006. Buku
Medika. Ajar
Fundamental
Pinandita, Purwanti,
Keperawatan:
dan Utoyo.
Konsep,
2012. Pengaruh
Proses dan
Teknik
Praktik, Ed 4,
Relaksasi
Vol.2. Jakarta:
Genggam Jari
EGC.
Terhadap
Penurunan Samidah &
intensitas Nyeri Romadhon.
Pada Pasien 2015. Faktor-
Post Operasi Faktor Yang
Laparatomi. Berhubungan
Jurnal Ilmiah Dengan
Kejadian
Benigna
Prostat
Hyperplasi
(BPH) Di Poli
Urologi RSUD
Dr. M. Yunus
Bengkulu
tahun 2014.
Jurnal Of
Nursing And
Public Health,
Volume 3, No
1, 61-68.
15/article/vie wFile/4/4 (Diakses pada tangal 03 januari 2017 pukul 06.45 WIB).
Sampekalo, Monoarfa, dan Salem. 2015. Angka Kejadian yang Disebabkan oleh BPH di RSUD Prof.
Dr. R. D Kandu Manado Periode 2009-2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-
April 2015, h.568-572
Sandi, Andika. 2015. Perbedaan Intensitas Nyeri Setelah Dilakukan Tindakan Teknik Distraksi dan
Relaksasi Pasien Post Sectio Caesarea di Ruang Delima RSUD Dr. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Karya Ilmiah. Poltekkes Tanjungkarang.
Sari & Murdiono. 2013. Efektifitas Pemberian Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Nyeri Sedang Pada Pasien Post Operasin Sectio Casarea di Ruang Kebidanan
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Jurnal Maternitas Bina Husada, Vol 2, Program
studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang.
Smeltzer, Suzanna C dan Bare, Brende G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Vol.1. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
Solang, Monoarfa dan Tjandra. 2016. Profil Penderita Kanker Prostat di RSUP. Dr. R.
D. Kandau Manado Periode Tahun 2013- 2015. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-
Desember 2

Anda mungkin juga menyukai