Oleh
b) Keluhan utama :
Keluarga mengatakan pasien tidak sadar.
c) Genogram :
Tidak terkaji
d) Riwayat alergi :
Keluarga mengatakan pasien tidak ada riwayat alergi.
e) Riwayat operasi :
Tidak terkaji.
f) Riwayat transfusi :
Tidak terkaji
g) Riwayat pengobatan :
OAT
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 143/82 mmHg
Suhu : 36,0˚C
Nadi
Frekuensi : 84 x/menit
Keteraturan : Reguler
Lokasi arteri : Tidak terkaji
Denyutan : Tidak terkaji
Frekuensi : 20x/menit, Keteraturan : Tidak terkaji
Nyeri
- Lokasi : Nyeri pada kepala
- Skala nyeri : Tidak terkaji
GCS : E = 4, M = 5 , V =2 (totalnya 15)
Saat dirawat :
Tidak terkaji
Palpasi :
Daerah sinus paranasalis :
- Sinus frontal : Tidak terkaji.
- Sinus spenoid : Tidak terkaji
- Sinus etmoid : Tidak terkaji
- Sinus maksila : Tidak terkaji
Perkusi :
Terdengar :
Tidak terkaji.
Batas Paru :
Tidak terkaji.
Auskultasi :
Vesicular : Tidak terkaji
Bronchial : Tidak terkaji
Bronchovesicular : Tidak terkaji
Suara nafas tambahan : Tidak ada
b) Sistem Kardiovaskuler
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji
Saat dirawat :
Tidak terkaji
Perkusi :
Batas-batas jantung :
- Batas kiri jantung ( lateral ke medial) : Tidak terkaji
c) Sistem Pencernaan
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji
Saat dirawat :
Tidak terkaji
Abdomen :
bayangan/gambaran bendungan pembuluh darah vena : Tidak
terkaji, spider naevi : Tidak terkaji, distensi abdomen : terlihat, scar
: Tidak terkaji , balutan verban : Tidak terkaji, drain : Tidak terkaji.
Anus: : Tidak terkaji, fissura : Tidak terkaji, fistula : Tidak terkaji,
tanda-tanda keganasan : Tidak terkaji.
Auskultasi :
Bising usus : 10 x /menit (normal)
Palpasi :
Hepar : Teraba, nyeri tekan : Tidak terkaji
Limpa : Teraba, nyeri tekan : Tidak terkaji
Perkusi :
Terdengar timpani : Tidak terkaji
(3) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
d) Sistem Perkemihan
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji
Saat dirawat :
Terpasang kateter, dan warna urin kemerahan.
Palpasi :
Nyeri tekan regio hipogastrika : Tidak terkaji.
Perkusi :
Regio hipogastrika : Tidak terkaji.
Nyeri ketuk daerah costo vertebral angle kanan dan kiri : Tidak
terkaji.
e) Sistem Endokrin
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji
Saat dirawat :
Tidak terkaji.
Palpasi :
Kelenjar tiroid : Tidak terkaji. Pembesaran tiroid : Tidak terkaji.
f) Sistem Persarafan
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji.
Saat dirawat :
Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran
secara perlahan 3 hari smrs. Bicara pasien juga tidak nyambung.
Sejak 2 hari smrs pasien menjadi lebih banyak tidur, ketika
dipanggil membuka mati namun kembali tertidur.
Inspeksi :
Tingkat kesadaran :
Kualitatif : Kompos Mentis, kuantitatif : E = 4, M = 5, V = 2
(totalnya 11 : Derilium)
Wajah : Tidak terkaji
Mulut : Mencong, sepstik : Tidak ada.
Suara : Tidak terkaji.
Pergerakan tidak terkoordinir/involunter : Tidak terkaji
Tes sensori :
Rangsangan ringan (kapas) : Tidak terkaji.
Rangsangan sentuh : Tidak terkaji.
Tes diskriminasi : Tidak terkaji
Lesi di kepala : Tidak ada.
Nervus IV (Tocchlear) :
Tidak terkaji
Nervus V (Trigeminus) :
Tidak terkaji
Nervus VI (Abducent) :
Tidak terkaji
Nervus IX (Glosofaringeal) :
- Pasien mampu menelan dengan baik.
Nervus X (Vagus) :
- Pasien mampu menelan dengan baik. Pasien juga memiliki mual
dan muntah
Nervus XI (acsesorius) :
- Test otot trapezius : Tidak terkaji
- Test sternocledomastodeus : Tidak terkaji
Nervus XI ( Hipoglosus) :
- Artikulasi pasien tidak jelas
Perkusi :
Refleks Fisiologi :
- Tendon biceps : Tidak terkaji
- Tendon triceps : Tidak terkaji
- Tendon patela : Tidak terkaji
- Tendon achilles : Tidak terkaji
Refleks Patologis :
- Refleks babinski : Tidak terkaji
- Reflek kaku kuduk : (+)
Pendengaran : normal
Palpasi :
Penglihatan : TIO : : Tidak terkaji
Pendengaran : pinna : Nyeri tekan dan pembengkakan : Tidak
terkaji
(3) Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
h) Sistem Muskuloskeletal
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/ dirawat :
Tidak terkaji
Saat dirawat :
Pasien tampak bedrest.
Palpasi :
Nyeri tekan pada processus spinosus : Tidak terkaji
Saat dirawat :
Tidak terkaji
Inspeksi :
Mamae :Tidak terkaji , gynecomasti :Tidak terkaji.
Palpasi:
Mammae: massa/benjolan: Tidak terkaji.
Lesi : Tidak terkaji.
j) Sistem Integumen
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji
Saat dirawat :
Tidak terkaji
Palpasi :
Tekstur kulit : Tidak terkaji.
Turgor kulit : Tidak terkaji.
Nyeri tekan : Tidak terkaji.
Saat dirawat :
Tidak terkaji.
Palpasi :
Pembesaran kelenjar getah bening/limfe: Tidak terkaji.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Ct scan : lesi isoden multiple
Rdiologi
Pemeriksaan Tidak ada tb/bp dan
Rontgen Thorax Cardiomegali
6. TERAPI
OAT 1 x 4 tbl
adalah obat-obatan yang
diberikan pada pasien
tuberkulosis yang dapat
terbagi menjadi beberapa lini.
Pengobatan OAT lini pertama
sendiri terdiri dari Isoniazid
(H), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z), Ethambutol
(E) dan Streptomisin
(S) (Permenkes, 2016)
Dexametason 200 mg/jam
adalah obat yang digunakan
untuk meredakan peradangan
pada beberapa kondisi, seperti
reaksi alergi, penyakit
autoimun, atau radang sendi.
Selain itu, obat ini juga
digunakan dalam pengobatan
multiple myeloma.
Dexamethasone termasuk
dalam obat golongan
kortikosteroid. Obat ini
bekerja dengan cara
menghambat respons sistem
kekebalan tubuh berlebih yang
memicu peradangan. Dengan
begitu, gejala yang menyertai
peradangan juga dapat
membaik.
Rifampicin 600 mg
adalah obat antibiotik yang
digunakan untuk mengobati
dan mencegah beberapa
penyakit akibat infeksi bakteri,
seperti tuberkulosis. Untuk
pengobatan, rifampicin
biasanya harus
dikombinasikan dengan obat
antibiotik lain.
Rifampicin bekerja dengan
cara membunuh bakteri
penyebab infeksi. Selain
tuberkulosis, obat ini juga
digunakan untuk mengobati
kusta, brucellosis, penyakit
Legionnaire, dan
infeksi Staphyloccus
aureus yang berat.
1. Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
Keluarga mengatakan : Pemeriksaan Fisik:
1. Keluarga mengatakan 1. TTV:
pasien mengalami a. TD: 143/82 mmHg
penurunan kesadaran sejak 3 mmHg,
hari smrs. b. Nadi radialis :
2. Pasien bicaranya kadang 84x/menit regular
nyambung kadang tidak c. RR : 20x/menit
sejak kurang lebih 2 hari d. T : 36,0° C
smrs 2. BB : 38, TB : 174 IMT :
3. Nyeri di belakang kepala 12,55 (Sangat kurus).
pasien 3. Pasien tampak tidak sadar
4. Muntah 2 kali 1 hari smrs. pemuh dengan GCS :
5. Pasien pernah dirawat E4V5M2 (Derilium).
dirumah sakit selama 21 4. Bising usus : 10 x/menit
hari dan pulang karena ada 5. Bentuk abdomen : Datar
perbaikan dengan kesadaran 6. Mobilitas : Dibantu
kompos mentis dan dapat 7. Pasien hanya berbaring di
beraktivitas sehari-hari. tempat tidur (bedrest) dengan
6. Pasien memiliki riwayat ekspresi wajah murung.
merokok selama lebih dari 8. Pasien tidak mau kontak mata.
20 tahun, 1-2 bungkus/ hari. 9. Koping mekanisme : selalu
7. Pasien tidak memiliki dibantu bila ada masalah.
riwayat penyakit dm, 10. Pasien terlihat memiliki mulut
hipertensi, asam urat, mencung.
jantung, dan ginjal. 11. Pasien terdengar bicara pelo
8. Pasien pernah dikasi obat 12. Pasien terlihat pandangan
dexa. kosong.
9. Pasien memiliki riwayat 13. Pasien tampak mual dan
konsumsi oat (obat anti tb). muntah.
10. Keluarga mengatakan pasien 14. Pasien terpasang kateter
beragama islam 15. Telinga berdengung sesekali.
11. Keluarga mengatakan sejak 16. Status mental umum : lupa
sakit pasien berhenti keterbatasan diri
beribadah 17. Status mental umum val : 15
18. Total skrining jatuh umum :
50
19. Skor persepsi sensori : 4
20. Skor kelembapan : 4
21. Skor aktivitas : 1
22. Skor mobilitas : 1
23. Skor friksi gesekan : 1
24. Skor total skrining dekubitus
umum : 12
25. Kaku kuduk (+)
26. Mukosa bibir kering (+)
27. Atrofi otot lengan (+)
28. Gangguan menelan
29. Obstruksi jalan napas (+)
30. Batuk (+).
31. Frekuensi BAK : 8x sehari
32. Warna urin : kemerahan
33. Pemeriksaan radiologi :
a. Ct scan : lesi isoden
multiple
b. Rontgen thorax : tidak
tampak tb/bp dan
kardiomegali
34. Pemeriksaan laboratorium
(21-2-23)
a. Hb : 12,4
b. GDS : 110
c. Ureum : 25,7
d. Kreatinin : 0,60
e. SGOT : 17
f. SGPT : 16
g. Protein : 70.79
h. Lemak : 52,4
i. Karbohidrat : 283
j. Na : 124
k. Cl : 86
l. K : 3,6
m. Mg : 2,2
n. Kalsium ion :4,24
28. Terapi :
a. Terapi heparin lock IV
umum
b. Terapi heparin lock IV val :
20
c. Dexametason 1 x 22 mg iv
d. Oat 1 x 4 tab
e. Rifamicin 60 mg
2. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Mycobacterium Tuberculosis Perfusi serebral tidak efektif
Keluarga mengatakan :
a. Pasien mengalami
penurunan kesadaran terinhalasi lewat udara yang
sejak 3 hari smrs. dihirup oleh individu
b. Pasien bicaranya
kadang nyambung
kadang tidak sejak bakteri masuk ke dalam saluran
kurang lebih 2 hari pernapasan
smrs.
c. Nyeri di belakang
bakteri masuk ke pembuluh darah
kepala pasien
d. Muntah 2 kali 1 hari
smrs. bakteri masuk ke pembuluh darah
e. Pernah punya serebral
riwayat TB
f. Riwayat merokok
>20 tahun, sehari 1-2 Bakteri mengiritasi lapisan
bungkus meningen otak
DO :
a. Pasien tampak sering
mengantuk Peradangan lapisan meningen
b. GCS : 11(Derilium) otak
c. Bicara pasien
terkadang tidak
nyambung. Meningitis
d. TD : 143/82 mmHg
e. Pemeriksaan
radiologi : Netropil bergerak ke ruang
1. Ct scan : lesi subaraknoid untuk memfagosit
isoden multiple bakteri menghasilkan eksudat
f. Pemeriksaan Lab : dalam ruang subaraknoid
1. Hb : 12,3 d/dl
2. Cl : 86 meq/l
Eksudat dapat meningkatkan
3. Na : 124 meq/l
tekanan intracranial
4. K ; 2,4 meq/l
g. Therapi :
1. Dexametason 1 x Produksi eksudat meningkat
22 mg iv
2. Oat 1 x 4 tab
3. Rifamicin 60 mg Akumulasi eksudat meningkat
DO :
a. BAB : 1 x sehari bakteri masuk ke pembuluh darah
b. IMT : 12,55 (Berat
badan kurang). bakteri masuk ke pembuluh darah
c. Mukosa bibir kering serebral
d. Ct scan : lesi isoden
multiple
e. Batuk (+) Bakteri mengiritasi lapisan
f. Pemeriksaan meningen otak
laboratorium :
1. Cl : 86 meq/l
2. Na : 124 meq/l Peradangan lapisan meningen
3. K ; 2,4 meq/l otak
g. Terapi :
1. Dexametason 1 x Meningitis
22 mg iv
2. Oat 1 x 4 tab
3. Rifamicin 60 mg Netropil bergerak ke ruang
subaraknoid untuk memfagosit
bakteri menghasilkan eksudat
dalam ruang subaraknoid
Hipksia serebral
Iskemik serebral
1. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan ke serebral tidak efektif b.d gangguan transport oksigen d.d
gangguan status mental, perubahan respon motoric, kelemahan atau paralisis
ekstermitas, dan abnormalitas bicara.
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) d.d nafsu makan
menurun, berat badan dibawah rentang ideal,mukosa mulut kering.
3. Deficit perawatan diri b.d kelemahan d.d tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/ke toilet secara mandiri kekuatan otot menurun, rentang Gerakan menurun,
Gerakan terbatas, dan fisik lemah.
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Dukungan Mobilisasi
Observasi
1. Karena dengan identifikasi
adanya keluhan fisik dapat
mengetahui adanya
kelemahan pada tubuh
pasien.
2. Karena dengan identifikasi
toleransi fisik melakukan
pergerakan dapat
mengetahui tingkat
pergerakan yang dapat
dilakukan.
3. Karena dengan monitor
frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi dapat
mengevaluasi adanya
perubahan pada tanda-tanda
vital sebelum dilakukan
mobilisasi.
4. Karena dengan monitor
kondisi umum selama
melakukan mobilisasi dapat
mengevaluasi tingkat
kemampuan pasien dalam
melakukan mobilisasi.
Terapeutik
1. Karena dengan fasilitasi
melakukan pergerakan
misalnya melakukan rom
pasif dapat meningkatkan
kekuatan otot pasien.
2. Karena dengan libatkan
keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan dapat
meningkatkan keterampilan
keluarga dalam membantu
peningkatan pergerakan
pasien.
Edukasi
1. Karena dengan jelaskan
tujuan dan prosedur
mobilisasi dapat
meningkatkan pemahaman
pasien dan keluarga
mengenai mobilisasi yang
dapat dilakukan pada pasien.
2. Karena dengan Ajarkan
mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (Rom pasif)
dapat meningkatkan
keterampilan pasien dan
keluarga dalam pelaksanaan
Rom Pasif.
Evidence Based For Interventions
Diagnosa Judul, Penulis & Tahun Hasil
1. Perfusi jaringan ke Judul : Effect Of Supine Menempatkan pasien dalam posisi semi-fowler
serebral tidak Versus Semi-Fowler's dengan kepala ditinggikan 30 derajat bagi pasien
efektif b.d
gangguan transport Positions On dengan peningkatan intrakranial menunjukkan
oksigen d.d Hemodynamic Stability penurunan tekanan intracranial yang signifikan dapat
gangguan status
Of Patients With Head terlihat pada adanya penurunan dalam nilai rata-rata
mental, perubahan
respon motoric, Injury tekanan darah sistolik, penurunan rata-rata
kelemahan atau nilai tekanan darah diastolik dan penurunan yang
paralisis
ekstermitas, dan Penulis : Manzoor A Mir, signifikan dalam nilai rata-rata denyut nadi
abnormalitas Amal A AlOtaibi, Raid S tekanan ke kisaran normal, selain itu juga secara
bicara. Albaradie and Jehan Y signifikan meningkatkan skor G.C.S sehingga
ElRazkey. kesadaran pasien menjadi kesadaran penuh.
Tahun : 2015
5. Defisit nutrisi b.d Judul : Antiemetic Mual dan muntah merupakan keluhan utama pasien
faktor psikologis
Therapy for Nausea and yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD). Obat
(keengganan untuk
makan) d.d nafsu Vomiting in the antiemetik biasanya diresepkan untuk pasien dengan
makan menurun,
Emergency Department keluhan mual dan muntah dan akibatnya adalah salah
berat badan
dibawah rentang satu obat yang paling sering digunakan di UGD. Agen
ideal,mukosa
antiemetik yang dipelajari dalam pengaturan ED
mulut kering. Penulis : Patanwala, A.
termasuk ondansetron, promethazine,
E., Amini, R., Hays, D.
prochlorperazine, metoclopramide, dan droperidol.
P., & Rosen, P.
Promethazine dikaitkan dengan efek samping terkait
Tahun : 2021
DAFTAR PUSTAKA
Mir, M. A., AlOtaibi, A. A., Albaradie, R. S., & ElRazkey, J. Y. (2015). Effect of
supine versus semi-fowler's positions on hemodynamic stability of patients with
head injury. World journal of Pharmaceutical research, 4(4), 1559-1569.
Patanwala, A. E., Amini, R., Hays, D. P., & Rosen, P. (2010). Antiemetic therapy for
nausea and vomiting in the emergency department. The Journal of emergency
medicine, 39(3), 330-336.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnosis Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Srinayanti, Y., Widianti, W., Andriani, D., Firdaus, F. A., & Setiawan, H. (2021). Range
of motion exercise to improve muscle strength among stroke patients: a literature
review. International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS), 4(3), 332-
343.