Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.G 43 TAHUN DENGAN MENINGITIS TB


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Keperawatan Medikal Bedah Lanjut

Oleh

Theophylia Melisa Manumara (220120220001)

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2023
Instruksi Tugas :
Tugas untuk msg2 kasus :
1. tentukan 3 diagnosis keperawatan prioritas
2. tentukan intervensi dr msg2 diagnosis
3. pemeriksaan penunjang tambahan yg direkomendasikan ?
4. evidence based practice apa yg bs diterapkan untuk kasus tsb
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS TB
A. PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN DEMOGRAFIS
A. Pengumpulan Data
1. Data umum
a. Indentitas Klien
Nama : Tn.G
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Tidak terkaji
Status Marital : Tidak terkaji
Tanggal, jam pengkajian : 22 Februari 2023
Tanggal, jam masuk : 20 Februari 2023
Diagnosa medis : Definite meningitis tuberculoma grade
II dengan komplikasi arteritis (putus obat), space occupying lesion
multiple intracranial ec tuberculoma, hidrocepalus acut
Alamat : Tidak terkaji

b. Indentitas Keluarga/Penanggung Jawab (Perlu dilakukan Pengkajian


Tambahan)
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Jenis kelamin : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Hubungan dengan klien : Kakak
Alamat : Tidak terkaji
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Klien
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk Rumah Sakit :
Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran secara
perlahan sejak kurang lebih 3 hari smrs.

b) Keluhan utama :
Keluarga mengatakan pasien tidak sadar.

c) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)


Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran secara
perlahan sejak 3 hari smrs. Pasien awalnya berbicara kadang
nyambung kadang tidak, berbicara meracau. Sejak 2 hari smrs pasien
menjadi lebih banyak tidur, dipanggil buka mata lalu tertidur kembali.

d) Riwayat tindakan konservatif dan pengobatan yang telah didapat :


Keluarga mengatakan pasien pernah mengkonsumsi OAT karena
pasien memiliki riwayat meningitis TB.

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a) Riwayat penyakit atau rawat inap sebelumnya :
Keluarga mengatakan pasien pernah dirawat di RS karena penyakit
meningitis TB.

b) Riwayat Kesehatan Keluarga :


Tidak terkaji.

c) Genogram :
Tidak terkaji

d) Riwayat alergi :
Keluarga mengatakan pasien tidak ada riwayat alergi.

e) Riwayat operasi :
Tidak terkaji.

f) Riwayat transfusi :
Tidak terkaji
g) Riwayat pengobatan :
OAT

2. PENGKAJIAN DATA BIOLOGIS


a. Penampilan umum :
Pasien tampak mengalami penurunan kesadaran seperti setengah tertidur
(derilium). Pasien juga tampak kotor. Pasien terlihat berbaring di tempat
tidur (bedrest) dan murung.

b. Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : 143/82 mmHg
 Suhu : 36,0˚C
 Nadi
 Frekuensi : 84 x/menit
 Keteraturan : Reguler
 Lokasi arteri : Tidak terkaji
 Denyutan : Tidak terkaji
 Frekuensi : 20x/menit, Keteraturan : Tidak terkaji
 Nyeri
- Lokasi : Nyeri pada kepala
- Skala nyeri : Tidak terkaji
 GCS : E = 4, M = 5 , V =2 (totalnya 15)

c. Tinggi badan : 174 cm


d. Berat badan : 38 kg
e. IMT : 12,55 (BB kurang)

3. PENGKAJIAN FISIK PER SYSTEM & ANAMNESA


a) Sistem Pernapasan
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Tidak terkaji

(2) Pemeriksaan Fisik


Inspeksi :
Pernapasan cuping hidung : Tidak terkaji, deviasi septum nasi :
Tidak terkaji, mukosa hidung : lembab, secret : Tidak terkaji,
polip : Tidak terkaji, Terpasang O2 3 liter/menit : Tidak , cyanosis
(-), bentuk dada : Tidak terkaji, pergerakan dada : Tidak terkaji,
deviasi trakea : Tidak terkaji, retraksi dada : Tidak terkaji, dyspnea
: Tidak terlihat.

Palpasi :
Daerah sinus paranasalis :
- Sinus frontal : Tidak terkaji.
- Sinus spenoid : Tidak terkaji
- Sinus etmoid : Tidak terkaji
- Sinus maksila : Tidak terkaji

Vocal/ taktil fremitus : Tidak terkaji

Perkusi :
Terdengar :
Tidak terkaji.

Batas Paru :
Tidak terkaji.

Auskultasi :
Vesicular : Tidak terkaji
Bronchial : Tidak terkaji
Bronchovesicular : Tidak terkaji
Suara nafas tambahan : Tidak ada

Vocal resonans : Tidak terkaji.


(3) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

b) Sistem Kardiovaskuler
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Tidak terkaji

(2) Pemeriksaan Fisik


Inspeksi :
Ictus cordis : Tidak terkaji, clubbing of the finger : Tidak terkaji,
cyanosis : Tidak ada.
Palpasi :
Ictus cordis : Tidak terkaji , Capillary refill time : Tidak terkaji,
thrill : Tidak terkaji, edema : Tidak ada.

Perkusi :
Batas-batas jantung :
- Batas kiri jantung ( lateral ke medial) : Tidak terkaji

- Batas kanan jantung (lateral ke medial) : Tidak terkaji


Auskultasi :
Bunyi jantung I terdengar : Tidak terkaji

Bunyi jantung II terdengar : Tidak terkaji

Bunyi jantung tambahan : Tidak terkaji

(3) Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

c) Sistem Pencernaan
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Tidak terkaji

(2) Pemeriksaan Fisik


Inspeksi :
Mulut : Tidak terkaji, stomatis : Tidak terkaji, lidah : Tidak terkaji,
Gingivitis : Tidak terkaji, gusi berdarah : Tidak terkaji, tonsil :
Tidak terkaji
Gigi : caries : Tidak terkaji, gigi tanggal : Tidak terkaji,
Tidak terpasang NGT.

Abdomen :
bayangan/gambaran bendungan pembuluh darah vena : Tidak
terkaji, spider naevi : Tidak terkaji, distensi abdomen : terlihat, scar
: Tidak terkaji , balutan verban : Tidak terkaji, drain : Tidak terkaji.
Anus: : Tidak terkaji, fissura : Tidak terkaji, fistula : Tidak terkaji,
tanda-tanda keganasan : Tidak terkaji.

Auskultasi :
Bising usus : 10 x /menit (normal)
Palpasi :
Hepar : Teraba, nyeri tekan : Tidak terkaji
Limpa : Teraba, nyeri tekan : Tidak terkaji
Perkusi :
Terdengar timpani : Tidak terkaji
(3) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

d) Sistem Perkemihan
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Terpasang kateter, dan warna urin kemerahan.

(2) Pemeriksaan Fisik :


Inspeksi :
Distensi pada regio hipogastrika : Tidak terkaji,
Kateter : Tidak terkaji.

Palpasi :
Nyeri tekan regio hipogastrika : Tidak terkaji.

Perkusi :
Regio hipogastrika : Tidak terkaji.
Nyeri ketuk daerah costo vertebral angle kanan dan kiri : Tidak
terkaji.

(3) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

e) Sistem Endokrin
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Tidak terkaji.

(2) Pemeriksaan Fisik :


Inspeksi :
Bentuk tubuh :simetris, gigantisme : Tidak terkaji, kretinisme :
Tidak terkaji,
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak terkaji.
Pembesaran pada ujung-ujung ekstremitas bawah atau atas : Tidak
terkaji, lesi : Tidak terkaji.

Palpasi :
Kelenjar tiroid : Tidak terkaji. Pembesaran tiroid : Tidak terkaji.

(3) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

f) Sistem Persarafan
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji.

Saat dirawat :
Keluarga mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran
secara perlahan 3 hari smrs. Bicara pasien juga tidak nyambung.
Sejak 2 hari smrs pasien menjadi lebih banyak tidur, ketika
dipanggil membuka mati namun kembali tertidur.

Penurunan kesadaran : ada penurunan kesadaran

(2) Pemeriksaan Fisik :


Orientasi terhadap orang : Tidak terkaji

Orientasi waktu : Tidak terkaji

Orientasi tempat : Tidak terkaji

Memori jangka panjang : Tidak terkaji

Memori jangka pendek : Tidak terkaji

Kemampuan kalkulasi : Tidak terkaji

Inspeksi :
Tingkat kesadaran :
 Kualitatif : Kompos Mentis, kuantitatif : E = 4, M = 5, V = 2
(totalnya 11 : Derilium)
Wajah : Tidak terkaji
Mulut : Mencong, sepstik : Tidak ada.
Suara : Tidak terkaji.
Pergerakan tidak terkoordinir/involunter : Tidak terkaji
Tes sensori :
Rangsangan ringan (kapas) : Tidak terkaji.
Rangsangan sentuh : Tidak terkaji.
Tes diskriminasi : Tidak terkaji
Lesi di kepala : Tidak ada.

Uji saraf cranial:


Nervus I (Olfaktori) : Tidak terkaji

Nervus II (Optikus) : Tidak terkaji

Nervus III (Occulomotor) :


- Pasien mampu membuka mata saat di panggil namun tertidur
kembali

Nervus IV (Tocchlear) :
Tidak terkaji

Nervus V (Trigeminus) :
Tidak terkaji

Nervus VI (Abducent) :
Tidak terkaji

Nervus VII (Fasia) :


Terlihat wajah pasien tidak simetris dimana mulutnya terlihat mencucu.

Nervus VIII (Vestibulo Coclearis) :


- Pasien dapat mendengar dan menjawab apa yang ditanyakan
oleh perawat.

Nervus IX (Glosofaringeal) :
- Pasien mampu menelan dengan baik.

Nervus X (Vagus) :
- Pasien mampu menelan dengan baik. Pasien juga memiliki mual
dan muntah

Nervus XI (acsesorius) :
- Test otot trapezius : Tidak terkaji
- Test sternocledomastodeus : Tidak terkaji

Nervus XI ( Hipoglosus) :
- Artikulasi pasien tidak jelas

Perkusi :
Refleks Fisiologi :
- Tendon biceps : Tidak terkaji
- Tendon triceps : Tidak terkaji
- Tendon patela : Tidak terkaji
- Tendon achilles : Tidak terkaji
Refleks Patologis :
- Refleks babinski : Tidak terkaji
- Reflek kaku kuduk : (+)

(3) Masalah keperawatan : Perfusi serebral tidak efektif

g) Sistem Persepsi Sensori (Penglihatan, Pendengaran)


(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Penglihatan : Tidak terkaji

Pendengaran : normal

Saat dirawat : normal

(2) Pemeriksaan Fisik :


Inpeksi :
Penglihatan: conjungtiva : Pink ,sklera : Tidak ikterik,
Palpebrae : Tidak terkaji,
Pupil : Isokor, reaksi cahaya : Kontriksi, Diameter : Tidak terkaji
Pendengaran : pinna : ada, canalis auditorious externa : ada,
Reflex cahaya politzer : Tidak terkaji, Membrane timpani : utuh.
Pengeluaran cairan/darah dari telinga : Tidak ada.
Lesi : Tidak terkaji.

Palpasi :
Penglihatan : TIO : : Tidak terkaji
Pendengaran : pinna : Nyeri tekan dan pembengkakan : Tidak
terkaji
(3) Masalah keperawatan : tidak ada masalah.

h) Sistem Muskuloskeletal
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/ dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Pasien tampak bedrest.

(2) Pemeriksaan Fisik :


Inspeksi :
Ekstremitas atas : Tidak terkaji

Ekstermitas bawah : Tidak terkaji

Atrofi : Tidak terkaji

Nilai kekuatan otot :2


2 2
2 2
Keterangan :
0 : tidak ada kontraksi otot
1 : kontraksi otot dapat di palpasi tampa gerakkan persendian
2 : tidak mampu melawan gaya gravitasi
3 : hanya mampu melawan gaya gravitasi
4 : mampu menggerakan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahanan sedang
5 : mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,
mampu melawan gaya gravitasi, dan mampu melawan dengan
tahanan penuh

Bentuk collumna verterbralis : Tidak terkaji


Penggunaan alat/balutan : Tidak terkaji.

Palpasi :
Nyeri tekan pada processus spinosus : Tidak terkaji

(3) Masalah keperawatan : Gangguan mobilitas fisik


i) Sistem Reproduksi
(1) Anamnesa:
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Tidak terkaji

Inspeksi :
Mamae :Tidak terkaji , gynecomasti :Tidak terkaji.

Genetalia eksterna: Tidak terkaji, lesi : Tidak terkaji.


Edema pada genetalia eksterna : Tidak terkaji.

Palpasi:
Mammae: massa/benjolan: Tidak terkaji.
Lesi : Tidak terkaji.

(2) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

j) Sistem Integumen
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Tidak terkaji

(2) Pemeriksaan Fisik :


Inspeksi :
Rambut : Tidak terkaji, distribusi : Tidak terkaji, rontok:
Tidak rontok
kuku : Tidak terkaji.
Kulit : Tidak terkaji
Ptekie : Tidak terkaji.
Ekimosis : Tidak terkaji.

Palpasi :
Tekstur kulit : Tidak terkaji.
Turgor kulit : Tidak terkaji.
Nyeri tekan : Tidak terkaji.

(3) Masalah keperawatan: Tidak ada masalah


k) Sistem Imun Hematologi
(1) Anamnesa :
Sebelum sakit/dirawat :
Tidak terkaji

Saat dirawat :
Tidak terkaji.

(2) Pemeriksaan Fisik :


Inspeksi :
Pembesaran kelenjar getah bening/limfe : Tidak terkaji.
Lesi : Tidak terkaji.
Rumple leed test : Tidak terkaji

Palpasi :
Pembesaran kelenjar getah bening/limfe: Tidak terkaji.

(3) Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.

4. Psychosocial & Spiritual Assesment


a. Status emosi : Tidak terkaji
b. Konsep diri
- Gambaran diri : Tidak terkaji
- Harga diri : Tidak terkaji
- Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan
bisa melakukan aktivitas sepertinya
- Identitas diri : Tidak terkaji
- Peran : Tidak terkaji
c. Gaya komunikasi
- Kejelasan artikulasi : Tidak jelas.
- Intonasi : Tidak terkaji
- Cepat lambatnya : Tidak terkaji
d. Pola interaksi : interaksi dua arah.
e. Pola mengatasi masalah : Selalu dibantu kalau ada
masalah
f. Hubungan sosial : Tidak terkaji
g. Kultur yang diikuti : Tidak terkaji
h. Gaya hidup : Tidak terkaji
i. Kegiatan agama dan relasi dengan Tuhan : Tidak terkaji
j. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya
(Pandangan atau pemahaman atau sejauh mana pengetahuan klien dan
atau keluarga terhadap penyakitnya): Tidak terkaji.
5. PEMERIKSAAN KLINIS
a. Pemeriksaan Laboratorium (21-2-23)

Kimia klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan


Kalium 3,6 mEq/L 3,5-5,1
Klorida 86 mEq/L 98 - 109
Magnesium 2,2 mEq/L 1,6 – 2,6
Natrium 124 mEq/L 135 - 145
Kalsium ion 4,24 mg/dl 4,5 – 5,6
SGOT 17 u/L 15 - 37
SGPT 16 u/L 0-55
Kreatinin 0,60 mg/dl 0,72-1,25
Glukosa sewaktu 110 mg/dl < 140
Ureum 25,7 mg/dl 19 - 44
Anti HIV Non reaktif mg/dl Non reaktif

Kimia klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan

Kalium 2,4 mEq/L 3,5-5,1

Klorida 95 mEq/L 98 - 109

Natrium 125 mEq/L 135 - 145

b. Pemeriksaan Laboratorium (1-3-23)

c. Pemeriksaan Laboratorium (2-3-23)


Kimia klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan

Kalium 3,8 mEq/L 3,5-5,1

Kalsium ion 4,78 mEq/L 4,5 – 5,6

Natrium 131 mEq/L 135 - 145

d. Pemeriksaan Laboratorium (3-3-23)

Kimia klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan

Kalium 2,4 mEq/L 3,5-5,1

Klorida 95 mEq/L 98 - 109

Natrium 125 mEq/L 135 - 145

Kimia klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan


Kalium 3,2 mEq/L 3,5-5,1
Klorida 96 mEq/L 98 - 109
Natrium 125 mEq/L 135 - 145
Kalsium ion 4,66 mg/dl 4,5 – 5,6

e. Pemeriksaan Laboratorium (6-3-23)


Kimia klinik Hasil Satuan Nilai Rujukan

Natrium 132 mEq/L 135-145

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Ct scan : lesi isoden multiple
Rdiologi
Pemeriksaan Tidak ada tb/bp dan
Rontgen Thorax Cardiomegali

6. TERAPI

OAT 1 x 4 tbl
adalah obat-obatan yang
diberikan pada pasien
tuberkulosis yang dapat
terbagi menjadi beberapa lini.
Pengobatan OAT lini pertama
sendiri terdiri dari Isoniazid
(H), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z), Ethambutol
(E) dan Streptomisin
(S) (Permenkes, 2016)
Dexametason 200 mg/jam
 adalah obat yang digunakan
untuk meredakan peradangan
pada beberapa kondisi, seperti
reaksi alergi, penyakit
autoimun, atau radang sendi.
Selain itu, obat ini juga
digunakan dalam pengobatan
multiple myeloma.
Dexamethasone termasuk
dalam obat golongan
kortikosteroid. Obat ini
bekerja dengan cara
menghambat respons sistem
kekebalan tubuh berlebih yang
memicu peradangan. Dengan
begitu, gejala yang menyertai
peradangan juga dapat
membaik.

Rifampicin 600 mg
adalah obat antibiotik yang
digunakan untuk mengobati
dan mencegah beberapa
penyakit akibat infeksi bakteri,
seperti tuberkulosis. Untuk
pengobatan, rifampicin
biasanya harus
dikombinasikan dengan obat
antibiotik lain.
Rifampicin bekerja dengan
cara membunuh bakteri
penyebab infeksi. Selain
tuberkulosis, obat ini juga
digunakan untuk mengobati
kusta, brucellosis, penyakit
Legionnaire, dan
infeksi Staphyloccus
aureus yang berat.

1. Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
Keluarga mengatakan : Pemeriksaan Fisik:
1. Keluarga mengatakan 1. TTV:
pasien mengalami a. TD: 143/82 mmHg
penurunan kesadaran sejak 3 mmHg,
hari smrs. b. Nadi radialis :
2. Pasien bicaranya kadang 84x/menit regular
nyambung kadang tidak c. RR : 20x/menit
sejak kurang lebih 2 hari d. T : 36,0° C
smrs 2. BB : 38, TB : 174 IMT :
3. Nyeri di belakang kepala 12,55 (Sangat kurus).
pasien 3. Pasien tampak tidak sadar
4. Muntah 2 kali 1 hari smrs. pemuh dengan GCS :
5. Pasien pernah dirawat E4V5M2 (Derilium).
dirumah sakit selama 21 4. Bising usus : 10 x/menit
hari dan pulang karena ada 5. Bentuk abdomen : Datar
perbaikan dengan kesadaran 6. Mobilitas : Dibantu
kompos mentis dan dapat 7. Pasien hanya berbaring di
beraktivitas sehari-hari. tempat tidur (bedrest) dengan
6. Pasien memiliki riwayat ekspresi wajah murung.
merokok selama lebih dari 8. Pasien tidak mau kontak mata.
20 tahun, 1-2 bungkus/ hari. 9. Koping mekanisme : selalu
7. Pasien tidak memiliki dibantu bila ada masalah.
riwayat penyakit dm, 10. Pasien terlihat memiliki mulut
hipertensi, asam urat, mencung.
jantung, dan ginjal. 11. Pasien terdengar bicara pelo
8. Pasien pernah dikasi obat 12. Pasien terlihat pandangan
dexa. kosong.
9. Pasien memiliki riwayat 13. Pasien tampak mual dan
konsumsi oat (obat anti tb). muntah.
10. Keluarga mengatakan pasien 14. Pasien terpasang kateter
beragama islam 15. Telinga berdengung sesekali.
11. Keluarga mengatakan sejak 16. Status mental umum : lupa
sakit pasien berhenti keterbatasan diri
beribadah 17. Status mental umum val : 15
18. Total skrining jatuh umum :
50
19. Skor persepsi sensori : 4
20. Skor kelembapan : 4
21. Skor aktivitas : 1
22. Skor mobilitas : 1
23. Skor friksi gesekan : 1
24. Skor total skrining dekubitus
umum : 12
25. Kaku kuduk (+)
26. Mukosa bibir kering (+)
27. Atrofi otot lengan (+)
28. Gangguan menelan
29. Obstruksi jalan napas (+)
30. Batuk (+).
31. Frekuensi BAK : 8x sehari
32. Warna urin : kemerahan
33. Pemeriksaan radiologi :
a. Ct scan : lesi isoden
multiple
b. Rontgen thorax : tidak
tampak tb/bp dan
kardiomegali
34. Pemeriksaan laboratorium
(21-2-23)
a. Hb : 12,4
b. GDS : 110
c. Ureum : 25,7
d. Kreatinin : 0,60
e. SGOT : 17
f. SGPT : 16
g. Protein : 70.79
h. Lemak : 52,4
i. Karbohidrat : 283
j. Na : 124
k. Cl : 86
l. K : 3,6
m. Mg : 2,2
n. Kalsium ion :4,24

24. Pemeriksaan laboratorium (1-


3-23) :
a. K : 2,4
b. Na : 125
c. Cl : 95

25. Pemeriksaan laboratorium ( 2-


3-23)
a. K : 3,2
b. Kalsium iono : 4,66
c. Na : 125
d. Cl : 96

26. Pemeriksaan laboratorium (3-


3-23)
a. K : 3,8
b. Kalsium ion : 4,78
c. Na : 131

27. Pemeriksaan laboratorium ( 6-


3-23)
a. Na : 132

28. Terapi :
a. Terapi heparin lock IV
umum
b. Terapi heparin lock IV val :
20
c. Dexametason 1 x 22 mg iv
d. Oat 1 x 4 tab
e. Rifamicin 60 mg

2. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Mycobacterium Tuberculosis Perfusi serebral tidak efektif
Keluarga mengatakan :
a. Pasien mengalami
penurunan kesadaran terinhalasi lewat udara yang
sejak 3 hari smrs. dihirup oleh individu
b. Pasien bicaranya
kadang nyambung
kadang tidak sejak bakteri masuk ke dalam saluran
kurang lebih 2 hari pernapasan
smrs.
c. Nyeri di belakang
bakteri masuk ke pembuluh darah
kepala pasien
d. Muntah 2 kali 1 hari
smrs. bakteri masuk ke pembuluh darah
e. Pernah punya serebral
riwayat TB
f. Riwayat merokok
>20 tahun, sehari 1-2 Bakteri mengiritasi lapisan
bungkus meningen otak
DO :
a. Pasien tampak sering
mengantuk Peradangan lapisan meningen
b. GCS : 11(Derilium) otak
c. Bicara pasien
terkadang tidak
nyambung. Meningitis
d. TD : 143/82 mmHg
e. Pemeriksaan
radiologi : Netropil bergerak ke ruang
1. Ct scan : lesi subaraknoid untuk memfagosit
isoden multiple bakteri menghasilkan eksudat
f. Pemeriksaan Lab : dalam ruang subaraknoid
1. Hb : 12,3 d/dl
2. Cl : 86 meq/l
Eksudat dapat meningkatkan
3. Na : 124 meq/l
tekanan intracranial
4. K ; 2,4 meq/l
g. Therapi :
1. Dexametason 1 x Produksi eksudat meningkat
22 mg iv
2. Oat 1 x 4 tab
3. Rifamicin 60 mg Akumulasi eksudat meningkat

Menghambat aliran darah menuju


ke serebral

Penurunan aliran darah ke


serebral
Perfusi serebral tidak efektif
2 DS : Mycobacterium Tuberculosis Defisit nutrisi
Keluarga mengatakan :
a. Pasien mual dan
muntah terinhalasi lewat udara yang
b. Pernah punya dihirup oleh individu
riwayat TB
c. Merokok > 20
tahun, sehari 1-2 bakteri masuk ke dalam saluran
bungkus pernapasan

DO :
a. BAB : 1 x sehari bakteri masuk ke pembuluh darah
b. IMT : 12,55 (Berat
badan kurang). bakteri masuk ke pembuluh darah
c. Mukosa bibir kering serebral
d. Ct scan : lesi isoden
multiple
e. Batuk (+) Bakteri mengiritasi lapisan
f. Pemeriksaan meningen otak
laboratorium :
1. Cl : 86 meq/l
2. Na : 124 meq/l Peradangan lapisan meningen
3. K ; 2,4 meq/l otak
g. Terapi :
1. Dexametason 1 x Meningitis
22 mg iv
2. Oat 1 x 4 tab
3. Rifamicin 60 mg Netropil bergerak ke ruang
subaraknoid untuk memfagosit
bakteri menghasilkan eksudat
dalam ruang subaraknoid

Eksudat dapat meningkatkan


tekanan intracranial

Merangsang sistim saraf simpatis

Menekan saraf cranial X (Nervus


vagus)

Merangsang reflek vasovagal

Persepsi mual dan muntah


Defisit nutrisi
3 DS : Mycobacterium Tuberculosis Defisit perawatan diri
a. Pasien mengalami
penurunan kesadaran
sejak 3 hari smrs. terinhalasi lewat udara yang
b. Pasien bicaranya dihirup oleh individu
kadang nyambung
kadang tidak sejak
kurang lebih 2 hari bakteri masuk ke dalam saluran
smrs. pernapasan
c. Nyeri di belakang
kepala pasien
bakteri masuk ke pembuluh darah
d. Riwayat TB
e. Riwayat merokok
>20 tahun, sehari 1-2 bakteri masuk ke pembuluh darah
bungkus serebral

DO : Bakteri mengiritasi lapisan


a. Pasien tampak kotor. meningen otak
b. Pasien tampak
terbaring (bedrest)
c. Kebutuhan mandi, Peradangan lapisan meningen
makan, dan otak
berpakaian pasien
dibantu.
d. GCS : 11 (Derilium)
e. Skor mobilitas : 1 Meningitis
f. Skor aktivitas : 1
g. Kekuatan otot
menurun. Netropil bergerak ke ruang
h. Terpasang cateter. subaraknoid untuk memfagosit
i. Mobilitas : Dibantu bakteri menghasilkan eksudat
baik makan, mandi, dalam ruang subaraknoid
Bab dan Bak, dan
berpakaian
j. Terapi Eksudat dapat meningkatkan
1. Dexametason 1 x tekanan intracranial
22 mg iv
2. Oat 1 x 4 tab Produksi eksudat meningkat
3. Rifamicin 60 mg

Akumulasi eksudat meningkat

Menghambat aliran darah menuju


ke serebral
Penurunan aliran darah ke
serebral

Perfusi serebral tidak efektif

Hipksia serebral

Iskemik serebral

Nekrosis neuron-neuron area


broadman 4 dan 6 yang
merupakan area motorik primer

Paresis atau keadaan gangguan


parsial fungsi motorik

Kekuatan otot menurun

Kelemahan pada otot

Aktivitas dan mobilitas menjadi


menurun

Defisit perawatan diri

1. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi jaringan ke serebral tidak efektif b.d gangguan transport oksigen d.d
gangguan status mental, perubahan respon motoric, kelemahan atau paralisis
ekstermitas, dan abnormalitas bicara.
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) d.d nafsu makan
menurun, berat badan dibawah rentang ideal,mukosa mulut kering.
3. Deficit perawatan diri b.d kelemahan d.d tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/ke toilet secara mandiri kekuatan otot menurun, rentang Gerakan menurun,
Gerakan terbatas, dan fisik lemah.
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Perfusi jaringan ke Setelah dilakukan intervensi Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial


serebral tidak efektif b.d keperawatan selama 1x24 jam, Observasi Observasi
gangguan transport maka perfusi serebral meningkat 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK 1. Karena dengan
oksigen d.d gangguan dengan kriteria hasil : (misal lesi, gangguan metabolism, edema mengidentifikasi penyebab
status mental, perubahan 1. Tingkat kesadaran serebral. peningkatan tekanan
respon motoric, meningkat (5). 2. Monitor tanda dan gejala peningkatan TIK intracranial dapat
kelemahan atau paralisis 2. Kognitif meningkat (5). (missal tekanan darah meningkat, dan meminimalkan atau
ekstermitas, dan 3. Tekanan intracranial kesadaran menurun). menghindari penyebab
abnormalitas bicara. menurun (5). 3. Monitor status pernapasan. peningkatan intrakranial.
4. Sakit kepala menurun (5). 4. Monitor intake dan output cairan. 2. Karena dengan monitor tanda
5. Nilai rata-rata tekanan Terapeutik dan gejala peningkatan
darah membaik (3). 1. Meminimalkan stimulus dengan tekanan intracranial dapat
6. Kesadaran membaik (5). menyediakan lingkungan yang tenang. mencegah atau mengatasi
7. Tekanan darah sistolik 2. Berikan posisi semi fowler. adanya peningkatan tekanan
membaik (5). Kolaborasi intrakranial.
8. Tekanan darah diastolic 1. Kolaborasi pemberikan antibiotic 3. Karena dengan monitor
membaik (5). status pernapasan dapat
9. Reflek saraf membaik (5). mengevaluasi tingkat
oksigenasi pada pasien.
4. Karena dengan melakukan
monitor intake dan output
dapat mengetahui
keseimbangan cairan tubuh
pasien
Terapeutik
1. Karena dengan
meminimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
dapat meningkatkan
kenyamanan dan
menurunkan sakit kepala
pada pasien.
2. Karena dengan memberikan
posisi semi fowler dapat
menurunkan tekanan
intracranial.
Kolaborasi
1. Karena dengan pemberian
antiobiotik dapat membunuh
kuman (bakteri) yang
menyebabkan infeksi pada
selaput otak yaitu pemberian
oat dan dexametason.

2. Defisit nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi


psikologis (keengganan keperawatan selama 1x24 jam, Observasi Observasi
untuk makan) d.d nafsu maka status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi. 1. Karena dengan identifikasi
makan menurun, berat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kalori dan jenis nutrient. status nutrisi dapat
badan dibawah rentang 1. Berat badan membaik (5). 3. Monitor asupan makanan. mengetahui tingkat nutrisi
ideal,mukosa mulut 2. Indeks masa tubuh 4. Monitor berat badan. pada pasien.
kering. membaik (5). 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium. 2. Karena dengan identifikasi
3. Nafsu makan membaik (5). Terapeutik kalori dan jenis nutrient
1. Berikan makanan tinggi serat untuk dapat mengetahui
mencegah konstipasi. kebutuhan kalori dan
Kolaborasi nutrient yang dibutuhkan
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum pasien.
makan (antiemetic). 3. Karena dengan monitor
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk asupan makanan dapat
menentukan jumlah kalori dan jenis mengetahui intake nutrisi
nutrient. pasien.
4. Karena dengan monitor
berat badan dapat
mengetahui status nutrisi
pasien.
5. Karena dengan monitor
hasil pemeriksaan
laboratorium dapat
membantu mengetahui dan
menilai penyebab deficit
status nutrisi.
Terapeutik
1. Karena dengan berikan
makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi dan
dapat membantu
pemenuhan nutrisi yang
adekuat.
Kolaborasi
1. Karena dengan kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (antiemetic)
dapat membantu mencegah
mual dan muntah sehingga
nutrisi adekuat.
2. Karena dengan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient dapat
membantu pemenuhan
kebutuhan nutrisi pasien.
3. Deficit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri
b.d kelemahan d.d tidak keperawatan selama 1x24 jam, Observasi Observasi
mampu maka perawatan diri menurun 1. Identifikasi tingkat kemandirian. 1. Karena dengan identifikasi
mandi/mengenakan dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alat bantu kebersihan diri, tingkat kemandirian dapat
pakaian/ke toilet secara 1. Kemampuan mandi berpakaian, dan makan. mengetahui kemampuan
mandiri. meningkat (5). Terapeutik pasien dalam melakukan
2. Kemampuan mengenakan 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik perawatan diri.
pakaian meningkat (5). (suasana hangat, rileks, privasi). 2. Karena dengan identifikasi
3. Kemampuan ke toilet 2. Fasilitasi untuk menerima keadaan alat bantu kebersihan diri,
meningkat (5). ketergantungan. berpakaian, dan makan
4. Pergerakan ekstermitas Edukasi dapat membantu kesiapan
meningkat (5). 1. Anjurkan melakukan perawatan diri perawatan diri pasien .
5. Kekuatan otot meningkat secara konsisten sesuai kemampuan. Terapeutik
(5). 2. Edukasi keluarga untuk menggunakan 1. Karena dengan sediakan
6. Rentang gerak meningkat APD (Masker) saat kontak dengan pasien. lingkungan yang terapeutik
(5). (suasana hangat, rileks,
7. Gerakan terbatas menurun privasi) dapat meningkatkan
(5). Dukungan mobilisasi kenyamanan pasien dalam
8. Kelemahan fisik menurun Observasi melakukan perawatan diri.
(5). 1. Identifikasi adanya keluhan fisik. 2. Karena dengan fasilitasi
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan untuk menerima keadaan
pergerakan. ketergantungan dapat
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan membantu pasien dapat
darah sebelum memulai mobilisasi. memenuhi kebutuhan pasien
4. Monitor kondisi umum selama melakukan dalam melakukan perawatan
mobilisasi. diri.
Terapeutik Edukasi
1. Fasilitasi melakukan pergerakan misalnya 1. Karena dengan anjurkan
melakukan rom pasif. melakukan perawatan diri
2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien secara konsisten sesuai
dalam meningkatkan pergerakan. kemampuan dapat
Edukasi meningkatkan kemampuan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi. pasien dalam melakukan
2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus perawatan diri.
dilakukan (Rom pasif). 2. Karena dengan edukasi
keluarga mengenai
penggunaan APD dapat
mengurangi transmisi TB ke
keluarga pasien.

Dukungan Mobilisasi
Observasi
1. Karena dengan identifikasi
adanya keluhan fisik dapat
mengetahui adanya
kelemahan pada tubuh
pasien.
2. Karena dengan identifikasi
toleransi fisik melakukan
pergerakan dapat
mengetahui tingkat
pergerakan yang dapat
dilakukan.
3. Karena dengan monitor
frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi dapat
mengevaluasi adanya
perubahan pada tanda-tanda
vital sebelum dilakukan
mobilisasi.
4. Karena dengan monitor
kondisi umum selama
melakukan mobilisasi dapat
mengevaluasi tingkat
kemampuan pasien dalam
melakukan mobilisasi.
Terapeutik
1. Karena dengan fasilitasi
melakukan pergerakan
misalnya melakukan rom
pasif dapat meningkatkan
kekuatan otot pasien.
2. Karena dengan libatkan
keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan dapat
meningkatkan keterampilan
keluarga dalam membantu
peningkatan pergerakan
pasien.
Edukasi
1. Karena dengan jelaskan
tujuan dan prosedur
mobilisasi dapat
meningkatkan pemahaman
pasien dan keluarga
mengenai mobilisasi yang
dapat dilakukan pada pasien.
2. Karena dengan Ajarkan
mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (Rom pasif)
dapat meningkatkan
keterampilan pasien dan
keluarga dalam pelaksanaan
Rom Pasif.
Evidence Based For Interventions
Diagnosa Judul, Penulis & Tahun Hasil
1. Perfusi jaringan ke Judul : Effect Of Supine Menempatkan pasien dalam posisi semi-fowler
serebral tidak Versus Semi-Fowler's dengan kepala ditinggikan 30 derajat bagi pasien
efektif b.d
gangguan transport Positions On dengan peningkatan intrakranial menunjukkan
oksigen d.d Hemodynamic Stability penurunan tekanan intracranial yang signifikan dapat
gangguan status
Of Patients With Head terlihat pada adanya penurunan dalam nilai rata-rata
mental, perubahan
respon motoric, Injury tekanan darah sistolik, penurunan rata-rata
kelemahan atau nilai tekanan darah diastolik dan penurunan yang
paralisis
ekstermitas, dan Penulis : Manzoor A Mir, signifikan dalam nilai rata-rata denyut nadi
abnormalitas Amal A AlOtaibi, Raid S tekanan ke kisaran normal, selain itu juga secara
bicara. Albaradie and Jehan Y signifikan meningkatkan skor G.C.S sehingga
ElRazkey. kesadaran pasien menjadi kesadaran penuh.

Tahun : 2015
5. Defisit nutrisi b.d Judul : Antiemetic Mual dan muntah merupakan keluhan utama pasien
faktor psikologis
Therapy for Nausea and yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD). Obat
(keengganan untuk
makan) d.d nafsu Vomiting in the antiemetik biasanya diresepkan untuk pasien dengan
makan menurun,
Emergency Department keluhan mual dan muntah dan akibatnya adalah salah
berat badan
dibawah rentang satu obat yang paling sering digunakan di UGD. Agen
ideal,mukosa
antiemetik yang dipelajari dalam pengaturan ED
mulut kering. Penulis : Patanwala, A.
termasuk ondansetron, promethazine,
E., Amini, R., Hays, D.
prochlorperazine, metoclopramide, dan droperidol.
P., & Rosen, P.
Promethazine dikaitkan dengan efek samping terkait

Tahun : 2010 infus, dan lebih banyak lagi


menenangkan. Ini dapat diindikasikan ketika sedasi
diinginkan pada pasien terpilih. Proklorperazin dan
metoklopramid mungkin terkait dengan akathisia, dan
disarankan strategi pemberian yang lebih lambat untuk
mengurangi efek samping ini.
Ondansetron sama efektifnya dengan prometazin,
dalam isolasi. Pasien harus menerima cairan dan
lainnya terapi berdasarkan penyebab mual dan
muntah.
3. Gangguan Judul : Range of Motion Keefektifan latihan ROM pasif akan meningkatkan
mobilitas fisik b.d
Exercise to Improve kekuatan otot, memperbaiki tonus otot, meningkatkan
penurunan
kekuatan otot d.d Muscle Strength among mobilitas sendi, meningkatkan toleransi otot untuk
kekuatan otot Stroke Patients: A beraktivitas, dan mengurangi resiko kehilangan massa
menurun, rentang
Literature Review tulang. Sama halnya dengan latihan ROM pasif,
Gerakan menurun,
Gerakan terbatas, pemberian latihan ROM aktif sejak dini pada pasien
dan fisik lemah. Penulis : Srinayanti, Y., stroke dapat meningkatkan kekuatan otot. Rom pasif
Widianti, W., Andriani, dapat dilakukan dengan cara fleksi dan ekstensi,
D., Firdaus, F. A., & kemudian aduksi dan abduksi.
Setiawan, H.

Tahun : 2021

PEMERIKSAAN PENUNJANG TAMBAHAN


1. MRI untuk mendeteksi pergeseran kandungan otak (yang dapat memicu
herniasi) sebelum punksi pulmonal dilakukan.
2. Kultur bakteria dan pewarnaan gram pada CSF dan darah.

DAFTAR PUSTAKA
Mir, M. A., AlOtaibi, A. A., Albaradie, R. S., & ElRazkey, J. Y. (2015). Effect of
supine versus semi-fowler's positions on hemodynamic stability of patients with
head injury. World journal of Pharmaceutical research, 4(4), 1559-1569.
Patanwala, A. E., Amini, R., Hays, D. P., & Rosen, P. (2010). Antiemetic therapy for
nausea and vomiting in the emergency department. The Journal of emergency
medicine, 39(3), 330-336.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnosis Edisi I. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Srinayanti, Y., Widianti, W., Andriani, D., Firdaus, F. A., & Setiawan, H. (2021). Range
of motion exercise to improve muscle strength among stroke patients: a literature
review. International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS), 4(3), 332-
343.

Anda mungkin juga menyukai