Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberculosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat dikenal lama pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat
tinggal di daerah lingkungan padat penduduk mdi masa lalu, dibuktikan dengan
adanya penemuan kerusakan tulang vertebera yang khas TB dari kerangka yang
digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang
berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid Mesir kuno padatahun 2000-4000
SM. Hipokrates telah memperkenalkan terminologi phytisis yang diangkat dari
bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB paru ini.
Bukti yang lain dari Mesir, pada mummi yang berasal dari tahun 3500 SM,
Jordania (300 SM), Skandinavia (200 SM), Mesir (1000 SM), Peru (700), Inggris
(200-400 SM) masing-masing dengan fosil tulang manusia yang melukiskan
adanya Pott’s Disease atau abses paru yang berasal dari tuberkulosis, atau
terdapatnya lukisan orang-orang dengan bongkok tulang belakang karena sakit
spondilitis TB.
Literatur Arab : Al Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina (980-1037 M)
menyatakan adanya kavitas pada paru dan hubungannya dengan lesi di kulit.
Pencegahannya dengan makanan yang bergizi, menghirup udara bersih dan
kemungkinan (prognosis) dapat sembuh dari penyakit ini. Disebutkan juga bahwa
TB sering didapat pada usia muda (18-30 tahun) dengan tanda-tanda badan kurus
dan dada yang kecil.
Baru pada tanggal 24 Maret 1882, Robert Koch menemukan kuman
penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang dan dari sinilah diagnosis secara
mikrobiologis dimulai dan penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi pada tahun
8 November 1895 Wilhelm Rontgen menemukan sinar X sebagai alat bantu
menegakkan diagnosis yang lebih tepat.
Penyakit ini kemudian dinamakan Tuberkulosis, dan hampir seluruh tubuh
manusia dapat terserang olehnya tetapi yang paling banyak adalah organ paru.
Pada permulaan abad 19, insiden penyakit tuberkulosis di Eropa dan
Amerika sangat besar. Angka kematian cukup tinggi, yaitu 400 per 100.000

1
penduduk, dan angka kematian berkisar 15-30% dari semua kematian. Diantara
orang-orang terkenal seperti : Voltare, Sir Walter-Scott, Edgar Allan Poe,
Frederick Chopin, Laenec, Anton Chekov, dll. Usaha-usaha untuk mengurangi
angka kematian dilakukan seperti menghirup udara segar di alam terbuka,
makan/minum makanan bergizi, memberikan obat anti tuberkulosis (sebagai
upaya terapi), digitalis, minyak ikan dan lain-lain, tetapi hasilnya masih kurang
memuaskan. Tahun 1840 George Boddington dari Sutton Inggris mengemukakan
konsep sanatorium untuk pengobatan TB, tetapi ia tidak mendapat tanggapan pada
waktu itu. Baru pada tahun 1859 Brehmen di Silesia Jerman, mendirikan
sanatorium dan berhasil menyembuhkan sebagian pasiennya.
Sejak itu banyak sanatorium didirikan seperti di Denmark, Amerika
Serikat dan kemudian terbanyak di sekitar Inggris, Wales, Skotlandia. Setelah
sukses dengan sanatorium, barulah akhirnya dipikirkan usaha pencegahan seperti
memusnahkan sapi yang tercemar TB, memberikan pendidikan kesehatan dan
perbaikan lingkungan padat penduduk, mengurangi pekerjaan yang memberatkan.
Sejak awal abad 19, angka kesakitan dan kematian, pertahun dapat
diturunkan karena program perbaikain gizi dan kesehatan lingkungan yang baik
serta adanya pengobatan lain/tindakan bedah seperti collapse therapy.
Pada tanggal 24 Maret 1892, Robert Koch mengidentifikasi basil tahan
asam M. tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri penyebab TB ini. Ia
mendemonstrasikan bahwa basil ini bisa dipindahkan kepada binatang yang
rentan, yang akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan prinsip
utama dari patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia menggambarkan suatu
percobaan pada babi, untuk memastikan observasinya yang pertama yang
menggambarkan bahwa imunitas didapat mengikuti infeksi primer sebagai suatu
fenomena Koch. Konsepnya berupa imunitas yang didapat (acquired immunity)
diperlihatkan dengan pengembangan vaksin TB, satu vaksin yang sangat sukses,
yaitu vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG) dibuat dari strain Mikobakterium
Bovis, vaksinasi ditemukan oleh Albert Camette dan Camille Guerin di Institut
Pasteur Perancis dan pertama kali ke manusia pada tahun 1921.
Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai pada tahun 1944 ketika
seorang perempuan umur 21 tahun dengan penyakit TB paru lanjut mendapat

2
injeksi pertama Streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh Selman Waksman.
Segera disusul dengan penemuan asam para amino salisik (PAS). Kemudian
dilanjutkan dengan Isoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh Robitzek dan
Selikoff (1952). Kemudian diikuti penemuan berturut-turut Pirazinamid (1954)
dan Etambutol (1952), Rifampisin (1963) yang menjadi obat utama TB hingga
saat ini.1

3
BAB II
INTERVENSI

A. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Pemilihan intervensi disesuaikan dengan kebutuhan dan kekurangan
yang menjadi permasalahan sanitasi yang menjadi faktor risiko penularan
penyakit diare pada anggota keluarga ini. Rencana pemilihan intervensi
dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah dan melakukan pretest tentang
pengetahuan penyakit diare dan peran sanitasi pada penularan penyakit diare.
Kegiatan kunjungan rumah bertujuan mengetahui faktor risiko penularan dari
segi sanitasi sedangkan pretest dilakukan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan pasien tentang penyakit diare
dan pencegahnnya. Dari hasil pretest dan kunjungan rumah itu akan
dirumuskan alternatif pemilihan intervensi.
Permasalahan yang ditemukan setelah dilakukan kunjungan rumah dan
prestes pada pasien dan keluarga adalah
a. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai diare dan penularannya
b. Sanitasi lingkungan rumah yang kurang sehat dan mendukung penularan
penyakit diare
c. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari anggota keluarga

Tabel Matriks Prioritas Masalah


No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Kurangnya 5 5 5 4 4 4 5 40.000
pengetahuan
keluarga mengenai
diare dan
penularannya
2. Sanitasi lingkungan 4 4 4 4 4 4 4 16.384
rumah yang kurang
sehat dan
mendukung
penularan penyakit
diare
3. Perilaku hidup bersih 4 4 4 4 4 3 4 12.288
dan sehat yang

4
kurang dari anggota
keluarga

Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas masalah
keluarga dan pasien adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai diare dan penularannya
b. Sanitasi lingkungan rumah yang kurang sehat dan mendukung penularan
penyakit diare
c. Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari anggota keluarga
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai penyakit diare dan penularannya. Akan tetapi, ketiga
permasalahan yang muncul dalam kelaurga ini dapat disatukan menjadi
menjadi yaitu kurang penegatuan tentang sanitasi dan perilaku hidup bersih
dan sehat dalam pencegahan penyakit diare.
Intervensi yang akan diberikan sebagai alternatif pemecahan masalah
yang akan dilakukan adalah dengan edukasi atau pembinaan keluarga untuk
meningkatkan penegatuan tentang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam pencegahan penyakit diare. Peningkatan pengetahuan pada
keluarga dan pasien diharapkan mampu meningkatkan sikap dan perilaku
serata perbaikan sanitasi dalam tujuan pencegahan penularan diare.

5
B. PELAKSANAAN
Hari/ tanggal : Sabtu/ 1 September 2012
Kegiatan : Kunjungan rumah dan edukasi keluarga
Materi : Peran sanitasi dan PHBS dalam penularan penyakit diare
Sasaran : Pasien dan keluarga
C. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evalasi dilakukan dengan pemberian postest pada orang
tau pasien setelah diberikan edukasi tentang peran sanitasi dan PHBS dalam
penularan penyakit diare. Postest dilakukan untuk mengetahui perkembangan
pengetahuan setelah dilakukan edukasi. Dari hasil postes menunjukkan
peningkatan pengetahuan tentang peran sanitasi dan PHBS dalam penularan
penyakit diare.

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SKENARIO BATUK YANG BERLANGSUNG LAMA


Pada pasien yang diduga batuk yang berlangsung lama dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, penunjang dalam hal menentukan diagnosis.

2.2 PEMERIKSAAN

2.2.1 Anamnesis

Anamnesis baik terhadap pasien maupun keluarganya.

 Identitas
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang (RPS)
 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
 Riwayat Keluarga
 Riwayat psychosocial (social)

2.2.2 Pemeriksaan Fisik


Inspeksi
Perhatikanlah simetri atau asimetri; sela iga, ruang supraklavikula, dan
tulang-tulang yang membentuk rongga dada. Dibagian posterior, tulang
belakang yang menonjol adalah vertebra cervical ketujuh dan kemudian
ada lengkungan keluar yang halus (kifosis), yang bertemu dengan
lengkung kedalam yang normal di daerah lumbal (lordosis). Lalu
perhatikan dinamika pernapasan, inspirasi maksimum yang dilakukan oleh
orang normal menggunakan otot tambahan di leher yang mengangkat iga
pertama dan kedua dan sedikit mengangkat clavikula. Adanya penonjolan
sternum yang jelas disebut pektus karinatum (dada burung merpati).
Pektus ekskavatum adalah sternum yang cekung kedalam.

7
Palpasi
Dengan melakukan fremitus raba, pakailah sisi ulnar jari kelima atau
telapak tangan pada tempat yang sama diatas tiap paru-paru dan mintalah
pasien untuk mengucapkan “Sembilan puluh Sembilan” untuk mengetahui
adanya suara tambahan bernada rendah. Palpasi pulalah trekea selama
inspirasi dalam dan bila perlu, ukurlah pengembangan dada dengan pita
pengukur.
Perkusi
Tujuan perkusi adalah memperlihatkan keadaan pekak pada tempat
dimana seharusnya ada resonansi.
 Pada keadaan, efusi pleura : nada perkusi menjadi pekak jika
ruang pleura berisi cairan.
 Paru-paru yang mengalami konsolidasi karena berisi cairan
atau infiltrat seluler tidak mengandung udara dan memberikan
nada pekak.

Pada paru-paru normal dapat terdengar berbagai macam nada perkusi.


Dibagian anterior, didaerah dada kiri bawah atau ruang traub, terdengar
nada timpani yang disebabkan oleh gelembung gas pada lambung. Di
bagian lateral dapat dijumpai daerah pekak limpa, pada garis midaksila iga
ke-8 sampai ke-10. Dan pekak hati ditemukan kira-kira sela iga ke-6
bagian kanan.
Auskultasi
Tiga bunyi pernapasan normal:
 Bunyi pernapasan vesikular :
Timbul karena berpusarnya udara di dalam alveolus dan
merupakan bunyi pernapasan normal. Nada ini rendah, halus
dan terdengar paling jelas di bagian perifer karena memang
timbul didekatnya. Karena bunyi ini timbul saat udara masuk ke
alveolus maka lebih terdengar saat inspirasi.
 Bunyi pernapasan bronkial :
Timbul karena turbulensi udara di dalam bronkus
kartilaginosa, nada ini lebih kasar dan tinggi dari bunyi nada

8
vesikuler. Tidak dapat didengar pada bagian periver paru-paru
normal karena hilang seluruhnya saat melewati alveolus.
 Bunyi pernapasan bronkovesikuler :
Merupakan campuran kedua unsur diatas. Bunyi ini dapat di
dengar pada tempat-tempat dimana, ada bronkeolus besar yang
ditutupi oleh satu lapisan tipis alveolus. Contohnya bunyi dapat
didengar di infraklavikuler kanan di dekat sternum.
 Ronki basah :
Bunyi yang dihasilkan selalu menunjukan adanya cairan
didalam ruang alveolus. Kalau pada seluruh apeks paru terdapat
ronki basah merupakan pertanda penemuan fisik TBC.
 Ronki :
Akibat turbulensi udara di sekitar mucus atau debris cairan
lain didalam saluran pernapasan yang besar. Bunyi kasar terus
menerus dan dapat bervariasi dari pernapasan satu ke
pernapasan berikutnya kalau posisi bahan tersebut berubah.
Contoh : Tumor.
 Stridor :
Suara kasar “melengking” yang berasal dari saluran
pernapasan bagian atas dapat di sebabkan tumor atau adenoid
yang membesar dan dapat menyebabkan sumbatan paru.2

2.2.3 Penunjang
a. Radiologi

Bakteri spesifik indentik dengan Mikrobacterium


tuberkolosis. Dapat menyerang pada anak-anak dan
dewasa, karena itu gambaran penderita TB pada anak-anak
dan dewasa berbeda. Pada anak-anak disebut sebagai
proses primer. Gambaran rontgen dari proses primer ini
sendiri adalah:
1. Kelaianan dapat mengenai seluruh jaringan paru

9
2. Juga dapat mengenai kelenjar limphe hilus. Yang biasanya gambaran hampir
sama dengan Pneumonia.

Pada Dewasa disebut sebagai proses reinfeksi. Gambaran spesifek pada dewasa
adalah:
1. Proses spesifik mempunyai predileksi diapex lobus superior
2. Di apical lobus inferior (segmen 10 dextra)
3. Berupa infiltrat bercak konsolidasi/ kesuraman, diregio tersebut

b. Laboratorium
- Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kurang sensitive
dan spesifik. Pada tuberkulasis baru mulai aktif akan ditemukan leukosit
meningkat dangan hitung pegeseran kekiri. Lanju endap darah juga meninggi
dan jumlah limfosit masih normal. Bila keaadaan sembuh maka leukosit akan
kembali normal dan laju endap darah turun dan kembali normal.
Hasil pemeriksaan juga di dapat:
1. Anemia ringan dengan gambaran nomokrom dan normositer
2. Gama globulin meningkat
3. Kadar natrium darah menurun
Pemeriksaan serologi yang pernah dipakai adalah reaksi Takahasi.
Pemeriksaan ini dapat menunjukan proses tuberculosis aktif atau tidak namun
tidak dipakai lagi karena banyak memberikan positif palsu dan negative
palsu. Pemeriksaan serologi lainnya yang banyak dipakai Peroksidase Anti
Peroksida (PAP-TB) yang memiliki nilai sensitive dan spesifik yang cukup
tinggi. Prinsip dasar uji ini ialah dengan menentukan adanya antibody IgG
yang spesifik pada antigen M. tuberculosis. Tetapi tes serologi ini kurang
bermanfaat bila digunakan sebagai sarana tunggal untuk diagnosis TB.
Uji serologi lain adalah uji Mycodot. Yang menggunakan antigen LAM
(lipoarabinomannan) yang dilekatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik.
Sisir dicelupkan ke dalam serum pasien. Antibody spesifik anti LAM dalam
serum akan terdektesi sebagai peruban warna pada sisir yang intesitasnya
sesuai dengan jumlah antibody.

10
- Sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena akan ditemukan kuman BTA,
diagnosis sudah pasti dan dapat sebagai evaluasi pengobatan. Cara kerjanya
diharuskan pada pasien setu hari sebelum pemeriksaan minum sebanyak 2
liter dan dianjurkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan
tambahan obat-obatan mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan
garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit dapat dilakukan
dengan cara bronkoscopi diambil dengan brushing atau bronchial washing
atau BAL (broncho alveolar lavage). BTA dari sputum dapat juga dengan
menggunakan bilasan lambung yang biasanya dilakukan pada anak-anak
karena anak-anak sangat sulit untuk mengeluarkan dahak.
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada sediaan atau 5000 kuman dalam 1 ml sputum.
Untuk pewarnaan memakai Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi
gabungan cara pulasan Kinyoun dan Gabbet. Cara pemeriksaan sputum yang
dilakukan adalah :

Pemeriksaan langsung dengan mikroskop biasa

Pemeriksaan langsung dengan mikroskop flurosensi (pewarnaan khusus)

Pemeriksaan dengan biakan (kultur)

Pemeriksaan terhadap resisten obat1

- Uji Tuberkulin

Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk


menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering
digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi
TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.

Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya
pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan
(ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

11
Anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin
positif 100%, umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur
6–12 tahun 51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar
usia anak maka hasil uji tuberkulin semakin kurang spesifik.

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi
hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

1. Pembengkakan : 0–4mm,uji mantoux negatif.


(Indurasi) Arti klinis : tidak ada infeksi
Mikobakterium tuberkulosa.
2. Pembengkakan : 3–9mm,uji mantoux meragukan.
(Indurasi) Hal ini bisa karena kesalahan
teknik, reaksi silang dengan
Mikobakterium atipik atau
setelah vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan : ≥ 10mm,uji mantoux positif.
(Indurasi) Arti klinis : sedang atau pernah
terinfeksi Mikobakterium
tuberkulosa.

12
Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih 95% infeksi
primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto thorax harus dilakukan.
Ditemukannya kuman Mikobakterium tuberkulosa dari kultur merupakan
diagnostik TBC yang positif, namun tidak mudah untuk menemukannya.3

2.3 DIAGNOSIS KERJA: TUBERCULOSIS


Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.
Dilakukan diagnosis dengan :
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto toraks PA dan lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang
diagnosis TB, yaitu :
 Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segman apikal
lobus bawah
 Bayangan berawan (patchy) atau bebercak (nodular)
 Adanya kavitas, tunggal atau ganda
 Kelainan bilateral, terutama di lapangan atasparu
 Adanya kalsifikasi
 Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
 Bayangan milier
4. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70% pasien TB yang dapat
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
5. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap basil TB.
6. Tes Mantoux/ Tuberkulin
7. Teknik Polymerase Chain Reaction

13
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai
tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme
dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
8. Becton Dickinson Diagnostic Instrument System (BACTEC)
Deteksi growth index, berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh M. tuberculosis.
9. Enzyme Linked Imunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah.
10. MYCODOT
Deteksi antibodi memakai sntigen lipoarabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam
serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah memadai maka
warna sisir akan berubah.1

Klasifikasi diagnostik TB pada anak adalah :4


Klasifikasi Kelas TB pada Anak
Kelas Kontak Infeksi Sakit Tatalaksana
0 - - - -
1 + - - Profilaksis 1
2 + + - Profilaksis 2
3 + + + Terapi TB

2.4 DIAGNOSIS BANDING :

14
1. Pertusis
a. Etiologi
Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis.
b. Manifestasi Klinik
Gejala timbul dalam waktu 7-10 hari setelah terinfeksi. Infeksi
berlangsung selama 6 minggu, dan berkembang melalui 3 tahapan:
 Stadium katalaris 1-2 minggu
 Gejala infeksi saluran nafas atas
 Demam ringan atau tidak demam
 Sangat infeksius
 Stadium paroksimal 1-6 minggu
 Batuk keras terus menerus
 Diawali batuk 5-10 kali selama ekspirasi diikuti inspirasi
mendadak dan panjang (whoop) muntah
 Selama serangan muka tampak merah. Sianosis, lakrimasi, petechie
terutama konjuntiva, Bayi: apnoe, sianosis, kejang
 Stadium konvalensens (1-2 minggu)
 Batuk berkurang secara bertahap
 Serangan paroksimal bias berulang oleh karena infeksi sekunder

2. Bronkopneumonia
a. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
Faktor Infeksi
- Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
Faktor Non Infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus
b. Manifestasi Klinik

15
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal
penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada
awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

3. Bronkiolitis
a. Etiologi
Bronkiolitis terutama disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV), 60–
90% dari kasus, dan sisanya disebabkan oleh virus Parainfluenzae tipe 1,2, dan
3, Influenzae B, Adenovirus tipe 1,2, dan 5, atau Mycoplasma.
b. Manifestasi Klinik
Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan
bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam
dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh
batuk paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel,
muntah serta sulit makan dan minum. Bronkiolitis biasanya terjadi setelah
kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran
nafas atas yang ringan. Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama
sekali dan bahkan ada yang mengalami hipotermi. Karakteristiknya: gambaran
klinis & radiologis hilang timbul dalam beberapa minggu atau bulan dengan
episode atelektasis, pneumonia dan wheezing yang berulang.

4. Asma
a. Etiologi
Pencetusnya termasuk iritasi dalam ruangan, seperti bau yang menyengat dan
iritasi asap (minyak wangi, asap rokok); polusi dari luar: udara dingin,
olahraga, gangguan emosi ; infeksi pernafasan karena virus; dan berbagai
macam zat yang mana si anak menjadi alergi, seperti bulu binatang, debu atau
ruangan yang agak berdebu, jamur, dan serbuk diudara terbuka
b. Manifestasi Klinik

16
Sewaktu saluran udara menyempit pada saat serangan asma, si anak menjadi
kesulitan bernafas, ciri khasnya disertai bunyi mengik. Kulit berkeringat dan
pucat atau membiru. Anak dengan serangan akut yang sering kadangkala
memiliki perkembangan yang lambat, namun pertumbuhan mereka biasanya
mengejar anak yang lain pada waktu dewasa. Seorang dokter mencurigai asma
pada anak yang memiliki peristiwa mengik berulang-ulang, terutama sekali
ketika anggota keluarga diketahui memiliki asma atau alergi. Bentuk serangan
akut asma mulai dari batuk yang terus-menerus, kesulitan menarik nafas atau
mengeluarkan nafas sehingga perasaan dada seperti tertekan, serta nafas yang
berbunyi. Umumnya serangan asma terjadi pada malam menjelang pagi hari.5

2.5 ETIOLOGI

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa

Agen tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, dan


Mycobacterium africanum, merupakan anggota ordo Actinomisetaies dan family
Mikobakteriasiae. Basili tuberkel adalah batang lengkung, gram positif lemah,
pleiomorfik, tidak bergerak, tidak membentuk spora, panjang sekitar 2,4 µm.
Mereka dapat tampak sendiri-sendiri atau dalam kelompok pada specimen klinis
yang diwarnai atau media biakan. Mereka merupakan aerob wajib (obligat) yang
tumbuh pada media sintetis yang mengandung gliseol sebagai sumber karbon dan
garam ammonium sebagai sumber nitrogen. Mikobakteria ini tumbuh paling baik
pada suhu 37 – 410C, menghasilkan niasin dan tidak ada pigmentasi. Dinding sel
kaya lipid menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan
komplemen. Tanda semua mikobakteria adalah ketahanan asamnya kapasitas

17
membentuk kompleks mikolat stabil dengan pewarnaan arilmetan seperti Kristal
violet, karbolfukhsin, auramin, dan rodamin. Bila diwarnai, mereka melawan
perubahan warna dengan etanol dan hidrokhlorida atau asam lain.
Mikobakterium tumbuh lambat, waktu pembentukannya adalah 12 – 24 jam.
Isolasi dari specimen klinis pada media sintetik padat biasanya memerlukan waktu
3 – 6 minggu, dan uji kerentanan obat memerlukan 4 minggu tambahan. Namun
pertumbuhan dapat dideteksi dalam pada medium cairan selektif dengan
menggunakan nutrient radiolabel (sistem radiometric BACTEC), dan kerentanan
obat dapat ditentukan dalam 3 – 5 hari tambahan. M. tuberculosis mempunyai
morfologi koloni khas, menghasilkan niasin tetapi bukan pigmen, mampu
mereduksi nitrat, dan menghasilkan katalase. Beberapa strain resisten isoniazid
kehilangan kemampuan untuk membiat katalase. Adanya M. tuberculosis dalam
spesiem klinik dapat dideteksi dalam beberapa jam dengan menggunakan reaksi
rantai polymerase (RRP) yang menggunakan probe DNA yang merupakan
pelengkap terhadap DNA atau RNA mikobakteria. Data dari anak terbatas, tetapi
sensitivitas beberapa tehnik RRP serupa dengan sensitivitas untuk biakan.6

2.6 EPIDEMIOLOGI
Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan Amerika
Latin. Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress nutrisi
jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan tidak cukup, dan perpindahan tempat.
Genetika mungkin memainkan peran kecil, tetapi faktor-faktor lingkungan seperti
status sosioekonomi jelas memainkan peran besar pada insidens.
Pada orang dewasa, dua pertiga kasus terajadi pada orang laki-laki, tetapi ada
sedikit dominasi tuberkulosis pada wanita di masa anak. Frekuensi tuberkulosis
tertinggi pada orang tua populasi kulit putih di Amerika Serikat; individu-individu
ini mendapat infeksi beberapa decade yang lalu. Sebaliknya pada populasi kulit
berwarna tuberkulosis paling sering pada orang dewasa muda dan anak-anak umur
kurang dari 5 tahun.
Di Amerika Serikat kebanyakan anak terinfeksi dengan M. tuberculosis di
rumahnya oleh seseorang yang dekat padanya, tetapi wabah tuberkulosis anak
juga terjadi pada sekolah-sekolah dasar dan tinggi, sekolah perawat, pusat

18
perawatan anak, rumah, gereja, bus sekolah, dan tim olahraga/ Orang dewasa yang
terinfeksi virus defisiensi imun manusia (HIV) dengan tuberkulosis dapat
menularkan M. tuberculosis ke anak, dan beberapa darinya berkembang penyakit
tuberkulosis, dan anak dengan infeksi HIV bertambah resiko berkembang
tuberkulosis sesudah infeksi.
Insiden tuberkulosis resisten obat telah bertambah secara dramatis. Di
Amerika Serikat, sekitar 14% isolate M. tuberculosis resisten terhadap sekurang-
kurannya satu obat, sementara 3% resisten terhadap isoniazid maupun rifampisin.
Faktor lingkungan terutama sirkulasi udara yang buruk, memperbesar penularan.6

2.7 PATOGENESIS
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada
ada/tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembapan. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran
napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru
oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini biakan mati atau dibersihkan makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis primer kecil dan
disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer
ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura,
maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran
gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi limfodenopati regional
kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ, seperti
paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis, maka terjadi penjalaran
ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.

19
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfaenitis regional). Sarang primer limfadenitis lokal + limfadenitis regional +
kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya menjadi:
 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat
 Sembuh dengan menimbulkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat lesi pneumonia yang luasnya > 5
mm dan ± 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman
yang dormant
 Berkomplikasi dan menyebar secara:
a. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya
b. Secara bronkogen padaparu yang bersangkutan maupun paru yang
disebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus
c. Secara limfogen dan hematogen, ke organ lainnnya

Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder)


Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi
mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti
malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis
pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru
(bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah
parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam
3-10 minggu, sarang ini menjadi tuberkel, yakni suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.

20
TB pasca primer juaga dapat berasal dari reinfeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (eldery tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini dapat menjadi:
 Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
 Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras,
menimbulkan perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma
berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian
tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
Bila jaringan ekju dibatukkan keluar kan terjadilah kavitas. Kavitas ini
mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas
sklerotik (kronik). Terjadinya perkijauan dan kaviatas adalah karena
hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya. Bentuk
perkijauan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi
pada imunodefisiensi dan usia lanjut.

Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat:
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi
kavitas ini masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB
milier. Dapat juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk
lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya
mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga
terjadi ruptur ke pleura;
b. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.
Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat kembali
menjadi dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah
kolonisasi fungus seperti Aspergillus dan kemudian menjadi
mycetoma;
c. Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga
menyembuh dengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang

21
berakhir sebagai kavitas yang terbungkus,menciut dan berbentuk
seperti bintang disebut stellate shaped.

Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang, yakni:


1. Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi
2. Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk iniperlu pengobatan yang lengkap
dan sempurna
3. Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi
kembali, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna.1

2.8 GEJALA-GEJALA KLINIS


Gejala umum tuberculosis pada anak adalah:
 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas lebih
 Anoreksia dan gagal tumbuh
 Demam lama dan berulang
 Pembesaran kelenjar limfe superfisialis
 Batuk lama lebih lama dari 30 hari
 Diare persisten7

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Obat anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat
bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pengobatan OAT, antara
lain :
 Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat
mungkin melalui kegiatan bakterisid
 Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan
dengan kegiatan sterilisasi
 Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan
daya tahan imunologis

22
Maka pengobatan TB dilakukan 2 fase, yaitu :
a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan
populasi kuman yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan
jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan
konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain Isoniazid (INH), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z), dan Streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan
Etambutol (E) yang bersifat bakterisid.
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan
bakteriologi, radiologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang baik akan
memperlihatkan sputum BTA (-), adanya perbaikan radiologi, dan
menghilangnya gejala.

Tabel 1 Panduan OAT pada TB paru (WHO 1993) untuk Dewasa


Panduan Klasifikasi dan Tipe Fase Awal FaseLanjutan
OAT Penderita
Kategori 1  BTA (+) baru 2HRZS(E) 4RH
 Sakit berat : BTA (-) 2RHZS(E) 4R3H3
luar paru
Kategori 2 Pengobatan ulang : 2RHZES/ 1RHZE 5RHE
 Kambuh BTA (+) 2RHZES/ 1RHZE 5R3H3E3
 Gagal
Kategori 3  TB paru BTA (-) 2RHZ 4RH
 TB luar paru 2RHZ/ 2R3H3Z3 4R3H3
Keterangan 2HRZ = tiap hari selama 2 bulan
4RH = tiap hari selama 4 bulan
4H3R3 = 3 kali seminggu selama 4 bulan

Tabel 2 Dosis Obat Antituberkulosis untuk Dewasa


Obat DOSIS
Setiap Hari Dua Kali/Minggu Tiga
Kali/Minggu
Isoniazid 5 mg/kg 15 mg/kg 15 mg/kg
Maks. 300 mg Maks. 900 mg Maks. 900 mg
Rifampisin 10 mg/kg 10 mg/kg 10 mg/kg

23
Maks. 600 mg Maks. 600 mg Maks. 600 mg
Pirazinamid 15-30 mg/kg 50-70 mg/kg 50-70 mg/kg
Maks. 2 g Maks. 4 g Maks. 3 g
Streptomisin 15mg/kg 25-30 mg/kg 25-30 mg/kg
Maks. 1 g Maks. 1,5 g Maks. 1 g
*Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak usia < 6 tahun karena gangguan penglihatan
sulit dipantau (kecuali bila kuman penyebabnya menjadi resisten terhadap obat TB
lainnya)

Tabel 3 Antituberkulosis pada Anak


Dosis Obat Antituberkulosis Lini Pertama
Obat Dosis Harian Dosis Efek Samping
(mg/kgBB/hari) Max
(mg/hari)
Isoniazid 5-15* 300 Hepatitis, neuritis perifer,
      hipersensitivitas
Rifampisin** 10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit,
      hepatitis, trombositopenia,
      peningkatan enzim hati, cairan
      tubuh berwarna orange
Pirazinamid 15-30 2000 kemerahan
       
Etambutol 15-20 1250 Toksisitas hepar, artralgia,
      gastrointestinal
       
      Neuritis optik, ketajaman mata
Streptomisin 15-40 1000 berkurang, buta warna merah
hijau, hipersensitivitas,
gastrointestinal
 
Ototoksik, nefrotoksik
* Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari
** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena dapat mengganggu
bioavailabitias rifampisin

24
2. Non Medikamentosa
Pembedahan pada TB paru
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang.
Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi
relatif.
Indikasi mutlak pembedahan:
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum tetap
positif
b. Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif
Indikasi relatif pembedahan adalah :
a. Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk berulang
b. Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kavitas yang menetap8

2.10 KOMPLIKASI
Pada orang dewasa, penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan
benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini
dan komplikasi lanjut.

Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncet’s arthropathy

Komplikasi lanjut: obstruksi jalan napas  SOFT (Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat  SOPT (Fibrosis
Paru), cor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal
napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.1
Sedangkan pada anak dipakai komplikasi berdasarkan Walgren. 3 bentuk
dasar TB paru pada anak:
1. Penyebaran limfohematogen  0,5-3% menjadi TB milier atau
meningitis TB (setelah 3-6 bulan)
2. TB endobronkial  lesi segmental karena pembesaran kelenjar regional
3. TB paru kronik9

25
2.11 PENCEGAHAN

Anak dan orang dewasa yang berkontak dekat dengan orang dewasa yang
dicurigai menderita tuberkulosis paru infeksius harus diuji kulit tuberculin dan
diperiksa sesegera mungkin. Rata-rata, 30-50% kontak rumah tangga terhadap
kasus infeksius uji kulit tuberculin akan menjadi positif, dan 1% kontak sudah
menderita penyakit yang jelas. Anak terutama bayi muda, harus mendapat
prioritas tinggi selama pengamatan kontak karena risiko infeksinya tinggi dan
pada mereka lebih mungkin berkembang bentuk tuberkulosis yang berat.
Uji massa kelompok besar anak untuk infeksi tuberkulosis merupakan proses
yang tidak efisien. Bila kelompok besar anak berisiko tuberkulosis rendah diuji,
sebagian besar reaksi uji kulit sebenarnya reaksi positif-palsu karena variabilitas
biologis atau sensitisasi silang dengan MNT. Namun uji kelompok anak atau
orang dewasa berisiko tinggi harus didorong karena kebanyakan dari individu ini
yang dengan uji kulit tuberculin positif menderita infeksi tuberkulosis. Uji harus
berlangsung hanya jika mekanisme efektif berada di tempatnya untuk meyakinkan
evaluasi dan pengobatan individu yang ujinya positif. Pada banyak uji kurang dari
sepertiga individu terinfeksi menyelesaikan pengobatan efektif bila sumber yang
adekuat tidak tersedia.

Vaksinasi Bacille Calmette-Guérin

26
Cara pemberian yang dipilih adalah injeksi intradermal dengan semprit dan
jarum karena cara ini merupakan satu-satunya metode yang memungkinkan
pengukuran dosis individual yang tepat. Namun cara intradermal ini mahal, dan
jarum serta semprit yang digunakan kembali di Negara sedang berkembang,
mencipatakan bahaya penularan HIV dan virus hepatitis. Tehnik multipunksi satu
unit dosis merupakan satu-satunya tehnik yang tersedia di Amerika Serikat dan
beberapa bagian lain di dunia.
Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji
tuberculin negatif) tetapi kontak dengna penderita TB aktif. Obat yang digunakan
adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 2-3 bulan.
Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif,
tanpa gejala klinis, dan foto paru normal. tetapi memiliki faktor risiko menjadi TB
aktif. Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid
atau imunosupresan lain, penderita penyakit keganasa, terinfeksi virus (HIV,
morbili), gizi buruk, masa akil balik, atau infeksi baru TB, konversi uji tuberculin
kurang dari 12 bulan. Obat yang digunakan adalah INH 5-10 mg/kgBB/hari
selama 6-12 bulan.6

2.12 PROGNOSIS
 Terapi yang cepat dan legerartis akan sembuh baik
 Bila daya tahan baik, dapat sembuh sendiri10

27
BAB III
PENUTUP

Batuk yang tidak kunjung sembuh merepakan salah satu gejala yang
ada pada penyakit TB. Penyakit Tuberkulosis dapat mengenai orang dewasa atau
anak-anak. Tuberkulosis pada anak-anak terjadi akibat Mycobacterium
tuberculosis yang terjadi akibat adanya riwayat kontak pada penderita TB
sebelumnya. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan obat anti Tuberkulosis
yang dosisnya diberikan sesuai umur dan berat badan anak. Namun pencegahan
pada anak-anak merupkan hal sangat baik agar tidak terinfeksi yaitu dengan
pemberian imunisasi BCG.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo W. Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed ke-4. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2009; h. 988-9

2. Latief A, dkk. Diagnosis Fisis Pada Anak. Ed ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto,
2003; h. 70-4.

3. Disadur http://www.oxfordimmunotec.com/Tuberculosis_International 23
Agustus 2012

4. Disadur www.TBCIndonesia.or.id. 23 Agustus 2012.

5. Sameer Wagle. Sep 2, 2008. Hemolytic Disease of Newborn. Disadur dari


www.emedicine.com. 23 Agustus 2012.

6. Prashant G Deshpande . Oct 3, 2008. TBC. Disadur dari www.emedicine.com.


23 Agustus 2012.

7. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed ke-3. Jilid II. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI, 2000; h. 459-69.

8. Rudolph M. Abraham, Hoffman E. I. Julian, Rudolph D. Colin. Buku Ajar


Pediatri. Vol.2. Ed ke-20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.

9. Behrman E. Richard, Kliegman Robert, Arvin M. Ann. Ilmu Kesehatan Anak.


Edisi ke-15 Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2000

10. Mubin Halim A. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi.
Ed ke-2. Jakarta: EGC, 2007; h. 230-3.

29

Anda mungkin juga menyukai