KELOMPOK 8 :
FEYBY F. WONGKAR 18-061-019
PUTRY M.G. MAKALEW 18-061-012
GABRIEL I. ROMBON 18-061-066
TIMOTIUS M. SAMBOW 18-061-077
ELISABET YOGOBI 18-061-062
MATA KULIAH :
Penyakit Tropis
DOSEN MK :
Ns. Jetty Mongdong, S.Kep.,M.MKes
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
tugas yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit
Tetanus Neonatorum ini meskipun dengan sangat sederhana.
Harapan kami semoga tugas yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk
ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan
yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi lebih
memperbaiki makalah ini. Terima Kasih.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
A. DEFINISI..............................................................................................................................3
B. ETIOLOGI............................................................................................................................3
C. MANIFESTASI KLINIS......................................................................................................3
D. PATOFISIOLOGI................................................................................................................5
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................................6
F. PENATALAKSANAAN......................................................................................................7
G. MASALAH YANG LAZIM MUNCUL................................................................................8
H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................8
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...................................................................................................................14
B. SARAN...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tetanus neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat
disebabkan adanya infeksi pada tali pusat yang tidak bersih. Kematian tetanus
sekitar 45-55%, sedangkan pada tetanus neonatorum sekitar 80%. Terdapat
hubungan terbalik antara lamanya masa inkubasi dengan beratnya penyakit. Resiko
kematian sekitar 58% pada masa inkubasi 2-10 hari, dan 17-35% pada masa
inkubasi 11-22 hari. Bila interval antara gejala pertama dengan timbulnya kejang
cepat, prognosis lebih buruk.
Berdasarkan hasil survei dilaksanakan oleh WHO di 15 negara di Asia, Timur
tengah dan Afrika pada tahun 1978-1982 menekankan bahwa penyakit tetanus
neonatorum banyak dijumpai daerah pedesaan negara berkembang termasuk
indonesia yang memiliki angka proporsi kematian neonatal akibat penyakit tetanus
neonatorum mencapai 51%. Pada kasus tetanus neonatorum yang tidak dirawat,
hampir dapat dipastikan CFR akan mendekati 100%, terutama pada kasus yang
mempunyai masa inkubasi yang kurang dari 7 hari.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas serta melihat peran dan fungsi
perawat sangatlah penting dalam hal memperbaiki derajat kesehatan khususnya
masalah Tetanus Neonatorum pada anak. Dalam hal pelaksanaan asuhan
keperawatan meliputi asuhan keperawatan promotif (memberikan penyuluhan
kesehatan untuk status kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (memberikan
obat-obatan untuk mengobati penyebab dasar), rehabilitative (dokter, perawat dan
peran serta keluarga dalam perawatan pasien).
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan
Keperawatan Anak dengan Tetanus Neonatorum“.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN
Untuk mengetahui :
1. Definisi Tetanus neonatorum
2. Etiologi Tetanus neonatorum
3. Manifestasi klinik Tetanus neonatorum
4. Patofisiologi Tetanus neonatorum
5. Pemeriksaan penunjang Tetanus neonatorum
6. Penatalaksanaan Tetanus neonatorum
7. Masalah Tetanus neonatorum yang lazim muncul
8. Konsep dasar asuhan keperawatan pada penyakit Tetanus neonatorum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tetanus berasal dari kata eflex (Yunani) yang berarti peregangan. Tetanus
Neonatorum adalah Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang
khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal,
pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan
kesulitan membuka mulut dan menetek, disusul dengan kejang–kejang (WHO,
1989).
Kejang yang sering dijumpai pada BBL, yang bukan karena trauma kelahiran
atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain
terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih
(Ngastijah, 1997).
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik pada tetanus neonatorum sangat khas sehingga masyarakat yang
primitifpun mampu mengenalinya sebagai “penyakit hari kedelapan” (Jaffari, Pandit
dan Ismail 1966). Anak yang semula menangis, menetek dan hidup normal, mulai
hari ketiga menunjukan gejala klinik yang bervariasi mulai dari kekakuan mulut dan
kesulitan menetek, risus sardonicus sampai opistotonus. Trismus pada tetanus
neonatorum tidak sejelas pada penderita anak atau dewasa, karena kekakuan otot
leher lebih kuat dari otot masseter, sehingga rahang bawah tertarik dan mulut justru
3
agak membuka dan kaku (Athvale, dan Pai, 1965, Marshall, 1968). Bentukan mulut
menjadi mecucu (Jw) seperti mulut ikan karper. Bayi yang semula kembali lemas
setelah kejang dengan cepat menjadi lebih kaku dan frekuensi kejang-kejang
menjadi makin sering dengan tanda-tanda klinik kegagalan nafas (Irwantono,
Ismudijanto dan MF Kaspan 1987).
Kekakuan pada tetanus sangat khusus : fleksi pada tangan, ekstensi pada
tungkai namun fleksi plantar pada jari kaki tidak tampak sejelas pada penderita
anak.
4
lengkungan busur tersebut. Pada era sebelum diazepam, sering terjadi
komplikasi compression fracture pada tulang vertebra.
4. Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut seperti papan. Selain otot
dinding perut, otot penyangga rongga dada juga kaku, sehingga penderita
merasakan keterbatasan untuk bernafas atau batuk. Setelah hari kelima perlu
diwaspadai timbulnya perdarahan paru (pada eflexe) atau
bronchopneumonia.
5. Bila kekakuan makin berat, akan timbul kejang-kejang umum, mula-mula
hanya terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit,
digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya, lambat
laun “masa istirahat” kejang makin pendek sehingga anak jatuh dalam status
convulsivus.
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi :
Gangguan pernafasan akibat kejang yang terus-menerus atau oleh karena
spasme otot larynx yang bila berat menimbulkan anoxia dan kematian.
Pengaruh toksin pada saraf otonom akan menyebabkan gangguan sirkulasi
(akibat gangguan irama jantung misalnya block, bradycardi, tachycardia, atau
kelainan pembuluh darah/hipertensi), dapat pula menyebabkan suhu badan
yang tinggi (hiperpireksia) atau berkeringat banyak hiperhidrosis).
Kekakuan otot sphincter dan otot polos lain seringkali menimbulkan eflexealvi
atau retention urinae. Patah tulang panjang (tulang paha) dan fraktur
kompresi tulang belakang.
D. PATOFISIOLOGI
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi
bentuk flex dan berbiak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic
ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan
eflex jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat
diionisasi. Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang
memakan waktu sesuai dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum
terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul
dalam sel. Dalam sungsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower
5
motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory
neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory transmitter
dan menimbulkan kekakuan.
2. Otak
3. Saraf otonom
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6
F. PENATALAKSANAAN
1. Medik
7
e) Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/Betadine 10%.
f) Perhatikan jalan napas, eflexe, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.
2. Keperawatan
1. Pengkajian data
1) Identitas
2) Riwayat keperawatan : antenatal, intranatal, postnatal.
3) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Lemah, sulit menelan, kejang
- Kepala : posisi menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak
tertutup, sudur mulut keluar dan kebawah.
- Mulut : kekakuan mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan.
- Dada : simetris, kekakuan otot penyangga rongga dada, otot punggung.
- Abdomen : dinding perut seperti papan.
8
- Kulit : turgor kurang, pucat, kebiruan.
- Ekstremitas : flexi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga
bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.
4) Pemeriksaan persistem
- Respirasi : frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas, batuk-
pilek.
- Kardiovaskuler : frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung, pengisian
kapiler, sirkulasi, berkeringat, hiperpirexia.
- Neurologi : tingkat kesadaran, reflek pupil, kejang karena rangsangan.
- Gastrointestinal : bising usus, pola defekasi, distensi.
- Perkemihan : produksi urine
- Musculoskeletal : tonus otot, pergerakan, kekakuan.
3. Asuhan keperawatan
9
ekspirasi mampu bernafas dengan - Keluarkan sekret dengan
Penurunan ventilasi semenit mudah, tidak ada pursed batuk atau suction
Penurunan kapasitas vital lips) - Auskultasi suara nafas, catat
Peningkatan diameter yang paten (klien tidak - Lakukan suction pada mayo
11
BB ideal Mampu mengidentifikasi - Yakinkan diet yang dimakan
Kerapuhan kapiler kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat
Diare Tidak ada tanda-tanda untuk mencegah konstipasi
mengabsorbsi nutrient
Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari
pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau
lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut
dan menetek, disusul dengan kejang–kejang (WHO, 2010).
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-anak-
tetanus.html
15