Anda di halaman 1dari 19

K

K-13 e
l
a
s

bahasa indonesia XI

TEKS CERPEN

Semester 1, Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK – KURIKULUM 2013

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Memahami, menerapkan, dan 1.1 Memahami struktur dan kaidah
menganalisis pengetahuan faktual, teks cerita pendek, baik melalui
konseptual, prosedural, dan metakognitif lisan maupun tulisan.
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusian, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami konsep dasar dan ciri-ciri teks cerita pendek.
2. Mengetahui struktur teks cerita pendek.
3. Memahami unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita pendek.
4. Memahami kaidah kebahasaan cerita pendek.

1
A. PENGERTIAN TEKS CERPEN
Cerita pendek (cerpen) adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari
kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh ada
konflik atau pertikaian, tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan nasib tokohnya. Ciri-
ciri cerpen adalah sebagai berikut.
a. Cerita yang ditulis pendek dengan jumlah kata kurang dari 10.000 kata atau lebih
pendek daripada novel sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membaca tidak
lama. Artinya, habis dibaca dalam sekali duduk.
b. Ide cerpen dapat bersumber dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang
lain.
c. Cerita tidak melukiskan seluruh kehidupan tokoh karena yang diangkat dalam kisah
adalah yang permasalahannya sangat berkesan dan berarti bagi pelakunya.
d. Menceritakan suatu kejadian dari terjadinya perkembangan jiwa dan krisis, tetapi
tidak sampai menimbulkan perubahan nasib tokoh.
e. Memiliki alur tunggal, maju, atau lurus.
f. Penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak mendalam.
g. Meninggalkan kesan yang mendalam bagi pembaca.

B. STRUKTUR TEKS CERPEN


a. Tahapan atau Bagian Struktur Teks Cerpen
Struktur teks cerita pendek haruslah dibuat secara runtut, yakni abstrak, orientasi,
komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda.
1. Abstrak adalah tahap yang berisi ringkasan atau inti cerita. Bagian ini bersifat
opsional (pilihan), artinya boleh ada atau tidak ada dalam cerpen.
2. Orientasi adalah tahap pengenalan latar cerita berkaitan dengan waktu, ruang, dan
suasana terjadinya peristiwa. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan
cerita dan meyakinkan pembaca. Latar merupakan sarana pengekspresian watak,
baik secara fisik maupun psikis.
3. Komplikasi adalah tahap yang berisi urutan peristiwa dan setiap peristiwa hanya
dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain. Dalam tahapan ini, terdapat karakter pelaku yang diekspresikan
dengan ucapan atau tindakan tokoh serta kemunculan berbagai kerumitan cerita.
4. Evaluasi adalah tahap konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahan sehingga
dicapai penyelesaian atau leraian.
5. Resolusi adalah tahap bagi pengarang untuk mengungkapkan solusi dari berbagai
konflik yang dialami tokoh. Resolusi berkaitan dengan koda.

2
6. Koda adalah tahap akhir yang bersifat opsional, artinya boleh ada atau tidak. Koda
merupakan nilai-nilai atau pelajaran yang dapat dipetik oleh pembaca.

b. Bagan Struktur Teks Cerpen

ABSTRAK

ORIENTASI

KOMPLIKASI
STRUKTUR TEKS
CERPEN
EVALUASI

RESOLUSI

KODA

c. Contoh Menentukan Struktur Teks Cerpen


JUDUL
Aku dan Cita-Citaku
Karya Hiakri Inka
ABSTRAK
Aku menatap lalu-lalang mobil dengan pandangan bingung. Bus yang membawaku
pulang ke rumah melaju kencang atau bisa dibilang ugal-ugalan. Jujur, aku bingung.
Kejadian di sekolah tadi masih mengganggu pikiranku. Memang bukan kejadian besar,
tetapi itu membuatku berpikir keras dan berusaha mencari kejelasan atas apa yang aku
lakukan.
Jadi, tadi sebelum pulang sekolah, guru BK menyuruh anak-anak kelasku untuk menulis
satu cita-cita yang PALING ingin diraih. Paling ingin diraih? Satu cita-cita? Itulah yang ada
dipikiranku hingga sekarang. Satu? Aku punya beribu cita-cita. Jadi wartawan, reporter,
penyiar radio, psikolog, arsitektur, sastrawan, editor, ahli komputer, ustadzah, guru-eh?

3
ABSTRAK
Guru? Tunggu! Itu kan cita-cita sewaktu aku masih kecil. Dan sudah lama banget aku
nggak kepikiran soal cita-cita itu.
Apa ada sesuatu yang kulupakan? Kenapa dulu aku ingin jadi guru? Apa sih spesialnya
jadi guru? Argh…karena itulah aku bingung.. Kenapa harus menulis satu saja sementara
aku punya banyak cita-cita. Karena waktunya juga terbatas, akhirnya aku menulis cita-
citaku adalah menjadi seorang guru. Aku menulisnya tanpa alasan. Ada ruang kosong
di hati saat menulisnya. Kenapa? Kenapa di lembaran kertas putih itu aku ingin menjadi
seorang guru? Apa sudah kulupakan? Kenapa tujuan hidupku seolah berubah dan
bercabang? Yang awalnya hanya ingin menjadi seoarang guru lalu bercabang dan
menjadi banyak cita-cita. Apa yang salah dari diriku?
ORIENTASI
Aku memasuki rumah sambil mengucap salam. Sepertinya aku harus mengorek masa
lalu. Kenapa dulu aku ingin menjadi seorang guru. Pasti ada alasannya. Pasti juga ada
alasan kenapa cita-citaku jadi banyak seperti itu. aku membuka kembali diary masa
kecilku. Aku baca selembar demi selembar halamannya. Meskipun aku tidak menemukan
alasan kenapa aku ingin menjadi seorang guru. Aku cukup terhibur dengan isi diaryku.
Cara penulisannya yang polos, cerita-cerita tidak penting yang aku tulis, terlalu banyak
kata, terlalu banyak kata ‘lalu’ untuk menyambung suatu cerita, juga tulisanku yang
besar-besar dan tidak rapi membuatku bernostalgia sekaligus tertawa dibuatnya.
“Lagi apa, Fe?” Tanya kakak perempuanku yang bernama Ruri.
“Lagi nyari alasan,” jawabku seadanya.
“Alasan?” kak Ruri menautkan alis.
“Alasan kenapa aku ingin jadi guru.”
“Oh…”
“Kak Ruri tahu nggak kenapa dulu waktu aku kecil aku ingin banget jadi guru?”
“Hm… Gak tahu sih. Mungkin karena suruhan ayah sama ibu. Dulu kan ayah sama ibu
inginnya kamu jadi guru. Gak tahu deh kalau sekarang cita-cita kamu berubah,” kak Ruri
mengangkat bahunya dan disambut helaan napas dariku.
“Emang cita-cita kamu selain jadi guru apaan, Fe?”
“Ya banyak!” jawabku antusias.
“Contohnya?”
“Psikolog, penyiar, novelis–”
“Coba deh kamu pikir alasan kamu ingin jadi psikolog, penyiar, novelis, pasti ada
alasannya, kan?” potong kak Ruri. “Aku ingin jadi psikolog karena aku ingin memotivasi
orang. Aku ingin jadi penyiar karena aku menganggap pekerjaan itu asyik. Aku ingin
novelis karena aku suka nulis. Aku ingin jadi guru karena…”

4
ORIENTASI
“Karena jawaban itu ada pada diri kamu sendiri. Nggak usah dicari, Fe..” potongnya.
“Harus dicari, Kakakku tersayang… Ah! Udah ah! Kakak nggak ngasih solusi.. Udah kelas
tiga, bentar lagi ujian, masih aja bingung mau ngambil jurusan apa. Karena itu guru BK
tanya cita-cita. Huh!” keluhku sebal.
“Hahaha… Nggak sulit kok, Fe. Kamu aja yang bikin sulit.”
“Kenapa sih… Dulu aku ingin banget jadi guru?” teriakku dengan nada frustrasi.
“Haha! Masalah profesi aja bisa bikin kamu stres, Fe!” ledeknya.
“Hah…” aku menghela napas panjang, “Harus nyari di google ya, Kak kelebihan jadi
seorang guru?” sontak kak Ruri terbahak-bahak.
“Jawaban itu ada pada diri kamu sendiri. Kalau kamu nggak nemuin, cari dong!
Tanyakan pada teman-temanmu.. Apa sih kelebihan seorang guru. Kalau menurutmu
sendiri gimana?”
“Mm… Nggak ada. Guru itu, berangkat, ngajar, pulang. Selesai!”
Kak Ruri tertawa terbahak-bahak, “Jangan-jangan kamu mikir pekerjaan Kakak sebagai
fotografer cuma foto-foto doang gitu? Pikiranmu pendek sekali, Fe… Udah ah! Cape
ngomong sama anak kecil! Mau kuliah kok pikirannya masih kayak gitu!” ledeknya dan
aku hanya menggembungkan pipi melihatnya memasuki kamar.
...
KOMPLIKASI
“Kelebihan jadi guru, Fe?” seru sahabatku-Angel sewaktu aku menceritakan cita-
citaku tersebut pada ketiga sahabatku. “Menurutku ya, guru itu pekerjaan monoton.
Berangkat, ngajar, pulang, nggak ada asyik-asyiknya!” seru sahabatku -Vita.
“Gajinya juga dikit, Fe,” tambah Angel, “Gak sebanyak bos-bos di perusahaan,” ia
tersenyum menggoda sambil mengaduk jus stroberi-nya.
“Tapi menurutku ya, meskipun guru gajinya dikit, tapi dapat banyak pahala,” seru Erin
dengan senyum merekah.
“Iya sih, tapi kalau ngajarnya kayak bu Surti malah dapat dosa dong!” seru Vita dan
sontak disambut gelak tawa dari kami berempat.
“Bu Surti itu kepaksa jadi guru!” tambah Angel.
“Ulangan dijadiin PR. Kerjaannya di kelas cuma presentasi, ngerjain LKS. Hahahaha…”
tambah Erin.
“Hei, dia itu guru kita tahu! Jangan kualat!” seruku di sela-sela tawa.
“Asyik juga sih sebenernya. Kita nggak perlu mikir pelajaran. Bu Surti juga murah nilai.
Tapi, dia nggak ngasih kita ilmu sama sekali. Layaknya sebuah telur yang nggak ada
kuningnya,” ujar Angel.

5
KOMPLIKASI
“Yup! Terserah kamu aja sih, Fe kalau mau jadi guru. Kalau bisa kamu harus lebih baik
dari pak Edi. Udah pak Edi itu ngajarnya enak, nggak banyak PR, murid-murid jadi
paham, gak pelit nilai lagi!” seru Erin antusias.
“Kalau menurutku ya, nilai itu tergantung pendirian masing-masing guru. Jangan terlalu
pelit, jangan terlalu baik. Kalau terlalu pelit, murid bakal benci sama kita. Kalau terlalu
baik, murid malah nyepelein kita,” tambah Vita. “Kamu kan udah jadi murid nih, harusnya
kalau mau jadi guru, kamu tahu kriteria seperti apa guru yang baik,” tambah Erin.

“Hm! Teman-teman, kembali ke pertanyaan awalku. Apa sih kelebihan jadi guru?”
tanyaku karena tak menemukan jawaban dari pertanyaanku tadi.
“Kalau bagiku yang menuntut hidup banyak materi di dunia, guru itu banyak
kekurangan,” Angel mengaduk jus stroberi-nya, “Gajinya dikit. Gak sebanyak jadi
pengusaha. And… Mm.. Kelebihannya ya itu, banyak pahala.”
“Kekurangan jadi guru itu.. Menurutku loh ya, pekerjaannya monoton. Tapi pekerjaan
monoton itu tergantung cara kita menyikapinya. Kalau kita have fun jadi guru, ya udah
jalanin aja. Kelebihannya, seperti yang Angel bilang, banyak pahala! Ingat nggak tiga
perkara yang ditinggalkan sesudah mati? Ilmu yang bermanfaat. So, jadi guru pa-
halanya terus mengalir,” kata Vita.

“Semua pekerjaan ada kekurangan sama kelebihannya, Fe. Tergantung cara kita
memandang kekurangan dan kelebihan itu. Jadi guru banyak kok kelebihannya. Gak
semonoton yang Vita bilang. Kita bisa bertemu murid-murid yang menghormati kita
yang berbeda tiap tahunnya, dapat pahala, gajinya juga standar biar kita nggak jadi
manusia yang tamak, dan kita bisa meluangkan banyak waktu buat keluarga,” ujar Erin
dengan senyum lembut, “Oh ya, saranku kalau kamu jadi guru, please ubah karakter
bangsa ini. Waktu sekolah aja mereka udah nyontek, nyari bocoran, apalagi nanti ka-
lau mereka kerja, bisa korupsi tahu! Mereka itu sama aja udah nganggap Tuhan nggak
ada. Mereka sama sekali nggak takut sama Tuhan.”

“Tapi, Rin, otakku pas-pasan.. Nggak kayak kamu..” elak Angel.


“Angel, bukan masalah otak. Masalah letak kejujuran dalam hatimu. Anak Indonesia tuh
pembohong semua tahu nggak?! Bangsa ini akan hancur kalau tunas-tunas mudanya
adalah seorang pembohong! Karena itu kadang aku mikir, buat apa sekolah kalau
cuma nambah dosa doang. Sekolah itu kayak nuntut kita buat ngelakuin dosa! Temen-
temen lain, ngepek, dapat nilai bagus. Aku yang jujur dapat nilai jelek malah dimarahin
gurunya. Guru macam apa itu? Malah membela yang salah. Gurunya aja udah hancur.
Muridnya tambah hancur,” seru Erin tak mau kalah.

6
KOMPLIKASI
“Sabar, Rin,” aku berusaha menenangkan Erin.
“Aku salut sama kamu, Rin. Kamu berani mengambil resiko dengan kejujuran. Aku nggak
bisa jadi seperti kamu. Aku selalu ngikutin hawa nafsu dan perkataan temen-temen.
Bagaimanapun juga nilai bagus adalah targetku entah pake cara apa. Aku bangga sama
kamu. Aku senang Indonesia punya orang kayak kamu,” sahut Vita antusias.
“Guru yang harusnya bisa membentuk karakter murid malah memperparah muridnya
sendiri,” kataku lebih pada diriku sendiri yang ingin menjadi seorang guru.
“Tapi, udah dibilangin kayak gitu aku nggak akan berhenti nyontek. Nanti nilaiku turun
lagi. Nanti orangtuaku kecewa,” sela Angel dengan wajah innocent.

“Tuh kan! Lebih mentingin duniawi! Orangtuamu bakal lebih kecewa kalau itu nilai
yang kamu dapat hasil ngepek, nyontek!” seru Erin kesal.
“Emang kamu nggak mikir, orangtuamu bakal bangga gitu kalau kamu nunjukin nilai-
nilai jelek terus kamu bilang ‘Aku ini jujur loh…’ Hah..orangtuamu nggak bakal bangga
sama tuh nilai! orangtua tuh cuma peduli hasil akhirnya! Nggak peduli prosesnya kayak
gimana!”
“Ya iya.. Karena itu aku belajar.. Buat nggak nambahin dosa-dosaku.”
“Itu riya’ tahu nggak?! Pamer! Sok alim!”
EVALUASI
“Hei!” seruku dan Vita menghentikan perdebatan dua insan ini.
“Angel, Erin, udah. Susah nyatuin pendirian yang sama-sama kuat!” seruku menengahi
mereka.
Angel menghela napas kesal, “Fe, kalau kamu jadi guru, ngajarin yang bener sampai
muridmu bener-bener paham! Jangan sampe mereka nyontek ataupun ngepek!” seru
Angel, “Aku nggak mau keturunanku lebih buruk dari aku.”
“Fe, bilangin juga sama murid-muridmu nanti, kalu ulangan sejarah sama Pkn jangan
ngepek! Otak manusia tuh hebat! Dipergunain tuh buat menghafal! Manusia tuh bisa
menghafal satu buku sekaligus! Cuma, manusianya aja yang males!” seru Erin tak mau
kalah
“Fe! kalau jadi guru jangan yang galak ya! Hehe…” kata Vita dengan senyum merekah.
“Hm! Pasti! Aku bakal jadi guru yang baik agar bangsa Indonesia bisa berubah,” aku
mengangguk mantap. Tunas-tunas muda bangsa Indonesia, aku akan menunjukkanmu
jalan yang benar agar Indonesia tak terpuruk lagi seperti ini..
...

7
RESOLUSI
Dear Diary,
Tadi ada sebuah kejadian besar di hidupku. Entah kenapa aku mendapat alasan kenapa
dulu aku ingin menjadi seorang guru. Hm.. Aku ingat, Dear secara tiba-tiba. Berangkat,
ngajar, pulang, yang Vita bilang monoton sebenarnya itu adalah hal yang simple,
nggak ribet. Jadi aku punya banyak waktu luang buat keluarga atau ngelakuin hal-hal
bermanfaat lainnya. Gaji dikit yang Angel bilang, itu adalah sebuah kesederhanaan
yang aku impikan sejak kecil agar tak menjadi manusia tamak yang melupakan Tuhan.

Aku juga ingin mengamalkan ilmu yang telah ku terima, membagi pengalamanku,
dan mengajari murid-muridku tentang Islam. Lewat profesi guru, aku bisa berdakwah.
Pelan-pelan, ku ubah anak Indonesia ke jalan yang lebih baik. Seperti yang Erin bilang.
Sekolah itu bukan untuk menambah dosa tetapi menuntut ilmu agar mendapat pahala
dan bisa mengamalkannya. Aku juga ingin membangun karakter bangsa Indonesia.
Kejujuran. Itulah kunci utama. Aku harus menciptakan cara supaya murid-muridku
menjadi manusia yang jujur. Tidak urakan lalu mencari bocoran ke mana-mana. Jujur
dan percaya akan diri sendiri namun tidak melupakan Allah SWT.

Seperti yang Vita bilang, tiga perkara yang kita tinggalkan saat meninggal dunia
yaitu ilmu yang bermanfaat. Aku yakin ilmuku pasti mengalir, diamalkan, dan akan
memberikan pahala di setiap alirannya. Aku juga tidak mau menjadi guru seperti Bu
Narti yang disepelekan oleh murid-muridnya. Aku ingin membuat murid-muridku
benar-benar paham apa yang aku sampaikan. Membuat mereka paham, percaya diri
untuk bertanya, tertawa oleh lelucon-leluconku, tidak tengok kanan-kiri-bawah saat
ulangan, mendapat hasil sesuai usaha dan doa. Memang sih kalau anak Indonesia bisa
menjadi seperti itu mungkin Indonesia bisa menjadi negara maju. Tetapi aku tahu,
semua itu butuh usaha dan doa.

Karena itu, aku akan menyusun strategi mulai sekarang, belajar dengan giat, selalu
berdoa agar diberi kemudahan, and do the best for all. Belajar jadi Ibu yang baik dari
mengajar, meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang kian terpuruk, memberi
motivasi untuk membangun karakter bangsa ke arah yang lebih baik, jadikan bangsa
Indonesia bangsa yang jujur! Dear, sepertiga hari yang dihabiskan anak-anak adalah
di sekolah. Jadi intinya sekolah itu untuk membangun karakter mereka selain ajaran
orangtua. Jadi guru yang baik untuk anak-anak bangsa! Fe bisa! Fe fight! Fight! Fight!
Fight! Jangan cabangkan cita-citamu lagi! Jangan jadi bocah ababil! Dewasalah! Bentar
lagi mau kuliah! Nggak boleh kayak anak kecil! Yosh! Fight! Be the best teacher for
Indonesian! Yahu! Guru, itulah cita-citaku! Fe.

8
KODA
“Udah nemuin alasan jadi guru?” goda Kak Ruri.
“Udah dong!” seruku antusias.
“Aaapa?” tanyanya penasaran.
“Rahasia… Mau tahu? Kalau alasan Kak Ruri jadi fotografer apa?”
Kak Ruri terkekeh, “Mau tahu aja, apa mau tahu banget? Yang pasti itu rahasia!”
“Gitu kan! Pelit!”
“Ye! Biarin! Kalau alasan cita-citamu jadi banyak kayak gitu apa, Fe?”
“Hm… Aku ababil…” jawabku malu-malu kucing.
“Namanya juga ABG.. Tahap-tahap keababilan biasalah! Yang penting kamu jangan
sampai salah pilih jalan.”
“Siiiap! Aku nggak akan salah pilih lagi, Kakak!” kita berdua tertawa bersama.
Udah tahu kan asyiknya jadi seorang guru? It’s so fun and amazing career! Dan.. Guru
adalah pahlawan. Pahlawan tanpa tanda jasa.

Selesai.
Sumber: cerpenmu.com

C. UNSUR INTRINSIK TEKS CERPEN


Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam diri karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen adalah sebagai berikut.

a. Tema
Tema merupakan pokok penceritaan, yaitu gagasan, ide, atau pikiran utama di dalam
karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema berkaitan dengan makna kehidupan.

b. Tokoh
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam
berbagai peristiwa dalam cerita. Secara sederhana tokoh disebut pelaku cerita. Adapun
jenis-jenis tokoh adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita
• Tokoh utama adalah tokoh yang berperan paling penting dalam cerita.
• Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak selalu diceritakan atau tidak penting,
tetapi ada beberapa tokoh yang mempunyai hubungan dengan tokoh utama.

9
2. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh
• Tokoh protagonis adalah tokoh yang memegang peran pimpinan dalam cerita
dan disukai pembaca karena sifat-sifatnya.
• Tokoh antagonis adalah tokoh penentang utama dari protagonis.
• Tokoh tritagonis adalah tokoh yang meleraikan konflik tokoh protagonis dan
antagonis.

c. Alur (Plot)
Alur adalah jalinan peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama. Alur yang menjadi
struktur pembangunan teks cerpen yang di dalamnya terdapat abstrak, orientasi,
komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Jenis alur ada tiga, yaitu alur maju (progresif ), alur
mundur (regresif ), dan alur campuran. Dalam alur terdapat juga peristiwa pertikaian yang
disebut juga dengan konfilk.
Konflik adalah ketegangan dalam cerita yang merupakan pertentangan antara dua kekuatan.
Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh (konflik batin), antara dua tokoh, tokoh
dengan lingkungan sosial, tokoh dengan alam, bahkan tokoh dengan takdir Tuhan.
Kaidah dalam alur.
1. Plausibilitas (kemasukakalan) artinya cerita memiliki kelogisan.
2. Suspense (rasa ingin tahu) artinya perasaan kurang pasti terhadap peristiwa yang
terjadi, khususnya yang menimpa tokoh yang kemudian diberi simpati oleh pembaca.
Keberadaan suspense akan mendorong, menggelitik, dan memotivasi pembaca
untuk setia mengikuti cerita dan mencari jawaban terhadap kelanjutan cerita.
3. Surprise (kejutan) artinya peristiwa yang berisi kejutan dalam cerita. Surprise
membuat cerita menjadi tidak membosankan.
4. Unity (kepaduan) artinya berbagai unsur yang ditampilkan dalam alur cerita haruslah
memiliki kepaduan.

d. Latar (Setting)
Latar adalah segala keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat atau
ruang adalah latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa. Latar waktu adalah
latar yang mengacu pada kapan terjadinya peristiwa.

e. Perwatakan atau Penokohan


Perwatakan atau penokohan adalah cara atau teknik-teknik pengarang menampilkan
watak tokoh dalam cerita. Ada dua cara perwatakan, yaitu sebagai berikut.

10
1. Analitik, yaitu dengan cara diuraikan langsung pengarang.
2. Dramatik, yaitu menampilkan watak tokoh tidak secara langsung. Artinya dialog
antartokoh, jalan pikiran tokoh, dan lingkungan tempat tinggal tokoh.

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas pengarang dalam penyusunan dan penyampaian pikiran
dan perasaan dalam bentuk tulisan. Sebagai contoh gaya bahasa remaja, ilmiah, lugas,
bahasa sehari-hari, dan sebagainya.

g. Sudut Pandang (Point of View)


Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan cerita. Posisi pencerita dalam
membawakan kisahan boleh jadi dia tokoh dalam ceritanya (pencerita akuan), boleh jadi
pula berada di luarnya (pencerita diaan). Sudut pandang terbagi atas dua, yaitu sebagai
berikut.
1. Sudut pandang orang pertama. Sudut pandang ini terbagi dua, yaitu orang pertama
sebagai pelaku utama, artinya pengarang itu sendiri yang diceritakan dan menjadi
fokus cerita; orang pertama sebagai pengamat artinya pengarang sebagai pengamat
dan masuk dalam cerita. Ciri sudut pandang pertama adalah tokohnya berupa saya,
aku, atau disebut juga gaya akuan.
2. Sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang ini juga terbagi dua, yaitu sudut
pandang orang ketiga serbatahu artinya pengarang memberi tahu semua sifat, ciri,
dan tindak tanduk pelaku; orang ketiga terarah artinya perhatian pengarang berpusat
pada satu tokoh, dan orang ketiga pengamat artinya pengarang mengamati beberapa
tokoh. Kata ganti yang dipakai adalah kata dia, ia, mereka, atau nama orang atau
disebut juga gaya diaan.

h. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Pada karya
sastra modern, amanat biasanya tersirat, sedangkan pada karya sastra lama amanat
biasanya tersurat.

D. UNSUR EKSTRINSIK TEKS CERPEN


Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun dan mendukung cerpen dari luar karya
itu sendiri, tetapi memengaruhi bangunan atau sistem organisme cerpen. Unsur ekstrinsik
cerpen, yaitu riwayat hidup pengarang dan latar belakang masyarakat tempat penulis
menciptakan cerpen.

11
a. Riwayat Hidup Pengarang
Riwayat hidup pengarang berisi kehidupan pengarang berupa pendidikan, sikap, dan
pandangan pengarang, faktor sosial dan ekonomi pengarang, aliran sastra yang pengarang
anut, dan semua hal yang sangat berpengaruh pada hasil karya yang diciptakannya.
Contoh:
(1) Danarto, karya-karya terbarunya lahir setelah beliau mendalami keagamaan. Danarto
menekankan penilaian dari sudut pandang sufi. (2) Hamsad Rangkuti beraliran realis,
mampu menyelipkan humor-humor satire, menggelitik, dan mengejutkan melalui
kesederhanaan bahasanya (Thahar, Haris Effendy, Kiat Menulis Cerpen).

b. Latar Belakang Masyarakat


Peristiwa yang terjadi pada masyarakat memengaruhi isi cerpen. Karya sastra dalam
bentuk apapun, termasuk cerpen yang pada prinsipnya merupakan penanda zaman.
Contoh:
(1) Hamsad Rangkuti, cerpen yang ditulis berdasarkan ide tentang permasalahan
kehidupan masyarakat golongan menengah ke bawah yang dikemas dalam bentuk
kritikan halus terhadap keganjilan berupa kekuasan mutlak, materialisme, dan dekadensi
moral. (2) Idrus, cerpen yang ditulis merupakan lukisan naturalis yang mencerminkan
situasi masyarakat yang buruk pada masa itu.

F. UNSUR KEBAHASAAN TEKS CERPEN


Unsur kebahasaan teks cerpen terdiri atas beberapa hal berikut.
a. Ragam Bahasa Sehari-hari atau Bahasa Tidak Resmi
Cerpen merupakan cerita fiksi bukan karangan ilmiah (nonfiksi) yang harus menggunakan
bahasa resmi. Cerpen mengisahkan kehidupan sehari-hari. Kalimat ujaran langsung yang
digunakan sehari-hari membuat cerpen terasa lebih nyata.
Dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku” karya Hiakri Inka, kita sering menemukan bahasa
pergaulan sehari-hari.
Contoh:
“Coba deh kamu pikir alasan kamu ingin jadi psikolog, penyiar, novelis, pasti ada
alasannya, kan?” potong kak Ruri. “Aku ingin jadi psikolog karena aku ingin memotivasi
orang. Aku ingin jadi penyiar karena aku menganggap pekerjaan itu asyik. Aku ingin
novelis karena aku suka nulis. Aku ingin jadi guru karena…”
“Karena jawaban itu ada pada diri kamu sendiri. Nggak usah dicari, Fe..” potongnya.
“Harus dicari, Kakakku tersayang… Ah! Udah ah! Kakak nggak ngasih solusi.. Udah

12
kelas tiga, bentar lagi ujian, masih aja bingung mau ngambil jurusan apa. Karena itu guru
BK tanya cita-cita. Huh!” keluhku sebal.

b. Kosakata
Seorang penulis cerpen harus mempunyai banyak perbendaharaan kata. Pilihan kata atau
diksi sangatlah penting karena menjadi tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan. Diksi
menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan pokok isi cerpen
yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Contoh kosakata yang terdapat dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku”

Kosakata
Arti dalam KBBI
Kajian
antusias bergairah; bersemangat.
kriteria ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu
motivasi dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

monoton selalu sama dengan yang dulu; itu-itu saja; tidak ada ragamnya
mantan bekas pemangku jabatan, (catatan: eks/bekas kekasih)
profesi Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dsb.) tertentu

reporter penyusun laporan, wartawan


risiko akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari
suatu perbuatan atau tindakan.

strategi rencana yang cermat kegiatan untuk mencapai sasaran khusus


Kosakata
Arti dalam KBBI
Populer
debat Pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan
saling memberikan alasan untuk mempertahankan pendapat masing-
masing.

duniawi mengenai dunia, bersifat dunia, (tidak kekal, dsb.)


nostalgia kenangan manis pada masa yang telah silam.
ugal-ugalan kurang senonoh (kasar) dalam bertingkah laku
terpuruk mundur; merosot; menjadi parah

13
Cerpen “Aku dan Cita-Citaku” menggunakan juga kosa kata bahasa Inggris, seperti diary,
dear, innocent, and do the best for all, fight, Be the best teacher for Indonesian, It’s so fun and
amazing career!

c. Majas (Gaya Bahasa)


Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau
menyimpang dari arti harfiahnya. Majas disebut juga bahasa berkias yang dapat
menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Terdapat
sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf membaginya menjadi empat
kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori,
antitesis), majas pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks,
antiklimaks), majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), dan
majas perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke).
1. Majas perbandingan
• Metafora: majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai
pengganti kata atau tingkatan lain. Metafora merupakan majas perbandingan
langsung, tidak menggunakan kata penanda perbandingan; seperti, bagaikan,
laksana.
Contoh: Raja siang telah bangun dari peraduannya (matahari).
• Personifikasi: penginsanan yang meletakkan sifat- sifat manusia/insan kepada
benda yang tidak bernyawa.
Contoh: Mobil itu menjerit- jerit di tikungan yang menanjak
• Depersonifikasi: majas berupa perbandingan manusia dengan hewan atau
dengan benda.
Contoh: Dikau langit, daku bumi.; Aku heran melihat Joko mematung.
• Alegori: majas yang membandingkan suatu hal secara tidak langsung melalui
kiasan atau penggambaran yang berhubungan dalam kesatuan yang utuh.
Contoh: Suami sebagai nahkoda, istri sebagai jurumudi.
• Antitesis: majas yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan paduan
kata berlawanan arti.
Contoh: Hidup matinya manusia adalah kuasa Tuhan.

2. Majas Pertentangan
• Litotes adalah majas yang di dalam ungkapannya menyatakan sesuatu yang
positif dengan bentuk yang negatif yang tujuannya untuk merendahkan hati.
Contoh: Datanglah ke gubuk orang tuaku.

14
• Hiperbola adalah majas jika orang ingin melukiskan peristiwa atau keadaan
dengan cara berlebih-lebihan.
Contoh: Hatiku terbakar, darahku mendidih mendengar kabar yang kau berikan.
• Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan yang hanya kelihatan
pada arti kata yang berlawanan, padahalnya maksud sesungguhnya tidak
karena objeknya berlainan.
Contoh: Zuqi merasa kesepian di tengah kota yang ramai.
• Klimaks adalah majas berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin
menekan dan memuncak.
Contoh: Sejak menuai benih, tumbuh, hingga menuainya, aku sendiri yang
mengerjakannnya.
• Antiklimaks adalah majas yang bertentangan dari klimaks. Pada antiklimaks
makna yang tergantung pada kata-kata diucapkan berturut-turut makin lama
makin melemah tingkatannya.
Contoh: Dari pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan
keprihatinan itu.
• Ironi adalah kata yang digunakan mempunyai makna bertentangan dengan
maksud sesungguhnya, misalnya mengemukakan ketidaksesuaian antara
harapan dan kenyataan dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan
dan kenyataan yang mendasarinya.
Contoh: Merdu sekali suaramu hingga membuatku terbangun.

3. Majas pertautan
• Eufemisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus sebagai
pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau
tidak menyenangkan.
Contoh: Rupanya anak ibu sudah berubah akal. (gila)
• Metonimis adalah majas yang mengemukakan merek dagang atau nama
barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga
kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh: Ayahku ke Bali naik Rajawali. (Rajawali nama pesawat terbang)
• Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian untuk menyebut
nama seluruhnya (pars prototo) dan menyebutkan nama keseluruhan sebagai
pengganti nama bagiannya (totum proparte).
Contoh: Saya tidak melihat batang hidungnya Steve hari ini. (pars prototo),
Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 3:0. (totum preparte).

15
4. Majas perulangan
• Repetisi adalah majas penegasan yang mengulang melukiskan sesuatu
perulangan kata atau beberapa kata pada beberapa kalimat.
Contoh: Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah pengorbanan.
• Tautologi adalah majas yang mengulang kata beberapa kali dalam sebuah
kalimat.
Contoh: Sungguh teganya, teganya, teganya, teganya.
• Anafora adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi biasa digunakan dalam
puisi.
Contoh: Memberi tak harus kaya// Memberi tak harus ada// Memberi dengan hati
bukan karena paksaan.

d. Kalimat Deskriptif
Kalimat deskriptif adalah kalimat yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu. Dalam
cerpen, kalimat deskriptif digunakan untuk menggambarkan suasana, tempat, tokoh
dalam cerita.
Contohnya dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku ” karya Hiakri Inka.
Aku menatap lalu lalang mobil dengan pandangan bingung. Bus yang membawaku pulang
ke rumah melaju kencang atau bisa dibilang ugal-ugalan. Jujur, aku bingung. Kejadian
di sekolah tadi masih mengganggu pikiranku. Memang bukan kejadian besar, tetapi itu
membuatku berpikir keras dan berusaha mencari kejelasan atas apa yang aku lakukan.
(Suasana hati tokoh aku dan suasana bus yang mengantarkan tokoh aku pulang ke rumah
dari sekolah).

LATIHAN SOAL

1. Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama!


Senja memerah langit sajikan semburat jingga yang berkobar di atas horison. Sesaat lagi
malam akan menebarkan keremangan yang membaur bersama nafas kesunyian. Perlahan,
alam mulai melepaskan diri dari jeratan hari. Seakan jemu menimbun lelah. Bumi mulai
meredupkan kehidupan. Aroma sepi mulai menyebar ke setiap celah udara.
Kutipan cerpen di atas merupakan bagian ….
A. abstrak
B. orientasi
C. komplikasi

16
D. evaluasi
E. resolusi

2. Bacalah kutipan cerpen di bawah ini dengan saksama!


Ternyata benar, di setiap musibah ada hikmah yang diambil. Kita ikhlas dan bersabar
menghadapinya. Aku bisa belajar dan banyak hal, banyak pengalaman yang aku dapat
dari sana. Sekarang, walaupun fisikku tidak sempurna, aku bisa menjalani hidup seperti
biasa. Aku bekerja di sebuah laundry.
Kutipan cerpen di atas merupakan bagian ….
A. komplikasi
B. koda
C. evalusi
D. resolusi
E. orientasi

Bacalah kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal no. 3–6!

Dua kegagalan yang lalu berakhir ketika aku diterima di jurusan bahasa Inggris. Kutekuni
masa pendidikan tinggi dengan sepenuh hati. Kendala finansial mendorongku untuk
merambah dunia kerja disamping kuliah. Pucuk dicinta ulam tiba. Suatu hari Kak Ica, saudara
sepupuku, datang kepadaku.

“Nanda, di sebelah toko Bunda ada kios yang dijual. Bagaimana kalau kita patungan untuk
membeli kios itu. Lalu kita jual pakaian di sana?” kata Kak Ica. Ia mengajak berpatungan
untuk membeli kios itu. Kami mulai berbisnis pakaian. Tidak kusangka, usaha itu menuai
hasil yang gemilang.

3. Tokoh aku sebagai tokoh utama dalam penggalan cerpen di atas adalah ….
A. Ica
B. Bunda
C. Nanda
D. seorang siswa
E. seorang penjual kios

4. Salah satu unsur kebahasaan cerpen adalah kosa kata. Kata finansial dalam kutipan cerpen
di atas bermakna….
A. modal
B. sarana
C. ilmu

17
D. biaya
E. buku

5. Kata sepenuh hati dalam cerpen di atas bermakna ….


A. semangat
B. percaya diri
C. sungguh-sungguh
D. ikhlas
E. tabah

6. Amanat yang tidak sesuai dengan penggalan cerpen di atas adalah ….


A. Janganlah takut pada kegagalan
B. Tekunlah dalam setiap pekerjaan, niscaya menuai hasilnya
C. Uang bukanlah penentu keberhasilan seseorang
D. Bekerjasamalah dengan baik dan jujur dalam melakukan sebuah pekerjaan
E. Berdoa adalah penentu kesuksesan seseorang

7. Berdasarkan hal berikut yang bukan merupakan unsur intrinsik cerpen di bawah ini adalah ….
A. Latar adalah lingkungan di sekitar tokoh cerita.
B. Perwatakan melalui tanggapan tokoh lain terhadap tokoh cerita.
C. Tema yang merupakan dasar cerita.
D. Sudut pandang atau posisi pengarang dalam menuliskan cerpen tersebut.
E. Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.

8. Suara meriam itu menggelegar memekakkan telinga seluruh warga kota.


Jenis majas yang terdapat dalam kalimat di atas adalah ….
A. litotes
B. hiperbola
C. metafora
D. personifikasi
E. ironi

9. Berikut ini merupakan contoh majas litotes ….


A. Mampirlah ke gubuk kami.
B. Kamukan sudah pintar, mengapa harus bertanya kepadaku?
C. Suaramu merdu seperti kaset kusut.
D. Mampus pun aku tak peduli, salah sendiri tidak mendengar nasihatku.
E. Jalannya bagikan puteri keraton.

18
10. Peristiwa yang berisi kejutan dalam cerpen disebut ….
A. plausibilitas
B. surprise
C. unity
D. suspense
E. regresif

19

Anda mungkin juga menyukai