Anda di halaman 1dari 57

URAIAN MATERI : PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN

BONUS DEMOGRAFI

A. SUMBER DATA PENDUDUK


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah, disamping itu jumlah penduduk yang besar dapat dimanfaatkan
sebagai tenaga pembangunan bangsa. Bahkan jumlah penduduk Indonesia
menempati nomer urut keempat. Menurut anda bagaimanakah cara memperoleh
data tersebut?
Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui beberapa cara yaitu
sensus penduduk, survey penduduk dan registrasi penduduk.
1. Sensus Penduduk (cacah jiwa) yaitu penghitungan jumlah penduduk oleh
Pemerintah dalam jangka waktu tertentu secara serentak. Sensus penduduk
dilaksanakan tiap 10 tahun dan dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan sensus penduduk pada tahun 1961,
1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010.

Sensus penduduk berdasarkan tempat tinggal penduduk ada dua macam yaitu:
1) Sensus De Facto yaitu penghitungan/pencacahan terhadap setiap penduduk
yang berada di suatu wilayah ketika sensus dilaksanakan.
2) Sensus De Yure yaitu penghitungan/pencacahan terhadap penduduk yang
benar-benar bertempat tinggal di wilayah yang dilaksan akan sensus. Jadi
penduduk yang hanya bertamu atau menumpang tidak ikut didata.
Pada saat ini Indonesia menggunakan kedua-duanya.
Sensus Penduduk berdasarkan cara atau metode pelaksanaannya:
1) Metode Canvasser adalah metode yang digunakan dengan cara petugas
mendatangi dan mencatat semua data dari setiap rumah penduduk yang
dikenai sensus pada wilayah sensus.
2) Metode Householder adalah metode yang digunakan dengan cara petugas
mendatangi namun semua data dari setiap rumah penduduk yang dikenai
sensus pada wilayah sensus dicatat sendiri oleh penduduk.

3
2. Survey penduduk yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
melakukan penelitian hanya sebagian dari penduduk yang dicacah atau yang
diambil sebagai sampel, materi survey ditekankan pada aspek tertentu misal
survey fertilitas dan mortalitas, dan dapat diadakan kapan saja.
3. Registrasi Penduduk yaitu proses kegiatan pemerintah yang meliputi
pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, perubahan tempat
tinggal dan perubahan pekerjaan secara rutin. Pencatatan dilakukan oleh
badan-badan yang berbeda-beda, misal kelahiran dicatat oleh kantor
pencatatan sipil dan kantor kelurahan, perkawinan dan perceraian dicatat oleh
Departemen Agama dan Kantor Pencatatan Sipil, Migrasi dicatat oleh
departemen Kehakiman, kematian dicatat oleh departemen Kesehatan.

B. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah pengelompokan kependudukan atas dasar
kriteria tertententu. Pengelompokan disesuaikan dengan tujuan tertentu. Misalnya
pengelompokan umur berdasarkan : biologis, social, ekonomi, geografis.
Informasi tentang jumlah penduduk serta komposisi penduduk menurut
umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dan lain-lain.
Komposisi penduduk penting diketahui terutama untuk mengembangkan
perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial,
politik, lingkungan dan lain-lain, yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan
manusia.
Kegunaan informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia
tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan
penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang
penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat
penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan
kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia.
Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal
dalam pembangunan.

4
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok
umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu
penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-
4 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga
dapat dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam
pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun.
Selain itu, dalam pembangunan berwawasan jender, penting juga mengetahui
informasi tentang berapa jumlah penduduk perempuan terutama yang termasuk
dalam kelompok usia reproduksi (usia 15-49 tahun), partisipasi penduduk
perempuan menurut umur dalam pendidikan, dalam pekerjaan dan lain-lain.
Umur penduduk dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
- Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
- Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif.
- Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo.
Sesuai dengan pengelompokkan umur di atas, maka struktur (susunan) penduduk
negara-negara di dunia dibagi 3 yaitu:
1. Struktur penduduk muda : bila suatu negara atau wilayah sebagian besar
penduduk usia muda.
2. Struktur penduduk dewasa : bila suatu negara sebagian besar penduduk
berusia dewasa.
3. Struktur penduduk tua : bila suatu negara sebagian besar terdiri penduduk
berusia tua
Struktur umur penduduk dapat diketahui dari : menghitung umur median
dan prosentasi penduduk muda dan tua. Adapun rumus median adalah sebagai
berikut:
N/2 - fx
Umur median = Md = lMd + .i
fMd
Keterangan :
lMd = batas bawah kelompok umur yang mengandung N/2
N = jumlah penduduk

5
fx = jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang
mengandung N/2
fMd= jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai N/2
i = kelas interval umur
Struktur umur penduduk berdasarkan prosentase penduduk muda dan tua,
dikatakan struktur umur penduduk muda jika prosentase penduduk berusia < 15
tahun sebesar > 35 % dan yang berusia > 65 tahun sebesar < 3 %. Dikatakan
struktur umur penduduk tua jika penduduk berusia < 15 tahun sebesar < 35 %
dan yang berusia > 65 tahun sebesar > 15 %.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin, kita dapat
menghitung Sex Ratio. Sex Ratio atau Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per
100 penduduk perempuan.
Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan
perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan
dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil.
Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan
pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan
berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan
mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama.
Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi,
terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Rumus :

SR= ∑L/∑P XK

SR = sex ratio
∑ L = jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada suatu waktu
∑ P = jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada suatu waktu
K =100 penduduk perempuan.

6
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur, kita dapat mengetahui
Dependency Ratio atau Rasio Ketergantungan Rasio Ketergantungan
(Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14
tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia 15-64 tahun.

Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai


penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada
orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di
atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun.
Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah
produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah
penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu
akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis
penduduk dari sisi demografi.

Rumus :

P (0 – 14 tahun) + P (65 tahun atau lebih)


DR = ------------------------------------------------------------ x k
P ( 15 – 64 tahun)

Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio


Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Rasio Ketergantungan
Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah
penduduk umur 15 - 64 tahun. Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan
jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64
tahun.

P (0 – 14 tahun)

DR Muda = ------------------------------------------------------------- x k

7
P ( 15 – 64 tahun)

P (65 tahun atau lebih)

DR Tua = ------------------------------------------------------------- x k

P ( 15 – 64 tahun)

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat ditampilkan


dalam bentuk grafik yang dinamakan piramida penduduk. Piramida penduduk
adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk
menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan
kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
menurut umur.
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap
kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai
sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan
penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan
hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur
penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan
datang.
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita
mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan
pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan
perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta
membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus
diciptakan.
Bentuk piramida penduduk ada 3 macam yaitu :
1) Piramida penduduk muda berbentuk limas

8
Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar
dibanding usia dewasa. Di waktu yang akan datang jumlah penduduk
bertambah lebih banyak. Jadi penduduk sedang mengalami pertumbuhan.
2) Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat
Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan
usia dewasa. Hal ini berarti penduduk dalam keadaan stasioner sehingga
pertambahan penduduk akan tetap diwaktu yang akan datang.
3) Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan
Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit
bila dibandingkan dengan usia dewasa. Diwaktu yang akan datang jumlah
penduduk mengalami penurunan karena tingkat kelahiran yang rendah dan
kematian yang tinggi

Gambar 1. Bentuk piramida

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar,


yakni mencapai angka 237.641.326 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun
2010, serta sekitar 266,91 juta jiwa di tahun 2019. Dengan jumlah penduduk yang
demikian besar, Indonesia bisa mendapatkan manfaat yang besar, tapi sekaligus
angka penduduk yang besar ini juga bisa menjadi masalah.
Manfaat jumlah penduduk yang besar antara lain berupa : ketersediaan
tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam lebih banyak; sumber tenaga

9
dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan pembangunan lebih banyak; penduduk
dapat ikut mempertahankan keutuhan negara dari ancaman negara atau bangsa
lain. Dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk besar ini adalah modal dasar dari
pembangunan. Hanya saja, hal ini berlaku ketika sumber daya manusia yang ada
memiliki kualitas yang memadai. Apabila sumber daya manusia yang berkualitas
jumlahnya terbatas, maka jumlah penduduk yang banyak ini justru bisa menjadi
kendala dalam proses pembangunan.
Penduduk juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
(engine of growth). Penduduk sebagai sumber pertumbuhan dapat diartikan
dua hal, yaitu sebagai konsumen dan sebagai produsen atau pelaku aktif
pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar, penduduk
Indonesia menjadi salah satu konsumen terbesar di dunia. Secara nasional,
konsumsi masyarakat memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan
ekonomi. Sebagai pelaku pembangunan, perubahan struktur penduduk
merupakan peluang untuk memanfaatkan penduduk usia produktif untuk
berkontribusi dalam menjalankan roda pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar ini dapat menimbulkan masalah terutama


dalam hal sosial ekonomi antara lain upaya penyediaan kebutuhan hidup
penduduk secara layak, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan
serta fasilitas sosial lain yang harus lebih besar; persaingan dunia kerja yang ketat,
sehingga lapangan kerja jadi lebih sempit, dalam arti penyediaan lapangan kerja
harus lebih luas; penyediaan jaminan keamanan, ketentraman serta kesejahteraan
yang harus tinggi; kebutuhan akan berbagai fasilitas sosial meningkat; angka
pengangguran meningkat, terutama bagi mereka yang tidak mampu bersaing
dalam dunia kerja; angka kriminalitas yang meningkat.

10
11
GEO INFO

Jumlah Penduduk Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-indonesia-2019-
mencapai-267-juta-jiwa

Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia
pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah
tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia
saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia
produktif lebih banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total
populasi. Adapun penduduk dengan kelompok umur 0-14 tahun (usia anak-anak)
mencapai 66,17 juta jiwa atau sekitar 24,8% dari total populasi. Kemudian penduduk
kelompok umur 15-64 tahun (usia produktif) sebanyak 183,36 juta jiwa atau sebesar
68,7% dan kelompok umur lebih dari 65 tahun (usia sudah tidak produktif) berjumlah
17,37 juta jiwa atau sebesar 6,51% dari total populasi. (Baca Databoks: Jumlah
Penduduk Indonesia akan Mencapai Puncaknya pada 2062) Rasio ketergantungan
(dependency ratio) penduduk Indonesia pada tahun ini mencapai 45,56%. Artinya
setiap 100 orang yang berusia produktif (angkatan kerja) mempunyai tanggungan 46
penduduk tidak produktif (usia 0-14 tahun ditambah usia 65 tahun ke atas). Semakin
tinggi rasio ketergantungan mengindikasikan semakin berat beban yang harus
ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk tidak
produktif.

12
C. Pertumbuhan Penduduk
Dinamika penduduk yang menunjukkan peningkatan jumlah penduduk
disebut pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk ini tentunya sangat
dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan imigrasi akan
menambah pertumbuhan penduduk, sedangkan kematian dan emigrasi akan
mengurangi pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong
tinggi, bahkan Indonesia termasuk dalam 10 negara berpenduduk terbanyak
dimana jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
tentunya mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan berbagai sumber daya
seperti tanah, air, mineral, dan energi. Menyikapi hal tersebut, diperlukan upaya
pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk dan pemanfaatan sumber daya alam
yang bijaksana. Angka pertumbuhan penduduk (r) adalah: rata-rata pertumbuhan
penduduk setiap tahun pada periode\waktu tertentu dan biasanya dinyatakan
dengan persen.
Pertumbuhan penduduk, secara umum dapat dibedakan menjadi
pertumbuhan penduduk alami dan penduduk total. Selain itu terdapat angka
pertumbuhan penduduk yang biasanya dihitung dengan jangka waktu waktu 10
tahun. Hasilnya akan menunjukan rata-rata pertambahan penduduk per tahun pada
waktu tertentu dan dinyatakan dengan persen. Ukuran / angka pertumbuhan
penduduk ini dapat dibedakan menjadi pertumbuhan aritmatik, geometri dan
eksponensial.
Pertumbuhan penduduk alami merupakan kenaikan atau penurunan jumlah
penduduk yang diakibatkan oleh selisih jumlah kelahiran dan kematian. Untuk
menghitung kenaikan atau penurunan jumlah penduduk akibat pertumbuhan
penduduk alami digunakan rumus sebagai berikut:
PA = L – M

13
Adapun persentase pertumbuhan penduduk alami dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
LM
%= x 100 %
PO
Keterangan:
PA = pertumbuhan penduduk alami
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
% = persentase pertumbuhan penduduk alami
Pertumbuhan penduduk total merupakan kenaikan atau penurunan jumlah
penduduk yang diakibatkan oleh selisih jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi
(imigrasi dan emigrasi). Untuk menghitung kenaikan atau penurunan jumlah
penduduk akibat pertumbuhan penduduk total digunakan rumus sebagai berikut:
P = (L - M) + (I - E )
Adapun persentase pertumbuhan penduduk total dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(L  M )  (I  E)
%= x 100 %
P O

Keterangan:
P = Pertumbuhan penduduk
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
I = jumlah imigrasi (penduduk yang masuk ke suatu wilayah)
E = jumlah emigrasi (penduduk yang keluar atau meninggalkan
suatu wilayah)
Pertumbuhan penduduk aritmatik, pertumbuhan ini mengasumsikan adanya
jumlah penduduk yang sama setiap tahun, dengan rumus :
Pt = Po (1+rt)
Keterangan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
t = jangka waktu dalam tahun
r = angka pertumbuhan penduduk

14
Pertumbuhan penduduk geometrik, padalah pertumbuhan penduduk yang
menggunakan dasar bunga berbunga (bunga majemuk). Pertumbuhan ini
mengasumsikan adanya angka pertumbuhan jumlah penduduk yang sama setiap
tahun, dengan rumus :
Pt = Po (1+rt)

1
𝑃𝑡 𝑡
𝑟 = ( ) −1
𝑃𝑜
Keterangan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
t = jangka waktu dalam tahun
r = laju pertumbuhan geometric

Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk


secara terus menerus setiap hari dengan angka pertumbuhan yang konstan.
Perhitungan ini sama dengan pertumbuhan Geometri tetapi pertambahan
penduduk terjadi setiap saat mengikuti fungsi eksponensial.
Rumus :

1 𝑃
Pt = Po. ert atau 𝑟 = 𝑡 𝑙𝑛 (𝑃𝑡 )
𝑜

Keterangan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
t = jangka waktu dalam tahun
r = laju pertumbuhan geometris
e = angka eksponensional (2.718282)

15
Berdasarkan pertumbuhan penduduk eksponensial, kita dapat menghitung waktu
yang diperlukan untuk penduduk menjadi dua kali lipat yang dinamakan
DOUBLING TIME = waktu lipat ganda
rt
 Pt = Po e
rt rt
 2 Po = Po e 2= e
log 2 = rt log e
t= log 2 / r log e
 t= 0,693/ r atau t = 70 / r

D. Pengertian Fertilitas
Thompson (1953) state fertility the actual reproductive performance of a
woman or group a woman. Jadi fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup (Live
birth) dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Atau dengan kata lain fertilitas
adalah kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita untuk memberikan
keturunan yang diukur dengan bayi lahir hidup (hasil nyata). Wanita fertil adalah
wanita yang pernah melahirkan bayi lahir hidup, tetapi wanita yang pernah hamil
belum tentu fertil.
Fecundity denotes the ability to bear a children or physical capacity of
bearing children ( Thomson, 1953). Jadi fecunditas ( kesuburan) adalah lebih
diartikan kepada kemampuan biologis wanita untuk mempunyai anak. Atau
dengan kata lain kemampuan seorang wanita untuk mendapatkan konsepsi.
Ada juga pengertian dari fecundabilitas (fecundability) yaitu kemampuan
seorang wanita untuk bisa haid atau ovulasi. Sedangkan konsep dari reproduksi
dalam demografi, lebih memberikan arti mengenai kemampuan penduduk wanita
untuk berlipat ganda atau menggantikan dirinya (replacement dalam hal fungsi)
Pengertian lahir hidup (live birth) menurut PBB dan WHO adalah
peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu tanpa
memandang/melihat usia kehamilan, dan setelah perpisahan/keluar tadi bayi

16
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti; bernafas, ada denyut jantung atau
denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang tali pusat sudah
dipotong/masih melekat pada placenta. Sedangkan pengertian lahir mati adalah
peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi tersebut
keluar dari rahim ibunya tanpa memandang usia kehamilannya. (di dalam
kandungan sudah mati)

E. Pengukuran Fertilitas
Pengukuran fertilitas tidak sesederhana dalam pengkuran mortalitas,
dengan alasan sebagai berikut:
1. Akurasi data, sulit memperoleh data lahir hidup karena banyak bayi-bayi
yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran tidak dicatatkan sebagai
peristiwa kelahiran atau kematian dan sering juga dicatatkan sebagai lahir
mati (still bith)
2. Tidak semua wanita mempunyai resiko melahirkan, yang mempunyai resiko
adalah wanita menikah yang usianya usia reproduksi.
3. Kejadian melahirkan seorang wanita dapat berkali-kali dan melibatkan dua
orang suami dan istri, dan akan lebih kompleks jika seorang wanita tersebut
cerai, dan menikah lagi.
4. Budaya mempengaruhi kelahiran terutama yang mendukung kelahiran
misalnya banyak anak banyak rezeki.
Ada dua macam pengukuran fertilitas yaitu pengukuran fertilitas tahunan
dan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas tahunan adalah
mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dan dihubungkan dengan jumlah
penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tertentu.
Pengukuran kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan
oleh seorang wanita sampai mengakhiri batas usia subur.

17
E.1. Pengukuran Fertilitas Tahunan
a. Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate / CBR)
Tingkat kelahiran kasar didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup pada
suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun.
CBR = Jumlah Kelahiran pada tahun tertentu x 1.000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
= B xk
Pm
(Sumber : Mantra, 2015)

b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate / GFR)


Pengukuran GFR sama dengan CBR, hanya penyebutnya tidak terdiri dari
seluruh jumlah penduduk tetapi jumlah penduduk wanita dalam usia subur yaitu
wanita yang berumur antara (15 – 44) tahun atau (15 – 49) tahun.
GFR merupakan suatu angka yang menunjukkan jumlah kelahiran per 1.000
perempuan dalam usia produktif ( 15 – 44 dan 15 – 49 tahun) dalam suatu periode
tertentu. Untuk menghitung angka kelahiran ini diperlukan tentang jumlah
penduduk wanita usia reproduktif. Angka fertilitas umum ini lebih cermat dari
pada angka kelahiran kasar (CBR).
GFR = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu x 1.000
Jumlah wanita usia 15 – 49 th. pada pertengahan tahun
GFR = B xk
Pf (15 – 49)
(Sumber : Mantra, 2015)

GFR sebagai ukuran fertilitas kurang sempurna, karena kemampuan wanita untuk
melahirkan berbeda-beda sesuai dengan golongan umur mereka. Untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan ini, maka dipergunakanlah ukuran yang lebih sempurna
yaitu tingkat kelahiran umur khusus ( Age Specific Fertility Rate).

18
c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate / ASFR)
Angka ini menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur dari wanita
yang berada dalam kelompok umur 15 – 19 tahun. Ukuran ini lebih baik daripada
kedua ukuran di atas, karena pengaruh daripada variasi kelompok umur umur
dapat dihilangkan. Oleh karena itu terlihat perbedaan yang nyata mengenai
fertilitas wanita dalam tiap kelompok umur interval lima tahun.
ASFRi = Jumlah kelahiran dari wanita umur i x 1.000
Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun i

ASFR = Bi xk
Pfi
(Sumber : Mantra, 2015)

Analisa kelompok umur yang berinterval lima tahun ini digunakan sebagai
waktu untuk menghitung angka khusus menurut umur. Yang khas bahwa angka
menurut umur itu rendah atau sedang dalam kelompok umur 15 - 19 tahun, sedang
yang tertinggi dalam kelompok umur 20-an, lalu menurun sedang bagi wanita
umur 30-an. Angka setelah umur 39 tahun biasanya relatif kecil.
Contoh:
Taksiran angka ASFR untuk Jawa Timur tahun 2006-2009 (perhitungan
didasarkan pada data Sensus Penduduk 2010)

19
Tabel 1. Angka Taksiran ASFR Jawa Timur tahun 2010
Gol. Umur Jumlah Wanita Jumlah kelahiran ASFR

3
𝑥1000
2

(1) (2) (3) (4 )

15 – 19 1.490.804 61.123 41

20 – 24 1.490.361 160.958 108

25 – 29 1.591.284 170.267 107

20 – 34 1.515.454 124.267 82

35 – 39 1.531.820 65.868 43

40 – 44 1.489.709 20.856 14

45 – 49 1.339.772 5.359 4

Jumlah ASFR 399

Sumber : Sensus Penduduk 2010 (diolah)


Ukuran-ukuran di atas adalah pengukuran fertilitas tahunan, selanjutnya akan
dibicarakan pengukuran fertilitas kumulatif.

E.2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif


a. Tingkat Fertilitas Total (Total fertility Rate / TFR)

TFR adalah jumlah bayi yang akan dilahirkan oleh 1.000 wanita selama
masa suburnya. Dalam praktek biasanya kita mengerjakan hitungan TFR lewat
perhitungan ASFR dengan mengalikan 5 jumlah dari ASFR itu, yang biasanya
ditulis dengan rumus:

20
TFR = 5 x ∑ 𝐴𝑆𝐹𝑅i
(Sumber : Mantra, 2015)
Misalnya ASFR untuk Jawa Timur tahun 2010 dihitung dari Sensus Penduduk
tahun 2010
Total Fertility Rate (TFR ) = 5 x 399 = 1995, TFR sebesar 1995 per 1.000 wanita
dalam usia reproduksi atau 1,995 untuk seorang wanita,ini berarti dalam masa
reproduksinya seorang wanita itu mempunyai 1 atau 2 orang anak.
b. Gross Reproduction Rate (GFR / Tingkat Reproduksi Kotor)
GFR adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah cohort yang
terdiri dari seribu bayi perempuan sepanjang hidupnya tidak ada yang meninggal
sebelum mengakiri masa reproduksinya, dapat dikatakan juga bahwa GRR sama
dengan TFR untuk bayi wanita, yang biasa ditulis dengan rumus :
GFR = 5 x ∑ 𝐴𝑆𝐹𝑅 (Sumber : Mantra, 2015)
Dimana ASFR = ASFR wanita = ASFR fi
Tabel 2. Contoh Angka ASFR untuk menghitung nilai GFR
Umur Jumlah Wanita Jumlah kelahiran ASFR wanita
wanita

(1) (2) (3) (4 = 3/2. K)

15 – 19 3.755 199 52,99

20 – 24 3.675 365 99,32

25 – 29 4.430 366 82,62

20 – 34 3.779 267 70,65

35 – 39 3.303 163 49,35

40 – 44 2.644 61 23,07

45 – 49 1.944 14 7,20

Jumlah ASFRfi = 358,20

21
Sumber : Mantra 2015

Jadi GFR = 5 x 385,20 = 1.926,0


GFR dapat mengukur berapa jumlah wanita yang akan menggantikan cohort
hypothesis dari 1.000 wanita di atas dengan catatan tidak ada wanita yang
meninggal pada masa reproduksinya. Dengan mengabaikan kemungkinan wanita
meninggal pada masa reproduksinya, maka merupakan kelemahan dari GFR.
Karena alasan di atas maka digunakan perhitungan net reproduction rate.

c. Tingkat Repoduksi Bersih (Net Reproduction Rate / NRR)


NRR adalah jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah cohort hypotetic
dari 1000 wanita dengan memperhitungkan banyak kemungkinan meninggal dari
wanita-wanita tersebut sebelum mengakiri masa reproduksinya. Atau dapat
dikatakan merupakan angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak-anak
perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa hayatnya, dengan
mengikuti pola fertilitas yang sama seperti ibunya. Cohort adalah sekelompok
penduduk yang dalam perjalanan hidupnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
sama. Misalnya sebuh cohort terdiri dari seribu bayi perempuan, berapa dari 1000
wanita itu yang meninggal sebelum mencapai umur reproduksinya. Selanjutnya
wanita-wanita yang mencapai umur reproduksinyapun berapa yang meninggal,
misalnya berapa wanita yang hanya berkesempatan mempunyai anak sampai
umur 30 tahun dan seterusnya sampai akhir umur reproduksi sesudah itu
meninggal.
Jadi berapakah besarnya jumlah bayi wanita yang akan menggantikan
cohort wanita diatas sampai akhir masa reproduksinya, dengan memperhatikan
kemungkinan meninggal beberapa anggota cohort tersebut. NRR ini biasa ditulis
dalam bentuk rumus sebagai berikut :
𝑛𝐿𝑋
NRR = ∑(𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓 )𝑖 𝑥 ( ) (Sumber : Mantra, 2015)
𝑙0

𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖 = 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓 per 1000 wanita pada kelompok umur tertentu


𝑛𝐿𝑋
= Survival ratio dari lahir hingga mencapai umur tertentu
𝑙0

22
Tabel 3. Contoh perhitungan tingkat reproduksi bersih ( NRR )
Umur ASFR 𝑛𝐿𝑋 Kelahiran wanita tiap 1000
𝑙0 wanita untuk periode 5 tahun

(2 x 3 )

(1) (2) (3) (4)

15 – 19 52,99 3,79868 201,29

20 – 24 99,32 3,70775 386,25

25 – 29 82,62 3,59285 296,84

20 – 34 70,65 3,46825 245,03

35 – 39 49,35 3,34528 165,09

40 – 44 23,07 3,21670 74,21

45 – 49 7,20 3,07288 22,12

Jumlah 1.390,83

NRR = 1268, ini berarti bahwa dalam satu generasi yang akan datang 1.000
wanita akan diganti oleh 1.390,83 bagi wanita.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tinggi Rendahnya


Kelahiran
Menurut Ida Bagoes Mantra (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan
faktor non demografi.
 Faktor Demografi adalah struktur atau komposisi umur,

23
status perkawinan, umur kawin pertama, lama perkawinan, paritas, disrupsi
perkawinan, fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Faktor Non
Demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan
status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi.
Menurut Davis dan Blake dalam Mantra (2015) faktor-faktor sosial,
ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”.
Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-masing
dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse
variables) adalah
1. Umur mulai hubungan kelamin
2. Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah melakukan hubungan
kelamin
3. Lamanya masa reproduksi yang hilang :
a) Bila kehidupan suami istri cerai atau pisah atau ditinggal pergi oleh
suami
b) Bila kehidupan suami istri berakhir karena suami meninggal dunia

4. Abstinensi / berpantang sukarela


5. Abstinensi / Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah
sementara)
6. Frekuensi hubungan seksual

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi (conception


variables):
1. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak
disengaja
2. Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:
a) Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia
b) Menggunakan cara-cara lain

24
3. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
disengaja (sterilisasi, obat-obatan dan sebagainya)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation


variables)
1. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
2. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja

Menurut Davis dan Blake, setiap variabel di atas terdapat pada semua
masyarakat. Masing-masing variabel memiliki pengaruh (nilai) positif dan
negatifnya sendiri-sendiri terhadap fertilitas. Contoh jika pengguguran tidak
dipraktekkan di masyarakat maka variabel tersebut bernilai positif terhadap
fertilitas. Arti lainnya fertilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran.
Dengan demikian ketidak-adaan variabel tersebut juga suatu masyarakat masing-
masing variabel bernilai negatif atau positif maka angka kelahiran yang
sebenarnya tergantung kepada neraca netto dari nilai semua variabel.
John Bongaarts (1978) mensederhanakan variabel Davis dan Blake, ada
empat variabel antara yang terpenting yang mempengaruhi tinggi rendahnya
fertilitas yaitu : perkawinan atau proporsi wanita yang kawin, pemakaian alat
kontrasepsi, laktasi, dan pengguguran yang disengaja.
Menurut Freedman (1975) mengemukakan bahwa fertilitas dipengaruhi
oleh variable antara dan variabel antara itu sendiri dipengaruhi oleh norma
besarnya keluarga (family norm) dan norma variabel antara itu sendiri.
Selanjutnya norma-norma tentang besarnya keluarga dipengaruhi oleh tingkat
kematian bayi dan anak. Kesemua variabel antara ini dipengaruhi oleh struktur
sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaan
(utility) dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan,
dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi
serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan atau

25
sebagai tabungan hari tua. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak
adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.

L Tingkat F
Mortalitas
I E
Norma
N R
tentang
G besarnya T
Variabel
K I
Antara
U Norma L
tentang
N Variabel I
Antara
G Struktur T
Ekonomi
A A
Program KB
N S

Skema 1. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas oleh Ronald Freedman

Menurut Becker (1960), menyatakan anak dari sisi ekonomi pada dasarnya
dapat dianggap sebagai barang konsumsi tahan lama (a consumption good,
consumer’s durable) yang mempunyai manfaat (utility) untuk memenuhi
kebutuhan orang tuanya. Orang tua bertindak secara rasionil dalam menentukan
preferensinya terhadap jumlah anak dan barang-barang lainnya yang didasarkan
pada selera, harga dan pendapatannya. Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi oleh
pendapatan keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan
(income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak.

26
GEO INFO

2015-2045: Angka Kematian Terus Naik, Angka Kelahiran Relatif Stabil


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/18/2015-2045-angka-kematian-terus-naik-angka-kelahiran-
relatif-stabil

United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia memproyeksikan jumlah


penduduk Indonesia pada 2019 akan mencapai 266,9 juta jiwa dengan komposisi
134 juta jiwa laki-laki dan 132,8 juta jiwa perempuan. Sementara itu, jumlah
kematian (mortalitas) sebesar 1,6 juta jiwa pada 2019 dan terus menanjak hingga
2045 sebesar 3,2 juta jiwa. Jumlah kelahiran (fertilitas) penduduk Indonesia pada
2019 mencapai 4,4 juta jiwa. Pergerakan angka kelahiran relatif stabil. Jumlah
kelahiran sedikit menurun dari 2015- 2020, setelah itu mulai naik kembali hingga
2029. Pada 2045, jumlah kelahiran diprediksi sebanyak 4,5 juta jiwa.(Baca
Databoks: Jumlah Penduduk Indonesia 269 Juta Jiwa, Terbesar Keempat di Dunia)

G. Pengertian Mortalitas
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan
jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada
berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat
merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan
penduduk di suatu wilayah.

Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:


1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur
satu bulan.

27
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death)
adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya
pada saat dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai
dengan kurang dari satu tahun.
4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur
satu tahun.

H. Pengukuran Mortalitas
a. Tingkat kematian kasar (Crute Death rate/CDR)
Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai banyaknya orang yang
meninggal pada suatu tahun dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut.
Secara konvensional kita menyatakan tingkat itu untuk tiap 1.000 orang.
Sehingga dapat juga dikatakan bahwa tingkat kematian kasar adalah sebagai
jumlah kematian pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1.000 penduduk
pada pertengahan tahun. CDR dapat dituliskan dengan rumus:

CDR = Jumlah Kematian pada tahun tertentu X 1.000


Jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Atau:
CDR = D x k (Sumber : Mantra, 2015)
Pm

b. Tingkat Kematian Umur Khusus (Age Specific Death Rate)


Tingkat kematian kasar pengukuran sangat kasar sekali, karena resiko
penduduk pergolongan umur tidak sama. Tingkat kematian pergolongan
penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan lain-lain.

28
ASDR = Jumlah kematian penduduk umur i- X 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun kelompok umur i-
ASDR = Di Xk (Sumber : Mantra, 2015)

Pi

c. Tingkat Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate/ IMR )


Bayi umur 0 – 1 tahun, mempunyai pola kematian tertentu. Angka
kematian bayi tidaklah tersebar merata pada masa tahun pertama dari
kehidupannya. Angka kematian yang tinggi terlihat pada bulan-bulan pertama dari
kehidupan. Misalnya angka kematian di bawah umur 28 hari lebih tinggi dari
angka kematian pada umur 5 bulan, begitu juga untuk bulan-bulan selanjutnya.
Infant mortality rate adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun per 1000 kelahiran pada suatu
waktu tertentu, yang biasa ditulis dengan rumus:

IMR = Jumlah kematian bayi (umur kurang 1 tahun) X 1000


Jumlah kelahiran hidup pada tahun tertentu
∑ 𝐷0−1
IMR = ∑𝐵
𝑥𝑘 (Sumber : Mantra, 2015)

Infant Mortality Rate mempuyai hubungan yang erat dengan tingkat


kesehatan masyarakat di suatu daerah. Pada umumnya ada korelasi yang negatif
antara IMR dengan tingkat kesehatan masyarakat suatu daerah. Jadi makin tinggi
tingkat kesehatan masyarakat suatu daerah, maka akan makin rendah angka IMR-
nya. Atau dengan kata lain jika angka kematian bayi (IMR) tinggi di suatu daerah,
maka rendahlah tingkat kesehatan masyarakat di suatu daerah tersebut. Sering
dikatakan bahwa tinggi rendahnya angka IMR di suatu daerah dapat dipakai
sebagai barometer tingkat kesehatan daerah itu.

d. Angka Kematian Balita


Banyaknya kematian anak berumur 0-5 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun.

29
D0 – 4 tahun
AKBa (0- 5 th) = _________ x k (Sumber : BPS.go.id)
P0 - 4 tahun
D0-4thn = jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun pada satu tahun tertentu

P = jumlah penduduk berusia 0-4 tahun pada pertengahan tahun

k = konstanta (1000)

e. Angka Kematian Anak

Banyaknya kematian anak berumur 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun.

D1 – 4 tahun
AKA (1- 4 th) = __________ x k (Sumber : BPS.go.id)
P 1-4 tahun

D1- 4 thn = jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun pada satu tahun tertentu

P = jumlah penduduk berusia 1-4 tahun pada pertengahan tahun tertentu

k = konstanta (1000)

e. Angka Kematian Ibu/AKI (Maternal Mortality)

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan


kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun, tetapi bukan kecelakaan atau
kelalaian, dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah persalinan
(masa nifas) serta tidak tergantung umur atau letak kehamilan.
Ada 2 ukuran:

1) Maternal mortality rate

2) Maternal mortality ratio

1) Maternal Mortality Rate

MMR = Jumlah kematian ibu pada tahun tertentu x 100.000 (Sumber : WHO)
Jumlah perempuan umur 15-49 tahun tertentu

30
Jumlah perempuan umur 15-49 tahun disebut juga “person years lived exposed to
risk” yaitu jumlah orang yang mempunyai risiko mengalami kematian karena
kehamilan/persalinan (sesuai definisi kematian ibu)

2 ) Maternal Mortality Ratio

Jumlah kematian ibu pada tahun t x 100.000 (Sumber : WHO)

Jumlah kelahiran hidup pada tahun t

I. Faktor yang mempengaruhi Mortalitas


Faktor yang mempengaruhi kematian ada dua faktor, yaitu faktor dari dalam
individu atau faktor dari luar individu. International Classification of
Diseases (ICD) versi 10 tahun 2016 mengklasifikasi penyakit penyebab kematian
penduduk. Daftar sebab kematian dalam Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD)
sangat terperinci dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan sebab-
sebab ini ke dalam 22 kelompok. Adapun klasifikasi penyakit penyebab kematian
tersebut adalah :
1. Penyakit infeksi dan parasit tertentu
2. Neoplasma
3. Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan gangguan tertentu yang
melibatkan mekanisme kekebalan tubuh
4. Endokrin, nutrisi dan penyakit metabolik
5. Gangguan mental dan perilaku
6. Penyakit pada sistem saraf
7. Penyakit mata dan adneksa
8. Penyakit pada telinga dan proses mastoid
9. Penyakit pada sistem peredaran darah
10. Penyakit pada sistem pernapasan
11. Penyakit pada sistem pencernaan
12. Penyakit pada kulit dan jaringan subkutan

31
13. Penyakit pada sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
14. Penyakit sistem genitourinari
15. Kehamilan, persalinan dan masa nifas
16. Kondisi tertentu yang berasal dari periode perinatal
17. Malformasi kongenital, deformasi dan kelainan kromosom
18. Gejala, tanda dan temuan klinis dan laboratorium yang abnormal, tidak
diklasifikasikan di tempat lain
19. Cedera, keracunan dan beberapa konsekuensi lain dari penyebab
eksternal
20. Penyebab eksternal morbiditas dan mortalitas
21. Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan layanan
kesehatan
22. Kode untuk tujuan khusus misal penyakit baru atau ketahanan terhadap
obat
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, disusul
oleh penyakit stroke. Adapun sepuluh penyebab kematian di dunia terlihat pada

Gambar 1. Sepuluh Penyebab Kematian di Dunia (Sumber : WHO)

32
gambar 1, yaitu penyakit jantung, stroke, infeksi pernafasan, paru kronis, kanker
paru, diabet mellitus, alzheimer dan penyakit dimensia, penyakit diare, TBC serta
penyebab kematian yang disebabkan oleh kecelakaan.

J. Kelangsungan Hidup Anak Mosley dan Chen


Mosley dan Chen (1984) membagi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anak menjadi dua, yaitu; (1) Variabel yang dianggap
eksogenous atau sosial ekonomi (seperti budaya, sosial, ekonomi, masyarakat, dan
faktor regional) dan; (2) Variabel endogenous atau faktor biomedical (seperti pola
pemberian ASI, kebersihan, sanitasi dan nutrisi).

Determinan Sosial-
Ekonomi

Faktor Pencemaran Kekurangan Kecelakaan


ibu Lingkungan Gizi

Sehat Sakit

Pengendalain Gangguan Kematian


Penyakit Pertumbuhan
Individual ibu

Gambar 2. Kelangsungan Hidup Anak oleh Mosley dan Chen

Penelitian sosial maupun penelitian medis, memberikan kontribusi yang


besar bagi pemahaman mengenai penyebab kematian anak di negara sedang
berkembang. Kunci dari model kelangsungan hidup anak terletak pada identifikasi
sekumpulan variabel yang menyebabkan peningkatan resiko kematian pada anak.

33
Semua determinan sosial dan ekonomi harus melalui variabel antara untuk
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Variabel antara ini
dikelompokkan ke dalam lima kategori :
1. Faktor ibu
1) Umur,
2) Paritas dan
3) Jarak kelahiran.
2. Pencemaran Lingkungan
1) Udara yang merupakan jalur penyebarluasan penyakit pernafasan dan banyak
penyakit
2) Makanan, air, dan jari yang merupakan jalur utama penyebarluasan diare dan
penyakit usus lainnya ;
3) Kulit, tanah dan benda mati yang merupakan jalur infeksi kulit
4) Serangga pembawa penyakit
3. Kekurangan gizi
1) Kalori,
2) Protein, dan
3) Gizi mikro (vitamin dan mineral)
4. Luka kecelakaan
1) Kecelakaan
2) Luka yang disengaja
5. Pengendalian Penyakit Perorangan
1) Tindakan preventif perorangan
2) Perawatan dokter

K. Determinan Kematian Ibu


Ada dua Klasifikasi Kematian Ibu yaitu :
1. Penyebab langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi
obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau yang disebabkan oleh

34
suatu tindakan yang dilakukan pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau
berbagai hal akibat tindakan tersebut.
2. Penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit
yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat
akibat kehamilan atau persalinan.
Mc.Carthy dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan
peran determinan kematian ibu sebagai keadaan atau hal yang melatarbelakangi
dan menjadi penyebab langsung serta tidak langsung dari kematian ibu.
Determinan kematian ibu itu dikelompokkan dalam : Determinan Proksi atau
dekat (proximate determinant), determinan antara (intermediate determinants) dan
determinan kontekstual (contekstual determinants).
1. Determinan Kontekstual/jauh (determinan sosial, ekonomi dan budaya), yaitu

a. Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat


Faktor-faktor yang menentukan status perempuan antara lain tingkat
pendidikan (Kecenderungan perempuan yang berpendidikan lebih tinggi
lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya), pekerjaan (ibu
yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi kesehatan), keberdayaan perempuan (woman
empowerment) yang memungkinkan perempuan lebih aktif dalam
menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal terbaik bagi
dirinya, termasuk kesehatannya atau kehamilannya.

b. Status keluarga dalam masyarakat


Jika variabel yang tersebut di atas lebih menekankan pada diri
perempuan sebagai individu, maka variabel berikut ini merupakan
variabel dari keluarga perempuan tersebut. Variabel tersebut antara lain
penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, tingkat pendidikan dan status
pekerjaan anggota keluarga, juga dapat berpengaruh terhadap risiko
mengalami kematian ibu.
c. Status Masyarakat

35
Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan
sumber daya (misalnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi.
Status masyarakat umumnya terkait pula pada tingkat kemakmuran suatu
negara serta besarnya perhatian pemerintah terhadap masalah kesehatan.
2. Determinan Antara, meliputi
a. Status Kesehatan
Faktor-faktor status kesehatan ibu antara lain status gizi, penyakit infeksi
atau parasit, penyakit menahun seperti TBC, penyakit jantung, ginjal dan
riwayat komplikasi obstretri.
b. Status Reproduksi
Faktor-faktor status reproduksi antara lain usia ibu hamil ( usia dibawah
20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan
melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah kelahiran yang
dialami oleh seorang ibu semakin tinggi risikonya untuk mengalami
komplikasi), jarak antara kehamilan, status perkawinan (perempuan
dengan status tidak menikah cenderung kurang memperhatikan kesehatan
diri dan janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, yang akan menyebabkan tidak terdeteksinya
kelainan yang dapat menyebabkan komplikasi)
c. Akses Terhadap Pelayanan Reproduksi
Akses pelayanan, ada dua aspek utama, yaitu ketersediaan dan
keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Keterjangkauan
pelayanan kesehatan meliputi jarak, waktu, dan biaya.
d. Perilaku sehat
Berkaitan dengan perilaku penggunaan alat-alat kontrasepsi ( ibu ber KB
akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak
berKB), pemeriksaan kehamilan (ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan
komplikasinya), penolong persalinan (ibu yang ditolong oleh dukun

36
berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan oleh tenaga kesehatan), perilaku menggugurkan
kandungan (ibu yang berusaha menggugurkan kandungannya berisiko
lebih besar untuk mengalami komplikasi)
e. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga
Ada keadaan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga yang
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selam hamil atau melahirkan.
Beberapa keadaan tersebut terjadi pada saat melahirkan, misalnya
kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini dan persalinan
yang terlambat melebihi 9 bulan.

3. Determinan Proksi, yaitu


a. Kejadian Kehamilan
Perempuan yang hamil mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi,
sedangkan perempuan yang tidak hamil tidak mempunyai risiko tersebut.
Program keluarga berencana dapat secara tidak langsung mengurangi
risiko kematian ibu. Efek KB terhadap penurunan AKI berkaitan dengan
TFR. Bila TFR tinggi maka penurunan kematian ibu akan sangat
dipengaruhi oleh keikutsertaan KB. Sebaliknya jika TFR cukup rendah,
maka pelayanan KB tidak lagi berpengaruh terhadap penurunan AKI.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa angka total kesuburan
(Total Fertility Rate/TFR) ternyata tidak selalu memberikan dampak
yang berarti pada penurunan AKI karena kematian ibu berkaitan pula
dengan faktor-faktor lain, misal kualitas pelayanan kesehatan
b. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab langsung kematian ibu,
yaitu perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama, abortus dan rupture
uteri. Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi obstetri
tersebut merupakan intervensi jangka pendek; yang hasilnya akan dapat
gera terlihat dalam bentuk penurunan AKI.

37
Determinan Konstektual Determinan Antara Determinan Proksi
(Konstextual Determinant) (Intermediate Determinant) (Proximate Determinant)

Status Perempuan dalam Status Kesehatan


keluarga dan masyarakat Gizi, Infeksi, Penyakit Kronik,
Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Komplikasi
Penghasilan,
Pemberdayaan Wanita Kehamilan
Status Reproduksi
Status Keluarga dalam
Umur, Paritas, Status
Masyarakat
Perkawinan
Penghasilan,
Kepemilikan, Komplikasi
Pendidikan, dan Perdarahan,
Akses ke Pelyanan Kesehatan
Pekerjaan Anggota Rumah Infeksi,
Lokasi Pelayanan Kesehatan
Tangga Eklamsia,
(KB, Pelayanan Antenatal,
Partus Macet,
Pelayanan Obstetri), Jangkauan
Ruptura
Pelayanan, Kualitas Pelayanan,
Uterus
Status Masyarakat Akses Informasi tentang
Kesejahteraan, Pelayanan Kesehatan.
Sumber Daya (nakes, yankes,
transportasi,
Tingkat Kemakmuran Kematian/
Perilaku Sehat
Kecacatan
Penggunaan KB, Pemeriksaan
Antenatal, Penolong Persalinan

Faktor Tak Terduga

Gambar 3. Determinan Kematian Ibu (McCarthy and Maine, 1992)

Maine dan kawan-kawan mengidentifikasi “rantai penyebab” kematian ibu


dan menghubungkannya dengan strategi intervensi yang dikelompokkan dalam 3
kategori yaitu :
a. Mencegah/memperkecil kemungkinan perempuan untuk menjadi hamil.
Pada saat perempuan tidak berada dalam kehamilan, ia tidak mempunyai
risiko kematian ibu. Penurunan angka kesuburan perempuan merupakan
cara yang efektif untuk mencegah kemungkinan menjadi hamil sehingga
menghilangkan risiko kematian akibat kehamilan/persalinan. Keikutsertaan
dalam ber-KB mencegah kematian ibu.
b. Mencegah/Memperkecil kemungkinan perempuan hamil mengalami
komplikasi dalam kehamilan/persalinan.
Banyak analisis menunjukkan bahwa kejadian komplikasi obstetri tidak
dapat di cegah atau diperkirakan sebelumnya, kecuali misalnya induksi

38
abortus yang tidak aman. Dan telah diketahui bahwa kelompok perempuan
tertentu mempunyai risiko yang lebih besar terhadap kematian dari pada
kelompok perempuan lainnya. Analisis juga menunjukkan risiko kematian
ibu terbesar pada kelompok umur di bawah 20 tahun dan di atas 30 tahun.
c. Mencegah/memperkecil kematian perempuan yang mengalami
komplikasi dalam kehamilan/persalinan.
Walaupun kebanyakan komplikasi obstetri tidak dapat dicegah dan
diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak
dapat ditangani. Setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk mengalami
komplikasi obstetri, maka ibu hamil perlu mempunyai akses terhadap
pelayanan kegawat-daruratan obstetri. Dengan penanganan yang baik,
hampir semua kematian ibu dapat dicegah.

GEO INFO

2010-2035, Angka Kelahiran Turun Sedangkan Angka Kematian Naik


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/20/2010-2035-angka-kelahiran-turun-sedangkan-angka-
kematian-naik

Berdasarkan proyeksi penduduk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)


2010-2035, jumlah penduduk Indonesia 2010 mencapai 238,52 juta. Adapun jumlah
angka kelahiran mencapai 5 juta jiwa sementara angka kematian 1,52 juta jiwa. Sehingga
jumlah penduduk Indonesia pada 2011 bertambah sekitar 3,4 juta jiwa menjadi 242 juta
jiwa.Masih menurut proyeksi tersebut, angka kelahiran terus menunjukkan penurunan
hingga menjadi 4,29 juta jiwa pada 2035, seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.
Sebaliknya, angka kematian mengalami tren kenaikan hingga mencapai 2,68 jiwa pada
2035. Dengan demikian dependency ratio (rasio ketergantungan) penduduk juga turun
menjadi 47,7% pada 2035 dari 50,5% pada 2010.Kesadaran masyarakat terhadap program
Keluarga Berencana (KB), yakni dengan menunda usia pernikahan, mengatur jarak
kelahiran anak, serta membatasi jumlah anak membuat angka kelahiran bayi cenderung
menurun dari tahun ke tahun. Sementara angka kematian justru terlihat meningkat seiring
makin banyaknya penduduk lanjut usia yang tutup usia. Jumlah populasi Indonesia pada
17 tahun yang akan datang diproyeksikan berjumlah 305,7 juta jiwa.(Baca Databoks:
Berapa Jumlah Penduduk Jakarta?)

39
L. Permasalahan Kependudukan
Permasalahan kependudukan di Indonesia adalah masalah kuantitas dan
kualitas penduduk. Adapun masalah-masalah kependudukan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk besar


2. Pertumbuhan penduduk cepat.
3. Persebaran penduduk tidak merata.
4. Kualitas penduduk rendah.
5. Komposisi penduduk sebagian besar berusia produktif.

L.1. Jumlah penduduk besar


Penduduk dalam suatu negara merupakan faktor terpenting dalam
pelaksanaan pembangunan karena menjadi subyek dan obyek pembangunan.
Penduduk merupakan pusat seluruh kebijakan dan program pembangunan yang
dilakukan. Pembangunan dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk baik kualitas fisik maupun non fisik. Dinamika atau
perubahan jumlah penduduk sangat mempengaruhi dinamika pembangunan

Manfaat dari jumlah penduduk yang besar adalah :

1. Dapat mempertahankan keutuhan Negara dari ancaman yang berasal dari


Negara lain
2. Sebagai sumber daya manusia dalam penyediaan tenaga kerja untuk
mengolah sumber daya alam

Ada permasalahan untuk negara Indonesia yang berpenduduk besar yaitu nomor 4
di dunia yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan hidup masih belum dapat terpenuhi oleh
Pemerintah, karena kemampuan pemerintah masih terbatas. Pemerintah
seharusnya dapat menjamin terpenuhi kebutuhan hidup penduduk yang
besar. Sebagai akibatnya masih ada penduduk yang kekurangan gizi
makanan, timbulnya permukiman kumuh, kerusakan lingkungan,

40
kerawanan pangan, kelangkaan sumber daya, kemiskinan, serta konflik
sosial.
2. Penyediaan lapangan kerja, sarana, dan prasarana kesehatan, pendidikan
serta fasilitas sosial lainnya masih banyak yang kurang, karena dana yang
terbatas. Pemerintah seharusnya dapat dapat menyediakan itu semua.
Maka peran serta sektor swasta perlu digalakkan untuk mengatasi masalah
ini, seperti pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit
swasta dan lain-lain.
Menurut proyeksi penduduk, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia
akan terus naik. Penduduk Indonesia sampai 2050 adalah 309 – 330 juta, masih
menjadi negara ke 6 dengan penduduk terbesar dunia, seperti yang terlihat pada
gambar 1 di bawah ini.

Tahun
Tahun 2050
2025 309 - 330 1,69
270 juta juta M
(BPS 2008) 1,31
M
433
Jt
Tahun
2010 423
237 Jt
312
juta
Jt
309
Jt

Gambar 1. Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2050 (Sumber : UN, INED)

Menurut Sensus Penduduk tahun jumlah penduduk yang besar, yaitu


lansia sebesar 18 juta (7,59%), penduduk angkatan kerja: 151 juta (63.54%), dan
balita dan usia sekolah : 68,6 juta (28.87%). Isu dari jumlah penduduk tersebut di
atas adalah beban tiga kali lipat (Triple Burden) maka beban pada usia lansia,

41
pemerintah harus menyediakan Jaminan sosial dan Pelayanan kesehatan. Untuk
penduduk angkatan kerja, pemerintah harus berusaha meningkatkan pendidikan
dan keterampilan dan Penyediaan lapangan kerja serta program Taskin.
Sedangkan untuk usia muda, pemerintah memperhatikan tingkat pendidikan dan
Kesehatan mereka.

L.2. Pertumbuhan penduduk yang cepat


Pertumbuhan penduduk Indonesia secara nasional masih relatif cepat,
walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan
penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun,
tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, periode 1990 – 2000 sebesar 1,6%
pertahun, periode 2000 - 2010 sebesar 1,49%
Penurunan pertumbuhan penduduk ini cukup menggembirakan, hal ini didukung
oleh pelaksanaan program keluarga berencana di seluruh tanah air.
Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam
keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Program ini setiap keluarga dianjurkan
mempunyai dua anak saja atau merupakan keluarga kecil. Terbentuknya keluarga
kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi
sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Program Keluarga Berencana mempunyai dua
tujuan pokok yaitu:
a. Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera.

42
Gambar 2. Fertilitas (nulisdanmimpi.wordpress.com)
Adapun dampak Laju Pertumbuhan penduduk Terhadap Lingkungan Hidup antara
lain :
1. Makin berkurangnya lahan produktif dan alih fungsi lahan, seperti sawah/
perkebunan menjadi pemukiman dan kawasan industri.
2. Makin berkurangnya luas hutan konservasi akibat tuntutan pembukaan
areal perkebunan rakyat/swasta

L.3. Persebaran Penduduk Tidak Merata


Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antar
pulau, propinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa
dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia,
dihuni 60-70 % penduduk Indonesia.
Perhatikan tabel 1 berikut ini!

Tabel 1. Persebaran Penduduk Indonesia Menurut Pulau (Tahun 1961-2010)


Penduduk (x1.000.000)
Luas
Wil.
No. Pulau 1961 1971 1980 1990 2010

(%)
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Jawa – 6,9 63,0 65,0 76,1 63,8 91,3 61,9 107,6 60,0 136,6 57,5
Madura

2. Sumatera 24,7 15,7 16,2 20,8 17,5 28,0 19,0 36,5 20,3 50,6 21,3

43
Penduduk (x1.000.000)
Luas
Wil.
No. Pulau 1961 1971 1980 1990 2010

(%)
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %

3. Kalimantan 28,1 4,1 4,2 5,2 4,4 6,7 4,5 9,1 5,1 13,8 5,8

4. Sulawesi 9,9 7,1 7,3 8,5 7,1 10,4 7,1 12,5 7,0 17,3 7,3

5. Pulau-pulau 30,4 7,1 7,3 8,6 7,2 11,1 7,5 13,7 7,6 19,2 8,1
lain
JUMLAH 100,0 97,0 100,0 119,2 100,0 147,5 100,0 179,4 100,0 237,6 100,0

Sumber : https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1267/penduduk-indonesia-menurut-
provinsi-1971-1980-1990-1995-2000-dan-2010.html

Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi


yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi (km2), tahun 1990
menjadi 814 jiwa dan tahun 2010 menjadi 1.055 jiwa per kilo meter persegi
(km2). Jika kondisi ini dibiarkan diperkirakan angka tersebut akan cenderung
meningkat di waktu yang akan datang.
Tabel 2. Kepadatan Penduduk Indonesia Menurut Pulau Tahun 1961-2010
Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi
No. Pulau
1961 1971 1980 1990 2000 2010

1. Jawa-Madura 476 576 690 814 952 1.055

2. Sumatera 33 44 59 77 90 139

3. Kalimantan 8 10 12 17 21 34

4. Sulawesi 38 45 55 66 78 92

5. Pulau-pulau 12 15 19 23 27 33
lain

Indonesia 51 62 77 93 107 124

Sumber : https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/05/1366/luas-daerah-dan-jumlah-pulau-
menurut-provinsi-2002-2016.html

44
Luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit, akibat dari tidak meratanya
jumlah penduduk. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri.
Tetapi sebaliknya banyak lahan di luar Jawa yang belum dimanfaatkan secara
optimal karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar
Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian
tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan
wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya tingkat migrasi ke pulau Jawa, antara
lain karena pulau Jawa:

1. Sebagai pusat pemerintahan.


2. Banyak tersedia pendidikan berbagai jenjang dan jenis
3. Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan industri
4. Mempunyai sarana komunikasi yang baik dan lancer
5. Merupakan daerah yang kaya dengan tanah vulkanis

Gambar 3. Tersedianya lapangan kerja di pulau Jawa merupakan daya tarik bagi
penduduk di luar pulau Jawa. (infonawacita.com)

Persebaran penduduk antara kota dan desa juga tidak merata.


Perpindahan penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu. Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan
terjadinya pemusatan penduduk di kota yang luas wilayahnya terbatas. Pemusatan

45
penduduk di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar
lainnya antara lain dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan hidup
seperti:
1. Pencemaran udara yang berasal dari industry dan asap kendaraan
2. Pencemaran air di sungai-sungai karena pembuangan sampah oleh
masyarakat dan industri
3. Banyak terjadi permukiman liar
4. Permasalahan sosial seperti pencurian, perampokan, pelacuran dan lain
sebagainya.
Pemusatan penduduk mempunyai dampak yang cukup besar, maka perlu
ada upaya untuk meratakan penyebaran penduduk di tiap-tiap daerah. Upaya-
upaya meratakan penyebaran penduduk antara lain adalah :
1. Pada daerah yang jarang penduduk dan daerah pedesaan diciptakan
lapangan pekerjaan misal didirikan daerah perindustrian.
2. Pemerataan pembangunan di semua daerah.
Persebaran penduduk tidak merata terjadi juga di Irian Jaya dan
Kalimantan. Luas wilayah Irian Jaya 21,99% dari luas Indonesia, tetapi jumlah
penduduknya hanya 0,92% dari seluruh penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan
luasnya 28,11% dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 5% dari
jumlah penduduk Indonesia. Salah satu upaya mengatasi persebaran penduduk
yang tidak merata dilaksanakan program transmigrasi.

Tabel 3. Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi Menurut Propinsi


Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, 2010, dan 2017
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Provinsi
1971 1980 1990 2000 2010 2017
ACEH 36 47 62 68 78 90
SUMATERA UTARA 93 118 145 160 179 195
SUMATERA BARAT 56 68 80 101 116 127
RIAU 17 23 35 45 64 77
JAMBI 22 32 45 48 62 70
SUMATERA SELATAN 33 45 61 68 82 90
BENGKULU 24 36 56 73 86 97

46
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Provinsi
1971 1980 1990 2000 2010 2017
LAMPUNG 83 139 181 194 220 239
KEP. BANGKA BELITUNG - - - 55 75 87
KEP. RIAU - - - 127 206 254
DKI JAKARTA 7.762 11.023 12.495 12592 14518 15.624
JAWA BARAT 467 593 765 1010 1222 1.358
JAWA TENGAH 640 742 834 952 989 1.044
DI YOGYAKARTA 785 868 919 996 1107 1.200
JAWA TIMUR 532 609 678 727 786 822
BANTEN - - - 838 1106 1.288
BALI 381 444 500 545 676 735
NUSA TENGGARA BARAT 109 135 167 216 243 267
NUSA TENGGARA TIMUR 48 57 68 78 97 109
KALIMANTAN BARAT 14 17 22 27 30 34
KALIMANTAN TENGAH 5 6 9 12 14 17
KALIMANTAN SELATAN 45 55 69 77 94 106
KALIMANTAN TIMUR 4 6 9 12 17 21
KALIMANTAN UTARA - - - - - -
SULAWESI UTARA 90 111 130 144 164 178
SULAWESI TENGAH 13 18 25 35 43 48
SULAWESI SELATAN 71 83 96 153 173 186
SULAWESI TENGGARA 26 34 49 48 59 68
GORONTALO - - - 74 93 104
SULAWESI BARAT - - - 53 69 79
MALUKU 15 19 25 25 33 37
MALUKU UTARA - - - 25 33 38
PAPUA BARAT - - - 5 8 9
PAPUA 2 3 4 5 9 10
INDONESIA 62 77 93 107 124 137.05
Sumber : https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/842 dan

Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu:


1. Pemerataan persebaran penduduk.
2. Pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.
3. Pemanfaatan sumber daya alam yang merata.
4. Peningkatan taraf hidup masyarakat.
5. Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran
6. Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

47
7. Memperkuat pertahanan dan kemananan wilayah Indonesia.
8. Teratasi kemiskinan pada daerah awal transmigrasi
Persebaran yang tidak merata berpengaruh terhadap lingkungan hidup.
Daerah-daerah yang padat penduduknya terjadi eksploitasi sumber alam secara
berlebihan sehingga terganggulah keseimbangan alam. Sebagai contoh adalah
hutan yang terus menyusut karena ditebang untuk dijadikan lahan pertanian
maupun pemukiman. Dampak buruk dari berkurangnya luas hutan antara lain
terjadi banjir karena berkurangnya daerah peresapan air hujan, kekeringan, serta
tanah menjadi tandus karena erosi.

Gambar 4. Lokasi Transmigrasi di Kalimantan Barat (sinarharapan.net)

L.4. Kualitas Penduduk Rendah


Kualitas penduduk atau mutu sumber daya manusia yaitu tingkat
kemampuan penduduk dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam
yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraannya. Mutu sumber daya manusia
pada suatu negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatannya. Bagaimana dengan kualitas penduduk kita ?

48
L.4.1 Tingkat Pendapatan Penduduk

Tingkat pendapatan suatu negara biasanya diukur dari besarnya pendapatan per
kapita. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan yang diperoleh rata-rata tiap
penduduk selama satu tahun. Pendapatan itu dihitung dari pendapatan nasional
secara keseluruhan dibagi dengan jumlah penduduk.
Rumus untuk menghitungnya:
PCI = GNP
P
Keterangan : PCI = Perkapita Income (Pendapatan per kapita)
GNP = Gross National Product (Pendapatan Nasioanl Kotor
P = Jumlah Penduduk
Pendapatan perkapita dipakai sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat
kemakmuran penduduk suatu negara. Pendapatan per kapita dihitung secara
berkala, biasanya 1 tahun. Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara
lain sebagai berikut :
a. Sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu Negara dengan Negara lain.
b. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu Negara dengan Negara lainnya.
d. Sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi.

Tinggi rendahnya pendapatan per kapita penduduk tergantung kepada jumlah


penduduk. Beberapa kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan pendapatan per
kapita yaitu:
1. Jika GNP dari jumlah penduduk tetap naik maka pendapatan per kapita akan
turun.
2. Jika GNP tetap, maka pendapatan perkapita akan berkurang.
3. Jika GNP bertambah, maka pendapatan per kapita akan berubah sesuai
dengan perubahan jumlah penduduk.
Keberhasilan pembangunan berimplikasi pada kenaikan pendapatan
perkapita penduduk Indonesia. Tahun 1981 pendapatan perkapita sebesar 530
dollar AS, tahun 1990 sebesar 540 dollar AS, tahun 1996 sebesar 1.041 dollar AS,
tahun 1999 1.110 dollar AS, dan tahun 2016 menjadi 11.220 dollar AS.

49
Walaupun mengalami kenaikan ternyata pendapatan perkapita penduduk
Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Perhatikan tabel 4 berikut ini!
Tabel 4. Pendapatan Perkapita beberapa Negara Tahun 2016
Negara Pendapatan Per Kapita (dollar AS)

Amerika Serikat 58.030

Australia 45.970

Canada 43.420

China 15.500

Indonesia 11.220

Inggris 42.100

Jepang 42.870

Korea Selatan 35.790

Malaysia 26.900

Mexico 17.740

Papua Nugini 2.700

Philipina 9.400

Singapura 85.050

Swiss 63.660

Sumber : https://www.prb.org/international/indicator/gross-national-income/table

Pendapatan perkapita yang masih rendah akan berakibat penduduk tidak


akan mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga mencapai
manusia yang sejahtera sangat sulit. Pendapatan per kapita rendah juga berakibat
kemampuan membeli (daya beli) masyarakat rendah, sehingga hasil-hasil industri
harus disesuaikan jenis dan harganya. Hasil industri terlalu mahal akan
mengakibatkan tidak akan terbeli oleh masyarakat. Industri akan sulit berkembang

50
dan mutu hasil industri sulit ditingkatkan.
Penduduk yang mempunyai pendapatan perkapita rendah juga akan
mengakibatkan kemampuan menabung menjadi rendah. Kemampuan menabung
yang rendah, maka pembentukan modal menjadi lambat, sehingga jalannya
pembangunan menjadi tidak lancar. Pinjaman modal dari negara lain perlu dicari
untuk membiayai pembangunan.
Masih rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, antara lain
disebabkan oleh :
1. Pendapatan/penghasilan negara masih rendah, walaupun Indonesia kaya
sumber daya alam tetapi belum mampu diolah semua untuk peningkatan
kesejahteraan penduduk.
2. Jumlah penduduk yang besar dan pertambahan penduduk yang cukup
tinggi setiap tahunnya.
3. Tingkat teknologi penduduk masih rendah sehingga belum mampu
mengolah semua sumber daya alam yang tersedia.
Upaya pemerintah untuk menaikkan pendapatan perkapita, antara lain :
1. Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.
2. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah
sendiri sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
3. Memperkecil pertambahan penduduk diantaranya dengan penggalakan
program KB dan peningkatan pendidikan.
4. Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan,
perindustrian, perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan)
5. Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu
berkurang.

L.4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk


Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kemampuan untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bidang pendidikan merupakan kunci utama
kemajuan sebab melalui jalur pendidikan dapat mempercepat proses alih
teknologi dari negara maju dan juga mendorong penemuan teknologi baru.

51
Tingkat pendidikan penduduk yang tinggi memungkinkan penduduk dapat
mengolah sumber daya alam dengan baik sehingga kesejahteraan penduduk
dapat segera diwujudkan.
Menurut Sensus Penduduk tahun 2010 ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan
penduduk Indonesia sebagian besar masih rendah. Terlihat pada tabel 5 di bawah
ini bahwa penduduk Indonesia yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 58,9 %,
hanya 6,2 % yang yang melanjutkan ke perguruan tinggi.

Tabel 5. Penduduk Indonesia Berumur 5 Tahun Ke Atas dan Pendidikan Tertinggi


Yang Ditamatkan Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Jumlah Pesentase (%)
Ditamatkan

Tidak/Belum Pernah Sekolah 19.861.216 9,2

Tidak/Belum Tamat SD 41.451.526 19,2

SD/MI/Sederajat 65.661.309 30,5

SLTP/MI/Sederajat 36.304.112 16,9

SLTA/MA/Sederajat 36.375.358 16,9

SM Kejuruan 4.075.004 1,9

DI/DII 1.587.363 0,7

DIII 2.478.409 1,2

DIV/Universitas 665.3047 3,1

S2/S3 512.004 0,2

Tidak terjawab 3.276 0,005

Jumlah 214.962.624 100

Sumber : Sensus Penduduk 2010

52
Salah satu upaya meningkatkan tingkat pendidikan adalah pemerintah
mewajibkan kepada penduduknya untuk wajib belajar 12 tahun.

Gambar 5. Meningkatkan Kualitas Pendidikan (sman2amfoangtimur.sch.id)

L.5. Komposisi penduduk sebagian besar berusia produktif


Penduduk yang berusia 15-64 adalah golongan produktif. Kebutuhan penduduk
usia produktif yang harus disediakan oleh pemerintah yaitu sarana pendidikan,
kesehatan, serta lapangan pekerjaan. Kebutuhan sarana pendidikan, kesehatan,
serta lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah sering tidak seimbang
dengan jumlah penduduk. Pemerintah mewajibkan wajib belajar 12 tahun, serta
terus menggalakkan partisipasi pihak swasta agar bersedia membangun sekolah
yang dapat meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan usia produktif.
Pemerintah juga harus mempermudah usia produktif untuk mendapatkan dana
untuk modal usaha. Penduduk yang berusia 15-64 akan menjadi bencana apabila
kualitas penduduk berusia produktif ini tidak disiapkan dengan baik.
Jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara dengan kualitas yang
rendah, merupakan beban atau tanggungan bagi pemerintah. Setiap negara selalu
mengupayakan peningkatan kualitas penduduknya. Salah satu cara meningkatkan
kualitas sumber daya manusia adalah meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja yang akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup.

53
M. Bonus Demografi
M.1. Pengertian Bonus Demografi
Menurut Wongboonsin dalam Fasli Jalal, yang dimaksud dengan bonus
demografi adalah keuntungan ekonomis disebabkan menurunnya Rasio
Ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang (Wongboonsin,
dkk. 2003). Bonus Demografi merupakan salah satu perubahan dinamika
demografi yang terjadi karena adanya perubahan struktur penduduk menurut
umur.
Parameter yang digunakan dalam menilai fenomena Bonus Demografi
dinilai dengan menggunakan Dependency Ratio atau Rasio Ketergantungan, yaitu
merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara jumlah penduduk
usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan diatas 64 tahun) dan penduduk usia
produktif (15 – 64 tahun). Angka Rasio Ketergantungan ini menunjukkan beban
tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif. Pada
saat angka rasio ketergantungan rendah, kondisi ini memperlihatkan bahwa
penduduk usia produktif hanya menanggung sedikit penduduk usia nonproduktif.
Angka rasio ketergantungan yang rendah akan berimplikasi pada
perekonomian negara yang dapat dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk
meningkatkan produktifitas sebuah negara. Kondisi ini dapat menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia yang produktif
yang akan mampu menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan meningkatkan tabungan mereka yang pada akhirnya dapat
dimobilisasi menjadi investasi (Maryati, 2015).
Jadi teori Bonus Demografi pada dasarnya merupakan sebuah teori yang
menghubungkan antara dinamika kependudukan dengan ekonomi. Semakin
sedikit jumlah usia nonproduktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Idealnya
pertumbuhan ekonomi secara maksimalakan terjadi pada saat Rasio
Ketergantungan berada di bawah angka 50.Kondisi ini juga disebut sebagai the
window of opportunity (jendela kesempatan) (KOMINFO, 2015).
Bonus demografi dalam istilah bahasa Inggris, lebih sering disebut

54
demographic deviden, yang menurut Population Reference Bureau (PRB)
didefinisikan sebagai percepatan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan karena
penurunan angka kematian dan kesuburan suatu negara (usia produktif lebih
mendominasi) yang selanjutnya mengubah struktur usia penduduk. Bonus
demografi dapat dikatakan “bonus” jika usia produktif di satu Negara benar-benar
produktif sehingga akselerasi pertumbuhan ekonomi Negara tersebut dapat terjadi.
Bonus demografi yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya
proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang dialaminya. Tahun 2020-2035, Indonesia diperkirakan akan
memiliki dependency ratio sebesar 0,4-0,5 yang berarti setiap 100 orang
penduduk usia produktif hanya menanggung 40-50 orang penduduk usia non
produktif.
Indonesia akan mengalami bonus demografi ini dikarenakan proses transisi
demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu yang dipercepat
dengan keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas. Penurunan
kelahiran dalam jangka panjang, akan menurunkan proporsi penduduk muda
sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya
dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi, peningkatan
kualitas kesejahteraan, kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan
lainnya. Bagi Indonesia bonus demografi 2020-2035 merupakan kesempatan
emas sebagai modal dasar bagi peningkatan produktivitas ekonomi dan
pengembangan pasar domestic.

M.2. Prasyarat Terjadi Bonus Demografi


Prasyarat terjadinya bonus demografi antara lain adalah :
1. Proses transisi demografi karena penurunan fertilitas dan mortalitas dalam
jangka panjang;
2. Terjadi perubahan struktur umur penduduk:
a. penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak
b. penurunan kematian bayi akan meningkatkan jumlah bayi yang terus

55
hidup dan mencapai usia kerja
3. Rasio ketergantungan menurun karena penurunan proporsi penduduk muda
dan peningkatan proporsi penduduk usia kerja.

M.3. Peluang Bonus Demografi


Peluang bonus demografi antara lain adalah :
1. Peningkatan usia produktif disertai meningkatnya pendapatan kelompok usia
produktif. Pada tahun 2003-2010 terjadi kenaikan pengeluaran per kapita kelas
menengah Indonesia sebesar 18,8% (Susenas , 2010).
2. Pertumbuhan usia produktif yang menghasilkan kelas menengah dengan
pendapatan yang meningkat, memberikan kontribusi terhadap peningkatan
Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini dikarenakan golongan masyarakat kelas
menengah membutuhkan ketersediaan konsumsi yang besar.
3. Meningkatnya daya saing bangsa
4. Tumbuhkembangnya karya kreatif dan inovatif oleh pemuda sebagai
kontribusi pembangunan negara
5. Pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik, sehingga Indonesia berpeluang menjadi
negara maju

M.4. Tantangan Bonus Demografi


1. Jika tidak mampu memanfaatkan peluang, Indonesia akan mengalami jebakan
kelas menengah, yaitu stagnansi bahkan kemunduran dari kelas menengah
menjadi kelas bawah karena menurunnya kualitas SDM
2. Banyaknya penduduk dengan tingkat pendidikan rendah
3. Pengangguran besar-besaran
4. Produktivitas nasional menurun
5. Penduduk usia muda tergerus oleh “budaya asing”
Pemerintah menetapkan 4 syarat bonus demografi :
1. Penduduk harus terserap dalam pasar kerja
2. Penduduk harus berkualitas
3. Meningkatnya tabungan di tingkat keluarga

56
4. Meningkatnya perempuan yang masuk pasar kerja

Jika prasyarat di atas tidak dapat terpenuhi yang akan terjadi adalah
kebalikan dari bonus demografi (Demographic Dividend) yaitu beban demografi
(Demographic Burden). Jika banyaknya jumlah penduduk produktif yang tidak
dapat terserap oleh pasar kerja akan menjadi beban ekonomi sebuah Negara. Pada
kondisi ini tingkat pengangguran akan tinggi, sehingga penduduk usia kerja yang
tidak memiliki pekerjaan akan menjadi beban bagi penduduk yang bekerja.
Selanjutnya Maryati (2015) memaparkan, jika dilihat dari ratio
dependency, tampak bahwa tingkat ketergantungan penduduk Indonesia
memperlihatkan trend yang menurun, dimana pada tahun 1970an nilai
dependency ratio Indonesia berkisar antara 85-90 per 100 danpada tahun 2000
menurun hingga ke level 54- 55 per 100. Hasil sensus penduduk tahun 2010 juga
memperlihatkan proporsi penduduk usia produktif yang besar dimana mencapai
66 persendari total penduduk Indonesia. Sedangkan jumlah penduduk usia muda
(15-24 tahun) hanya 26,8 persen atau 64 juta jiwa. Besarnya jumlah penduduk
usia produktif tersebut menyebabkan semakin kecilnyanilai angka ketergantungan
menjadi 51.Hal ini berarti 100 penduduk usia produktif menanggung 51 orang
penduduk takproduktif. Menurut United Nations transisi demografi yang terjadi
pada beberapa dekade terakhir di Indonesia akan membuka peluang bagi
Indonesia untuk menikmati bonus demografi (demographic devident) pada
periode tahun 2020-2030.

Gambar 8 .
 Transisi Demografi dan Rasio Beban Ketergantungan Indonesia


(Sumber: Adioetomo, 2005)

57
Rekomendasi untuk pemanfaatan bonus demografi difokuskan pada peningkatan
kualitas penduduk antara lain :
1. Menurunkan angka kelahiran, sehingga penduduk usia kerja meningkat.
2. Investasi pendidikan dengan keterampilan dan kompetensi serta etos yang
tinggi untuk penyerapan tenaga kerja.
3. Kecukupan pangan dan gizi serta kesehatan reproduksi agar pekerja sehat
dan produktif.
4. Peningkatan peluang kerja bagi perempuan.
5. Kebijakan ekonomi yang kondusif untuk penciptaan lapangan kerja dan
kredit mikro.
6. Good governance yang kondusif untuk investasi penciptaan lapangan
kerja.

58
GEO INFO

Bonus Demografi di 2020 Jadi Kekuatan Indonesia Genjot Pembangunan

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bonus Demografi di 2020
Jadi Kekuatan Indonesia Genjot
Pembangunan, https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/22/bonus-demografi-
di-2020-jadi-kekuatan-indonesia-genjot-pembangunan.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Choirul Arifin

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai tahun 2020, Indonesia akan masuk
fase bonus demografi ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif di rentang 15-
64 tahun yang lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non produktif.
Dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UGM, AAGN Ari Dwipayana, mengatakan bonus ini merupakan kekuatan Indonesia
menjalankan berbagai program pembangunan.
Namun di sisi lain bonus demografi akan menjadi bencana jika Indonesia gagal
membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
"Pembangunan SDM ini sangat penting sebab ke depan Indonesia tidak bisa lagi
mengandalkan diri pada komoditas," ujarnya, kepada wartawan, Kamis (22/8/2019).
Menurut dia, pengembangan kualitas SDM harus menjadi komitmen bersama segenap
bangsa yang diwujudkan dalam prioritas dan fokus utama kerja pemerintah.
Untuk itu, kata dia, pembangunan manusia harus dilakukan mulai dari dalam
kandungan sampai dengan lansia. Untuk melakukan pembangunan manusia, kuncinya
adalah pendidikan. Sebab lompatan kemajuan bangsa bisa dilakukan melalui
pendidikan.
"Indonesia harus keluar dari kutukan sumber daya alam sebab era komoditas sudah
berakhir. Indonesia harus mampu menggeser arah pembangunan ke pembangunan
manusia, mendorong inovasi, dan penguasaan teknologi," tuturnya.
Dia menilai, sektor pendidikan Indonesia menghadapi tantangan. Pendidikan
Indonesia dihadapkan pada tantangan menyediakan bentuk pendidikan yang tidak
hanya tanggap menyiapkan peserta didik kompeten, tetapi memiliki karakter kuat
berakar jati diri bangsa.
"Apalagi kita berhadapan dengan dunia yang berubah dengan begitu cepat dengan
datangnya revolusi industri 4.0," tambahnya.

59

Anda mungkin juga menyukai