Anda di halaman 1dari 6

Andalas Obstetrics and Gynecology Journal Volume 1, Nomor 2, Jul-Des 2017

eISSN 2579-8324
pISSN 2579-8323

KEHAMILAN DENGAN GANGGUAN JIWA

Psychiatry Disorder on Pregnancy

Desmiwarti
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

Abstrak
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi
dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Insidens gangguan jiwa pada kehamilan lebih rendah dibanding
post partum dan di luar kehamilan. Post partum 10-15%, diluar kehamilan 2-7%. Namun Ohara melaporkan
bahwa 10% wanita hamil memenuhi syarat mengalami depresi mayor dan minor. Ada 2 fase penatalaksanaan
farmakologis yang digambarkan dalam panel pedoman : fase akut, gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan
untuk mencegah efek yang merugikan dan pasen diberi penyuluhan, faase lanjut, pasien dimonitor pada dosis
efektif untuk mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeliharaan, pasien yang beresiko kambuh sering kali
tetap diberi obat. Dilaporkan kasus seorang pasien wanita umur 31 tahun dirawat dibangsal jiwa dengan diagnosa
G2P1A0H1 gravid aterm 37-38 minggu + gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik.
Pasien sudah dikenal menderita gangguan jiwa sejak tahun 2000 dan telah dirawat sebanyak 9x. Pemicu gangguan
saat ini tidak diketahui, pasien tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas. Pasien di terapi dengan farmakoterapi berupa
haloperidol 2x2 mg, roboransia dan psikoterapi. Penatalaksaan pasien meliputi pertimbangan untuk memberikan
terapi farmakologi dan psikoterapi dimana dalam pemberian terapi diharapkan dosis obat seminimalkan dengan
efek yang efektif sehingga mengurangi resiko teratogenik ke janin.
Kata kunci : Gangguan jiwa, gangguan afektif bipolar, kehamilan, psikoterapi.

Abstract
Pregnancy is a dramatic episode of the biological and psychological changes and adaptations of a woman who
never experienced it. The incidence of mental disorders in pregnancy was lower than postpartum and outside of
pregnancy with 10 - 15% on post partum 10-15% and 2-7% beyond pregnancy. However Ohara reported that 10%
of pregnant women was eligible if diagnosed with major and minor depression. There are two phases of pharma-
cological management is described in the guidelines panel: the acute phase, symptoms are treated, drug dosage
adjusted to prevent the adverse effects and patient given counseling, severe phase, patients were monitored at an
effective dose to prevent relapse. In the maintenance phase, patients at risk for relapse is often still treated with
medicines. Reported here the case of a female patient aged 31 years diagnosed with G2P1A0H1 term gravid 37-
38 weeks + bipolar affective disorder, current episode manic with psychotic symptoms. Patients have been known
to suffer from a mental disorder since 2000 and has been submitted to psychiatry ward for as much as 9 times.
Trigger disorder is unknown at this time, the patient suddenly angry for no apparent reason. Patients treated with
pharmacotherapy of haloperidol 2x2 mg, roboransia and psychotherapy. Treatment including consideration of
the patient to provide pharmacological therapy in a minimun dosage and psychotherapy to effectively reducing
teratogenic risk to the fetus.
Keywords: Mental disorders, bipolar affective disorder, pregnancy, psychotherapy.

78
Received 5 Jun 2017
Accepted 6 Jun 2017
Correspondence Demiwarti; email : dr_des_spog@yahoo.com
Andalas Obstetrics and Gynecology Journal Volume 1, Nomor 2, Jul-Des 2017
eISSN 2579-8324
pISSN 2579-8323

PENDAHULUAN Kehamilan dan masa nifas cukup


menimbulkan stress yang cukup besar sehingga
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis
terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis memicu penvakit kejiwaan. Penyakit golongan
ini dapat mencerminkan kekambuhan atau
dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
eksaserbasi gangguan psikiatrik yang sudah
mengalaminya.1
ada, atau menandakan tirnbulnya penyakit baru.
Perubahan kondisi fisik dan emosional Dalam suatu penelitian berbasis-populasi di
yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap Swedia, Andersson dkk., (2003) melaporkan
penyesuaian pola hidup dengan proses prevalensi 14 persen untuk gangguan psikiatrik
kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan selama keharnilan. Sayangnya, mereka juga
prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan mendapatkan bahwa hanya 5,5 persen dari
dari norma-norma sosiokultural dan persoalan jumlalah tersebut yang mendapatkan pengobatan.
dalam kehamilan itu sendiri (misalnya adanya Yang penting, Boni dkk., (2008) mendapatkan
perubahan tubuh dan hormonal, kehamilannya bahwa banyak penyakit mendahului kehamilan
tersebut tak diinginkan, jarak kehamilan yang dan terdeteksi oleh pemeriksaan penyaring pada
terlalu dekat, riwayat keguguran ataupun riwayat usia kehamilan 12 minggu.1
obstetric buruk lainnya) dapat merupakan
pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang
reaksi emosional ringan, hingga ke tingkat pasien wanita umur 31 tahun dirawat dibangsal
gangguan jiwa (psikosis) yang berat. Namun, jiwa dengan diagnosa G2P1A0H1 Gravid aterm
ini bukan lah hal yang mengherankan karena 37-38 minggu + Gangguan afektif bipolar,
ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan episode kini manik dengan gejala psikotik
psikosis. Penderita sembuh setelah anaknya dimana nantinya akan didiskusikan mengenai
lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikutnya penatalaksanaan selama kehamilan dan periode
biasanya penyakitnya timbul lagi. Eklamsia postpartum dan cara meminimalisir pemberian
dan infeksi dapat pula disertai atau disusul oleh obat-obatan pada pasien ini mengingat obat-
psikosis. Selain itu psikosis dapat menjadi lebih obatan gangguan jiwa merupakan teratogenik
berat dalam kehamilan.1 pada janin.

Pada sejumlah wanita, stres terutama


timbul karena ketakutan akan nyeri saat LAPORAN KASUS
melahirkan. Pengalaman kehamilan mungkin
Seorang pasien, wanita, umur 31 tahun dirawat
akan mengalami perubahan akibat adanya
dibangsal jiwa RSUP Dr. M. Djamil Padang
penyulit medis dan obstetris. Wanita yang
sejak tgl 10 oktober 2014 WIB, dengan diagnosis
mengalami kehamilan berpenyulit dua kali lebih
: Gangguan afektif bipolar, episode kini manik
besar kemungkinannya merasa cemas akan
dengan gejala psikotik + G2P1A0H1 gravid aterm
janin mereka atau menjadi depresi. Bagi wanita
37-38 minggu, janin hidup tunggal intra uterin
dengan riwayat gangguan jiwa, kehamilan
preskep. Pasien awalnya marah marah kepada
sering menjadi saat membaiknya kesehatan
orang tua, suami dan keluarga pasien tanpa alasan
umum, namun bagi wanita yang menderita
yang jelas dan merusak barang rumah tangga,
gangguan jiwa serius sebelum hamil terutama
pasien kemudian dibawa oleh keluarga pasien
gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, atau
ke RSUP Dr M Djamil Padang. Tnada inpartu
skizofrenia penyakit mungkin tidak akan mereda.
dan tanda bahaya kehamilan tidak ada. Tidak
Sebaliknya masa nifas telah lama diketahui
haid sejak ± 9 bulan yang lalu, siklus menstruasi
sebagai saat meningkatnya penyakit jiwa. 10
teratur, HPHT : 27-01-2014, TP : 03-11-2014.
sampai 15 persen wanita yang baru melahirkan
Gerak anak dirasakan sejak ± 5 bulan yang lalu
akan mengalami gangguan depresif nonpsikotik
ANC: kontrol kebidan di sapan, bulan ke 4,5,6.
pascapartum. Pada sebagian, timbul gangguan
Kehamilan saat itu dikatakan tidak ada masalah.
manik atau depresif psikotik yang parah setelah
melahirkan.2 Pasien sudah dikenal sakit seperti ini sejak
tahun 2000, membaik dengan pengobatan.
Menikah1 x tahun 2009. Tahun 2010, Laki-laki,

79
Received 5 Jun 2017
Accepted 6 Jun 2017
Correspondence Demiwarti; email : dr_des_spog@yahoo.com
Andalas Obstetrics and Gynecology Journal Volume 1, Nomor 2, Jul-Des 2017
eISSN 2579-8324
pISSN 2579-8323

cukup bulan, ditolong bidan spontan, Hidup. mendapat juara pertama sejak kelas 1 SMP
Pasien tamatan S1 jurusan bahasa inggris, memiliki banyak teman, SMA 1 Sawahlunto
sekarang bekerja sebagai guru bahasa inggris. tahun 1999-2002. Pada saat kelas 1 dan kelas 2
tidak memiliki masalah. Pada saat kelas 3 SMA
Tanda vital dan status internus dalam batas
pasien memutuskan memakai jilbab namun
normal. Pada status obstetrikus didapatkan,
dilarang oleh ayah pasien dan pasien marah-
chloasma gravidarum (+), mammae membesar,
marah lalu keluarga membawanya ke RSJ HB
hiperpigmentasi aerola dan papilla mammae (+),
Saanin Padang, kuliah di UNP jurusan bahasa
pembesaran kelenjar Montgomery (+). Leopold,
inggris tahun 2002-2009, pergaulan denga teman
FUT 3 jari bawah prossesus xypoideus, janin
kuliah baik, namun saat kuliah pasien pernah
letak memanjang, presentasi kepala, punggung
dirawat karena gangguan kejiwaan.
kiri, TFU : 33 cm , TBA : 3100 gr, His : (-),
DJJ : 155 x/menit. Dari pemeriksaan dalam, Pasien bekerja sebagai guru bahasa inggris
didapatkan kesan panggul luas. Pemeriksaan di SD. Pasien menikah tahun 2009, memiliki
laboratorium dalam batas normal, Hb :13,2 gr/ 1 orang anak laki-laki tahun 2010. Pasien
dl, Leukosit : 9300/ mm3,trombosit : 260.000/ beragama Islam dan rajin beribadah. Deviasi
mm3, hematokrit : 40 %. seksual tidak ada, riwayat pelecehan seksual
tidak ada. Pasien memiliki banyak teman. Pasien
Status psikiatri dipeoleh dari autoanamnesis
tidak mempunyai catatan kriminal. Paman
pada tanggal 15 Oktober 2014, alloanamnesis
dan kakak kandung pasien memiliki riwayat
dengan suami pasien (35 tahun), tinggal serumah
gangguan kejiwaan. Pasien tinggal bersama
dengan pasien dan catatan rekam medis.
suami dan anaknya. Pasien tidak memiliki
Awalnya pasien marah-marah kepada keluarga
masalah rumah tangga yang berarti. Orang tua
pasien. Pasien telah mengalami gangguan
pasien tinggal dirumah yang berjarak10 meter
jiwa sejak tahun 2000 dengan keluhan tampak
dari rumah pasien. Total penghasilan keluarga
gelisah, marah - marah tanpa sebab, dan merusak
kurang lebih 7 juta rupiah, dengan pengeluaran
barang - barang rumah tangga. Kemudian pasien
perbulan 4 juta rupiah. Keluarga merasa kasihan
dibawa ke RSJ HB Sa’anin. Kemudian pulang
dengan openyakit pasien, keluarga ingin pasien
dalam keadaan tenang, atas ijin dokter dan
cepat sembuh dan dapat berkumpul kembali
dijemput keluarga. Namun dirumah pasien sulit
dengan keluarga. Pasien sadar bahwa dirinya
minum obat sehingga ayahnya sering marah-
sakit dan membutuhkan obat. Setelah keluar dari
marah kepada pasien sehingga penyakitnya
RSJ pasien mau membantu orang tua.
sering kambuh. Pasien telah dirawat sebanyak 9
kali yaitu tahun 2000, 2001, 2002, 2004, 2006, Status neurologis dalam batas normal.
2008,2009, 2011, dan 2014. Status mental berdasarkan pemeriksaan tanggal
15 Oktober 2014, pasien seorang perempuan,
Pasien lahir spontan, cukup bulan, ditolong
tampak sesuai usia, perawatan diri cukup, kulit
oleh bidan, langsung menangis, riwayat
coklat, memakai pakaian cukup rapi, ekspresi
kebiruan dan kuning tidak ada. Pertumbuhan dan
perkembangan sesuai anak seusianya. Riwayat wajah kaya. Pasien tampak tenang selama
wawancara berlangsung dan cukup lama,
kejang demam 1 kali saat berumur 1 tahun.
kooperatif dan dapat mengikuti wawancara
Hubungan dengan teman sebaya baik, tidak
memiliki masalah dengan lingkungan sekolah, dengan baik. Pasien bercerita lancar dan spontan
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh
perkembangan motorik dan kognitif baik, pasien
pemeriksa. Mood : euforik, afek : hypertim,
dididik keras oleh keluarganya, terutama oleh
keserasian afek : serasi. Berdasarkan pemeriksaan
ayahnya.
tanggal 10 Oktober 2014, Kesadaran/Sensorium:
Pasien bersekolah di TK Sawahlunto, saat Baik, Perhatian : Ada, Sikap : kooperatif, Inisiatif
berusia 6 tahun (tahun 1989- 1990), sosialisasi : Ada, Tingkah laku motorik : aktif, Ekspresi
dengan teman dan guru baik, SDN 02 Sawahlunto, fasial : kaya, Verbalisasi dan cara berbicara :
usia 17 tahun (tahun 1990-1996), mendapat lancar dan jelas, Kontak psikik: dapat dilakukan,
juara pertama sejak kelas 1 SD, memiliki banyak wajar, lama,
teman, SMPN 02 Sawahlunto tahun 1996-1999),

80
Received 5 Jun 2017
Accepted 6 Jun 2017
Correspondence Demiwarti; email : dr_des_spog@yahoo.com
Andalas Obstetrics and Gynecology Journal Volume 1, Nomor 2, Jul-Des 2017
eISSN 2579-8324
pISSN 2579-8323

Keadaan afektif hipertim, hidup emosi pencetus dan penyebabnya kemudian membantu
stabil, pengendalian baik, echt, einfuhlung pasien dalam memecahkan problem eksternal
(invoelaarhaid) adekuat, dalam, skala secara terarah, psikoedukasi, membantu
differensiasi luas, arus emosi cepat. pasien untuk mengetahui lebih banyak tentang
gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien
Keadaan dan fungsi intelek, daya ingat
mempunyai kemampuan yang semakin efektif
(amnesia) baik, daya konsentrasi baik,
untuk mengenali gejala, mencegah munculnya
orientasi (waktu, tempat, personal, situasi)
gejala dan segera mendapat pertolongan.
tidak terganggu, luas pengetahuan umum dan
Psikoterapi kepada keluarga, penyakit yang
sekolah cukup luas, discriminative insight
diderita pasien, memberikan penjelasan yang
tidak terganggu, dugaan taraf intelegensia rata-
bersifat komunikatif, informatif, dan edukatif
rata normal, discriminative judgment tidak
tentang penyakit pasien (penyebab, gejala dan
terganggu, kemunduran intelek tidak ada.
hubungan antar gejala dan perilaku, perjalanan
Kelainan sensasi dan persepsi, ilusi tidak ada, penyakit serta prognosis). Pada akhirnya
halusinasi tidak ada. Kecepatan proses berfikir diharapkan keluarga bisa mendukung proses
(psikomobilitas) cepat, mutu proses berfikir penyembuhan dan mecegah kekambuhan,
cukup jelas dan tajam, sirkumstansial t i d a k terapi, memberi penjelasan mengenai terapi
ada, inkoherrent tidak ada, terhalang (sperrung) yang diberikan pada pasien (kegunaa obat
tidak ada, terhambat (hemmung) tidak ada, terhadap gejala pasien dan efek samping yang
meloncat-loncat (flight of ideas) tidak ada, mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu
verbigerasi persevarative (persevaratich) tidak juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan
ada. Isi pikiran, pola sentral dalam fikirannya minum obat secara teratur.
tidak ada, fobia tidak ada, obsesi tidak ada,
delusi ada, waham kebesaran dan waham curiga, Prognosis pada pasien ini adalah quo ad
kecurigaan ada, konfabulasi tidak ada, rasa vitam : dubia ad bonam, quo ad fungsionam :
permusuhan / dendam tidak ada, perasaan dubia ad bonam, quo ad sanactionam : dubia ad
inferior tidak ada, banyak / sedikit : banyak, bonam.
perasaan berdosa tidak ada, hipokhondria tidak
ada.
DISKUSI
Kelainan dorongan instinktual dan
Dilaporkan seorang pasien wanita umur 31
perbuatan, abulia tidak ada, stupor tidak ada,
tahun dirawat dibangsal jiwa dengan diagnosa
raptus / impulsivitas tidak ada, kegaduhan
G2P1A0H1 Gravid aterm 37-38 minggu +
umum / excitement state ada, deviasi seksual
Gangguan afektif bipolar, episode kini manik
tidak ada, ekhopraksia tidak ada, vagabondage
dengan gejala psikotik, janin hidup tunggal intra
tidak ada, piromani tidak ada, mannerisme tidak
uterin preskep, pada pasien ini ada beberap hal
ada, anxietas yang terlihat secara overt tidak
yang perlu dibahas yaitu :
ada, hubungan dengan realitas terganggu dalam
hal tingkah laku, pikiran dan perasaan. 1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudahtepat
?
Pasien didiagnosis dengan G2P1A0H1
Gravid aterm 37-38 minggu + Gangguan afektif 2. Bagaimana resiko pemberian obat-obatan
bipolar, episode kini manik dengan gejala pada pasien ini ?
psikotik, janin hidup tunggal intra uterin preskep. 3. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ?
Pada pasien dilakukan kontrol KU,VS, His, DJJ.
USG jika kondisi pasien sudah stabil. Terapi
bagian psikiari, farmakoterapi : Haloperidol Ad.1. Pasien didiagnosis dengan G2P1A0H1
2x2 mg, Vitamin B kompleks 3x50 mg, aterm 37-38 minggu dimana dari anamnesa
Vitamin C 3x50 mg, psikoterapi kepada pasien didapatkan pasien hamil anak kedua, anak
berupa psikoterapi supportif, membantu pasien pertama hidup berusia empat tahun, berdasarkan
mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya HPHT didapatkan usia kehamilan pasien 37-
serta membantu untuk ventilasi. Mencari tahu 38 minggu, diagnosa janin hidup tunggal intra

81
Received 5 Jun 2017
Accepted 6 Jun 2017
Correspondence Demiwarti; email : dr_des_spog@yahoo.com
Andalas Obstetrics and Gynecology Journal Volume 1, Nomor 2, Jul-Des 2017
eISSN 2579-8324
pISSN 2579-8323

uterin preskep didapatkan dari pemeriksaan fisik pemeliharaan, seorang klien yang beresiko
dimana saat pemeriksaan leopold ditemukan janin kambuh sering kali tetap diberi obat. Untuk
tunggal presentasi kepala, pemeriksaan vaginal pasien yang dianggap tidak beresiko tinggi
toucher dan USG belum bisa dilakukan karena mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
pasien belum koperatif. Diagnosis gangguan Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya
afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala hanya pada pasien hamil yang mengalami
psikotik dimana berdasarkan anamnesis dari depresi berat yang mengeluhkan gejala
perjalanan penyakit dan pemeriksaan pasien vegetatif dari depresi, seperti menangis,
ditemukan perubahan tingkah laku, pikiran, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada
perasaan yang secara klinis bermakna dan ide-ide bunuh diri.
menimbulkan distress, diabilitas, dan disfungsi
sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ
III dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Selective serotonin reuptake inhibitors ( SSRIs )
gangguan jiwa. Dari anamnesis tidak didapatkan terbukti sudah sangat berguna untuk menangani
riwayat trauma kapitis dan penggunaan alcohol depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu
dan zat adiktif sehingga dapat disingkirkan hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint.
gangguan mental organik dan akibat penggunaan Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut
zat psikoaktif dapat disingkirkan. lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang
merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi
Pada pasien ini didapatkan adanya gejala- lebih cepat daripada antidepresan trisiklik
gejala gangguan afektif (mood) yang sering dan inhibitor oksidase monoamin ( MOA )
berulang sejak tahun 2000 sampai 2014 ini, pasien serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik,
telah dirawat 8 kali, pasien sering marah-marah, konstipasi dan sedasi. Disamping itu, psikoterapi
banyak bicara, afek hipertim, terjadi peningkatan atau metode support group secara rutin harus
aktivitas, dan memiliki gejala psikotik yang dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang
menonjol yaitu waham kebesaran yaitu merasa berpengaruh pada kehamilan. Terapi perilaku
seperti orang kaya dan waham curiga sehingga kognitif sangat menolong pasien depresi dan
memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar disertai antidepresan. Terapi elektrokompulsif
episode kini manik dengan gejala psikotik. (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik
Ad. 2. Secara umum obat-obatan gangguan untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila
jiwa menimbulkan kelainan pada janin, kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada
pemberian obat di usahakan dosisnya seminimal depresi hebat dan pasien yang ingin bunuh diri
mungkin dengan memperhatikan efek ke atau jika tidak berespon terhadap pengobatan
janinya. beberapa diantara nya sudah terbukti antidepresan. Dalam menghadapi klien penderita
menimbulkan teratogenik pada janin, golongan depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan
litium misalnya menimbulkan cacat jantung, mengerti keadaan penderita. Kita harus memberi
anomaly ebstein.1 pengertian kepada mereka dan mensupport atau
memberikan motivasi yang dapat menenangkan
Ad. 3. Penatalaksanaan pada pasien ini
jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi
meliputi saat kehamilan, persalinan, dan periode
harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau
postpartum dengan memperhatikan kondisi ibu
karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan
dan janin. Pada prinsipnya penatalaksanaan pada
rendah diri.3,4
pasien ini dibagi menjadi 2 fase :
1. Fase Akut
KESIMPULAN
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan
untuk mencegah efek yang merugikan dan Diagnosa pada pasien ini sudah tepat dimana
pasien diberi penyuluhan. dilakukan anamnesis secara autoanamnesis
dan alloanamnesis untuk menegakan diagnosis
2. Fase Lanjut
gangguan jiwa dan dilakukan pemeriksaan
pasien dimonitor pada dosis efektif untuk obstetrik untuk menegakan diagnosa kehamilan,
mencegah terjadinya kambuh. Pada fase pemeriksaan USG untuk menilai kondisi

82
Received 5 Jun 2017
Accepted 6 Jun 2017
Correspondence Demiwarti; email : dr_des_spog@yahoo.com
Andalas Obstetrics and Gynecology Journal Volume 1, Nomor 2, Jul-Des 2017
eISSN 2579-8324
pISSN 2579-8323

janin dilakukan setelah kondisi pasien stabil.


Penatalaksaan pasien meliputi pertimbangan
untuk memberikan terapi farmakologi dan
psikoterapi dimana dalam pemberian terapi
diharapkan dosis obat seminimalkan dengan
efek yang efektif sehingga mengurangi resiko
teratogenik ke janin

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno K J, Bloom S L,
Hauth J C, Gilstrap III L C, Wenstrom K D.
Neurological and Psychiatric Disorders. In:
Williams obstetrics 23nd ed. McGraw Hill,
2010.
2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian ilmu kedokteran jiwa FK
Unika Atma Jaya, 2001.
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Jilid Dua. Binarupa Aksara, 1997
4. Herz EK. Management of psychiatric illness
and pregnancy. In : Isada NB, Drugan A,
Johnson MP, Evans Ml (eds). Maternal
genetic disease. Appleton & Lange, 2003;
89 - 95.

83
Received 5 Jun 2017
Accepted 6 Jun 2017
Correspondence Demiwarti; email : dr_des_spog@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai