HIPERMETROPIA
A. Pengertian
Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan
kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup
dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila
berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina.
B. Etiologi
Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:
1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi
Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun
Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya
tidak tepat dibiaskan).
2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat
terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus
humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah
perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya
menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis.
Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula
darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan
vitreus humor tersebut)
3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat
Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana
kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan
di belakang retina.
4. Perubahan posisi lensa.
Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih
posterior.tidak ada lagi (afakia).
C. Patofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang
terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat
menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga
penglihatan dekat jadi terganggu.
D. Manifestasi klinis
Sakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan
makin memburuk sepanjang penggunaan mata dekat. Penglihatan tidak nyaman
(asthenopia) ketika pasien harus focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama,
misalnya menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku
pada suatu level tertentu dari keteganga
E. Pengobatan
Hipermetropia bisa diatasi dengan pemberian lensa koreksi (kacamata atau lensa
kontak) berkekuatan positif di depan sistem optis bola mata, atau bisa juga dengan
tindakan operatif (Keratektomi & LASIK).
Pada hipermetropia fakultatif, pemberian lensa koreksi akan memberikan
kenyamanan penglihatan, meskipun tanpa lensa koreksi ia masih memiliki ketajaman
penglihatan yang normal. Pada hipermetropia absolut, pemberian lensa koreksi (atau
dengan tindakan operatif) adalah hal yang sudah sangat diperlukan.
F. Pathway
HIPERMETROPI
Melihat objek jauh kabur, dan objek dekat lebih kabur lagi
Ansietas Kurang
Sakit kepala di frontal mata Silau, pandangan ganda,
pengetahuan
lelah, mata panas, mata merasa juling, ketajaman
sakit, mata tertekan penglihatan menurun
daya akomodasi
Nyeri akut Resiko
mata meurun
cedera
Perubahan persepsi
sensori visual
G. Komplikasi
Dapat mengakibatkan kebutaan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN HIPERMETROPIA
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
1) Tempat tanggal lahir : Manado, 19 Maret 1985
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Agama : Islam
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Sopir
6) Status Perkawinan : Kawin
7) Suku/Bangsa : Indonesia
8) Alamat : Ranotana
9) Diagnosa Medis : Hipermetropia
b. Penanggung Jawab/ Keluarga
1) Nama : Ny. S
2) Umur : 30
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : IRT
5) Alamat : Ranotana
6) Hubungan dengan pasien : Istri
7) Status perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Klien mengeluh susah membaca pada jarak dekat.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : composmentis
2) Status Gizi :
TB : 170 cm
BB: 78 kg
3) Tanda-tanda Vital :
TD : 120/90 mmHg
N : 90x/menit
RR : 22x/m
SB : 36,7 °c
b. Head to toe
1) Mata
Kesulitan membaca tulisan dengan huruf yang kecil, menjauhkan bacaan pada
saat membaca, mampu membedakan warna, bisa menggerakan bola mata
kesegala arah, mata tampak bersih, tidak ada nyeri tekan.
2) Telinga
Kedua lubang telinga bersih.
3) Hidung
Normal dan simetris tidak terdapat lesi.
4) Mulut dan te nggorokan
Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih kekuningan,
mukosa bibir lembab, tidak berbau mulut
5) Leher
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis)
6) Tengkuk
Pada tengkuk tidak terdapat benjolan yang abnormal.
7) Thoraks
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna
kulit merata, ekspansi dada simetris
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
c) Perkusi : suara sonor
d) Auskultasi : vesikuler
8) Kardiovaskuler
Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar
atau teraba jelas 90X/Menit, tekanan darah 120/90 mmHg CRT<2 detik, tidak
ada pembesaran area jantung.
9) Abdomen
a) Inspeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit
merata, tidakterdapat bekas luka.
b) Auskultasi : jm Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar
jelas
a) Palpasi : Tidakada nyeri tekan,, tidak terdapat edema,
tidak terdapat massa dan benjolan yang
abnormal
b) Perkusi : timpani (+)
10) Ekstremitas
Atas : simtris kiri dan kanan, fungsi gerak normal
Bawah : simtris kiri dan kanan, fungsi gerak normal
4. Sistem saraf
a) Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.
b) Nervus II ( Optikus ) : Penglihatan kabur saat melihat dekat.
c) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, troklearis, abdusen ): fungsi kontraksi
terhadap cahaya baik.
d) Nervus V (Trigeminus) : Dapat merasakan usapan
e) Nervus VII (fasialis) : Mampu merasakan rasa asin, manis dan
pahit.
f) Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan tidak bisa mendengar dengan
baik.
g) Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan
h) Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara
i) Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan mengangkat bahu.
j) Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.
5. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi : Pola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada
makanan pantang.
b. Pola Eleminasi : BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.
c. Pola istirahat dan tidur : kebutuhan istirahat-tidur klien tercukupi, klien biasanya
dalam sehari tidur 6-8 jam
d. Pola aktivitas dan latihan : aktivitas keseharian klien sebagai supir
e. Data psikologis : Klien tampak cemas dan gelisah. Klien sering menanyakan
tentang penyakitnya.
f. Data spritual : Klien beragama Islam dan taat beribadah.
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Peningkatan tekanan darah Perfusi Perifer Tidak Efektif
-Pasienmengatakan
mengeluh tensi
selalu tinggi dan
mempunyai riwayat
darah tinggi.
-Pasien mengatakan
kepala terasa pusing
-Pasien mengatakan
bicara pelo sebelum
masuk RS
DO:
-Ku : composmentis
-Pasien tampak
lemah
- TD = 200/110
mmHg
-Nadi = 90 x/menit
o
- Suhu = 36,7 C
-RR = 22 x/menit
- Bicara pelo
-Terdapat gangguan
pada pemeriksaan
nervus IX
Glosofaringeus dan
XII Hipoglosus
2. DS : Penurunan kekuatan otot Gangguan mobilitas fisik
Pasien mengatakan
tangan dan kaki kanan
mengalami kelemah
-Pasien mengatakan
kebutuhannya dibantu
oleh keluarga
DO :
Aktivitas di bantu
sepenuhnya oleh
keluarga dan perawat