Hasil Riset Kasus Teori Keagenan
Hasil Riset Kasus Teori Keagenan
DISUSUN OLEH :
TEGUH SETIAWAN C 301 17 067
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
RISET KASUS TEORI KEAGENAN
A. Landasan Teori
Teori keagenan atau teori agensi adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan
kerja antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajemen. Manajemen adalah
AGEN. Ditunjuk oleh pemegang saham (prinsipal). Diberi tugas dan kewenangan untuk
mengelola perusahaan. Atas nama pemegang saham.
Teori keagenan atau teori agensi muncul ketika pemegang saham mempekerjakan
pihak lain. Untuk mengelola perusahaannya. Teori agensi melakukan pemisahan terhadap
pemegang saham (prinsipal) dengan manajemen (agen). Meskipun prinsipal adalah pihak
yang memberikan wewenang kepada agen, namun prinsipal tidak boleh mencampuri
urusan teknis dalam operasi perusahaan. Urusan keduanya harus terpisah dan tidak boleh
tercampur. Teori agensi berfungsi untuk menganalisa dan menemukan solusi terhadap
masalah masalah yang ada dalam hubungan keagenan antara manajemen dan pemegang
saham.
Asimetri informasi bisa memicu masalah keagenan. Kondisi pemegang saham yang
tidak mengetahui informasi sedatail manajemen bisa dimanfaatkan oleh manajemen yang
lebih mengetahui informasi apa saja mengenai perusahaan untuk memperoleh keuntungan
pribadi.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi atau lebih tepatnya
meminimalkan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal dan agen, seperti yang
diutarakan oleh Bathala (1994) :
1. Menyamakan kepentingan manajemen.
2. Pengawasan Good corporate governance (GCG).
3. Pemberian reward dan punishment (penghargaan dan hukuman).
4. Utang sebagai sumber pendanaan perusahaan.
5. Intervensi langsung oleh pemegang saham.
6. Meningkatkan kepemilikan saham oleh institusi.
Biaya keagenan atau cost agency adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham
untuk memastikan manajemen berperilaku tidak merugikan pemegang saham dan
bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan prinsipal.
Jurnal pada makalah teori agensi yang berjudul Journal of Finance oleh Michael J dan
William M (1976) mengatakan setidaknya ada 3 jenis biaya agen :
1. Biaya yang dikeluarkan untuk mengawasi aktivitas manajerial, contohnya biaya audit.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk membatasi tindakan manajemen yang tidak diinginkan.
Contohnya menunjuk anggota dari luar untuk dewan direksi atau hierarki manajemen.
3. Biaya peluang (opportunity cost) ketika suara pemegang saham dibatasi.
Pengaturan pengeluaran biaya agen harus diatur agar tidak berlebihan. Biaya
keagenan tidak boleh "besar pasak daripada tiang". mengeluarkan banyak biaya hanya
untuk pengawasan namun dengan output yang tidak sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan. Sedangkan Jensen and Meckling [1976] membagi jenis biaya agensi ini menjadi
3 jenis :
1. Monitoring cost. Biaya yang muncul untuk mengawasi, mengukur, mengamati dan
mengontrol perilaku agen.
2. Bonding Cost. Biaya yang justru ditanggung oleh manajemen (agen) untuk bisa
mematuhi dan menetapkan mekanisme yang ingin menunjukkan bahwa agen telah
berperilaku sesuai dengan kepentingan prinsipal.
3. Residual Loss. Biaya yang berupa menurunnya kesejahteraan prinsipal sebagai akibat
dari adanya perbedaan keputusan agen dan keputusan prinsipal.
Setidaknya terdapat 2 tujuan dan manfaat dari mekanisme teori agensi, antara lain :
1) Mengevaluasi hasil dari kontrak kerja antara prinsipal dan agen. Apakah kontrak kerja
sama telah berjalan dengan apa yang telah disepakati atau tidak.
2) Meningkatkan kemampuan baik prinsipal ataupun agen dalam mengevaluasi kondisi
dimana sebuah keputusan harus diambil
Teori agensi atau teori keagenan pada dasarnya hanya menyangkut hal hal seperti dibawah
ini :
1) Kontrol pemegang saham terhadap manajemen.
2) Biaya yang menyertai hubungan keagenan.
3) Meminimalkan dan menghindari biaya agensi.
Pertanyaan
Berdasarkan kasus diatas dimohon untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Menurut kalian, dari kebijakan-kebijakan yang telah disebutkan diatas, kenapa
kebijakan-kebijakan tersebut berdampak buruk pada usaha rumah makannya?
2. Menurut kalian, solusi-solusi apa saja yang harus diambil Pak Andi dan Pak Beny
dalam memperbaiki penurunan kualitas dari usahanya?
3. Menurut kalian, apakah perlu Pak Andi mengeluarkan biaya untuk mengawasi
kinerja dari Pak Beny?
C. Metode Penelitian
Fokus riset ini hanya dilakukan pada 10 orang responden yang telah saya pilih masing
masing, yang dimana semuanya adalah teman-teman saya pribadi. Populasi dalam riset ini
adalah seluruh teman-teman yang saya kenal selama hidup saya. Metode analisis yang
digunakan dalam riset ini adalah analisis kualitatif, analisis kualitatif digunakan untuk
menilai kualitas rata-rata dari masing-masing jawaban yang diberikan oleh responden. Data-
data jawaban dari responden tersebut saya ambil dan kumpulkan lewat aplikasi Whatsapp
di HP saya. Jadi saya mengumpulkan jawaban mereka dengan meminta pada mereka
melalui WA untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kasus yang saya buat diatas, dan
saya suruh mereka untuk menjawab lewat WA saja.
E. Kesimpulan
Jadi, berdasarkan kasus diatas, tentu masalah hubungan antara pemilik (prinsipal) dan
agen (manajer) dalam teori keagenan/teori agensi pasti akan selalu ada dalam kehidupan
sehari-hari dan masalah ini pasti akan selalu terjadi ke semua bentuk organisasi perusahaan,
baik itu perusahaan berskala kecil, menengah, sampai perusahaan besar, masalah
hubungan ini tidak akan bisa dihindari karena antara pemilik dan agen, masing-masing juga
punya kepentingan pribadi masing-masing, dan yang bisa dilakukan oleh pemilik agar
menghindari atau mengurangi masalah keagenan tersebut adalah selalu menjaga hubungan
yang professional dengan manajer, harus menyelaraskan tujuan dengan manajer, pemilik
juga harus selalu mengawasi kinerja manajer dalam menjalankan tugasnya, meskipun
kadang hal tersebut juga akan menyebabkan timbulnya biaya keagenan, akan tetapi pemilik
juga harus mencari cara yang tepat agar dapat meminimalisir biaya keagenan tersebut.
Dari kasus tersebut, dapat kita ambil kesimpulan, bahwa semua jenis usaha pasti akan
mengalami masalah keagenan, termasuk juga rumah makan, sebagai pemilik Pak Andi harus
selalu mengawasi kinerja Pak Beny agar keputusan yang dia ambil tidak merugikan
bisnisnya, karena jenis usahanya cuma rumah makan seharusnya struktur organisasinya
tidaklah kompleks seperti di perusahaan besar, jadi Pak Andi seharusnya bisa secara
langsung mengawasi kinerja Pak Beny tanpa harus melibatkan pihak luar dan
menghilangkan biaya keagenan sehingga kegiatan operasional menjadi lebih efisien, serta
Pak Andi juga harus menyuruh Pak Beny agar mengganti kebijakan-kebijakan yang
berdampak buruk yang telah dia tetapkan agar dapat memperbaiki bisnisnya.