Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK RADIOGRAFI 4

“CAUDOGRAFI”

Dosen Pembimbing: Asri Indah Aryani, S.KM., M.Kes.

Oleh Kelompok 4:

1. Iqbal Syarifudin (P1337430318001)


2. Agung Isnain Mubarok (P1337430318003)
3. Artika Sari (P1337430318015)
4. Yoga Wiradharma (P1337430318035)
5. Lulu Damayanti (P1337430318045)
6. Irfa Ifadatal Ilmi (P1337430318049)
7. Irmaya Widyasari (P1337430318057)
8. Fitria Indriani Hidayat (P1337430318065)
9. Dina Mia Pangestika (P1337430318069)
10. Sefrivani Azzahra (P1337430318075)
11. Dzikri Zainuddin Aqsho (P1337430318085)

Kelas: 2-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

PRODI DIII TRR PURWOKERTO

TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya IPTEK, pemeriksaan dengan memanfaatan sinar-X


mengalami perkembangan yang pesat sejak pertama kali ditemukan oleh Wilhelm Conrad
Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran, karena dengan
hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang
sebelumnya belum pernah tercapai. Berkat ditemukannya pemanfaatan sinar-X oleh
Wilhelm Conrad Rontgen, dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan.
Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk
membantu pemeriksaan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu
penyakit melalui pembuatan gambar dengan menggunakan film yang dikenai sinar-X yang
disebut dengan radiograf.

Salah satu teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sina-X adalah pemeriksaan


Caudografi. Caudografi atau Radiculografi adalah pemeriksaan radiografi dari Caudo
Equina dan serabut saraf lumbal dan sacral dengan pemasukan kontras media positif ke
dalam ruang sub arachnoid secara punksi lumbal dengan di bawah control fluoroscopy.

B. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan Caudografi.

2. Mengetahui anatomi dan fisiologi organ tubuh yang diperiksa.

3. Mengetahui hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pemeriksaan Caudografi.

4. Mengetahui teknik pemeriksaan dan posisi yang tepat pada pemeriksaan Caudografi.

5. Memahami bagaimana prosedur perawatan terhadap pasien setelah pemeriksaan selesai


dilakukan.

C. Waktu dan tempat

a. Hari, tanggal : Kamis, 12 Maret 2020

b. Jam praktikum : 13.00 - 14.00 WIB

c. Tempat : Laboratorium 1 PRODI DIII TRR Purwokerto


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Caudografi atau Radiculografi adalah pemeriksaan radiografi dari Caudo Equina


dan serabut saraf lumbal dan sacral dengan pemasukan kontras media positif ke dalam
ruang subarachnoid secara punksi lumbal dengan di bawah control fluoroscopy.

1. Menurut Glenda J. Bryan (1979)

Pemeriksaan caoudografi adalah satu jenis pemeriksaan yang mampu memberikan


diagnose yang akurat pada tulang belakang dengan kontras media untuk menguji system
syaraf yang berada dalam saluran columna vertebralis.

2. Menurut Plate XLI

Pemeriksaan radiculografi adalah pemeriksaan radiografi dari caudo equinina dan


serabut syaraf lumbal dan sacrum dengan penyuntikan kontras media larut dalam air ke
dalam ruang subarachnoid lumbal.

B. Anatomi dan Fisiologi

Anatomi dan fisiologi (Evelyn C. Pearce, 2006) :

1. Columna Vertebralis

Columna Vertebralis atau disebut dengan tulang belakang adalah sebuah


struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas
tulang belakang. Di antara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan
tulang rawan atau diskus. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa
mencapai 57 cm sampai 67 cm. Columna vertebralis dikelompokkan dan dinamai sesuai
dengan daerah yang ditempatinya. Tujuh ruas columna vertebralis cervicalis atau ruas
tulang bagian leher membentuk bagian tengkuk. Dua belas vertebra torakalis atau ruas
tulang punggung membentuk bagian belakang thorax atau dada. Lima columna
vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang. Empat vertebra coccygeus atau ruas tulang tungging. Pada tulang
leher, punggung, dan pinggang ruas-ruasnya tetap terlihat jelas terpisah dan columna
vertebralis membentuk pusat sumbu kerangka tubuh tepatnya medial sagital plane.

Fungsi Columna Vertebralis adalah :

a. Sebagai pendukung tubuh dengan perantara yang berbentuk cakram intervertebralis


dan lengkungan dimana memungkinkan untuk membengkok tanpa patah.

b. Sebagai penyearah getaran dimana tubuh batang otak dan sumsum tulang belakang
terlindungi dari getaran atau goncangan.

c. Menyediakan permukaan untuk kaitan otot dan memberi kaitan pada iga serta
memberikan tapal batas posterior yang kokoh untuk rongga badan.

d. Memikul berat badan

Columna vertebralis bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh dan


sekaligus bekerja sebagai penyangga dengan tulang rawan cakram intervetebralis
yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membungkuk tanpa
patah. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila
menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan melompat. Columna vertebralis
juga memikul berat badan, menyediakan permukaan untuk kaitan otot dan
membentuk tapal batas posterior yang kokoh untuk rongga-rongga badan dan
memberi kaitan pada tulang iga.

2. Medula Spinalis
Medulla spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat yang bermula pada
medulla oblongata menjulur ke arah caudal melalui foramen magnum dan berakhir di
antara vertebrae lumbalis satu dan lumbalis dua, kemudian meruncing sebagai conus
medularis. Canalis columna vertebralis mempunyai bentuk menyerupai segitiga,
relative membesar pada cervical dan mengecil pada daerah thoracal. Penyebabnya
adalah pada daerah columna vertebralis cervicalis terdapat syaraf-syaraf untuk tungkai
atas dan di daerah lumbal terdapat persyarafan untuk tungkai bawah. Medula spinalis
dikelilingi oleh beberapa membran seperti : piameter, arachnoid, dan durameter.

Piameter adalah lapisan yang paling dalam dan merupakan serabut halus,
lapisannya lebih tebal dan kasar dibandingkan dengan lapisan otak manusia. Arachnoid
adalah lapisan bagian tengah berupa serabut-serabut halus yang mampu memisahkan
piameter dengan durameter. Durameter adalah lapisan terluar yang berupa serabut
kasar dengan bentuk menyerupai tabung yang didalamnya terdapat radiks anterior dan
posterior serat syaraf-syaraf spinalis yang keluar melalui canalis intervertebralis.

Di antara membran terdapat ruangan yang memisahkan keduanya seperti ruang


sub arachnoid yang yang memisahkan piameter dan arachnois sedangkan sub dural
memisahkan antara arachnoid dan durameter.

Fungsi Medulla Spinalis adalah :

a. Mengadakan interaksi antara otak dengan seluruh bagian tubuh

b. Sebagai pusat gerak pada otot seluruh tubuh

c. Mengantarkan rangsangan dari otot dan sendi ke cerebral

d. Menghubungkan antara segmen dan medulla spinalis

e. Pusat reflex spinal

3. Cairan Cerebro Spinal (Liquor Cerebro Spinal)

Hasil sekresi plexus choroid pada otak, bersifat alkali bening mirip plasma,
tekanannya 60-140 ml, air bekerja sebagai buffer, melindungi otak dan tulang
belakang, mengantarkan makanan menuju jaringan sistem syaraf pusat. Fungsi cairan
cerebro spinalis adalah untuk menjaga kelembapan dalam otak dan medulla spinalis,
selain itu untuk melindungi medulla spinalis dan otak dari tekanan, dan sebagai
pelumas medulla spinalis dan otak.
4. Cauda Equina

Cauda Equina adalah serabut syaraf spinalis yang berbentuk seperti ekor kuda
yang terletak di ujung medula spinalis serta biasanya ada di sekitar lumbal I sampai
sacrum I.

C. Persiapan Pemeriksaan

1. Premedikasi (Glenda J. Bryan, 1974)

Premedikasi adalah obat-obatan yang diberikan kepada pasien sebelum


pemeriksaan dilakukan. Setiap pemeriksaan radiologi memiliki premedikasi yang
berbeda-beda. Akan tetapi, tidak semua pemeriksaan radiologi memerlukan
premedikasi. Dalam pemeriksaan Caudografi ini, diperlukan premedikasi sebagai
berikut :

a. Untuk pasien dewasa biasanya tidak diperlukan


b. Untuk pasien anak-anak diberikan obat-obat sedatif (Omnopon Scopalamine)
c. Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada anak dibawah umur 12 tahun

2. Kontras media

Kontras media yang digunakan dalam pemeriksaan Caudografi adalah kontras


media positif yaitu Meglumin iocarmate dengan dosis maksimal 5ml. Penggunaan
kontras media pada pemeriksaan Caudografi akan menggambarkan serabut syaraf
secara baik. Agar serabut syaraf dapat tervisualisasi secara jelas, maka diupayakan
kontras media hanya mengisi canalis spinalis sampai dengan lumbal I dan volume
maksimal 5cc. Penggunaan kontras media bersifat air memiliki alasan tersendiri. Hal
ini dilakukan karena kontras media yang bersifat air akan terserap jaringan sekitar 6-12
jam. Sedangkan apabila menggunakan kontras media yang bersifat minyak akan berada
di dalam canalis spinalis sampai bertahun-tahun. (Glenda J. Bryan, 1974)

3. Persiapan Pasien (Glenda J. Bryan, 1974)

Dalam beberapa pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan kontras,


biasanya pasien di minta untuk melakukan beberapa persiapan. untuk pemeriksaan
Caudografi, persiapan pasien adalah sebagai berikut :
a. Puasa 5 jam sebelum pemeriksaan
b. Miksi sebelum pemeriksaan
c. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien dan keluarga pasien
d. Pasien diminta untuk mengganti baju pasien
e. Dibuat foto polos lumbal AP dan Lateral

4. Persiapan Alat dan Bahan

Persiapan alat-alat dan bahan pada pemeriksaan caudografi ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu, alat-alat steril dan alat-alat tidak steril (Glenda J. Bryan, 1974).
1. Alat-alat steril
a. Sarung tangan
b. Jarum pungsi lumbal no. 18 (2 set)
c. Spuit 2 cc dan 10 cc masing-masing 1 buah
d. Kain kasa
e. Korentang
f. Gallipot
g. Handuk
h. Bengkok

2. Alat alat tidak steril


a. Pesawat sinar x siap pakai dilengkapi dengan flouroscopy
b. Kaset/IP dan film
c. Skin cleanser ( Hibitance 0,5 % dalam 70 % industrial spirit, blue stain)
d. Jarum disposable
e. Anastesi local(Lignocaine 2%)
f. Kontras media dalam ampul
g. Botol specimen (tabung laborat) untuk cairan cerebro spinal
h. Plester
i. Masker
j. Obat–obat emergensi
D. Teknik Pemeriksaan
1. Indikasi
a. Kelainan di daerah Cauda Equina
b. Adanya massa/tumor di sekitar sub arachnoid
c. Paralise (Kelumpuhan tungkai bawah)
d. Kista miningen dan radik
e. Arachnoiditis dan Meningitis
f. HNP (Hernia Nukleo Pulpose)
g. Spondilosis
h. Kelainan-kelainan congenital

2. Kontraindikasi
a. Hipertensi
b. KU jelek
c. Alergi bahan kontras
d. Peradangan pada daerah lumbal punksi
3. Prosedur pemeriksaan
Pasien diposisikan lateral recumbent atau duduk membungkuk diatas meja
pemeriksaan dengan kaki ditekuk yang bertujuan agar ruang intervertebralis melebar
sehingga memudahkan dalam memasukkan lumbal punksi. Lakukan disinfektan pada
daerah C.V Lumbalis III-IV untuk lumbal punksi. (Glenda J. Bryan,1974)
Teknik lumbal pungsi (KC. Klarck, 1974) :
a. Pasien diposisikan duduk atau tiduran dengan posisi lateral decubitus kiri atau
kanan.
b. Dengan menggunakan kapas alkohol atau betadine daerah yang akan dipungsi
dibersihkan.
c. Setelah semua pemeriksaan dipersiapkan, lumbal pungsi dapat dilakukan dengan
jarum pungsi lumbal setinggi C.V lumbalis III-IV langsung dimasukkan ke daerah
sub arachnoid.
d. Indikator jarum telah memasuki ruang subarachnoid adalah dengan keluarnya LCS.
Apabila cairan LCS belum keluar, maka jarum ditusukkan ke arah yang lebih
dalam.
e. Pada saat jarum pungsi berada dalam ruang subarachnoid, cairan LCS yang keluar
di tampung ke dalam sebuah botol laborat (specimen) untuk diteliti dan dianalisa
di laboratorium kemudian kontras media disuntikan sebanyak LCS yang keluar.
f. Setelah pemeriksaan selesai, jarum pungsi dicabut.

Kontras media dicampurkan dengan 2 ml LCS, kemudian di suntikkan secara


perlahan (sekitar 20 detik) ke dalam ruang subarachnoid menggunakan jarum punksi
melewati ruang interspinosus bagian bawah. Jarum kemudian dicabut dan pasien
diposisikan prone dengan posisi meja pemeriksaan 15° lebih rendah dari pada kepala
(anti trend).

Setelah pemasukan kontras media selesai dilakukan oleh dokter ahli syaraf,
kemudian perjalanan kontras di observasi dengan fluoroscopy pada daerah-daerah yang
diinginkan. Setelah itu proses pengambilan gambar dilakukan. Oleh karena bisa terjadi
toksis terhadap susunan syaraf pusat, maka kontras media tidak boleh memasuki canalis
spinalis melebihi C.V Lumbali I dan penyuntikan kontras media tidak boleh melebihi 5
ml (Gonsette, 1971). Kontras media yang dimasukkan akan terserap sekitar 6 jam.
Mulai dari punksi lumbal hingga penyuntikkan kontras media, harus di kontrol dengan
fluoroskopi.

4. Teknik pengambilan gambar

a. Proyeksi AP

Posisi pasien : Supine di meja pemeriksaan dan tangan berada di atas tubuh
Posisi objek : MSP pasien pada pertengahan meja pemeriksaan

Central ray : Vertikal tegak lurus kaset

Central point : Pada MSP setinggi patologi yang diperiksa

FFD : min 100 cm

Kaset : 24 x 30 cm

Meja : Anti trend 0°-45°

Batas : Batas atas dan bawah menyesuaikan kebutuhan, batas samping kanan
dan kiri prosesus spinosus

Kriteria : Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus


dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri
berjarak sama.
b. Proyeksi RPO dan LPO

Posisi pasien : Pasien oblik supine ke kanan atau kiri, tangan yang dekat dengan
meja dibuat bantal sedangkan yang jauh memegang meja
pemeriksaan untuk fiksasi

Posisi objek : Tubuh pasien oblik 45° atau menyesuaikan patologis

Central ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

Central point : Antara MCP dan MSP setinggi patologi yang diperiksa

FFD : vMin 100 cm

Kaset : 24 x 30

Meja : Anti trend 0°-45°

Batas : Batas atas dan bawah menyesuaikan kebutuhan, batas samping kanan dan
kiri prosesus spinosus

c. Proyeksi Lateral kanan atau kiri (salah satu)


Posisi pasien : Recumbent ke kanan atau kiri pemeriksaan, tangan yang dekat
dengan meja dibuat bantal sedangkan yang jauh memegang meja
pemeriksaan untuk fiksasi, kedua kaki ditekuk 90°.

Posisi objek : MCP pasien tegak lurus dengan meja

Central ray : Horizontal tegak lurus kaset

Central point : Pada MCP setinggi patologi yang diperiksa

FFD : Min 100 cm

Kaset : 24 x 30 cm

Meja : Anti trend 0°-45°

Batas : Batas atas dan bawah menyesuaikan kebutuhan, Batas samping kanan dan
kiri prosesus spinosus

Posisi AP dan Oblique dibuat dengan menggunakan Under Couch Tube.


Kaset yang digunakan adalah kaset berukuran 24x30cm. Marker R atau L diletakkan
pada kaset atau sisi pasien (tanpa overlapping dengan objek). Posisi lateral dibuat
dengan posisi tube horizontal (pasien dalam posisi tegak atau duduk). Meja
pemeriksaan diatur 0-45 dengan letak kepala lebih tinggi daripada kaki untuk
menggambarkan keseluruhan lumbal. (Glenda J. Bryan)

E. Perawatan Pasien Setelah Pemeriksaan


Perawatan Pasien Post Lumbal Pungsi (Glenda J. Bryan)

Selama 8 jam setelah penyuntikan kontras media, pasien tidak boleh tiduran
terlentang. Pasien harus tidur dengan posisi pinggang lebih tinggi dan diganjal dengan
kurang lebih dua bantal sampai rasa pegal di daerah lumbal hilang.

Setelah pemeriksaan selesai, pasien kembali ke ruangan rawat inap (masih


dengan diganjal bantal). instruksikan kepada perawat bahwa pasien tidak boleh tidur
terlentang selama kurang lebih 8 jam. Pasien harus bed rest selama kurang lebih 24 jam
setelah pemeriksaan. Selama 24 jam, keadaan umum pasien dikontrol selama 15 menit
sekali selama 4 jam pertama dan selanjutnya setiap 4 jam sekali. Keadaan tubuh pasien
akan kembali normal dalam 2-3 hari.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Caudografi atau Radiculografi adalah pemeriksaan radiografi dari Caudo Equina dan
serabut saraf lumbal dan sacral dengan pemasukan kontras media positif ke dalam ruang
subarachnoid secara punksi lumbal dengan di bawah control fluoroscopy. Pemeriksaan
Caudografi memerlukan beberapa persiapan, diantaranya persiapan untuk pasien dan
persiapan alat dan bahan. Pemeriksaan Caudografi merupakan pemeriksaan yang
memerlukan persiapan premedikasi. Namun, untuk pasien dewasa biasanya tidak
diperlukan premedikasi

B. Saran

Sebaiknya, sebelum pemeriksaan dimulai, komunikasikan dengan pasien tentang


pemeriksaan yang akan dilakukan. Kebanyakan orang berpikiran jika pemeriksaan ini
bertujuan untuk menyembuhkan. Sehingga harus dijelaskan jika pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan penunjang, bukan bertujuan menyembuhkan. Hal ini bertujuan
agar nantinya pasien tidak merasa kecewa.

Anda mungkin juga menyukai