3. Kesediaan Melayani
Sebagaimana fungsi serta wewenang harus melayani kepada para pelanggan,
konsekuensi logis dari petugas harus betul-betul bersedia melayani pada para
pelanggan.
7. Kepastian Hukum
Secara sadar bahwa hasil pelayanan kepada masyarakat yang berupa surat keputusan,
harus mempunyai legitimasi atau mempunyai kepastian hukum. Apabila setiap hasil
tidak mempunyai kepastian aturan terperinci akan mempengaruhi sikap masyarakat,
contohnya dalam pengurusan KTP, KK dll jikalau ditemukan cacat aturan maka akan
mempengaruhi dapat dipercaya dari instansi yang mengeluarkan surat legitimasi
tersebut.
8. Keterbukaan
Secara niscaya bahwa setiap urusan atau aktivitas yang membutuhkan ijin, maka
ketentuan keterbukaan harus ditegakan. Keterbukaan tersebut akan mempengaruhi
unsur-unsur kesederhanaan dan kejelasan gosip kepada masyarakat.
9. Efisien
Dari setiap pelayanan dalam banyak sekali urusan, tuntutan masyarakat ialah efektifitas
dan efisiensi dari banyak sekali aspek sumber daya sehingga akan menghasilkan biaya
yang murah, waktu yang singkat dan hasil yang berkualitas tinggi. Dengan begitu
efektifitas dan efisiensi merupakan tuntutan yang harus diwujudkan dan harus
diperhatikan secara serius.
10. Biaya
Pemantapan pengurusan dalam pelayanan diharapkan kewajaran dalam penentuan
pembiayaan. Pembiayaan haruslah diubahsuaikan dengan daya beli masyarakat, dan
pengeluaran biaya harus transparan serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
11. Tidak Rasial
Pengurusan pelayanan sangat dihentikan membeda-bedakan agama, kesukuan, aliran,
serta politik.Oleh alasannya ialah itu segala urusan harus memenuhi jangkauan yang luas
dan merata.
12. Kesederhanaan
Prosedur dan tata cara pelayanan kepada masyarakat harus diperhatikan
kemudahannya, tidak boleh berbelit-belit dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan layanan istimewa atau pelayananprima oleh pihak perusahaan terhadap para
pelanggan, baik itu yang ditunjukkan untuk pelanggan intern maupun pelanggan ekstern mempunyai
peran penting dalam bisnis karena kelangsungan perusahaan sangat tergantung dari loyalitas para
pelanggan kepada perusahaan. Demikian pula halnya bila pelayanan prima ini dilakukan dalam
organisasi non komersial maupun pemerintah.
a. Pelayanan Bagi Pelanggan Internal Sakuntala (2010) menyebutkan bahwa pelanggan intern adalah
orang-orang yang terlibat dalam perusahaan. Mereka semuanya harus mampumengembangkan
budaya pelayanan prima dilingkungan internal. Mereka harus saling memberi fasilitas, baik kepada
semua karyawan, bawahan, maupun atasan, dengan tujuan untuk mendukung kelancaran proses
produksi barang dan atau pembentukan jasa sehingga dapat menunjang kelangsungan perusahaan
dalam rangka mewujudkan pelayanan prima bagi pelanggan eksternal. Salah satu hal yang patut
diperhatikan oleh segenap pelaku bisnis dan karyawan perusahaan yaitu keharusan membudayakan
pelayanan prima secarainternal adalah kunci sukses untuk mewujudkan pelayanan prima bagi
pelanggan eksternal. Menurut Admin (2009) pelayanan prima yang baik dilingkungan internal dapat
dijadikan tonggak dasardalam mewujudkan pelayanan prima bagi lingkungan eksternal.
b. Pelayanan Bagi Pelanggan Eksternal Kebutuhan dan keinginan pelanggan merupakan potensi
pasar yang dapat dijadikan peluang besar bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan melalui
penjualan barang dan jasa yang kita sediakan. Jadi, sebaiknya tempatkanlah diri kita sebagai
penyedia layanan untuk mengetahui kebutuhan pelanggan karena para pelanggan itu merupakan
tumpuhan harapan, yaitu sebagai pihak yang mampu merealisasikan kebutuhan dan keinginannya
menjadi pembelian yang nyata kepada perusahaan (Ratih, 2005). Selanjutnya (Admin, 2009)
berpendapat bahwa ketika perusahaan memberikan pelayanan prima kepada pelanggan eksternal,
diharapkan ada peningkatan loyalitas pelanggan eksternal terhadap perusahaan, sehingga dari
waktu ke waktu perusahaan akan mampu memelihara dan meningkatkan penjualan barang atau
jasa, dan sekaligus dapat meraih keuntungan sebagaimana yang diharapkan. Pelayanan prima
mengandung tiga hal pokok yaitu adanya pendekatan sikap yang berkaitan dengan kepedulian
kepadapelanggan, upaya melayani dengan tindakan yang terbaik dan tujuan untuk memuaskan
pelanggan dengan berorientasi pada standar layanan tertentu (Fendi, 2008). Sedangkan menurut
(Sakuntala, 2010) untuk mencapai suatu pelayanan yang prima pihak perusahaan haruslah memiliki
ketrampilan tertentu, diantaranya adalah berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah,
memperlihatkan gairah kerja dan sikap selalu siap mnelayani, tenang dalam bekerja,tidak tinggi hati
karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaan baik tugas yang berkaitan pada bagian atau
departemennya maupun bagian lainnya, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu mengerti dan
memahami isyarat pelanggan serta memiliki kemampuan mengenali keluhan pelanggan secara
profesional. Dapat dilihat bahwa untuk memberikan sebuah layanan kepada pelanggan bukanlah hal
yang mudah, akan tetapi apabila beberapa hal yang tersebut diatas dapat dilakukan, maka
perusahaan yang bersangkutan akan dapat meraih manfaat yang besar, terutama berupa kepuasan
dan loyalitas pelanggan yang besar.
2. Pelayanan Sepenuh Hati
Dalam pelayanan dikenal pelayanan sepenuh hati, yakni pelayanan yang
berasal dari dalam "sanubari" diri kita. Sanubari merupakan tempat bersemayamnya
emosi-emosi, watak, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, sudut pandang dan perasaan-
perasaan (Patton, dalam Boediono, 1999: 49). Pelayanan sepenuh hati dilakukan
berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan logis (pikiran) dan sentimentalitas
(perasaan). Untuk itu, dalam pelayanan sepenuh hati, menurut Patricia Pattan (1998,
dalam Boediono, 1999: 50) diperlukan:
2. Memahami kekuatan batin kita, seperti: kepercayaan diri, harga diri, dan
pematangan emosional.
5. Menyesuaikan diri dengan produk, sehingga produksi itu tidak lain merupakan
ungkapan diri kita sendiri, bukan sebaliknya.
Dalam pelayanan sepenuh hati terdapat tiga sudut pandang yang mengikuti,
yaitu bagaimana memandang diri sendiri, memandang orang lain dan memandang
pekerjaan, yang oleh Patricia Pattan disebut dengan paradigma (Boediono, 1999:
52).
Selain itu, pelayanan sepenuh hati mencakup lima komponen penting, yakni
(Boediono, 1999: 52):
4. Bersikap kreatif dan memotivasi diri sendiri. Pelayanan sepenuh hati berasal
dari diri sendiri. Perasaan bisa berfungsi sebagai pendorong untuk
menyesuaikan emosi-emosi, baik pada petugas maupun pelanggan, sehingga
dapat menangani situasi-situasi sulit. Untuk itu diperlukan jiwa kreatif agar
dapat menemukan penyelesaian yang positif.