Anda di halaman 1dari 3

Contoh Kegagalan Penerapan Rencana Bisnis

Masalah bukanlah ketika masalah itu ada, tetapi yang menjadi masalah adalah seberapa kuat Anda menginginkan
solusi dan menyadari bahwa masalah adalah ketika Anda berpikir sedang bermasalah(Theodore Rubin).

Beberapa teman mempunyai pendapat bahwa memulai bisnis itu tidak memerlukan perencanaan (business plan),
yang penting action.

Berikut ini saya berikan contoh kegagalan dalam bisnis jika kita salah membuat perencanaan, atau salah dalam
penerapan Business plan yang sudah dibuat sebelumnya.

1. Salah Membuat Konsep :

Saya memiliki teman yang punya usaha di bidang kuliner, menurut dia kokinya pintar memasak dan masakannya
enak, makanan yang dijual adalah pizza, burger dan steak, tapi tidak lama kemudian usaha itu tutup, salah satu
penyebabnya menurut saya adalah salah konsep dia memilih masakan a la western tetapi konsepnya di kaki lima
dan lesehan, menurut saya konsep itu tidak cocok, mestinya makanan western dinikmati di rumah makan atau kedai
dengan konsep duduk di kursi.

Ada juga teman yang punya usaha kuliner, sering buka-tutup, dengan alasan kokinya gonta ganti, sering keluar-
masuk. Saran saya, untuk usaha kuliner ini jangan 100% tergantung pada koki, tapi ciptakan sistem dengan
membuat resep yang baku, misalnya kalau kita buka usaha nasi goreng, mie goreng, bihun goreng, kita coba resep
dengan perbandingan bumbu-bumbu tertentu, misalnya bawang merah, bawang putih, merica, garam dan lada,
setelah dapat komposisi yang pas, kita tinggal pakai misalnya satu porsi nasi goreng, satu sendok makan bumbu.

Jadi walaupun gonta-ganti koki setiap hari, nasi goreng atau mie goreng kita akan tetap rasanya. Konsep usaha
kuliner ini adalah, ciptakan bumbu yang standard yang bisa dikerjakan oleh siapapun.

2. Salah Menganalisa Pasar :

Beberapa waktu yang lalu saya mencoba memasarkan sabun-sabun cair produksi dari Bekasi untuk saya pasarkan
di Balikpapan, seperti sabun cair untuk cuci piring, cuci tangan, pengharum lantai, pengharum pakaian, pengharum
toilet dan sebagainya.

Salah satu produk yaitu sabun cuci piring saya pasarkan ke rumah-rumah makan yang cukup besar, dalam pikiran
saya sabun cuci piring itu (kemasan 500 ml), harganya lebih murah dari produk dengan merk terkenal, tetapi menurut
konsumen harganya lebih mahal dari yang mereka beli, karena mereka beli dalam kemasan yang lebih besar, yaitu
jerigen ukuran 5 liter dan 20 liter-an, sehingga harga satuan permili liternya memang lebih murah.

Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa sabun yang saya jual tersebut bukan untuk pangsa pasar rumah-rumah
makan besar, tetapi warung-warung makan atau kedai-kedai sederhana, karena mereka memang mencari sabun
dengan harga yang lebih miring bila dibanding dengan harga sabun merk terkenal tetapi terjangkau dengan kantong
mereka karena mereka bisa membeli untuk kemasan dengan ukuran 500ml

3.Salah Menentukan Produk Barang atau Jasa :

Sekitar 10 tahun yang lalu, saya punya 2 sahabat yang berbeda profesi, yang satu seorang sales dari dealer mobil
baru, dan seorang lagi sales dari sebuah showroom mobil-mobil bekas, mereka iri satu dengan yang lain, ingin
bertukar tempat, karena melihat hasil yang didapat dari temennya kelihatan gampang, tapi ketika mereka bertukar
tempat, mereka sama-sama tidak maksimal.

Di Balikpapan pernah ada 2 rumah makan yang berjualan gudeg khas jogja, tetapi usaha itu tidak bertahan lama,
sedangkan masakan lain yang sama-sama dari jawa bisa bertahan lama seperti soto ayam lamongan, pecel madiun,
rawon surabaya, ayam goreng bandung, konsumen memang unik ya?

4. Salah Aplikasi di Operasional 

Seorang teman saya di Jogja, mempunyai usaha rumah makan atau kedai dengan jenis makanan masakan Jepang,
jam operasional yang ditetapkan sebelumnya adalah jam 09.00-21.00 WIB, tetapi dalam beberapa waktu diamati
bahwa tidak ada pengunjung yang datang sebelum jam 12 siang, kedai itu baru mulai dikunjungi konsumen di atas
jam 12 siang.
Dengan kondisi tersebut sang pemilik segera mengubah jam operasional menjadi jam 11.00-23.00 WIB, dengan
jumlah jam kerja yang sama (12 jam), tetapi hasilnya menjadi lebih efektif karena konsumen bisa leluasa ngobrol
sampai jam 23.00 WIB.

Di Balikpapan pernah ada konsep warung Bakso yang buka 24 jam, tapi tidak bertahan lama. Saya yakin biaya
operasionalnya tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkannya, karena sepengetahuan saya, orang Balikpapan,
makan bakso itu mulai siang-sore, sampai malam sekitar jam 20.00-21.00 Wita, setelah itu mereka tidak memilih
bakso. Begitu juga untuk pagi hari mereka lebih senang sarapan dengan menu soto banjar, soto ayam, coto
makassar, bubur ayam, nasi kuning atau lontong sayur.

5. Salah memilih Sumber Daya Manusia :

Saya pernah gagal dalam usaha bengkel mobil dan bengkel las, salah satu faktornya adalah faktor Sumber Daya
Manusia, di Bengkel Mobil saya melayani jasa perawatan dan perbaikan mesin mulai dari perbaikan ringan sampai
overhaul. Perbaikan body mobil mulai dari pengelasan, pengecatan sampai dengan perbaikan interior.

Salah seorang pekerja yang menjadi andalan saya adalah Om (Paman) saya sendiri, sebagai keponakan, kadang-
kadang saya merasa sungkan untuk menegur beliau jika beliau melakukan kesalahan atau keterlambatan, dan
akhirnya suatu saat, sebuah pekerjaan perbaikan body mobil berlarut-larut pengerjaannya sehingga sang pemilik
jengkel dan menarik mobil tersebut.

Akhirnya saya tutup usaha itu, begitu juga dengan usaha bengkel las, sebetulnya usaha itu sudah berjalan baik,
selain konsumen perorangan, saya juga bisa berhasil menembus perusahaan-perusahaan besar di Balikpapan,
tetapi karena ketidak jujuran pekerja, ada pekerjaan-pekerjaan ekstra yang dikerjakan di luar pekerjaan utama, dan
saya tidak diberi tahu apalagi mendapat bagian keuntung, sedangkan alat-alat dan bahan-bahan menggunakan
bahan saya, akhirnya usaha itu juga saya tutup.

6. Kurang Data dan Informasi Pendukung :

Kurang mempunyai database pelanggan, sehingga keteteran dalam marketing. Saya pernah melakukan survey
sederhana ke beberapa penjual Mantau (makanan sejenis bapau, khas Balikpapan), di antara mereka ada yang
menjual di pinggir jalan dan ada juga yang berjualan di foodcourt sebuah mall.

Jika hanya mengandalkan konsumen yang datang, maka mantau yang laku hanya berkisar 200-300 buah perhari,
tetapi dengan menambahkan perusahaan catering sebagai konsumen, maka omset mantau tersebut bisa menjadi
ribuan buah perharinya.

Database pelanggan ini anda perlukan agar kita tidak bekerja sendirian dalam memasarkan produk kita, kita bisa
memanfaatkan pelanggan loyal untuk berpromosi atau menggandengan pihak lain yang dapat menyerap produksi
kita lebih banyak sekali order.

7. Salah Strategi menggabungkan 2 Bisnis :

Suatu bisnis bisa saja dikombinasikan dengan bisnis lain dalam tempat yang sama, tetapi salah memilih kombinasi
ini bisa juga mengakibatkan kegagalan.

Sebagai contoh, sebuah usaha penjualan pulsa handphone, bisa saja dikombinasikan dengan usaha yang lain
seperti jual makanan ringan, aksesories wanita atau anak-anak, aksesories handphone, rokok dan sebagainya.

Tetapi bisa juga mengakibatkan kegagalan, misalnya seorang teman mempounyai usaha salon, kemudian
dikombinasikan dengan berjualan perlengkapan bayi, usaha kedua ini tidak berhasil karena pangsa pasar konsumen
salon tidak selalu memerlukan barang-barang untuk kebutuhan bayi, mugkin usaha ini akan lebih berhasil jika
barang-barang yang dijual adalah keperluan spa atau kecantikan atau untuk kebutuhan wanita yang ada
hubungannya dengan kecantikan dan kesehatan.

8. Salah Memilih Mitra Usaha :

Sekitar setahun yang lalu saya bertemu dengan seseorang dalam sebuah pertemuan, dia bercerita akan membuka
sebuah toko oleh-oleh khas kota Balikpapan, saya langsung tertarik karena kebetulan saya juga ingin membuka toko
oleh-oleh, saya pikir bergabung dengan dia, saya tidak perlu menyewa tempat, cukup dengan menitipkan barang-
barang dan makanan saja, dengan sistem konsinyasi 10%.
Dalam hitungan bulan usaha itu tutup, dia pindah, tidak memberi tahu alamat barunya dan nomor Hpnya sulit
dihubungi, barang-barang (mainan anak-anak) dan makanan kering milik saya masih dibawa dia.

Memilih mitra perlu hati-hati, tidak cukup bertemu sekali saja, langsung percaya.

Anda mungkin juga menyukai