Anda di halaman 1dari 14

KIMIA KLINIK

“Pengelompokan Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik”

Oleh :
DIAN ANGGRAINI
MAOLISA PRIHATINI
SEKTI NOVIKASARI
RESTU GANDHINI D.A.A
YULIANA HOMSAH
YUNDA ASTIRA

KELAS REGULER PEGAWAI TINGKAT II


PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
POLTEKKES KEMENKES BANTEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Kimia Klinik“.

Dalam pembuatan makalah, kami berharap setelah mendengarkan


presentasi kami, teman-teman dapat memahami dan menambah pengetahuan yang
lebih baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa kami masih banyak kekurangan dan juga


kesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, kami mengharap kritik dan
saran yang membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Demikian makalah kami, kami mengucapkan terima kasih.

TANGERANG, FEBRUARI 2020

PENYUSUN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah,urin,


sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret-sekret yang dikeluarkan.
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan
darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di
dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak
darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji
kimia yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis anemia.

Semua pemeriksaan kimia klinik dilakukan pada setiap spesimen/sampel


jenis cairan tubuh, tetapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum adalah
bagian darah yang tersisa setelah darah dibuat membeku dan semua sel darah
dapat dihilangkan. Hal ini paling mudah dilakukan dengan sentrifugasi, sel-sel
darah dan trombosit padat ke bagian bawah tabung centrifuge, meninggalkan
fraksi cairan serum yang dikemas dan berhenti di atas sel-sel.

Pemeriksaan kimia klinik dilakukan pengukuran kadar aktivitas enzim


sampel dan yang lainnya melalui alat spektrofotometri semiotomatis dan otomatis
sehingga akurasi dan efisiensi waktu dapat dioptimalkan. Selain itu, mahasiswa
diajarkan pula pemeriksaan dengan metode manual agar mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan kimia klinik jika bekerja di daerah terpencil.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kimia Klinik

Kimia klinik juga dikenal sebagai kimia patologi, biokimia klinis atau
medis biokimia, adalah bagian dari patologi klinis yang umumnya berkaitan
dengan analisis cairan tubuh. Pengujian ini berasal dari akhir abad ke-19 dengan
penggunaan tes kimia sederhana untuk berbagai komponen darah dan urin.
Namun saat ini, teknik lain yang diterapkan termasuk penggunaan dan
pengukuran aktivitas enzim, spektrofotometri, elektroforesis, dan immunoassay.
Seiring berkembangnya waktu, laboratorium modern sekarang benar-benar dibuat
semaksimal mungkin dengan beban kerja yang tinggi. Pengujian dilakukan
dengan pantauan dan kontrol kualitas.
Semua tes biokimia selalu dibawah patologi kimia. Ini dilakukan pada
setiap jenis cairan tubuh, tapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum adalah
bagian darah yang berwarna kuning muda yang tersisa setelah darah dibuat
membeku dan semua sel darah dapat dihilangkan. Hal ini paling mudah dilakukan
dengan sentrifugasi, sel-sel darah dan trombosit padat ke bagian bawah tabung
centrifuge, meninggalkan fraksi cairan serum yang dikemas dan berhenti di atas
sel-sel. Ini langkah awal sebelum analisis baru-baru ini telah dimasukkan dalam
instrumen yang prinsipnya beroperasi pada "sistem yang terintegrasi". Plasma
pada dasarnya sama dengan serum, tetapi diperoleh dengan pemutaran darah tanpa
pembekuan. Plasma diperoleh dengan sentrifugasi sebelum terjadi pembekuan.
Jenis uji yang diperlukan menentukan jenis sampel yang digunakan.
Sebuah laboratorium medis yang besar akan menerima sampel sampai
sekitar 700 jenis tes. Bahkan yang terbesar dari laboratorium jarang melakukan
semua tes ini sendiri, dan sebagian harus dirujuk ke laboratorium lain.
Sub tes dapat dikategorikan ke dalam sub spesialisasi :
 Kimia umum atau rutin :
Umumnya memeriksa kimia darah misalnya, tes fungsi hati dan  ginjal.
 Kimia khusus :
Teknik rumit seperti elektroforesis, dan metode pengujian manual.
 Clinical endokrinologi :
Studi tentang hormon, dan diagnosis gangguan endokrin.
 Toksikologi :
Studi tentang penyalahgunaan obat dan bahan kimia lainnya.
 Obat Terapi Monitoring :
Pengukuran terapi obat kadar darah untuk mengoptimalkan dosis.
 Urine :
Analisis kimia urin untuk beragam penyakit, bersama dengan cairan lain
seperti CSF dan efusi.
 Analisis Faeces (tinja) :
Sebagian besar untuk mendeteksi gangguan pencernaan.

B. Jenis-jenis Pemeriksaan Kimia Klinik

Ada beberapa pemeriksaan kimia klinik yang dapat dilakukan di


laboratorium Kimia Klinik :

1. Fungsi Hati
(SGOT/SGPT, Gamma GT, ALP, Bilirubin, Albumin)

Untuk mengukur kondisi kesehatan hati atau liver secara umum dan
akurat, uji fungsi hati yang dijalankan tidak hanya satu jenis. Banyak sekali
metode tes yang dapat dilakukan pada seorang pasien untuk mengetahui aspek
tertentu dari kondisi kesehatan hatinya. Jenis tes yang umumnya dilakukan
adalah:
 Tes serum glutamat piruvat transaminase (SGPT) atau alanin
transaminase (ALT). Tes ini mengukur kadar enzim SGPT di dalam
darah. Pada kondisi normal, enzim SGPT terkandung di dalam sel-sel hati
dan hanya sedikit terdapat di dalam darah. Jika sel-sel hati mengalami
kerusakan, enzim SGPT akan terlepas dari sel-sel hati ke dalam darah,
sehingga kandungan enzim tersebut di dalam darah akan mengalami
kenaikan.
 Tes serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) atau aspartat
aminotransferase (AST). Tes ini mengukur kadar enzim SGOT di dalam
darah. Hampir sama dengan enzim SGPT, pada kondisi normal, enzim
SGOT dapat ditemukan pada kadar rendah di dalam darah. Akan tetapi
jika terjadi kerusakan liver, maka kadar enzim SGOT di dalam darah akan
mengalami peningkatan.
 Tes albumin. Albumin merupakan protein yang diproduksi khusus oleh
hati. Albumin dalam darah berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi
jaringan, mencegah kebocoran cairan dari pembuluh darah, dan membantu
transportasi hormon, vitamin dan senyawa lain di dalam darah. Hati yang
tidak bekerja dengan baik, dapat ditandai dengan konsentrasi albumin
yang lebih rendah dari normal.
 Tes bilirubin. Bilirubin merupakan produk sisa penghancuran sel darah
merah, yang dihasilkan oleh hati. Bilirubin akan dibentuk oleh hati dan
dibuang melalui saluran pencernaan bersama feses. Jika hati atau liver
mengalami kerusakan, maka pembuangan bilirubin akan terhambat
sehingga menyebabkan kenaikan kadar bilirubin dalam darah.
 Tes alkali fosfatase. Alkali fosfatase (ALP) merupakan enzim yang
biasanya ditemukan di empedu, kantung empedu, dan hati. Jika hati atau
kantung empedu mengalami gangguan atau kerusakan, konsentrasi enzim
ALP akan mengalami kenaikan.
 Tes gamma-glutamyl transferase. Gamma-glutamyl transferase (GGT)
merupakan enzim yang ditemukan di berbagai organ tubuh, namun
konsentrasinya paling tinggi terdapat di hati. GGT akan meningkat bila
terjadi kerusakan di hati atau saluran empedu.
2. Profil Lemak
(Cholesterol total, Trigliserida, HDL Cholestero dan LDL Cholesterol)

Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total,


trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama
dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti
pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah
jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien
dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah.
Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14
jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh
karena peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah
berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan
kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa.
Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan
faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.

3. Fungsi Ginjal  (Asam urat, BUN , Kreatinin)

Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin.


Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang
diproduksi oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal,
pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan
meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot
dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam
serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR
(eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi
glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan
kreatinin (creatinine clearance test/CCT). Creatinine clearance test/CCT
memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak
berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT.
Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-
C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan
urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah, dihasilkan oleh semua
sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang atau
kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karna
itu kadar Cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui
kemunduran fungsi ginjal.

4. Gula Darah (Gula Darah Puasa, Sewaktu, 2 JPP)

Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya


peningkatan atau penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil
pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula
darah biasanya disebabkan oleh Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di
dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut
glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula
darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula
darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-
peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu
yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan
setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah
makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial.
Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat
pemeriksaan gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan
gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk
menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat
anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk
mengetahui respon pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2
jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi
penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM.
Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula
darah yang diperiksa pada jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan
untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan diet dan obat yang
dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan uji
toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi
persyaratan:

 Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang


cukup.
 Tidak boleh minum alkohol.
 Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga
sebelum pemeriksaan dilakukan.
 Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1
gelas air yang harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit atau 1.75 g per
kg berat badan untuk anak.
 Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.

Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel
beta pulau Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan
terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga terdapat
insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien dengan
hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin
eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi
C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui sekresi insulin basal.

5. Parameter Jantung (LDH, CK-MB, Troponin)

Enzim jantung adalah enzim yang berperan dalam menunjang kerja


otot jantung. Saat terjadi kerusakan, seperti pada serangan jantung, maka
enzim ini akan meningkat jumlahnya dalam darah. Oleh karena itu,
pemeriksaan enzim jantung sering dilakukan sebagai salah satu cara untuk
mendiagnosis serangan jantung.
Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine
kinase (CK), isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain
natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot
jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-
BNP, Troponin-T  dan hsCRP.
Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung,
karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan
jaringan tubuh seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan
metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.

6. Elektrolit (Na, K, Cl)

Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di dalam


tubuh seseorang menjadi tidak seimbang, bisa terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Ketidakseimbangan kadar elektrolit bisa menimbulkan berbagai
gangguan pada fungsi organ di dalam tubuh. Bahkan pada kasus yang
berat, bisa menyebabkan kejang, koma, dan gagal jantung.

Elektrolit adalah unsur alami yang dibutuhkan untuk menjaga


organ-organ tubuh agar berfungsi normal. Fungsi tubuh yang dipengaruhi
elektrolit, antara lain adalah irama jantung, kontraksi otot, dan fungsi otak.

 Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang


fungsinya menahan air di dalam tubuh. Na mempunyai banyak
fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa
bersama dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat.

 Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak. 80 - 90 %


Kalium dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada
kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar Kalium.
 Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan ekstraseluler.
Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan
cairan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan asam-basa.

7. Urinalisis

Fungsi : memberi fakta gambaran terhadap ginjal & saluran urin.


Sampel urin dibagi menjadi 5 :
 Urin sewaktu : dikeluarkan pada waktu pemeriksaan, digunakan untuk
pemeriksaan rutin.
 Urin pagi : dikeluarkan pada waktu bangun tidur (pagi), digunakan
untuk pemeriksaan tes kehamilan (hcg) & untuk bj protein & untuk
pemeriksaan sediment.
 Urin postrandial : digunakan ntuk pemeriksaan glukosuria (untuk
mengetahui glukosa dalam urin). Diambil 1,5-3jam setelah makan.
 Urin 24jam : digunakan untuk pemeriksaan metabolit dalam tubuh.
 Urin 3 gelas & 2 gelas pada laki-laki : digunakan untuk tes urologi
(untuk mengetahui ada radang / tidak & letaknya dimana).

8. Analisis Faeses

Pemeriksaan feses adalah serangkaian tes yang dilakukan pada


sampel feses (kotoran) untuk membantu mendiagnosis kondisi tertentu
yang mempengaruhi saluran pencernaan. Kondisi ini dapat mencakup
infeksi (seperti dari parasit, virus, atau bakteri), penyerapan nutrisi yang
buruk, atau kanker.
Untuk pemeriksaan feses, sampel feses dikumpulkan dalam wadah
bersih dan kemudian dikirim ke laboratorium. Analisis laboratorium
meliputi pemeriksaan mikroskopis, tes kimia, dan tes mikrobiologis. Feses
akan diperiksa untuk warna, konsistensi, jumlah, bentuk, bau, dan adanya
lendir. Feses dapat diperiksa untuk  darah, lemak, serat daging, empedu,
sel darah putih, dan gula tersembunyi yang disebut zat pengurang. PH
feses juga dapat diukur. Kultur feses dilakukan untuk mengetahui apakah
bakteri dapat menyebabkan infeksi.

9. Analisis cairan tubuh (cairan otak, cairan sendi, cairan pleura)

Analisa cairan tubuh merupakan pemeriksaan untuk membantu


menegakkan diagnosa dengan melihat ciri-ciri makroskopis, jumlah sel,
hitung jenis sel dan pemeriksaan kimia pada cairan tersebut.

10. Analisis Batu Ginjal

Analisa batu ginjal merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi


keberadaan batu ginjal, yaitu suatu kondisi terdapat satu atau lebih batu di
dalam saluran kencing. Batu ginjal dapat terbentuk dari kalsium, fosfat
atau kombinasi asam
BAB III

KESIMPULAN

Kimia klinik merupakan bagian dari ilmu patologi yang mempelajari


tentang cara-cara pemeriksaan laboratorium terhadap zat-zat kimia yang terdapat
di dalam tubuh manusia, baik secara maksroskopis maupun mikroskopis dan
kimiawi dari sample yang berasal dari tubuh manusia.

Pemeriksaan kimia klinik adalah untuk mengetahui skrining dan diagnosa


penyakit, sehingga membantu untuk menentukan terapi, memantau terapi, dan
membantu menentukan faktor resiko. Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan
pada reaksi kimia dapat digunakan darah, urine dan cairan tubuh lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Laboratorium Kimia Klinik.


From : http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/analiskesehatan/laboratorium-kimia-
klinik-2/ . Diakses Tanggal : 1 Februari 2020.

Anonim. Pemeriksaan Kimia Klinik.


From : https://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/33/pemeriksaan-
kimia-klinik.html . Diakses tanggal ; 1 Februari 2020.

R. Gandasoebrata. 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai