Pengelompokan Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik
Pengelompokan Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik
Oleh :
DIAN ANGGRAINI
MAOLISA PRIHATINI
SEKTI NOVIKASARI
RESTU GANDHINI D.A.A
YULIANA HOMSAH
YUNDA ASTIRA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Kimia Klinik“.
PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
Kimia klinik juga dikenal sebagai kimia patologi, biokimia klinis atau
medis biokimia, adalah bagian dari patologi klinis yang umumnya berkaitan
dengan analisis cairan tubuh. Pengujian ini berasal dari akhir abad ke-19 dengan
penggunaan tes kimia sederhana untuk berbagai komponen darah dan urin.
Namun saat ini, teknik lain yang diterapkan termasuk penggunaan dan
pengukuran aktivitas enzim, spektrofotometri, elektroforesis, dan immunoassay.
Seiring berkembangnya waktu, laboratorium modern sekarang benar-benar dibuat
semaksimal mungkin dengan beban kerja yang tinggi. Pengujian dilakukan
dengan pantauan dan kontrol kualitas.
Semua tes biokimia selalu dibawah patologi kimia. Ini dilakukan pada
setiap jenis cairan tubuh, tapi kebanyakan pada serum atau plasma. Serum adalah
bagian darah yang berwarna kuning muda yang tersisa setelah darah dibuat
membeku dan semua sel darah dapat dihilangkan. Hal ini paling mudah dilakukan
dengan sentrifugasi, sel-sel darah dan trombosit padat ke bagian bawah tabung
centrifuge, meninggalkan fraksi cairan serum yang dikemas dan berhenti di atas
sel-sel. Ini langkah awal sebelum analisis baru-baru ini telah dimasukkan dalam
instrumen yang prinsipnya beroperasi pada "sistem yang terintegrasi". Plasma
pada dasarnya sama dengan serum, tetapi diperoleh dengan pemutaran darah tanpa
pembekuan. Plasma diperoleh dengan sentrifugasi sebelum terjadi pembekuan.
Jenis uji yang diperlukan menentukan jenis sampel yang digunakan.
Sebuah laboratorium medis yang besar akan menerima sampel sampai
sekitar 700 jenis tes. Bahkan yang terbesar dari laboratorium jarang melakukan
semua tes ini sendiri, dan sebagian harus dirujuk ke laboratorium lain.
Sub tes dapat dikategorikan ke dalam sub spesialisasi :
Kimia umum atau rutin :
Umumnya memeriksa kimia darah misalnya, tes fungsi hati dan ginjal.
Kimia khusus :
Teknik rumit seperti elektroforesis, dan metode pengujian manual.
Clinical endokrinologi :
Studi tentang hormon, dan diagnosis gangguan endokrin.
Toksikologi :
Studi tentang penyalahgunaan obat dan bahan kimia lainnya.
Obat Terapi Monitoring :
Pengukuran terapi obat kadar darah untuk mengoptimalkan dosis.
Urine :
Analisis kimia urin untuk beragam penyakit, bersama dengan cairan lain
seperti CSF dan efusi.
Analisis Faeces (tinja) :
Sebagian besar untuk mendeteksi gangguan pencernaan.
1. Fungsi Hati
(SGOT/SGPT, Gamma GT, ALP, Bilirubin, Albumin)
Untuk mengukur kondisi kesehatan hati atau liver secara umum dan
akurat, uji fungsi hati yang dijalankan tidak hanya satu jenis. Banyak sekali
metode tes yang dapat dilakukan pada seorang pasien untuk mengetahui aspek
tertentu dari kondisi kesehatan hatinya. Jenis tes yang umumnya dilakukan
adalah:
Tes serum glutamat piruvat transaminase (SGPT) atau alanin
transaminase (ALT). Tes ini mengukur kadar enzim SGPT di dalam
darah. Pada kondisi normal, enzim SGPT terkandung di dalam sel-sel hati
dan hanya sedikit terdapat di dalam darah. Jika sel-sel hati mengalami
kerusakan, enzim SGPT akan terlepas dari sel-sel hati ke dalam darah,
sehingga kandungan enzim tersebut di dalam darah akan mengalami
kenaikan.
Tes serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) atau aspartat
aminotransferase (AST). Tes ini mengukur kadar enzim SGOT di dalam
darah. Hampir sama dengan enzim SGPT, pada kondisi normal, enzim
SGOT dapat ditemukan pada kadar rendah di dalam darah. Akan tetapi
jika terjadi kerusakan liver, maka kadar enzim SGOT di dalam darah akan
mengalami peningkatan.
Tes albumin. Albumin merupakan protein yang diproduksi khusus oleh
hati. Albumin dalam darah berfungsi untuk memberikan nutrisi bagi
jaringan, mencegah kebocoran cairan dari pembuluh darah, dan membantu
transportasi hormon, vitamin dan senyawa lain di dalam darah. Hati yang
tidak bekerja dengan baik, dapat ditandai dengan konsentrasi albumin
yang lebih rendah dari normal.
Tes bilirubin. Bilirubin merupakan produk sisa penghancuran sel darah
merah, yang dihasilkan oleh hati. Bilirubin akan dibentuk oleh hati dan
dibuang melalui saluran pencernaan bersama feses. Jika hati atau liver
mengalami kerusakan, maka pembuangan bilirubin akan terhambat
sehingga menyebabkan kenaikan kadar bilirubin dalam darah.
Tes alkali fosfatase. Alkali fosfatase (ALP) merupakan enzim yang
biasanya ditemukan di empedu, kantung empedu, dan hati. Jika hati atau
kantung empedu mengalami gangguan atau kerusakan, konsentrasi enzim
ALP akan mengalami kenaikan.
Tes gamma-glutamyl transferase. Gamma-glutamyl transferase (GGT)
merupakan enzim yang ditemukan di berbagai organ tubuh, namun
konsentrasinya paling tinggi terdapat di hati. GGT akan meningkat bila
terjadi kerusakan di hati atau saluran empedu.
2. Profil Lemak
(Cholesterol total, Trigliserida, HDL Cholestero dan LDL Cholesterol)
Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel
beta pulau Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan
terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga terdapat
insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien dengan
hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin
eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis menjadi
C-peptide. C-peptide dipakai untuk mengetahui sekresi insulin basal.
7. Urinalisis
8. Analisis Faeses
KESIMPULAN