Anda di halaman 1dari 22

Kemitraan dan Kerjasama dalam Wirausaha

Kelompok 2 Kelas 1C:

 Citra Puspita Sari : 18301083


 Emmi Lestari : 18301087
 Rismawati : 18301104
 Siti Nurjanah : 18301108
 Toni Suhartono : 18301115

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah yang berjudul “Kemitraan dan Kerjasama
dalam Wirausaha” dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan dalam pembuatan. Oleh
karena itu, penulis harapkan saran dan kritik dari pembaca.

Pekanbaru, 8 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................... 3
A. Prinsip Dasar Resiko dalam Wirausaha......................................... 3
B. Manajemen Resiko........................................................................ 5
C. Pengertian Kerjasama.................................................................... 9
D. Teknik Kerjasama Wirausaha........................................................ 10
E. Tahp-tahap Kerjasama................................................................... 12
F. Manajemen Konflik Kerjasama Wirausaha................................... 14
BAB III PENUTUP.................................................................................. 17
A. Simpulan........................................................................................ 17
B. Saran.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sedangkan


Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.
Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan pelanggan
berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Menurut Dr.
Muhammad Jafar Hafsah, kemitraaan adalah suatustrategis bisnis yang
dilakukakn oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkandan saling
membesarkan. Kemitraan di negara-negara yang telah lebih maju itu adalah
karena kemitraan usahanya terutama didorong oleh adanya kebutuhan dari pihak-
pihak yang bermitra itu sendiri, atau diprakarsai oleh dunia usahanya sendiri
sehingga kemitraan dapat berlangsung secara alamiah. Hal ini dimungkinkan
mengingat iklim dan kondisi ekonomi negara mereka seperti Korea Selatan,
Jepang dan taiwan dan sebagainya telah cukup memberikan rangsangan kearah
kemitraan yang berjalan sesuai dengan kaidah ekonomi yang berorientasi pasar.

Sebagai suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah terbukti


berhasil diterapkan di banyak negara, antara lain di Jepang dan empat negara,
yaitu Korea Selatan, taiwan, Jepang, dan sebagainya. Di negara-negara tersebut
kemitraan umumnya dilakukan melalui pola subkontrak yang memberikan peran
kepada industri kecil dan menengah sebagai pemasok bahan baku dan komponen
industri besar. oleh karena itu, demi kemajuan suatu kemitraan di segara
indonesia sendiri, maka makalah ini dibuat agar dapat memberi kejelasan secara
pasti mengenai kemitraan usaha agar dapat diterapkan secara nyata dan konkret.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah


dalam makalah ini adalah “Bagaimana Kemitraan dan Kerjasama dalam
Wirausaha?"

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mendeskripsikan Kemitraan dan Kerjasama
dalam Wirausaha.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Resiko dalam Wirausaha

Memulai suatu bisnis membutuhkan keberanian, tekad, dan manajemen serta


strategi bisnis yang baik. Namun jika Anda telah melakukan semua itu, bukan
berarti jaminan bahwa Anda akan terhindar dari resiko usaha. Dalam
perkembangan dan perjalanan usaha, Anda pasti menghadapi kendala dan
kesulitan, baik yang kecil maupun kendala yang besar. Kendala tersebut biasa
kita kenal sebagai resiko usaha. Selain mendapatkan keuntungan dalam berbisnis,
memiliki usaha berarti siap untuk menerima juga resiko usaha. Bahkan, bagi
suatu usaha yang telah sukses sekalipun, bukan tidak mungkin menghadapi
kendala yang bernama resiko usaha. Resiko usaha memang tidak bisa dipisahkan
serta menjadi kesatuan dari bagian dari suatu bisnis atau usaha. Ketika memiliki
suatu usaha, kerap kali resiko yang muncul tidak hanya disebabkan oleh faktor
individu atau karyawan, namun bisa juga terjadi karena faktor manajemen,
strategi, dan sistem perusahaan yang kurang baik.

Berbicara mengenai resiko usaha ada beberapa tokoh terkenal yang memiliki
quote-quote yang dapat memberikan kita pemahaman yang lebih luas mengenai
resiko usaha. Contohnya ada quote “Life is inherently risky. There is only one
big risk you should avoid at all costs, and that is the risk of doing nothing - Denis
Waitley” yang artinya adalah hidup berkaitan erat dengan resiko, namun satu
resiko besar yang harus dihindari adalah resiko tidak melakukan apa-apa. Atau
quote “Do the one thing you think you cannot do. Fail at it. Try again. Do better
the second time. The only people who never tumble are those who never mount
the high wire. This is your moment. Own it - Oprah Winfrey” yang artinya
adalah Anda harus melakukan hal yang Anda pikir tidak dapat untuk dilakukan,
namun ketika Anda gagal ketika mencobanya, maka Anda harus terus untuk
mencobanya lagi. Anda harus melakukan yang lebih baik daripada percobaan

6
yang pertama. Satu-satunya orang yang tidak pernah jatuh adalah mereka yang
mengalami peningkatan pada saat menghadapi resiko. Manfaatkanlah
kesempatan Anda ini.

Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu pengertian
dari resiko usaha. Resiko usaha adalah suatu bahaya, atau akibat yang
kemungkinan dapat terjadi pada keadaan sebuah usaha yang sedang berlangsung
maupun situasi usaha yang akan datang. Sifat dari resiko usaha itu sendiri adalah
tidak pasti dan sebagian besar menimbulkan kerugian. Resiko usaha merupakan
situasi yang tidak dikehendaki oleh para pelaku bisnis, namun resiko usaha
sendiri selalu tidak bisa dihindarkan. Resiko usaha biasanya muncul karena
faktor pelaku bisnis itu sendiri dan dapat muncul karena kegiatan dan keputusan
yang diambil dalam kegiatan rutinitas sehari-hari. Resiko dapat bersifat pasti
maupun tidak pasti, tergantung dari usaha yang dijalankan dan bagaimana cara
menjalankan usaha tersebut. Selain memahami pengertian Resiko Usaha, ketika
membahas mengenai Resiko Usaha, berarti ada kategori Resiko yang harus
diketahui. Selain itu, ada tips dan contoh usaha yang minim resiko. Semua hal
tersebut akan dibahas dengan menyeluruh dalam artikel mengenai resiko usaha
ini.

1. Definisi Resiko Usaha

Membahas kembali secara mendalam mengenai pengertian resiko usaha.


Kali ini kita akan membahas definisi resiko bisnis menurut pendapat para ahli
atau tokoh yang telah memahami dan mengerti dengan lebih baik serta
berpengalaman mengenai teori resiko usaha. Berdasarkan definisi menurut
Abbas Salim, ada 3 faktor yang mempengaruhi ketidakpastian yang nantinya
akan menyebabkan resiko kerugian. Ketidakpastian tersebut dapat disebabkan
oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Ketidakpastian ekonomi (economoc uncertainly caused).

b. Ketidakpastian yang disebabkan oleh alam (nature uncertainly caused).

7
c. Ketidakpastian yang disebabkan oleh perilaku manusia (human
uncertainly caused).

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, masih terdapat banyak faktor
resiko usaha. Faktor yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya
resiko usaha antara lain adalah dikarenakan oleh faktor perubahan lingkungan,
sosial dan ekonomi, gaya hidup yang meliputi tren pasar atau perkembangan,
kemajuan teknologi, dan budaya. Selain itu dari faktor individu atau sumber
daya manusia, masih terdapat kesalahan strategi dan pemasaran (marketing),
pengambilan keputusan yang tidak tepat, persiapan yang kurang matang,
manajemen serta sistem yang kurang baik dan kurang bertanggung jawab.
Faktor resiko usaha juga dapat menyebabkan kegagalan usaha jika berkaitan
dengan akibat perencanaan yang kurang matang terkait modal usaha, bakat
dan keterampilan yang tidak sesuai atau dipaksakan (tidak cocok dengan
passion), kurang berpengalaman atau masih dalam tahap coba-coba, tidak
memahami bagaimana cara memasarkan produk yang baik dan benar, serta
tidak yakin dan tidak bersemangat dalam berbisnis, maka dari itu tidak akan
memiliki etos kerja yang tinggi.

B. Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian,


pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir, atau bahkan menghapus
risiko yang tidak dapat diterima. Dalam hal ini risiko berhubungan dengan
pendekatan atau metodologi dalam menghadapi ketidakpastian dalam bisnis.
Dalam KBBI arti kata risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan
(merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan. Ketidakpastian ini bisa berupa
ancaman, pengembangan strategi, dan mitigasi risiko. Dalam
perusahaan, manajemen risiko (risk management) adalah suatu proses
perencanaan, pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah
organisasi untuk meminimalisir resiko pendapatan perusahaan.

8
Data merupakan kunci utama dalam pembuatan suatu keputusan. Artinya,
setiap orang yang akan membuat suatu keputusan harus didukung oleh data atau
fakta. Dengan kata lain, seorang yang akan membuat keputusan hendaknya tidak
dipengaruhi oleh berbagai faktor, kecuali faktor yang relevan dengan masalah
yang dihadapi. Untuk itu menurut Casson Hebbert N, seseorang yang akan
membuat suatu keputusan harus melalui teknik prosedur tertentu agar terhindar
dari penggunaan data atau anggapan yang tidak berhubungan langsung dengan
masalah dan mudah untuk ditelurusi kembali dimana letak kesalahannya jika
hasil melenceng dari apa yang diharapkan. Manajemen risiko berkaitan dengan
pengelolaan ketidakpastian. Mengelola ketidakpastian merupakan hal yang
penting dalam menjalankan sebuah usaha. Ketidakpastian yang mungkin terjadi
dalam suatu bisnis/usaha berkaitan dengan kurangnya informasi yang dimiliki
oleh pengelola mengenai apa yang akan terjadi. Ketidakpastian ini memang tidak
selalu merugikan, bahkan kadang bisa menguntungkan. Ketidakpastian yang
menguntungkan bisa disebut sebagai peluang atau opportunity, sedangkan
ketidakpastian yang merugikan biasa disebut risiko atau risk.

Jenis Risiko (Umum) Risiko Murni sering disebut juga sebagai pure risk atau
insurable risk, risiko murni merupakan risiko yang memang hanya memberi
akibat negatif alias merugikan, tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh
dari risiko murni adalah peristiwa kebakaran bangunan kantor. Dalam
manajemen risiko, risiko jenis ini dapat dikelola dengan cara menghindari dan
meminimalkan kerugian dengan asuransi. Risiko Spekulatif. Dikenal juga dengan
nama risiko bisnis (business risk), risiko spekulatif adalah suatu keadaan di mana
perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dan kerugian. Contohnya adalah
investasi. Seorang pengusaha yang menginvestasikan uangnya memiliki dua
kemungkinan, investasinya menguntungkan atau investasinya tidak
menguntungkan. High Risk High Return Bisnis yang memiliki potensi
keuntungan yang tinggi pasti akan memiliki potensi yang tinggi pula akan risiko.

9
Keputusan Anda: memilih keuntungan yang tinggi dengan tingkat risiko tinggi
atau keuntungan rendah dengan tingkat risiko yang rendah.

Manajemen risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian,


pengendalian, dan upaya menghindari, meminimalisir, atau bahkan menghapus
risiko yang tidak dapat diterima. Dalam hal ini risiko berhubungan dengan
pendekatan atau metodologi dalam menghadapi ketidakpastian dalam bisnis.
Dalam KBBI arti kata risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan
(merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan. Ketidakpastian ini bisa berupa
ancaman, pengembangan strategi, dan mitigasi risiko.

Dalam perusahaan, manajemen risiko (risk management) adalah suatu proses


perencanaan, pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah
organisasi untuk meminimalisir resiko pendapatan perusahaan.

Tujuan Manajemen Risiko


Secara umum ada enam tujuan risk management dalam perusahaan atau badan
usaha, diantaranya:
1. Melindungi Perusahaan
Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan
yang bisa menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.
2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang
konsisten atas ririko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam
sebuah perusahaan.
3. Mendorong Manajemen Agar Proaktif
Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi
risiko, dan menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan
bersaing dan kinerja perusahaan.

10
4. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati
Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan demi tercapainya tujuan yang diinginkan
bersama.
5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi
tingkat risiko yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga
berguna dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses risk
management secara berkesinambungan.
6. Sosialisasi Manajemen Risiko
Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk
mensosialisasikan pemahaman tentang risiko dan pentingnya risk
management.

Jenis-jenis Manajemen Risiko

1. Manajemen Risiko Operasional


Manajemen ini berkaitan dengan resiko yang timbul akibat gagal fungsi
proses internal, misalnya karena human error, kegagagalan sistem, faktor luar
seperti bencana dsb. Dalam manejemen resiko operasional, ada empat faktor
penyebab resiko antara lain manusia, proses, sistem dan kejadian eksternal.
Dengan memahami manajemen risiko ini, perusahaan bisa mengambil
langkah preventif atau bahkan sanksi supaya kapasitas produksi dan layanan
terjaga semisal ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
2. Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang mengakibatkan
kebangkrutan dan kerusakan. Ketika kita membahas hazard, tentu kita juga
membahas peril. Resiko perilaku yaitu peristiwa yang bisa menimbulkan
kerugian bisnis. Dalam hal ini ada tiga macam hazard yang harus diketahui,
antara lain legal hazard, physical hazard dan moral hazard.

11
3. Manajemen Resiko Finansial
Manajemen resiko finansial yaitu upaya pengawasan resiko dan perlindungan
hak milik, keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha. Pada prakteknya,
proses pengelolaan resiko ini meliputi identifikasi, evaluasi dan melakukan
pengendalian resiko bila ditemukan hal yang mengancam keberlangsungan
organisasi.

C. Pengertian Kerjasama

Pengertian kerjasama (cooperation) adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh


beberapa orang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Kerjasama merupakan interaksi yang sangat penting bagi kehidupan manusia


karena manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan. Kerjasama bisa
terjadi ketika individu-individu yang bersangkutan mempunyai kepentingan dan
kesadaran yang sama untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan dan kepentingan
bersama.

1. Menurut Para Ahli

Dalam sosiologi, definisi kerja sama adalah bentuk interaksi sosial


dengan sifat asosiatif yang terjadi ketika ada kelompok masyarakat yang
punya pandangan sama untuk mewujudkan tujuan bersama. Berikut adalah
pengertian kerjasama menurut para ahli:

a. Pamudji

Menurut Pamudji, pengertian kerjasama adalah pekerjaan yang dilakukan


dua orang atau lebih dengan melibatkan interaksi antarindividu bekerja
bersama sama sampai terwujud tujuan yang dinamis. Lebih lanjut ia
berpendapat bahwa unsur utama kerjasama ada tiga yakni adanya individu
individu, adanya interaksi dan adanya tujuan yang sama.

12
b. Charles H. Cooley

Seorang ahli bernama Charles H. Cooley berpendapat, kerjasama akan


timbul jika orang menyadari bahwa mereka memiliki kepentingan yang
sama dan sekaligus memiliki pengetahuan yang cukup serta kesadaran
atas diri sendiri untuk memenuhi kepentingan kepentingan tersebut.

c. Rosen

Menurut Rosen, pengertian kerjasama adalah sumber yang dianggap


sangat efisien untuk kualitas pelayanan terutama dalam konteks
kerjasama bidang ekonomi khususnya jual beli.

d. Thomson dan Perry

Menurut Thomson dan Perry, pengertian kerjasama adalah kegiatan yang


mempunyai tingkatan berbeda dimulai dari tahapan koordinasi juga
kooperasi sampai terjadinya kolaborasi dalam suatu kegiatan kerjasama.

e. Tangkilisan

Menurut Tangkilisan, pengertian kerjasama adalah sumber kekuatan yang


muncul dalam sebuah organisasi sehingga bisa mempengaruhi keputusan
juga tindakan organisasi.

D. Teknik Kerjasama Wirausaha

Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan
orang lain. Orang lain akan menutupi kelemahan atau menambah kekuatan kita.
Namun untuk membangun hubungan kerjasama dengan pihak lain bukanlah
perkara mudah. Tidak jarang kegagalan membangun hubungan karena kita tidak
siap, mungkin ini beberapa cara membangun hubungan kerjasama dengan pihak
lain:

13
1. Tentukan tujuan

Tentukan dengan jelas mengapa Anda harus bekerjasama. Apa yang Anda
dapatkan? Apa yang bisa Anda berikan? Saat Anda bisa menjawab pertanyaan
ini Anda bisa mencari pihak yang tepat untuk diajak kerjasama. Hal ini akan
membuat Anda lebih efeketif dan focus pada tujuan Anda.

2. Siapkan profil

Siapkan beberapa materi tentang Anda. gali latar belakang Anda buat menjadi
sebuah cerita tentanga Anda (atau organisasi Anda). temukan hal-hal menarik.
Orang biasanya menyukai cerita. Hal ini cukup menarik ketika Anda mulai
menceritakan “Anda itu siapa”.

3. Buat kesan positif

“Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda” begitu kiranya


sebuah tagline sebuah brand terkenal. Kesan pertama memang sangat penting.
Banyak orang tidak punya banyak waktu. Berikan kesan positif yang apa
adanya. Jangan berlebih-lebihan. Hal ini bisa merusak hubungan dikemudian
hari.

4. Fokus pada kualitas bukan kuantitas

Anda boleh membuat sebanyak mungkin jaringan kerjasama. Namun anda


harus bisa memlih prioritas mana yang bisa anda bangun kualitas
hubungannya. Cari yang benar-benar Anda butuhkan dan memberikan
manfaat lebih banyak. Sesuaikan juga dengan kondisi Anda.

5. Hargai pendapat dan kebiasaan mereka

Setiap orang (atau organisasi) mempunyai kebiasaan dan budaya sendiri.


Hargai pendapat atau kebiasaan mereka. Jangan pernah membandingkan
dengan orang atau organisasi lain yang Anda anggap lebih baik. Sadarilah
setiap orang atau organisasi mempunyai keunikan sendiri.

14
6. Tunjukan antusiasme

Tunjukan bahwa anda sangat senang bisa mengenal orang atau organisasi
tersebut. Lakukan dengan tulus. Cobalah untuk memahami dan mengenal
mereka secara mendalam lebih dahulu. Orang akan lebih senang bila orang
lain mengenal dan mau memahami mereka.

7. Tawarkan bantuan

Jangan ragu untuk menawarkan bantuan. Jika Anda memang merasa sanggup
untuk membantu, mengapa Anda menunggu mereka meminta? Bersikaplah
proaktif. Bantuan yang Anda berikan pasti kembali pada Anda suatu saat
nanti.

E. Tahap-tahap Kerjasama

Moh. Jafar Hafsah (2000), menjelaskan rangkaian tahap-tahap dalam


kerjasama tersebut sebagai berikut:

1. Memulai membangun hubungan dengan calon mitra.

Hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengenal pihak atau orang yang akan
dijadikan calon mitra dengan baik dan tepat. Jangan sampai kita salah
memilih, yang kata peribahasa ibarat “membeli kucing dalam karung”.
Artinya, jangan sampai kita memilih calon mitra yang tidak ketahui
karakternya, kebiasaannya, track recordnya, latar belakangnya, dan
sebagainya. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai calon
mitra ini membutuhkan waktu yang lama dan perlu peran pihak lain yang
dapat membantu kita memberi informasi mengenai calon mitra kita.

2. Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra atau bekerja sama.

Apabila calon mitra kita adalah orang yang telah punya pengalamam
berbisnis, maka kita harus mengetahui bagaimana kemampuan

15
manajemennya, teknologinya, sumber daya manusianya dan sumber daya
finansialnya. Sedangkan, bila calon mitra kita adalah orang yang tidak atau
belum memiliki pengalaman usaha, maka kita pun patut untuk mengetahui
keahlian atau keterampilan serta modal apa yang dimilikinya, sehingga kita
layak mempertimbangkannya sebagai calon mitra usaha kita. Hal di atas
penting, karena kerja sama usaha merupakan kesepakatan yang harus
dijalankan bersama dan menjadi tanggung jawab bersama sesuai dengan
potensi atau kemampuan masing-masing yang diberikan dalam kerja sama
tersebut. Bila kita melihat bahwa calon mitra kita tidak memiliki kemampuan
atau potensi sebagaimana yang kita harapkan, maka kita dapat mencari calon
mitra lainnya. Namun, bila kita melihat calon mitra tersebut telah memenuhi
persyaratan yang kita inginkan, maka kita dapat memutuskan bahwa inilah
calon mitra kita yang tepat.

3. Mengembangkan strategi dan mengenal detail bisnis.

Bila telah ditetapkan calon mitra, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana
mengembangkan strategi usaha. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membagi
tugas dengan pihak yang bermitra sesuai dengan informasi dan kemampuan
yang dimiliki masing-masing. Dengan strategi dan mengenal detail bisnis
yang tepat, maka kita akan dapat mengembangkan usaha secara tepat pula,
sehingga akan mendatangkan keuntungan kedua pihak (win-win solution).

4. Mengembangkan program.

Pengembangan program merupakan langkah yang dilakukan setelah


mengembangkan stategi bisnis dan merupakan rencana taktis yang akan
dilaksanakan. Hal ini kemudian perlu diinformasikan kepada semua pihak
yang akan terlibat dalam kerja sama tersebut, sehingga semua pihak siap
untuk melaksanakannya.

16
5. Memulai pelaksanaan.

Setelah semua siap, barulah usaha dalam bentuk kerja sama atau kemitraan
tersebut dilaksanakan. Dalam awal pelaksanaan perlu dicek kesiapan-kesiapan
serta memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

6. Memonitoring dan mengevaluasi perkembangan.

Selama proses pelaksanaan perlu ada monitoring, sehingga dapat di evaluasi


kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang dihadapi. Dengan
melakukan monitoring dan evaluasi, maka selanjutnya dapat dilakukan
penyesuaian atau perbaikan-perbaikan sebagaimana yang diperlukan.

F. Manajemen Konflik Kerjasama Wirausaha

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan.


Bahkan sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut
dengan konflik. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota
organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru
sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai
pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang berkembang. Menurut Webster
(1966) dalam Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin, istilah “conflict” dalam
bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu
berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Arti kata itu kemudian
berkembang menjadi “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisi atas berbagai
kepentingan”.

Dean G. Pruitt dan Feffrey Z. Rubin memaknai konflik sebagai persepsi


mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest) atau suatu
kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai
secara simultan. Konflik dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan pada
berbagai tingkat kompleksitas. Konflik merupakan sebuah duo yang dinamis.

17
Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi. Pemimpin
organisasi dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul
dapat berdampak positif untuk meningkatkan mutu organisasi. Manajemen
konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar
yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang
akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku
dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.

Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang


diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke
arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir
berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan
ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik
dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah
(dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik
menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana
mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik


merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses.
Minnery (1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik
perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat literatif, artinya
bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus
menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif
dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan
diatas, bahwa manajemen konflik meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan

18
terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi
karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka
dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan
untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan
atau pihak ketiga dalam mengelola konflik

19
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis simpulkan sebagai berikut:

1. Prinsip dasar resiko dalam wirausaha adalah membutuhkan keberanian, tekad,


dan manajemen serta strategi bisnis yang baik.

2. Manajemen risiko berkaitan dengan pengelolaan ketidakpastian. Mengelola


ketidakpastian merupakan hal yang penting dalam menjalankan sebuah usaha.
Ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam suatu bisnis/usaha berkaitan
dengan kurangnya informasi yang dimiliki oleh pengelola mengenai apa yang
akan terjadi.

3. Kerjasama adalah (cooperation) adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh


beberapa orang atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

4. Teknik kerjasama wirausaha yaitu tentukan tujuan, siapkan profil, buat kesan
positif, fokus pada kualitas bukan kuantitas, hargai pendapat dan kebiasaan
mereka, tunjukan antusiasme, dan tawarkan bantuan.

5. Tahap-tahap kerjasama wirausaha yaitu memulai membangun hubungan


dengan calon mitra, mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra atau bekerja
sama, mengembangkan strategi dan mengenal detail bisnis, memulai
pelaksanaan, serta memonitoring dan mengevaluasi perkembangan.

6. Manajemen konflik kerjasama wirausaha adalah serangkaian aksi dan reaksi


antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik
termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang
mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku

20
maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
(interests) dan interpretasi.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dan simpulan di atas, penulis mengemukakan beberapa


saran:

1. Makalah selanjutnya dapat membahas tentang bagaimana terjadinya


kemitraan usaha.

2. Makalah selanjutnya dapat membahas tentang tujuan dari kemitraan usaha

3. Makalah selanjutnya dapat membahas tentang identifikasi dari kemitraan


dalam wirausaha.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asnaini, Evan Setiawan, dan Windi Asriani. (2012). Manajemen Keuangan.

Yogyakarta: BPFE

Astamoen, Moko P. (2008). Entrepreneurship. Bandung: Alfabeta.

Ismatullah, Dedi. (2014). Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia.

22

Anda mungkin juga menyukai