Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

Gizi Kesehatan Masyarakat

“Ketahanan Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya“

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Peminatan Gizi Kesmas

Alvi Syahrin 1711213042


Muhammad Ilham 1711212004

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan terimakasih atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan di dalamnya. Kami berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Gizi Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin


mengumpulkan berbagai informasi yang menyangkut materiKetahanan Pangandan Faktor
yang Mempengaruhinya. Namun, kami menyadari makalah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, kami meminta maaf dan mengharapkan saran dan kritikan dari para
pembaca.Demikianlah makalah ini dibuat, semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi kita semua.

Padang, Oktober 2019

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3

ISI..........................................................................................................................................................3

2.1 Definisi Ketahanan Pangan....................................................................................................3


2.2 Sistem Ketahanan Pangan......................................................................................................3
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan....................................................................7
2.4 Konsep & Indikator Ketahanan Pangan...............................................................................10
BAB III................................................................................................................................................13

PENUTUP...........................................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yanglainnya,


pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang
dapat terjamin. Pangan juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi
oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama seperti yang tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Dalam UU tersebut disebutkan
Pemerintah menyelenggarakan pengaturan,pembinaan, pengendalian dan pengawasan,
sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan penyediaan,
perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak memperoleh
pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu yang aman, bergizi,beragam, merata, dan
terjangkau menurut kemampuan mereka untuk membeli. Ketahanan pangan merupakan
kondisi yang terjadi apabila semua orang secara terus menerus,baik secara fisik, sosial,
dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai/cukup,bergizi, dan aman,
yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup secara
aktif dan sehat. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang hingga saat
ini masih terkenal dengan sebagian besar mata pencaharian penduduknya yaitu sebagai
petani atau bercocok tanam. Kondisi ketahanan pangan di Indonesia pada saat ini
semakinmemburuk, dikarenakan lahan pertanian di Indonesia sudah beralih fungsi dan
kualitas para petani untuk mengolah sumber daya alam yang ada mengalami
penurunan, ketahanan pangan menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Selain
itu,Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi
tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.
Makadari permasalahan tersebut keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat
ditentukan tidak hanya oleh performa salah satu sektor saja tetapi jugaoleh sektor
lainnya. Dengan demikian sinergi antar sektor, sinergi pemerintah dan masyarakat
(termasuk dunia usaha), merupakan kunci keberhasilan pembangunan
ketahanan pangan.

1
Ketahanan Pangan merupakan hak asasi manusia (HAM). Setiap orang berhak
memperoleh makanan yang layak dan sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan
Undang Undang No 18 tahun 2012, yang dimaksud dengan ketahanan pangan adalah
”kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi,merata, dan terjangkau serta tidak bertentangandengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi ketahanan pangan?
2. Apa itu system ketahanan pangan?
3. Apa faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan?
4. Apa indikator ketahanan pangan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ketahanan pangan.
2. Untuk mengetahui system ketahanan pangan.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan.
4. Untuk mengetahui indicator ketahanan pangan.

2
BAB II

ISI

2.1 Definisi Ketahanan Pangan

Menurut Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, Ketahanan Pangan


didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutu, aman, merata dan
terjangkau. Menurut definisi tersebut maka ketahanan pangan sebagai pemenuhan
kondisi-kondisi sebagai berikut :

1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan
ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman,
ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan
kesehatan manusia.
2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari gangguan
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus
tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh
rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

2.2 Sistem Ketahanan Pangan

Secara umum, ketahanan pangan mencakup 4 aspek, yaitu Kecukupan (sufficiency),


akses (access), keterjaminan (security), dan waktu (time) (Baliwaty, 2004). Dengan
adanya aspek tersebut maka ketahanan pangan dipandang menjadi suatu sistem, yang
merupakan rangkaian dari tiga komponen utama yaitu ketersediaan dan stabilitas
pangan (food availability and stability), kemudahan memperoleh pangan (food
accessibility) dan pemanfaatan pangan.
Terwujudnya ketahanan pangan merupakan hasil kerja dari suatu sistem yang terdiri
dari berbagai sub sistem yang saling berinteraksi, yaitu subsistem ketersediaan
mencakup pengaturan kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan. Ketersediaan

3
pangan menyangkut masalah produksi, stok, impor dan ekspor, yang harus dikelola
sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi pangan sebagaian bersifat musiman,
terbatas dan tersebar antar wilayah, pangan yang tersedia bagi keluarga harus cukup
volume dan jenisnya, serta stabil dari waktu ke waktu.
Sementara itu subsistem distribusi mencakup upaya memperlancar proses peredaran
pangan antar wilayah dan antar waktu serta stabilitas harga pangan. Hal ini ditujukan
untuk meningkatkan daya akses masyarakat terhadap pangan yang cukup. Surplus
pangan tingkat wilayah, belum menjamin kecukupan pangan bagi individu atau
masyarakatnya.
Subsistem konsumsi menyangkut pendidikan masyarakat agar mempunyai pengetahuan
gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsi individu secara
optimal sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Konsumsi pangan tanpa memperhatikan
asupan zat gizi yang cukup dan berimbang tidak efektif bagi pembentukan manusia
yang sehat, daya tahan tubuh yang baik, cerdas dan produktif (Thaha, dkk, 2000).

Apabila ketiga subsistem diatas tidak tercapai, maka ketahanan pangan tidak mungkin
terbangun dan akibatnya menimbulkan kerawanan pangan (Suryana, 2003).

Secara rinci penjelasan mengenai sub sistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sub sistem ketersediaan (food availability)
Yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua
orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan
pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi
pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan
yang aktif dan sehat.

4
2. Akses pangan (food access) :
Yaitu kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan sumber daya yang
dimilikinya untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang
dapat diperoleh dari produksi pangannya sendiri, pembelian atau pun melalui
bantuan pangan. Akses rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik
dan sosial. Akses ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga.
Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana distribusi),
sedangkan akses sosial menyangkut tentang preferensi pangan.

3. Penyerapan pangan (food utilization) :


Yaitu penggunaan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan
energi dan gizi, air dan kesehatan lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan

5
tergantung pada pengetahuan rumah tangga atau individu, sanitasi dan ketersediaan
air, fasilitas dan layanan kesehatan, serta penyuluhan gizi dan pemeliharaan balita.
(Rielyet.al , 1999).

4. Stabiltas (stability) :
Merupakan dimensi waktu dari ketahanan pangan yang terbagi dalam kerawanan
pangan kronis (chronic food insecurity) dan kerawanan pangan sementara (transitory
food insecurity). Kerawanan pangan kronis adalah ketidak mampuan untuk
memperoleh kebutuhan pangan setiap saat, sedangkan kerawanan pangan sementara
adalah kerawanan pangan yang terjadi secara sementara yang diakibatkan karena
masalah kekeringan banjir, bencana, maupun konflik sosial. (Maxwell and
Frankenberger 1992).

5. Status gizi (Nutritional status) adalah outcome ketahanan pangan yang merupakan
cerminan dari kualitas hidup seseorang. Umumnya satus gizi ini diukur dengan
angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian bayi.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan

1. Lahan
Menurut Badan Pertanahan Nasional, tiap tahun terjadi konversi lahan sawah sebesar
100.000 ha (termasuk 35.000 hektare lahan beririgasi). Masalah lahan pertanian akibat
konversi yang tidak bisa dibendung menjadi tambah serius akibat distribusi lahan yang

6
timpang. Ini ditambah lagi dengan pertumbuhan penduduk di perdesaan akan hanya
menambah jumlah petani gurem atau petani yang tidak memiliki lahan sendiri atau
dengan lahan yang sangat kecil yang tidak mungkin menghasilkan produksi yang
optimal, akan semakin banyak. Lahan pertanian yang semakin terbatas juga akan
menaikan harga jual atau sewa lahan, sehingga hanya sedikit petani yang mampu
membeli atau menyewanya, dan akibatnya, kepincangan dalam distribusi lahan tambah
besar. Selain konversi lahan dan distribusinya yang pincang, tingginya laju degradasi
lahan juga merupakan masalah serius. Hasil penghitungan dari Deptan menunjukkan
bahwa luas lahan kritis meningkat hingga 2,8 juta ha rata-rata per tahun. Sehingga
membuat semakin banyak lahan yang kritis dan semakin berkurang suplai air irigasi.
Hal ini disebabkan kerusakan fungsi daerah tangkapan air, untuk memberikan suplai air
yang seimbang, baik pada musim kemarau maupun hujan. Saat ini, dari 62 waduk besar
dan kecil di seluruh Jawa, hanya 3 yang volume airnya melebihi ambang batas.

2. Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur pertanian menjadi syarat penting guna mendukung
pertanian yang maju. Contohnya di Jepang, survei infrastruktur selalu dilakukan untuk
menjamin kelancaran distribusi produk pertanian. Perbaikan infrastruktur di negara
maju ini terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala penyaluran produk pertanian,
yang berarti juga tidak mengganggu atau mengganggu arus pendapatan ke petani.
Irigasi (termasuk waduk sebagai sumber air) merupakan bagian terpenting dari
infrastruktur pertanian. Ketersediaan jaringan irigasi yang baik, dalam pengertian tidak
hanya kuantitas tetapi juga kualitas, dapat meningkatkan volume produksi dan kualitas
komoditas pertanian, terutama tanaman pangan, secara signifikan. Jaringan irigasi yang
baik akan mendorong peningkatan indeks pertanaman.

3. Teknologi, Keahlian dan Wawasan


Ada sejumlah indikator atau semacam proxy untuk mengukur tingkat penguasaan
teknologi oleh petani. Salah satunya adalah pemakaian traktor. Sebenarnya, laju
pertumbuhan pemakaian traktor untuk semua ukuran, baik yang dua maupun empat ban
(diukur dalam tenaga kuda yang tersedia), di Indonesia pernah mengalami suatu
peningkatan dari sekitar 7,5% per tahun sebelum era revolusi hijau (pra 1970-an) ke
sekitar 14,3% per tahun selama pelaksanaan strategi tersebut. Namun demikian,
pemakaian input ini per hektarnya di Indonesia tetap kecil dibandingkan di negara-

7
negara Asia lainnya tersebut; terkecuali China yang kurang lebih sama seperti
Indonesia. Hal ini bisa memberi kesan bahwa tingkat mekanisasi dari pertanian
Indonesia masih relatif rendah, walaupun pemerintah telah berupaya meningkatkannya
selama revolusi hijau. Pemakaian traktor yang tumbuh sangat pesat adalah Vietnam
yang laju pertumbuhannya mengalami suatu akselerasi tinggi menjelang pertengahan
dekade 90an. Pemerintah sangat menyadari bahwa salah satu cara yang efektif untuk
meningkatkan produktivitas pertanian adalah lewat peningkatan mekanisasi dalam
proses produksi dan salah satunya dengan menggantikan tenaga binatang dengan
traktor. Di sektor pertanian di India dan Thailand, traktorisasi juga sangat konsisten
dengan perluasan lahan irigasi teknis. Maka dapat dikatakan bahwa semakin
berpendidikan petani-petani di suatu wilayah semakin banyak penggunaan traktor (dan
alat-alat pertanian modern lainnya) di wilayah tersebut, ceteris paribus, faktor-faktor
lainnya mendukung. Dalam kata lain, tingkat pengetahuan petani, selain faktor-faktor
lain seperti ketersedian dana, merupakan suatu pendorong penting bagi kelancaran atau
keberhasilan dari proses modernisasi pertanian.

4. Energy
Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan
tidak langsung. Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak
(BBM) yang digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam
menggunakan traktor. Sedangkan lewat jalur tidak langsung adalah energi yang
digunakan oleh pabrik pupuk dan pabrik yang membuat input-input lainnya dan alat-
alat transportasi dan komunikasi.

5. Dana
Penyebab lainnya yang membuat rapuhnya ketahanan pangan di Indonesia adalah
keterbatasan dana. Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit
mendapat kredit dari perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia. Bahkan
kekurangan modal juga menjadi penyebab banyak petani tidak mempunyai mesin giling
sendiri. Padahal jika petani punya mesin sendiri, berarti rantai distribusi tambah pendek
yang berarti juga kesempatan lebih besar bagi petani untuk mendapatkan lebih banyak
penghasilan.

6. Lingkungan fisik atau iklim

8
Pertanian, terutama pertanian pangan, merupakan sektor yang paling rentan terkena
dampak perubahan iklim, khususnya yang mengakibatkan musim kering
berkepanjangan, mengingat pertanian pangan di Indonesia masih sangat mengandalkan
pada pertanian sawah yang berarti sangat memerlukan air yang tidak sedikit. Dampak
langsung dari pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia adalah penurunan
produktivitas dan tingkat produksi sebagai akibat terganggunya siklus air karena
perubahan pola hujan dan meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim yang
mengakibatkan pergeseran waktu, musim, dan pola tanam.

7. Relasi kerja
Relasi kerja akan menentukan proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi kepada para
pelaku ekonomi di pedesaan, dalam kata lain, pola relasi kerja yang ada di sektor
pertanian akan sangat menentukan apakah petani akan menikmati atau tidak hasil
pertaniannya. Salah satu indikator atau proxy yang dapat digunakan untuk mengukur
hasil yang dinikmati oleh petani adalah nilai tukar petani (NTP), yang diperoleh dari
perbandingan indeks harga yang diterima petani (IT) terhadap indeks harga yang
dibayar petani (IB).

8. Ketersediaan input lainnya


Keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus merupakan hambatan serius
bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini dilihat
dari ketersediaan input lainnya. Walaupun niatnya jelas, namun dalam implementasi di
lapangan, pemerintah selama ini kelihatan kurang konsisten dalam usahanya memenuhi
pupuk bersubsidi untuk petani agar ketahanan pangan tidak terganggu. Tanpa
ketersediaan sarana produksi pertanian, termasuk pupuk dalam jumlah memadai dan
dengan kualitas baik dan relatif murah, sulit diharapkan petani, yang pada umumnya
miskin, akan mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian.

2.4 Konsep & Indikator Ketahanan Pangan

Seringkali ketahanan pangan diidentikkan dengan suatu keadaan dimana pangan


tersedia bagi setiap individu dimana saja baik secara fisik, maupun ekonomi. Ada tiga
aspek yang menjadi indikator ketahanan pangan suatu wilayah, yaitu sektor
ketersediaan pangan, stabilitas ekonomi (harga) pangan, dan akses fisik maupun

9
ekonomi bagi setiap individu untuk mendapatkan pangan. Definisi mengenai ketahanan
pangan (food security) memiliki perbedaan dalam tiap konteks waktu dan tempat.
Istilah ketahanan pangan sebagai sebuah kebijakan ini pertama kali dikenal pada saat
World Food Summit tahun 1974 . Setelah itu, ada banyak sekali perkembangan definisi
konseptual maupun teoritis dari ketahanan pangan dan hal-hal yang terkait dengan
ketahanan pangan. Diantaranya, Maxwell , mencoba menelusuri perubahan-perubahan
definisi tentang ketahanan pangan sejak World Food Summit tahun 1974 hingga
pertengahan dekade 1990-an. Menurutnya, perubahan yang terjadi yang menjelaskan
mengenai konsep ketahanan pangan, dapat terjadi pada level global, nasional, skala
rumah tangga, dan bahkan individu. Perkembangannya terlihat dari perspektif pangan
sebagai kebutuhan dasar (food first perspective) hingga pada perspektif penghidupan
(livelihood perspective) dan dari indikator-indikator objektif ke persepsi yang lebih
subjektif.
Maxwell dan Slatter pun turut menganalisis diskursus mengenai definisi ketahanan
pangan tersebut. Mereka menemukan bahwa ketahanan pangan berubah sedemikian
cepatnya dari fokus terhadap ketersediaan-penyediaan (supply and availability)
keperspektif hak dan akses (entitlements). Sejak tahun 1980-an, diskursus global
ketahanan pangan didominasi oleh hak atas pangan (food entitlements), resiko dan
kerentanan (vulnerability). Secara formal, setidaknya ada lima organisasi internasional
yang memberikan definisi mengenai ketahanan pangan.
Ketahanan pangan harus dilihat sebagai suatu sistem. Dari segi ekonomi, ketahanan
pangan terdiri dari tiga subsistem yang saling terkait. Tiga subsistem tersebut, yaitu
pasokan, distribusi, dan konsumsi. Dari segi kelembagaan, ketahanan pangan tercapai
melalui sinergi antara subsistem individu atau keluarga, subsistem masyarakat, dan
subsistem pemerintah. Mekanisme subsistem ini dihubungkan dengan berbagai aspek
pembangunan lain seperti pertanian, transportasi, teknologi, sumberdaya alam dan
lingkungan, perdagangan, kesehatan, dan pendidikan. Oleh karena itu, ketahanan
pangan bukan hanya sekedar pemenuhan produksi makanan, tetapi merupakan
persoalan yang lebih kompleks, yang memiliki perspektif pembangunan dan ekonomi
politik. Maxwel pun mengemukakan bahwa setidaknya terdapat empat elemen
ketahanan pangan berkelanjutan (sustainable food security) di level keluarga, yaitu:

a) Kecukupan pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan unutk
kehidupan yang aktif dan sehat.

1
0
b) Akses atas pangan, yang didefinisikan sebagai hak (entitlements) untuk berproduksi,
membeli atau menukarkan pangan ataupun menerima sebagai pemberian.
c) Ketahanan yang didefinisikan sebagai keseimbangan antara kerentanan, resiko, dan
jaminan pengaman sosial.
d) Fungsi waktu manakala ketahanan pangan dapat bersifat kronis/kritis, transisi,
dan/atau siklus. Pencapaian ketahanan pangan pun bisa diukur dengan menggunakan
dua indikator yang dirumuskan oleh Maxwell dan Frankenberger , yaitu:
1. Indikator Proses
a. Indikator ketersediaan, yaitu indikator yang berkaitan dengan produksi pertanian,
iklim, akses terhadap sumberdaya alam, praktik pengelolaan lahan,
pengembangan institusi, pasar, konflik regional, dan kerusuhan sosial.
b. Indikator akses pangan, yaitu indikator yang meliputi sumber pendapatan, akses
terhadap kredit modal, dan strategi rumah tangga unutk memenuhi kebutuhan
pangan.
2. Indikator Dampak
a. Indikator langsung, yaitu konsumsi dan frekuensi pangan.
b. Indikator tidak langsung, yaitu penyimpangan pangan dan status gizi.

Ketahanan pangan suatu negara sangat erat kaitannya dan berpengaruh besar terhadap
sektor produksi yang kemudian berpengaruh pada devisa negara, yang akan
dimanfaatkan dalam sektor ekspornya, dan akan berdampak pada pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Selain itu, ketahanan pangan pun sangat erat kaitannya dengan
kebijakan-kebijakan politik suatu negara, tentang persetujuan kerja sama antar aktor
dalam sektor pangan, kebijakan-kebijakan pembangunan, dan pengelolaan
sumberdaya alam berkelanjutan dalam suatu sistem.
Dalam bidang ekonomi politik, konsep ketahanan pangan diharapkan menjadi suatu
solusi kemiskinan. Kemiskinan kini telah menjadi perhatian utama dunia
internasional, bisa dibuktikan dari dijadikannya semangat “pemberantasan
kemiskinan” sebagai target utama Millenium Development Goals (MDGs).

1
1
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,  Ketahanan Pangan
didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau.

Menurut FAO tahun 1992 Ketahanan Pangan adalah situasi di mana semua orang dalam
segala waktu memiliki kecukupan jumlah atas pangan yang aman (safe) dan bergizi demi
kehidupan yang sehat dan aktif. Secara umum, ketahanan pangan adalah adanya jaminan
bahwa kebutuhan pangan dan gizi setiap penduduk adalah sebagai  syarat utama dalam
mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang tercukupi (Sitanggang dan Marbun,
2007).

3.2 Saran
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, penulis selanjutnya
diharapkan dapat memaparkan materi ini lebih dalam dan lebih baik agar pembaca dapat
tercerdasi dan sadar tentang pentingnyaketahanan pangan dan faktor yang
mempengaruhinya.

1
2
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/8345749/MAKALAH_KETAHANAN_PANGAN_DI_INDONESIA

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2014/05/18/kondisi-ketahanan-pangan-indonesia-saat-
ini-657635.html

http://www.academia.edu/8345927/ANALISIS_STRATEGI_KETAHANAN_PANGAN_INDONESIA_DAN_
RENCANA_STRATEGI_SWASEMBADA_BERAS

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=134451&val=5639

1
3

Anda mungkin juga menyukai