Kel.2 MAKALAH KPK3
Kel.2 MAKALAH KPK3
Oleh :
Kelompok II
SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata ajar kuliah
keperawatan pasien keselamatan kesehatan kerja dalam keperawatan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER........................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 4
1.1 Latar Belakang....................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................. 5
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
pedoman yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan PERMENKES No.
1691/MENKES/PE/VIII/ 2011 tentang keselamatan pasien.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
2. Identifikasi dan belajar dari kesalahan yang terjadi dengan
mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan pada setiap kejadian
yang ada.
3. Meningkatkan standar kerja dan standar harapan untuk meningkatkan
keselamatan melalui pembelajaran dari kesalahan.
4. Mengimplementasikan sistem keselamatan pada organisasi untuk
menjamin praktik yang aman pada setiap tingkat pelayanan.
7
peningkatan spesifik dalam keselamatan pasien. Ada enam sasaran
keselamatan pasien di rumah sakit :
1. Ketepatan identifikasi, kesalahan karena salah pasien sebenarnya terjadi
pada semua aspek diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat
mengarahkan kesalahan dalam mengidentifikasi pasien adalah pasien
yang dalam keadaan terbius/tersedasi, mengalami disorientasi atau tidak
sadar sepenuhnya, mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi dalam
rumah sakit, mungkin mengalami disabilitas sensori atau akibat situasi
lain.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif, komunikasi efektif yang tepat
waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh penerima akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat secara eletronik, lisan atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
yang diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon.
Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit
pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan cito.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, apabila obat-obatan
adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan
manajemen yang benar penting utnuk memastikan keselamatan pasien.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai adalah obat yang presentasinya tinggi
dalam menyebabkan terjadinya kesalahan, obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, demikian pula obat-obatan
yang tampak mirip atau penyebutannya mirip.
4. Kepastian lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, salah lokasi atau
salah prosedur maupun salah pasien operasi adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara
anggota tim bedah. Misalnya, tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi dan tidak ada prosedur untuk memverifikasi lokasi
8
operasi. Di samping itu assessment pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang rekam medis yang tidak adekuat.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan, pencegahan dan
pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam kebanyakan
tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan biaya untuk mengatasi
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Infeksi
umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih terkait kateter, infeksi aliran darah dan pneumonia.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh, program ini memonitor baik
konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja terhadap
langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi resiko jatuh.
Misalnya penggunaan yang tidak benar dari alat pembatasan asupan
cairan bisa menyebabkan cidera, sirkulasi yang terganggu. Program
tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
9
2.1.6 Model Budaya Keselamatan Pasien
Model DISC (Design for Integrated Safety Culture) menjelaskan unsur-
unsur dari suatu organisasi yang memiliki potensi baik keselamatan pasien.
Menurut model DISC, organisasi memiliki potensi yang baik untuk
keselamatan ketika memenuhi kriteria sebagai berikut dalam kegiatan
organisasi :
1. Keselamatan adalah nilai utama dalam organisasi dalam mengambil
keputusan dan kegiatan sehari-hari.
2. Keselamatan ini dipahami sebagai fenomena yang kompleks dan
sistemik.
3. Bahaya dan persyaratan tugas dipahami secara menyeluruh.
4. Organisasi sadar dalam praktik pelayanan kesehatannya.
5. Tanggung jawab akan fungsi yang aman dari seluruh sistem.
6. Kegiatan diselenggarakan secara teratur.
Model DISC ini berfokus pada pentingnya pengetahuan dan pemahaman
tentang keselamatan dan fungsi dari model DISC ini adalah organisasi
tertentu diperlukan untuk mengembangkan taraf keselamatan yang tinggi
dalam suatu organisasi termasuk manajemen bahaya, praktik menejemen
kompetensi, proaktif mengembangkan keselamatan, dan praktek kerja
menejemen kondisi. Budaya keselamatan mempengaruhi keselamatan pasien
dengan memotivasi pegawai dalam memilih kebiasaan yang meningkatkan
dibandingkan yang menurunkan keselamatan pasien (Nieva and Sorra, 2003).
Langkah pertama menuju keselamatan pasien adalah membangun budaya
keselamatan pasien (Singer at el, 2003).
10
atau WHO dan JTC bekerja sama merumuskan sembilan solusi keselamatan
pasien untuk menyelamatkan jiwa pasien yaitu :
1. Memperhatikan nama obat, rupa dan ucapain mirip (look-alike, sound-
alike, and medications names).
2. Memastikan identifikasi pasien.
3. Berkomunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien.
4. Memastikan tindakan yang benar dan letak anggota tubuh yang benar
saat dilakukan terapi.
5. Mengendalikan cairan elektrolit pelat (concentrated).
6. Memastikan kebenaran pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
7. Menghindari salah kateter dan salah sambung selang (tube).
8. Menggunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Meningkatkan kesebersihan tangan untuk pencegahan infeksi
nosokomial.
11
pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan
pasien juga.
4. Make date capture a priority, dibutuhkan sistem pencatatan data yang
lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan kualitas dari
waktu ke waktu.
5. Use systems-wide approache, keselamatan pasien bukan tanggung jawab
individual. Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung
yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan
peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien. Tetapi
jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh ke dalam
sistem yang berlaku di rumah sakit, maka peningkatan yang terjadi hanya
bersifat sementara.
6. Build implementation knowledge, staf juga membutuhkan motivasi dan
dukungan unutk mengembangkan metodologi, sistem berfikir, dan
implementasi program. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam
kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan sesudah
lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.
7. Involve patients in safety effors, keterlibatan pasien dalam pengembangan
patient safety terbukti dapat memberikan pengaruh yang positif.
Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus berkembang.
8. Develop top- class patients safety leaders, prioritas keselamatan pasien,
pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data berkualitas tinggi,
mendorong budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan
melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang
bisa tercapai dalam sekejap. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim
yang kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk
tercapainya tujuan pengembangan budaya patients safety.
12
BAB 3
SKENARIO KASUS
3. 1. Skenario kasus I
Jakarta- akhir Januari setahhun lalu, seorang wartawan lepas bernama EW
meninggal dunia karena penyakit malaria taka da yang salah dengan penanganan
dokter yang dilakukan terhadapnya. Sayangnya, tim dokter Cempaka Putih yang
menanganinya mengaku penanganan medis yang dilakukan mereka tidak optimal
lantaran si pasien terlambat dibawa ke RS tersebut. Keterlambatan itu sendiri
disebabkan, sebelumnya almarhum di bawa ke RS Haji Pondok Gede yang salah
mendiagnosa penyakit pasien tersebut. Penyakit malaria yang dideritanya
didagnosa sebagai penyakit tifus yang otomatis ditangani dengan standar medis
untuk penderita penyakit tifus.
Malang tak dapat dihindari akibat dari salah penanganan tersebut. Namun,
sang istri yang juga seorang wartawati di situs berita detik.com merelakan
kepergian si sauami. Meski, diyakini apa yang dialami oleh pasangan hidupnya itu
adalah malpraktek dalam dunia kedokteran.
3. 2. Skenario kasus II
Anda (Ns Y) seorang perawat disutau ruang penyakit dalam dan bertanggung
jawab merawat 6 pasien. Saat anda memberiakn suntikan pada Tn A, pasien anda
yang lain (Tn D) ingin ke kamar mandi dan langsung bangun dari tempat tidur.
Karena belum stabil, Tn D jatuh dari tempat tidur.
Melihat hal itu, anda lengah dan tangan anda tertusuk jarum suntuk saat
menyuntik Tn A. bagaimana pendata saudara tentang peristiwa yang dialami Ns.Y
? strategi apa yang harus saudara perhatikan untuk mencegah hal tersebut ?
SOLUSI KASUS
Kejadian – kejadian diatas termasuk kejadian yang tidak diinginkan / KTD, yang
seharusnya bisa dihindari apabila benar – benar memperhatikan tujuh elemen patient
safety, serta menerapkan Sembilan solusi Life Saving Keselamatan Pasien di Rumah
sakit dengan banar. Pada kasus diatas beberapa dari sembilan solusi Life – Saving
Keselamatan pasien di Rumah Sakit yang bisa diterapkan adalah :
13
1. Memastikan identifikasi pasien
2. Berkomunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien
BAB 4
KESIMPULAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Aboul- Fotouh, A., M., Ismail, N, A., EzElarab, H. S, & Wasif, G. O. (2012).
Assessment of patient safety culture among care providers at a teaching hospital in
Cairo Egypt. Eastern Mediterranean Health Journal, 18(4), 372-377.
Armellino, D., Griffin, M. T. Q., & Fitzpatrick, J.J. (2010). Structural empowerment
and patient safety culture among registered nurses working in adult critical care
15
units. (article). Journal Of Nursing Management, 18(7), 796-803 doi:
101111/j.1365 -2834.2010.01130.x.
Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
El – Jardali, F Dimassi, H., Jamal, D. Jaafar, M., & Hemadeh, N (2011). Predictors and
outcomes of patient safety culture in hospital. BMC Health Service Research, 11,
45 – 45, doi: 10.1186/1472-6963-11-45.
Fleming, M., & Wentzell, N. (2008). Patient safet culture improvement tool :
Development and guidelines for use. Healthcare Quarterly, 11, 10 – 15. Doi:
10.12927/hcq.2013.19604.
Goras, C., Wallentin, F, Y., Nilsson, U., & Ehrenberg, A. (2013). Swedish translation
and psychometric testing of the safety attitudes questionnaire (operating room
version). BMC Health Service Research, 13, 104-104, doi: 10.1186/1472-6963-
13- 104.
Kaufman, G., & McCaughan, D. (2013). The effect of organizational culture on patient
safety. Nursing Standart, 27(43), 50 – 56.
KKP – RS. (2008). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IK). Jakarta.
KKP-RS.
McGuire, M. J., Noronha, G., Samal, L., Yeh, H.-C., Croccetti, S., & Kravet, S. (2013).
Patient safety perceptions of primary care providers after implementations of an
alectronic medical record system. Journal Of General Internal Medicine, 28(2),
184 – 192, doi:10.1007/s11606-012-2153-y.
Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011. Jakarta. 2011.
National Patient Safety Agency (NPSA). (2004). Seven step to patient safety : the full
refrence guide. London : national Patient Safety Agency
16