Anda di halaman 1dari 6

Kasongan adalah nama dukuh atau kampung

yang secara administrative termasuk


desa/kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta atau 7 km di selatan Kodya
Yogyakarta. Dukuh ini tak ada bedanya dengan
Tembikar kasongan dukuh di sekitarnya yang kehidupan
masyarakatnya dari mengolah tanah pertanian,
Paduan Teknologi dan hidupnya sederhana, rukun dan semangat
gotong-royongnya sangat kuat dan lain-lain sifat
hidup pedesaan ada di sana
Seni Tradisional
Alat-alat dapur
Alat-alat dapur sebagai benda pakai inilah rupanya
hasil-hasl tertua, yang kegunaannya memang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik
rumah tangga, sosial maupun kehidupan spiritual.
Benda-benda itu antara lain:
1. Anglo atau keren
2. Kwali atau belanga
3. Kendhil atau periuk
4. Pengaron
5. Genuk
6. Klenting atau jun
7. Genthong
8. Kendhi
9. Layah, cowek, cuwo, lemper

Tradisi pembuatan tembikar semacam ini juga masih


terdapat di mana-mana, tetapi Kasongan mernang
mempunyai ciri-ciri serta model-model tertentu yang
banyak penggemarnya baik di desa, di kota-kota
bahkan para wisatawan asing. Pada umumnya
w i s a t a w a n ti d a k p u a s h a n y a d e n g a n m e m b e l i h a s i l
karya masyarakat Kasongan itu di toko-toko sovenir di
kota Yogyakarta khususnya, tetapi banyak pula yang
berusaha mengunjungi tempat pembuatannya.
SUMBER ARTIKEL
TEMBIKAR KASONGAN PADUAN
TEKNOLOGI DAN SENI TRADISIONAL
Penulis
 juniawandahlan
 -
March 22, 2017
0
2455
  

Link : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mkn/tembikar-kasongan-paduan-teknologi-dan-
seni-tradisional/
Kasongan  adalah nama dukuh atau kampung yang secara administrative termasuk desa/kelurahan Bangunjiwo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta atau 7 km di selatan Kodya Yogyakarta.
Dukuh ini tak ada bedanya dengan dukuh di sekitarnya yang kehidupan masyarakatnya dari mengolah tanah
pertanian, hidupnya sederhana, rukun dan semangat gotong-royongnya sangat kuat dan lain-lain sifat hidup
pedesaan ada di sana.

Mengapa namanya mencuat, dikenal di mana-rnana, bahkan orang luar negeri pun mengenalnya? Tidak lain,
berkat ketekunannya “mengolah tanah” dijadikan tembikar  atau gerabah,  yakni barang pecah belah tradisional
yang dibuat dari tanah liat bakar, suatu kemahiran turun-temurun yang diwarisi dalam masyarakat sejak masa
prasejarah yang dipertahankan dan dikembangkan terus hingga sekarang.

Tradisi pembuatan tembikar semacam ini juga masih terdapat di mana-mana, tetapi Kasongan mernang
mempunyai ciri-ciri serta model-model tertentu yang banyak penggemarnya baik di desa, di kota-kota bahkan
para wisatawan asing. Pada umumnya wisatawan tidak puas hanya dengan membeli hasil karya masyarakat
Kasongan itu di toko-toko sovenir di kota Yogyakarta khususnya, tetapi banyak pula yang berusaha mengunjungi
tempat pembuatannya.

Berbagai Bentuk Tembikar Kasongan

Tidak seorang pun pengrajin tembikar di dukuh Kasongan dan ± 12 dukuh lain di sekitarnya mengetahui asal-usul
dan sejak kapan kegiatan membuat tembikar di sana dimulai. Yang diketahui oleh ± 171 orang pengrajin itu
hanyalah bahwa bukan hanya ibunya, neneknya pun sudah pandai membuat gerabah. Barang-barang yang
dihasilkan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni alat dapur, bahan bangunan  dan barang hiasan.  Alat
dapur banyak jenisnya dan terutama dibuat oleh kaum ibu. Bahan bangunan terutama berupa genteng dan bata,
pembuatannya terutama kaum bapak, sedangkan benda hias terutama oleh generasi muda yang kreatif.
Alat-alat dapur

Alat-alat dapur sebagai benda pakai inilah rupanya hasil-hasl tertua, yang kegunaannya memang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, baik rumah tangga, sosial maupun kehidupan spiritual. Benda-benda itu
antara lain:

1. Anglo  atau keren,  berfungsi sebagai tungku yang dapat dipindah- Dibuat berukuran besar, sedang dan
kecil menurut keperluan. Yang kecil antara lain untuk mere bus lilin pembatik, ternpat membakar
kemenyan (dupa), tempat pembakar pengharum ruangan dan lain-lain.
2. Kwali  atau belanga, tempat masak sayur, merebus singkong dan hasil bumi lain, ada yang besar ada
yang kecil, ada yang bertutup dan ada yang tidak.
3. Kendhil  atau periuk, sejenis kwali, tetapi agak kecil dan tinggi, umumnya untuk menanak nasi (ngliwet),
merebus jamu dan lain-lain.
4. Pengaron,  Iebih besar dan tebal dari kwali, untuk mencuci piring, cangkir dan lain-lain, serta untuk
tempat penyimpanan air.
5. Genuk,  tempat menyimpan beras, ada sejenis genuk yang dibuat kecil bertutup, untuk tempat ari–
ari  (placenta) bayi, yang dengan upacara tertentu dikubur atau dihanyutkan di sungai/laut.
6. Klenting  atau jun,  alat untuk tempat air yang dipindahkan dari sumbernya ke rumah dengan cara
digendong atau dipikul.
7. Genthong,  tempat persediaan air yang diisi dengan klenting dan digayung dengan siwur  atau gayung
dari tempurung kelapa yang diberi tangkai. Padasan  adalah gentong berpancuran, untuk ambil air
sembahyang (wudhu).
8. Kendhi,  tempat penyimpanan air minum (matang atau mentah) rasanya dingin, segar, ditaruh di
atas sosok  atau mej Dalam perkembangannyakendi banyak bervariasi.
9. Layah, cowek, cuwo, lemper,  dan lain-lain adalah sejenis mangkuk atau piring untuk berbagai keperluan
masak dan menghidangkan masakan.

  Benda-benda hiasan

Benda-benda pakai ada yang dibuat dengan cermat sehingga bernilai seni. Di samping itu ada benda-benda yang
memang dibuat untuk hiasan, pajangan  yang bernilai seni. Hasil yang berupa benda-benda pajangan yang artistik
inilah yang memacu kegiatan seniman pengrajin tembikar Kasongan dan berakibat mencuatnya nama Kasongan
sebagai tempat penghasil seni kerajinan tembikar Kasongan dan kini banyak ditangani oleh angkatan muda yang
kreatif. Benda-benda yang dihasilkan antara lain :

1. Pot kembang gantung, bermacam-macam bentuknya.


2. vas kembang berukir.
3. celengan, bermacam-macam bentuk.
4. patung naga keraton, ciri khasnya bermahkota.
5. patung naga bertarung dengan garuda.
6. patung binatang-binatang lain seperti singa, buaya, harimau, kuda, kambing, anjing, kera, kodok dan
lain-lain.
7. patung makhluk ajaib seperti naga, kirin, setan gundul, dan lain- lain.
8. patung pengantin. kuda kepang.

Teknologi Tembikar Kasongan

Teknologi tembikar kasongan mulai dari pengetahuan tentang bahan, pengolahan bahan, cara membuat
tembikar, cara pengeringan, cara pembakaran, bahan bakar, sarana transportasi semua serba tradisional,
sederhana, sehingga terasa adanya kelemahan-kelemahan terutama mudah pecah/patah,
Untuk mewujudkan bentuk-bentuk tertentu seorang pengrajin dibantu dengan alat putar yang mereka
sebut perbot.  Bahannya terdiri dari tanah liat (berwarna coklat kemerahan atau hitam) dicampur pasir yang
semuanya mereka temukan di sekitar tempat tinggalnya. Campuran ini setelah diberi air di lumatkan dengan kaki
seperti halnya membuat genting atau bata. Setelah dibentuk, bahan dipadatkan dengan palu  dan tatap  kemudian
dihaluskan dengan kerik.

Setelah diangin-anginkan ± 3 hari, la1u dijemur ± 7 hari, baru ditimbun lalu dibakar selama ± 4 jam tanpa
tungku dengan bahan bakar daun kering, jerami atau kayu bakar. Pembakaran dilakukan di tempat terbuka.
Hasilnya dijajakan dengan digendong, dipikul, diangkut dengan sepeda, baru kemudian dengantruk untuk
pengiriman ke tempat yang lebih jauh.

Pembinaan dan Pengembangan

Sekarang sudah mulai timbul kesadaran banyak pihak untuk melestarikan dan mengembangkan kemampuan
budaya tradisional kita seperti halnya seni kerajinan tembikar Kasongan. Para seniman banyak mendorong untuk
memacu kreativitas, terutama benda-benda pajangan.

Pihak Pemerintah maupun Perindustrian terus memberikan bimbingan penyuluhan dan dorongan untuk
menghasilkan benda-benda yang bermutu dan yang dapat dipasarkan secara luas. Dorongan itu antara lain
dengan mengadakan pameran-pameran di kota-kota besar, yang ternyata hasilnya memang mengagumkan.
Pameran di luar negeri pun pernah diselenggarakan. Karena minat konsumen tergugah, penggemar makin luas,
maka semangat kaum muda di Kasongan dan sekitarnya tergugah. Hal ini tentunya sangat menggembirakan dan
semoga tidak hanya berhentisampai di sini saja. Dengan modal kemahiran dan pengalaman yang kita warisi dari
nenek moyang itu marilah kita songsong hari depan yang lebih gemilang.

Anda mungkin juga menyukai