Skripsi Tatik Mulyani (23010150222) PDF
Skripsi Tatik Mulyani (23010150222) PDF
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendididikan (S.Pd)
Oleh:
TATIK MULYANI
NIM 23010150222
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendididikan (S.Pd)
Oleh:
TATIK MULYANI
NIM 23010150222
i
ii
iii
iv
MOTTO
َع ْون
ُ ار
ِ س ِ ال ِخ ِر َو َيأ ْ ُم ُر ْونَ ِب ْال َم ْع ُر ْو
َ ُف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوي يُؤْ ِمنُ ْونَ ِبالل ِه َو ْال َي ْو ِم ْ ا
”Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt. atas segala limpahan rahmat serta
1. Kedua orangtua tersayang, Bapak Muhammad Saziqin dan Ibu Susmiyati yang telah
membesarkan dan mendidik dengan penuh kesabaran dan ketabahan, yang tiada hentinya
selalu memberikan dukungan, bimbingan, dan motivasi serta kasih sayang yang begitu
2. Kakak-kakak tercinta, Islakhun, Budi Santoso dan kakak ipar Mukminatul Khoiriyah dan
Muslimah Shanti yang memberikan nasihat dan doa untuk penulis serta adik-adik
tersayang, Faqih Muhammad dan Ridwan Siddiq yang selalu memberikan semangat dan
3. Keluarga besarku yang ikut andil dalam memberikan semangat dan dukungan bagi penulis
4. Bapak K.H Nur Badri dan Ibu Nyai Hj. Lilik Khanifah selaku pengasuh Pondok Pesantren
5. Bapak K.H Zoemri RWS (Alm) dan Ibu Nyai Hj. Latifah selaku pengasuh PPTI Al-Falah
6. Seluruh keluarga besar PPTI Al-Falah Salatiga, teman-teman angkatan 2015 seluruhnya
tanpa terkecuali dan sahabat-sahabatku (Arini Amalia, Shofia Ulfa, Kholisatun Nafiah,
Nurul Wafa, Dafiniatul Ulum, Eni Sofiah) yang sama-sama berjuang dalam meraih
kesuksesan, mbak Himmatul Aliyah yang sering membantu penulis serta adik-adik
angkatan PPTI Al-Falah yang juga turut memberikan semangat bagi penulis
7. Teman-teman seperjuangan seluruh FTIK khususnya PAI, PPL dan KKN angkatan 2015
8. Teman-teman alumni kamar D26, A3, kamar huffadz Roudhotul Usyaqil Qur’an (kak
mila, mbak ida, mbak eki, mbak ulya, mbak iza, uul, azizah, mira, kiki, fikri, zukhri,
vi
maulida, iim, alsa, irvina, naendi, minarsih, afif, gatri, hikmah, anita) yang telah
memberikan berbagai motivasi dan dukungan serta adikku likai tanjua yang juga telah
10. Mas Alif Nurul Mubarok yang telah membantu dan memberikan semangat, motivasi serta
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah yang telah
menciptakan alam semesta beserta isinya yang senantiasa memberkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendidikan Aqidah dalam
Perspektif Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 186 dan An-Nisa’ ayat 80”. Shalawat serta
salam tak lupa selalu tercurahkan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad Saw. sebagai suri
tauladan dan panutan kita semua dan semoga kita tergolong dalam umat beliau yang akan
Ucapan terima kasih penulis kepada pihak yang telah memotivasi, membimbing
serta memberikan dukungan demi terwujudnya skripsi ini. Maka dengan kerendahan hati
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Bapak Dr. M. Ghufron, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih atas
5. Ibu Noor Malihah, S. Pd., M. Hum., Ph.D. selaku dosen pembimbing akademik
6. Semua pihak yang ikut serta memberikan bantuan dan motivasi yang sangat berjasa
dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput ari kesalahan yang
tentu saja jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun
viii
ix
ABSTRAK
Mulyani, Tatik. 2019. Pendidikan Aqidah dalam Perspektif Al-Qur’an Surat Al-Baqarah
Ayat 186 dan An-Nisa’ Ayat 80. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing Dr. M. Ghufron, M. Ag.
x
DAFTAR ISI
MOTTO ................................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
B. Makna Mufradat........................................................................................ 13
C. Isi Kandungan Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’ ayat 80 ..... 18
xi
BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH
A. Asbabun Nuzul.......................................................................................... 21
B. Munasabah ............................................................................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN
B. Pokok Pendidikan Aqidah Q.S. Al-Baqarah Ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’
Ayat 80 ..................................................................................................... 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 68
B. Saran ......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi suatu hal yang penting bagi manusia bahkan menjadi
seseorang harus rela berjuang mencari ilmu dengan merantau jauh ke negeri
orang sehingga harus jauh dari rumah, dari orang tua bahkan jauh dari keluarga.
Seperti pepatah mengatakan bahwa mencari ilmu haruslah keluar dari rumah,
dalam arti harus pergi merantau agar ilmunya berkembang. Maka dari itu ilmu
Pendidikan dan pengajaran dianggap sebagai tema urgen dan aktual yang
dan terbentuklah suatu generasi (Muhammad Hafidz & Kastolani, 2009: 6).
seakan-akan berjalan di dua garis yang sama dan seimbang dari perspektif tujuan,
rambu-rambu aturan yang digambarkan oleh syari’ah bagi para hamba-Nya yang
bertaqwa yang menggunakan ilmu, petunjuk, etika dan akhlak sebagai bekal
menuju jalan yang lurus dalam perjalanan hidup ini (Muhammad Hafidz dan
1
Pendidikan dalam pengertian awam yang dipakai dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat adalah proses belajar atau latihan yang dilakukan oleh
seseorang. Secara sosiologis, belajar dan berlatih bisa dilakukan dimana saja
tanpa harus terikat oleh siapapun. Secara formalistik, belajar dan berlatih
pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik agar mampu
fiqih, pendidikan keterampilan (Bukhari Umar, 2012: 42). Akan tetapi dalam
yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Manusia adalah makhluk paling mulia
Suharto, 2006: 53). Ia dan alam semesta bukan terjadi sendirinya, tetapi dijadikan
2
َ ش َركا َ ِء ُك ْم َم ْن يَّ ْفعَ ُل ِم ْن اذ ِل ُك ْم ِم ْن
ۗ ش ْْيء ْ اَللَّهُ الَّذ
ُ ِي َخلَقَ ُك ْم ث ُ َّم ي ُِم ْيت ُ ُك ْم ث ُ َّم يُحْ يِ ْي ُك ْم ۗ ه َْل ِم ْن
menyembahNya. Agar manusia patuh, tunduk hanya kepada Allah sehingga tidak
ada menyekutukan Allah, yang ada hanya menyembahNya, karena tidak ada yang
menjadikan manusia menjadi makhluk mulia dan yang menguasai segala kerajaan
yang ada di langit dan bumi sekaligus pemilik segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini.
yang terdapat dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang
ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan
melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua
prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut
akhlak, pendidikan aqidah juga memiliki tujuan yang sama yaitu dapat
3
pendidikan aqidah berkaitan dengan keyakinan dan ketaqwaan manusia, sehingga
tingkat keyakinan dan ketaqwaan manusia tersebut dapat menjadi tolak ukur
menjadikan manusia mampu memadukan antara fungsi akal dengan wahyu (Abd.
Rachman Assegaf, 2014: 39). Sebab, iman merupakan kekuatan jiwa yang dapat
menggerakkan pikiran dan badan untuk berjuang dan beramal di jalan Allah Swt
semua gerak langkah manusia secara akurat baik perkataan, pikiran maupun
yang semula padam, menghapus rasa putus asa dan menggantinya dengan cita-
cita dan harapan., dan mampu menghadirkan gerak yang produktif, dinamis
menjadi penentu muara kesudahan manusia di akhirat kelak (Abdul Choliq dan
ان فَ ْليَ ْست َِج ْيب ُْوا ِل ْْي َو ْليُؤْ ِمنُ ْوا بِ ْْي
ِ ع ُ عنِ ْْي فَاِنِ ْْي قَ ِريْبٌ ۗ ا ُ ِجي
َ َْب دَع َْوة َ الدَّاعِ اِذَا د ْ ساَلَكَ ِعبَاد
َ ِي َ َوإِذَا
ُ لَعَلَّ ُه ْم يَ ْر
َشد ُُون
dengan pendidikan aqidah dijelaskan bahwa seberapa dekatnya Allah dengan kita,
4
bahkan terlalu dekatnya Allah dengan kita sehingga dikatakan lebih dekat dari
urat leher. Bisa bayangkan betapa dekatnya Allah dengan kita, urat leher saja
merupakan anggota badan yang tergolong sudah paling dekat dengan kita akan
tetapi masih ada yang jauh lebih dekat lagi dengan kita yaitu Allah SWT. Dalam
ayat tersebut juga menegaskan bahwa Allah SWT. memerintahkan untuk berdoa.
Orang-orang arif yang menyelami rahasia-rahasia syariat dan sunnah Allah dalam
alam ini tentulah tidak bermaksud agar semua doanya dikabulkan seperti apa
bermaksud supaya langit menurunkan hujan emas dan perak. Apabila mereka
supaya Tuhan memberi taufik untuk memperoleh obat yang bisa menyembuhkan
383). Percaya kepada Allah artinya beriman kepada Allah, dengan menjalankan
apa yang dperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya, amar
diperintahkan untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Taat dalam arti kita
dilarangNya. Setiap hamba harus taat kepada Tuhan mereka dengan mengikuti
5
di dalam kitab-Nya, serta meyakini kebenaran apa-apa yang dibawa oleh Rasul-
Nya (‘Aidh al-Qarni, 2008: 143). Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa
barangsiapa yang menaati Rasul maka berarti menaati Allah, dan barangsiapa
diperintahkan Allah, karena bentuk ketaatan kepada Rasul juga termasuk bentuk
ketaatan juga kepada Allah. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah
dan RasulNya termasuk perkara yang wajib hukumnya, sebab pada hakikatnya
perintah dan larangan Allah SWT adalah wujud kasih sayangNya kepada kita.
Karena segala sesuatu yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah dan RasulNya
akan kembali kepada diri kita sendiri dan pastinya akan bermanfaat bagi kita.
Berdasarkan penjelasan Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’ ayat
80 tersebut yang berkaitan dengan pendidikan aqidah menuntun kita untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah, menaati Allah dan RasulNya serta menjalankan
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat
6
2. Bagaimana implementasi pendidikan aqidah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi beberapa manfaat, baik secara teoritis
1. Manfaat teoritis
pendidikan agama islam yang berkaitan dengan pendidikan aqidah dalam Al-
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
b. Bagi pembaca
c. Bagi masyarakat
7
Sebagai masukan dan wawasan akan pentingnya pendidikan aqidah dalam
E. Metode Penelitian
1. Desain penelitian
research), adalah jenis penelitian yang berusaha menghimpun data penelitian dari
khazanah literatur dan menjadikan “dunia teks” sebagai obyek utama analisisnya
(Suwadi dkk, 2012: 20) dengan bantuan buku-buku maupun informasi lain yang
berkaitan dengan Surat Al-Baqarah ayat 186 dan Surat An-Nisa’ ayat 80 tentang
pendidikan aqidah, yang terdapat di perpustakaan dan pada materi pustaka yang
lainnya.
2. Sumber data
Karena sifat dari penelitian ini adalah literer, maka data yang bersangkutan
bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer adalah Al-
Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Mishbah, Tafsir Nurul Quran, Tafsir Jalalain,
Arini, 2016: 13) yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber-
sumber data primer. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku
referensi terkait dengan judul penelitian, antara lain: Pendidikan Agama Islam
karya Zeni Luthfiah dkk, Al Iman karya Abdul Majid Az-Zindani dkk,
8
Amalan dan Doa Mustajab karya Moh. Mathroni, Menggapai Nikmatnya
serta mengolah bahan penelitian dari berbagai buku dan karya ilmiah yang
mendukung penelitian yang berupa catatan, transkip, surat kabar, dan sebagainya
digunakan penulis untuk mendeskripsikan isi atau kandungan yang ada dalam Al-
Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 186 dan An-Nisa’ ayat 80 tentang pendidikan
aqidah yang terkandung dalam ayat tersebut. Noeng Muhadjir (dalam Irsadul
Umam, 2016: 15) berpendapat bahwa metode analisis isi digunakan untuk
F. Kajian Pustaka
menemukan beberapa hasil penelitian yang hampir sama dan dari pengarang yang
sama dengan judul penelitian ini, yaitu tokoh “Pendidikan Aqidah Dalam
9
Perspektif Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 186 Dan An-Nisa’ Ayat 80 ”
1. Skripsi ini dilakukan oleh Munif Afiifuddin, Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Walisongo Semarang,
2013, yang berjudul “Konsep Pendidikan Akidah Dalam Al-Qur`an Surat Al-
sehingga terhujam kuat di dalam jiwa dan tidak tergoyahkan oleh gangguan yang
2. Skripsi ini dilakukan oleh Fadilatun, Program Studi Pendidikan Agama Islam
berjudul “Pendidikan Aqidah Generasi Muda Surat Al- An`am ayat 74-79”.
generasi muda yang terdapat dalam Al-Qur‟an surat Al-An’am ayat 74-79 adalah
MengEsakan atau Mentauḥidkan Allah, yang dapat dibuktikan melalui dalil fitrah
dan dalil ‛aqlî (akal). Dalil Fitrah mengatakan bahwa fitrah manusia adalah
bertuhan dan menyembah Tuhan yang satu, ketika disembah tidak ada sekutu
penelitian sebelumnya, baik itu dalam jenis penelitian ataupun fokus dari kajian
penelitian-penelitian sebelumnya.
10
G. Sistematika Penulisan
secara garis besar. Untuk memberi gambaran yang jelas kepada pembaca agar
dapat memahami tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis membagi
dalam lima bab yang mana masing-masing terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’ ayat 80, serta implementasi
pendidikan aqidah pada Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’ ayat 80
BAB V : PENUTUP. Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KOMPILASI AYAT
Sesuai dengan judul bab ini, maka penulis menyajikan kompilasi ayat yang
menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini. Adapun redaksi ayat dan terjemahannya
Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S An-Nisa’ ayat 80, sebagaimana disajikan dalam
س ْل ان َك َعلَ ْي ِه ْم َح ِف ْي ا
)٤۸( ًا َ ع اللهَ ۚ َو َم ْن ت َ َولى فَ َما ا َ ْر َ َ س ْو َل فَقَ ْد ا
َ طا َّ َِم ْن ي ُِّطع
ُ الر
Artinya:
80. “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah
menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah)
kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka”
(Muhammad Shohib, 2009: 91).
12
B. Makna Mufradat
menyajikan beberapa kosa kata yang terkait dengan ayat tersebut. Kosa kata yang
disajikan sesuai dengan Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’ ayat 80.
ِي
ْ ِع َباد سأ َ َل َك
َ َو ِإذَا
ٌ قَ ِري
ْب فَإِنِ ْْي َعنِ ْْي
Dekat Aku
Maka hendaklah
(perintah)-Ku
ُ يَ ْر
َشد ُْون لَ َعلَّ ُه ْم َو ْليُؤْ ِمنُ ْوا ِب ْْي
13
1. َوadalah huruf, tepatnya huruf ‘athof. Huruf ‘athof yaitu kata sambung,
Huruf ‘athof lainnya yaitu لَ ِك ْن, بَ ْل, اِ َّما, َحتَّى,َ ل, أ َ ْم, أ َ ْو, ث ُ َّم,ف
َ (Abdullah Zain,
2006: 43).
2006: 48).
3. سأ َ َل
َ berasal dari kata س َؤالا – َم ْسأَلَةا
ُ – سأ َ َل – يَ ْسأ َ ُل
َ yang artinya meminta,
Allah yang taat kepada-Nya atau kalaupun mereka penuh dosa tetapi sadar
berbeda dengan kata ‘( َع ِبيْدabid) yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘abd.
dalam dosa. Pemilihan bentuk kata ‘ibad serta penisbatannya kepada Allah
14
5. ف
َ dalam kamus Arab-Indonesia artinya maka, kemudian, lalu, niscaya
kata benda sebelumnya (Ulin Nuha, 2014: 229) yang terletak setelah huruf-
menggabungkan atau menyatukan dua kata atau lebih secara berurutan dengan
َ َْي ف
secara berurutan dan tidak terpaut waktu, contoh ٌ س ِعد ٌّ “ َجا َء َع ِلTelah datang
Ali, lalu Sa’id”. Menunjukkan makna tartib (urutan) dan ta’qib (penyusulan),
makna ta’qib adalah bahwa yang kedua datang setelah yang pertama tanpa
7. ٌ قَ ِريْبartinya yang dekat. Asal katanya dari قُ ْربَاناا- يَ ْق ُربُ – قُ ْرباا- ب
َ قَ ُرyang artinya
َ قَ ُر
menghampirinya, mendekatinya (Mahmud Yunus, 2010: 335-336). Kata ب
9. َ دَع َْوةartinya dakwah, panggilan, ajakan, undangan (Moh. Tohiri Habib, dkk.
15
10. دَ َعاberasal dari kata عا – يَدْع ُْو – د ُ َعا اء
َ َ دyang berarti memanggil, menyeru,
mengundang, berdoa (Moh. Tohiri Habib, dkk. 2017: 181). Sedangkan د ُ َعاء
132).
Habib, dkk. 2017: 129). Ar-Raghib Al-Ashfahani mengatakan dalam buku Al-
Mufradat fi Gharibil Qur’an (terjemah Dahlan, 2017: 741) bahwa kata ُ ال ْستِ َجابَة
ِْ
kata tersebut adalah mencari jawaban serta bersiap untuk menerimanya. Akan
12. يُؤْ ِمنُ ْواmerupakan fiil mudhori’ yang menunjukkan kata kerja masa sekarang.
يُؤْ ِمنُ ْواberasal dari kata اِ ْي َمانyang berarti iman, percaya (Moh. Tohiri Habib,
keislaman secara lahiriah atau sebatas kata-kata bukan dari hati, percaya
Maka Rasul
16
ت َ َولَّ اى َو َم ْن َاللَّه ع َ َأ
َ طا
Berpaling (dari
َح ِف ْي ا
ًا َعلَ ْي ِه ْم س ْل ان َك
َ أ َ ْر فَ َما
merupakan bentuk dari isim-isim yang mabniy artinya isim yang tidak
terpengaruh oleh i’rob dan dalam keadaan apapun bacaannya tetap (konstan)
dan tidak berubah. Yang termasuk isim mabniy yaitu isim dhamir, isim
isyaroh, isim maushul, isim adat syarath, isim adat murokkab, isim istifham,
isim fi’l. Sedangkan َم ْنtermasuk dalam isim maushul (kata benda relatif)
yang artinya seseorang dan termasuk dalam isim istifham (kata tanya) yang
1361).
3. اللَّهadalah nama Tuhan yang paling populer. Para ulama berbeda pendapat
menyangkut lafal mulia ini, apakah ia termasuk al-Asma’ al Husna atau tidak.
17
Yang tidak memasukkannya beralasan bahwa al-Asma’ al Husna adalah
5. َح ِفيْظterambil dari akar kata yang terdiri arti tiga huruf yang mengandung
makna memelihara dan mengawasi. Dari makna ini kemudian lahir makna
ingatannya. Juga makna tidak lengah karena sikap ini mengantar kepada
Maha Dekat, lagi Maha Mengabulkan, Dia Maha Mendengar semua doa,
mereka. Seorang hamba harus meminta dan tidak boleh berputus asa dalam
banyak, dan karunia-Nya sangat besar. Setiap hamba harus taat kepada Tuhan
membenarkan apa yang Dia turunkan dalam kitab-Nya serta meyakini kebenaran
18
Pelaksanaan perintah itu merupakan tindakan, keimanan adalah keyakinan,
dan doa adalah ucapan. Sementara agama merupakan gabungan dari ucapan, amal
dan keyakinan. Barangsiapa taat kepada Allah berarti dia telah mendapat
petunjuk, karena dia telah diberi ilham tentang mana jalan yang benar dan diberi
menjauhi kesesatan. Dan buah (hasil) dari amal sholeh adalah bertambahnya iman
dan balasan dari ketaatan adalah bertambahnya hidayah (Al-Qarni, 2008: 144).
maka iman yang dimiliki seseorang justru semakin kuat dan bertambah karena
Allah. Sebab pada hakikatnya, Allah lah yang membuat perintah dan larangan,
kepada manusia. Ketaatan yang sesungguhnya adalah kepunyaan dan hak Allah.
Rasul wajib ditaati dalam segala urusan syariat, dan berkaitan dengan Al-Qur’an
dan segala hukum agama. Adapun mengenai urusan-urusan dunia dan yang tidak
905).
Setelah menjelaskan fungsi Rasul Saw. sebagai utusan Allah Swt disini
dijelaskan konsekuensi fungsi tersebut yakni keharusan taat kepada beliau, dan
karena itu siapa yang menaati Rasul, maka sesungguhnya ia telah menaati Allah,
karena Allah yang mengutusnya dan Allah pula yang memerintahkan manusia
menaati beliau maka apa yang diperintahkan Rasul adalah perintah Allah juga.
19
Dan siapa yang berpaling yakni enggan mengikuti Rasul saw maka dia telah
untuk menjadi pemelihara bagi mereka, tapi Kami mengutusmu hanya untuk
Beriman kepada Rasul adalah salah satu satu rukun aqidah. Oleh karena itu,
manusia wajib beriman kepada para rasul tanpa membedakan diantara mereka.
Jika seseorang beriman kepada sebagian rasul dan tidak beriman kepada sebagian
maka dia adalah kafir (Az- Zindani dkk, 2006: 141). Taat kepada Rasul
merupakan bentuk dan wujud dari beriman kepadanya. Taat berarti menjalankan
apa yang diperintahkan oleh beliau dan menjauhi apa yang dilarang oleh beliau.
Karena para rasul diutus oleh Allah adalah untuk memberikan teladan yang baik
kepada manusia.
20
BAB III
1. Asbabun Nuzul
Secara bahasa, kata Asbabun Nuzul berasal dari kata اسبابdan النزل.
sebab (Yunus, 2010: 161). Sedangkan النزلberasal dari kata – نزل – ينزل
atau mengomentarinya
Sebab turunnya sesuatu ayat berkisar pada dua hal, yaitu: pertama,
peristiwa itu. Kedua, bila Rasulullah ditanya tentang sesuatu hal, maka
108-109).
21
“Wahai Rasulullah, apakah Rabb kami itu dekat sehingga kami cukup
bersuara lirih ketika berdo’a ataukah Rabb kami itu jauh sehingga kami
menyerunya dengan suara keras?” Lantas Allah Ta’ala menurunkan ayat
di atas. (Majmu’ Al Fatawa, 3-370)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw mendengar
kaum Muslimin berdoa dengan suara yang tinggi pada perang Khaibar,
ت َرفِ ْي َع فِ ْْي
ِ ص ْو ُ ْس ِم َع ْال ُم ْس ِل ِم ْينَ َيد
َ ع ْونَ الل ِه ِب َ سلَّ َم َ ُصلَّى الله
َ علَ ْي ِه َو ُ أ َ َّن َر
َ س ْو ُل الل ِه
َ َ ع ْونَ أ
َ ص َّم َو َل
غائِباا ُ ْعلَى أ َ ْنفُ ِس ُك ْم فَإ ِنَّ ُك ْم َل ت َد ُ َّ أ َيُّ َهاالن: غ ْز َوة َ َخ ْي َبر فَقَا َل لَ ُه ْم
َ اس ا َ ْر َبعُ ْوا َ
dari 'Ashim dari Abu 'Utsman dari Abu Musa dia berkata;
ع ْن أَبِْي
َ اصم
ِ ع َ َضيْل َوأَبُو ُم َعا ِويَة
َ ع ْن َ َحدَّثَنَا أَبُو َب ْك ِر ب ُْن أ َ ِبْي
َ ُش ْي َبةَ َحدَّثَنَا ُم َح َّمدُ ب ُْن ف
َ سلَّ َم فِْي
ُ َّسفَر فَ َج َع َل الن
اس َ ُصلَّى الله
َ ع َل ْي ِه َو َ ع ْن أ َ ِبْي ُمو
َ ِ سى قَا َل ُكنَّا َم َع النَّبِْي َ َعثْ َمان
ُ
ِ ْ اصم بِ َهذَا
اْل ْسنَا ِد ِ عَ ع ْن ِ ع ْن َح ْف
َ ص ب ِْن ِغيَاث َ ش ُّج َج ِميعاا َ ِيم َوأَبُو
َ َ س ِعيد ْاْل َ ب ُْن إِب َْراه
.ُنَحْ َوه
22
"Kami pernah menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam
suatu perjalanan. Tiba-tiba, ada beberapa orang sahabat bertakbir
dengan suara keras. Mendengar suara takbir yang keras itu, Rasulullah
pun berkata: 'Saudara-saudara sekalian, rendahkanlah suara kalian!
Sesungguhnya kalian tidak berdoa kepada Dzat yang tuli dan jauh. Tetapi
kalian berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.
Dia selalu beserta kalian.' Abu Musa berkata; 'Pada saat itu saya sedang
berada di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil
membaca; 'Laa haula wa laa quwwata ilIa billaah' (Tiada daya dan upaya
kecuali dengan pertolongan AlIah). Kemudian Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: 'Hai Abdullah bin Qais, inginkah aku
tunjukkan kepadamu salah satu perbendaharaan surga? ' Saya menjawab;
'Tentu ya Rasulullah.' Rasulullah bersabda: 'Ucapkanlah, Laa haula wala
quwwata illaa billaah' Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan
AIIah. (H.R Muslim).
Suatu ketika seseorang bertanya kepada Nabi Saw apakah Allah dekat
jawaban bahwa Allah dekat dengan hamba-Nya (Kamal Faqih, 2003: 89).
َ أَلَ ت َ ْس َمعُ ْون: َ قَا َل ْال ُمنَا فِقُ ْون. َع الله َ َ عنِْي فَقَ ْد ا
َ طا َ َ َم ْن ا َ َحبَّنِ ْْي فَقَ ْد ا َ َحبَّ اللهَ َو َم ْن ا
َ طا
23
Ketika terjadi perundingan Hudaibiyah, sebagian besar sahabat Nabi
Saw berat hati menerima rinciannya. Umar bin al-Khattab ra. secara tegas
kedudukan beliau sebagai rasul dan pribadi (Quraish Shihab, 2000: 499).
2. Munasabah
a. Pengertian Munasabah
mengikuti wazan (pola kata/pola dasar) فَا َع َل – يُفَا ِع ُل – ُمفَا َع َلة. Secara etimologi
Qur’an yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar ayat atau surat
dalam Al-Qur’an secara keseluruhan dan latar belakang penempatan ayat dan
suratnya. Menurut Shihab yang dikutip oleh Baidan bahwa munasabah adalah
baik surat maupun ayat yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainnya
makna yaitu: Pertama, hubungan kedekatan antara ayat atau kumpulan ayat-
ayat Al-Qur’an satu dengan yang lainnya. Kedua, hubungan makna satu ayat
terhadap ayat lain yang tidak bersyarat, dan lain-lain (Quraish Shihab, 2015:
243-244).
24
b. Munasabah Ayat
hukum yang bertalian dengan puasa. Puasa merupakan salah satu sarana untuk
Nya agar mereka selalu mendapat petunjuk (Departemen Agama, 2009: 277).
2). Munasabah antara QS. Al-Baqarah ayat 186-187 dengan ayat 188
Pada ayat ini (186-187) disebutkan hal ihwal tentang puasa dan
25
atau mempergunakan harta satu sama lain dengan cara yang batil atau dengan
cara yang tidak sah. Dalam ayat 186 diperintahkan untuk berdoa hanya kepada
puasa, serta hukum-hukum yang bertalian dengan puasa dan dalam ayat 188
menjelaskan bahwa Allah melarang makan harta orang lain dengan jalan batil.
dalam bahasa Arab atau bahasa lainnya. Batil ialah cara yang dilakukan tidak
menurut hukum yang telah ditentukan Allah (Departemen Agama, 2009: 279,
281).
3). Munasabah antara QS. An-Nisa’ ayat 77-79 dengan ayat 80-82
Pada ayat yang lalu (77-79) menerangkan sifat sebagian orang yang
orang kafir dan kepada mereka diminta melakukan salat dan mengeluarkan
zakat sebagai pembersih diri dari sifat jahiliah, perang terpaksa dilakukan jika
yang dikemukakan orang munafik dan orang mukmin yang lemah imannya
menaati Rasul dan menerangkan tentang kelicikan kaum munafik dan orang
yang lemah imannya. Dalam ayat 80 berisi mengenai perintah dan larangan
26
4). Munasabah antara QS. An-Nisa’ ayat 80-82 dengan ayat 83
menerankan sikap orang munafik yang suka meyiarkan berita yang tidak
benar. Orang yang lemah iman dan orang munafik suka menyiarkan berita-
berita yang dibocorkan dari pihak markas tentara, tentang rahasia peperangan,
dalam negeri atau luar negeri yang tidak wajar diketahui oleh khalayak umum
c. Munasabah Surat
Tuntunan Illahi”. Dia adalah “Ummul Qur’an” atau “Induk al-Qur’an”. Kata
Fatih yang merupakan akar kata nama ini berarti “menyingkirkan sesuatu
yang terdapat pada satu tempat yang akan dimasuki”. Akan tetapi bukan
karena ia terletak pada awal al-Qur’an, dan karena biasanya yang memasuki
sesuatu adalah yang membukanya, maka kata Fatihah disini berarti awal al-
kisah Bani Israil dengan seekor sapi (Quraish Shihab, 2000: 81). Karena di
27
Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan itu tampak
diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedangkan surat al-
yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat,
manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir dan orang munafik
Surat ketiga adalah Ali ‘Imran (Keluarga Imran) yang terdiri atas 200
ayat. Surat ini termasuk golongan Madaniyah. Dinamakan Ali ‘Imran karena
dalam surat ini terdapat kisah keluarga Imran dan keturunannya, kelahiran
Nabi Isa a.s. yang dilahirkan oleh Maryam putri Imran, persamaan kejadian Isa
dengan Adam as. Dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Isa. Surat
al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran dinamakan az-Zahrawani (dua surah yang
disembunyikan oleh Ahli Kitab, seperti kejadian kelahiran Nabi Isa as.,
450).
28
Hubungan antara surat al-Baqarah dengan surat Ali ‘Imran adalah:
b) Dalam surat al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang
yaitu orang mukmin, orang kafir dan orang munafik. Sedangkan surat
dalam menakwilkannya
tersebut adalah Tuhan yang hidup kekal abadi dan mengurus semua
29
Diantara munasabah surat An-Nisa’ dengan surat Ali ‘Imran yaitu:
b) Dalam surat Ali Imran disebutkan kisah perang Badar dan Uhud
lagi
terdapat dalam surat Ali Imran, maka dalam surat an-Nisa’ kisah itu
disinggung lagi
istri yang sudah janda. Maka pada permulaan surat an-Nisa’ disebutkan
30
surat al-Maidah menjelaskan dan menegaskan hukum-hukum
itu
348).
31
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Artinya, pendidikan adalah segala
sempit, pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada
suatu madrasah atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi (lembaga pendidikan
anak didik menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas secara
dan mampu hidup secara mandiri dalam memenuhi segala kebutuhan hidup
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan
32
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
Sedangkan aqidah berasal dari kata aqada artinya “ikatan dua utas tali
dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung”. Aqad berarti pula “janji”, karena
membenarkannya, yang membuat hati tenang dan menjadi keyakinan yang bersih
Untuk itu lapangan iman itu sangat luas bahkan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim yang disebut amal shaleh. Oleh karena itu iman
hati dan melaksanakan dengan segala anggota badan (perbuatan)”. Aqidah islam
adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang
bersumber dari ajaran yang wajib dipegang oleh seorang muslim sebagai sumber
Oleh karena itu, pendidikan keimanan harus dijadikan sebagai salah satu
pokok dari pendidikan kesalehan anak. Dengannya dapat diharapkan bahwa kelak
ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT,
33
keimanan dapat membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk (Bisri
pendidikan, yang artinya suatu ajaran religi dari agama tertentu dijadikan sumber
bahwa pendidikan aqidah adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
hati yang bersih demi membentuk keyakinan seseorang akan Tuhan, yang
hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu mentauhidkan Allah dalam
Sumber pendidikan aqidah islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Hal itu
sebenarnya sama dengan dasar ajaran agama islam (Yunahar Ilyas, 2009: 6).
adalah:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum Muslim dan menjadi sumber ajaran
islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani dan aplikasikan
34
di akhirat (Athaillah, 2009:1). Menurut Salim Muhsin dalam Tarikh Al-
membuat yang serupa) meskipun hanya berupa satu surat yang pendek”
yang terkandung di dalamnya tidak akan lepas dari hal-hal yang ada
yang pertama inilah yang menjadi pemisah antara iman dan kafir
lingkungannya
mencari keridhaan Allah dan mau meniti jalan yang selamat baik di
35
yang setimpal bagi orang-orang kafir dan berbuat jahat atau
akidah, yang lazimnya juga disebut dengan istilah ushul al-din, ilmu kalam
dipahami dalam al-Qur’an yang di dalamnya terdapat sekitar 136 ayat al-
asasi (Amin Suma, 2013: 93). Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
ٌ) َولَ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ ُكفُ اوا ا َ َحد٣( ) لَ ْم يَ ِل ْد َولَ ْم ي ُْولَ ْد٢( ُص َمد
َّ ) اَللهُ ال۱( ٌقُ ْل ُه َو اللهُ ا َ َحد
)٤(
36
و ْاليَ ْو ِم، ُ و ُكتُبِ ِه َو ُر،ه
َ س ِل ِه َ ِو َمالئِ َكت،الله
َ ِ أ َ ْن تُؤْ ِمنَ ب:َ قَال،ان
ِ اْل ْي َم َ فَأ َ ْخبِ ْرنِ ْْي:َقَال
ِ ع ِن
karena pendidikan aqidah yang salah dari orang tua mereka. Seperti halnya
hati nurani dan akal adalah kebiasaan (tradisi) tidak bisa dijadikan acuan
Al-Qur’an dan hadits karena standar ini juga bersifat relatif dan nilainya
Di dalam buku Kuliah Aqidah Islam (Yunahar Ilyas, 1992: 5), ruang lingkup
Adapun ruang lingkup pendidikan aqidah menurut Hasan Al Banna adalah sebagai
berikut:
1. Illahiyyat
37
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah
seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, af’al (perbuatan) Allah
dan lainnya
2. Nubuwwat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan
3. Ruhaniyyat
metafisik seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dan lain sebagainya
4. Sam’iyyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat,
azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan lain sebagainya (Naufal,
2016: 30-31).
Aqidah merupakan dasar dan fondasi yang utama dalam kehidupan manusia,
karena hal tersebut berkaitan dengan tingkat keimanan seseorang. Jika seseorang
memiliki iman atau aqidah yang kuat pasti kehidupannya akan baik, dalam segi
berfungsi sebagai fondasi dan penopang kehidupan manusia. Karena jika aqidah
seseorang kuat maka semakin kuatlah keislaman seseorang, akan tetapi jika aqidah
lahir.
38
Manusia sejak lahir telah memiliki keberagaman (fitrah) sehingga sepanjang
dan pedoman yang pasti, sebab akidah menunjukkan kebenaran keyakinan yang
untuk apa hidup dan kemana manusia akan pergi sehingga kehidupan manusia
akan lebih jelas dan lebih bermakna (Luthfiah dan Mujahidin, 2011: 17-18).
5. Tingkatan Akidah
Akidah atau iman yang dimiliki oleh seseorang tidak selalu sama bobot dan
tingkatannya dengan iman yang dimiliki oleh orang lain. Akidah memiliki tingkatan-
tingkatan tertentu tergantung kepada upaya orang itu sebab iman pada dasarnya
berkembang. Iman bisa tumbuh subur atau sebaliknya. Jika tidak dipelihara, iman
akan berkurang, mengecil atau hilang sama sekali (Luthfiah dan Mujahidin, 2011:
19).
39
Menurut Abd. Rachman Assegaf (2005: 46-47) melihat proses terbentuknya
akidah dalam diri seseorang dapat kita ketahui bahwa akidah memiliki beberapa
Yaitu orang yang berakidah karena ikut-ikutan saja, tanpa didasari atas
meningkatkan pengetahuannya
2. Tingkat yakin
mampu merasakan hubungan yang kuat dan mendalam antara objek dengan bukti
yang didapatnya. Sehingga tingkat ini masih bisa goyahkan dengan argumen lain
yang lebih rasional dan mendalam. Atau keyakinan yang didasarkan kepada
Yaitu orang yang berakidah atau meyakini sesuatu secara mendalam, rasional
buktinya. Pada tingkat seperti ini, ia rasional dan ilmiah. Atau keyakinan yang
40
)۷( عيْنَ ْاليَ ِقي ِْن
َ ث ُ َّم لَت ََر ُونَّ َها
Yaitu tingkat tertinggi dari capaian akidah atau keyakinan seseorang, karena
bukan saja telah mampu menemukan hubungan antara objek dengan hatinya,
rohani. Orang yang memiliki akidah pada tingkat ini tidak akan tergoyahkan dari
sisi manapun, ia akan berani berbeda dengan orang lain sekalipun hanya seorang
diri, ia akan berani mati untuk membela akidah itu sekalipun tidak seorangpun
yang mendukung atau menemaninya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
metode cerita , metode tanya jawab, metode widya wisata, metode bermain peran,
tersebut yang paling banyak dipakai dalam pengajaran akidah islamiyah adalah
41
metode cerita, ceramah dan tanya jawab, disamping metode sosio drama, metode
bahasa, karena selain aspek kognitif, tujuan bidang studi ini adalah aspek
afektif yang secara garis besar berupa tertanamnya akidah islamiyah dan
yang mulia. Contoh: Luqman Hakim dengan putranya, dimana seorang ayah
Allah Swt, jangan syirik (menyekutukan) Allah Swt dan bersyukur kepada
ayah dan ibu dengan berbakti atau tawadhu’ kepada kedua orang tuanya
dilakukan Nabi Muhammad saw kepada umatnya, yaitu untuk beriman kepada
c. Metode tanya jawab, bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan berpikir
otak dan intelektualitas. Ini merupakan tujuan dalam aspek kognitif. Di dalam
jawab antara nabi Ibrahim as dengan umatnya. Dengan cara seperti itu akan
yang sesuai, ada metode sosio drama, metode demonstrasi dan metode
42
2) Kisah Siti Masyithoh, Abu Bakar ash Shiddiq, Umar bin Khottob dan
lain sebagainya
3) Adab kepada guru, orang yang tua, teman dan sebagainya (Chabib
pendidikan. Pada hakikatnya semua metode itu baik, hanya saja tergantung
apapun metodenya asalkan bisa dan mampu menerapkan maka itu sudah
termasuk berhasil.
B. Pokok pendidikan aqidah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’
ayat 80
Dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 186 menjanjikan pengabulan doa bagi yang
tuntunan Allah SWT. dan percaya kepada-Nya. Doa bukan sekedar ucapan dengan
43
dengan “mendesak” kepada Allah SWT. disertai dengan pengagungan kepada-
Nya dan dengan adab-adab doa lainnya (M. Quraish Shihab, 2012: 59).
Seorang hamba harus meminta dan tidak boleh berputus asa dalam berdoa,
Karena salah satu sarana takarub (taqarrub) hamba kepada Allah merupakan
fenomena doa, selain dengan pernyataan bagian peraturan islam yang agung yang
dibahas pada ayat-ayat sebelumnya, ayat ini pun menyoroti pokok persoalan ini.
Fenomena ini merupakan sebuah proses umum bagi setiap pendoa dan bagi orang-
orang yang ingin dekat dengan Allah. Alasannya, ruh setiap ibadah adalah
memperoleh kedekatan kepada Allah dengan cara rintihan dan tangisan hati yang
manusia dan manusia pun dekat kepada-Nya, karena pengetahuan tentang wujud
Allah melekat pada fitrah manusia, bukti-bukti wujud dan keesaan-Nya pun
kemudian sedikit demi sedikit membesar lalu mengecil dan hilang dari
seorang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku menunjukkan bahwa bisa
jadi ada seseorang yang bermohon tetapi dia belum lagi dinilai berdoa oleh-Nya.
Yang dinilai-Nya berdoa antara lain adalah yang tulus menghadapkan harapan
44
diri kepada-Nya bersama dengan selain-Nya. Ini dipahami dari penggunaan kata
Kekuasaan Allah sangat besar dan karunia-Nya sangat luas sekali. Maka Allah
sebab seseorang yang tidak mau dan enggan berdoa kepada Yang Maha
dari orang lain maupun bantuan dari Allah Yang Maha Penolong. Padahal jika
seorang hamba berdoa kepada Allah, maka Allah pasti akan mengabulkan apapun
yang diminta. Hanya saja persoalan waktu, kapan Allah akan mengabulkan doa
tersebut. Seorang hamba hanya perlu berusaha atas apa yang ia minta. Allah hanya
ingin mengetahui seberapa jauh dan seberapa kerja kerasnya ia dalam berusaha
untuk mewujudkan apa yang ia minta kepada Allah. Maka dari itu Allah
satunya adalah dengan berdoa. Tidak cukup dengan berdoa saja, harus ada usaha
Dalam ayat tafsir Nurul Qur’an, ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad
(kepada mereka) daripada yang mereka perkirakan”. Aku lebih dekat kepada
kalian daripada kalian kepada diri kalian sendiri dan lebih dekat daripada urat nadi
sebagai berikut, ...dan Kami lebih dekat darinya daripada urat lehernya (Q.S.
45
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka
berada dalam kebenaran (Faqih Imani, 2003: 90). Seorang hamba tidak perlu
ragu dan khawatir akan kedekatan Allah, karena Allah selalu bersama dengan para
hamba-Nya. Meskipun seseorang pergi jauh ke seluruh penjuru dunia, Allah tetap
bersamanya. Allah mengetahui apapun yang dilakukan seorang hamba dan apapun
doa itu tergantung dari kesungguhan kita dalam memanjatkan doa itu
Kita semua tahu bahwa apapun yang kita peroleh ataupun hasil yang
memanjatkan doa itu sendiri. Serta keyakinan itu terhadap Allah SWT
bahwa tiap-tiap doa yang kita panjatkan pasti dikabulkan oleh-Nya. Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi, Hakim dan Ibnu Majah
عا اء ِم ْن قَ ْلب غَافِل ُ ع ْوا اللَّهَ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْوقِنُ ْونَ بِا ِل َجا بَ ِة َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن اللَّهَ لَ يَ ْست َِجي
َ ُْب د ُ أ ْد
)لَه (رواه الترمذى
“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Berdoalah kepada Allah dengan penuh
keyakinan bahwa Allah akan mengabulkannya. Dan ketahuilah bahwa
Allah tidak akan mengabulkan doa yang lahir dari hati yang lalai dan
tidak khusyu’.” (HR. Tirmidzi)
46
Dari hadis tersebut tegaslah bahwa Allah Swt. tidaklah akan
Doa berarti memohon bantuan Allah swt atau harapan atas rahmat-
kepada Allah yang menciptakannya. Atau dengan kata lain berdoa berarti
manusia kepada Allah karena ingin terlepas dari kesulitan atau harapan
(Nawawi, 2010: 502) Perlu ditekankan bahwa berdoa itu harus dengan
keyakinan dan sepenuh hati, salah satu hadits yang menjelaskan hal ini
عا اء ِم ْن قَ ْلب ُ ع ْوا اللَّهَ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْوقِنُ ْونَ بِا ِل َجا َب ِة َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن اللَّهَ لَ َي ْست َِجي
َ ُْب د ُ ا ُ ْد
dalam sebulan, bahkan pada setiap kali berbuka (Ar-Rifa’i, 2009: 294).
sehingga setelah satu hari tidak makan, tidak minum, menjauhi maksiat
47
maka diwajibkan berbuka yang diawali dengan berdoa. Salah satu doa
yang pasti dikabulkan adalah doanya orang yang berpuasa. Jadi seseorang
yang berdoa meskipun tidak puasa harus berdoa dengan penuh keyakinan
bahwa doanya pasti dikabulkan sama halnya dengan doanya orang yang
Allah, yang mengetahui segala sesuatu yang ada di muka bumi sehingga
meskipun seseorang yang berdoa hanya dalam hati saja, Allah sudah pasti
mengetahui dan mendengar meskipun dari lubuk hati yang paling dalam.
Firman-Nya: ( )فَ ْليَ ْست َِج ْيب ُْو ِل ْْيhendaklah mereka memenuhi (segala
tersebut memerintahkan agar percaya kepada-Nya ()و ْاليُؤْ ِمنُ ْوبِ ْْي
َ ini bukan
saja mengakui keesaan-Nya, tetapi juga percaya bahwa Dia akan memilih
yang terbaik untuk si pemohon. Dia tidak akan menyia-nyiakan doa itu,
diberinya yang tidak dia mohonkan tetapi lebih baik untuknya, dan tidak
lebih baik di masa mendatang. Kalau tidak di dunia, maka di akhirat kelak.
48
Bukankah ayah yang baik tidak memberi sesuatu yang merugikan anaknya
walau sang anak mendesak? Oleh karena itu, percayalah kepada Allah
tersebut dan juga disertai dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa Allah
Nya yang timbul hanyalah rasa ragu dan kecewa. Sehingga dalam berdoa
diperlukan rasa yakin agar hatinya hanya terpaut kepada Allah semata.
Az- Zindani dkk (2006: 115), Orang yang berdoa dan beristighatsah
tidaklah berakal kecuali bila dia berdoa kepada dzat yang bisa
tempat dan dengan berbagai bahasa. Dia juga tidak berakal kecuali jika dia
yang tidak diketahui dan dengan kemampuan yang luar biasa dalam
mengubah keadaan. Dan tidak mungkin ada yang mampu kecuali Allah.
yang hidup maupun yang mati. Barangsiapa yang meyakini bahwa selain
Allah ada yang mampu melakukan itu semua, lalu dia berdoa kepadanya,
49
Berdoa sebagai media untuk mengajukan berbagai macam permohonan
telah diusahakan
Rukun iman pertama adalah beriman kepada Allah swt. Inilah ajaran
paling pokok yang mendasari seluruh ajaran islam. Mengenal Allah swt
akal pikiran untuk memeriksa dan memikirkan secara teliti apa yang
50
diciptakan Allah. Kedua, dengan mengerti nama-nama dan sifat-sifatNya
larangan-Nya.
manusia yang pertama adalah mengenal Allah swt (Az- Zindani dkk, 2006:
33).
51
Aqidah merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang menerapkan
bahwa Allah itu Esa, pencipta, dan pengatur alam semesta dengan segala isinya.
Hafid, (1998: 109) Aqidah merupakan materi pertama yang harus diberikan
yang agamis. Materi ini mencapai enam aspek, yaitu : Iman kepada Allah, kepada
Malaikat Allah, kepada Kitab Allah, kepada Rasul Allah, kepada hari akhir dan
kepada ketentuan yang telah dikehendaki Allah. Iman lebih awal harus sudah
ditanamkan pada diri anak sejak masa pertumbuhannya. Hal ini penting agar
telah dimilikinya. Dengan terbentuknya aqidah pada anak di usia dini, akan lebih
kesabaran dan ketekunan. Iman merupakan hal yang ghaib sehingga sukar
baru dapat berpikir secara abstrak setelah mencapai usia kira-kira 11 tahun. Oleh
karena itu penanaman nilai-nilai keimanan pada diri anak memerlukan kesabaran
dan ketekunan dari orang tua maupun para pendidik. Memahami perkembangan
utama bagi berjalannya nilai-nilai keimanan yang telah ada dan diketahui sesuai
dengan daya tangkap anak terhadap realitas wujud keimanan secara nyata (Hafid,
1998: 110).
sejak usia anak-anak, ketika pribadi mereka masih mudah dibentuk dan mereka
52
masih lekat dengan kultur kehidupan keluarga Bapak dan Ibu menjadi pilar utama
(Kitab Tafsir Alqur’an ‘Adzim (Tafsir Jalalain) karangan Imam Jalaluddin Juz 1-2
hlm. 82).
Dalam tafsir Jalalain tersebut, Jalaluddin dalam bukunya Tafsir Jalalain (terjemah
Abu Firly, 2018: 233) menjelaskan bahwa (Barangsiapa menaati Rasul itu,
tak mau menaatinya, maka bukan menjadi urusanmu (Maka Kami tidaklah
kepada Kami dan Kami beri ganjaran dan balasannya. Ini sebelum datangnya
Muhammad Saw, bahwa barangsiapa yang taat kepadanya, berarti ia taat kepada
Allah. Dan barangsiapa yang maksiat atau ingkar kepadanya maka ia ingkar
kepada Allah. Hal itu disebabkan karena wahyu bukan karena nafsu nabi
Karena dalam ketaatan tentunya ada yang patuh dan tunduk ada juga sebaliknya
yang memberontak. Orang-orang kafir sudah pasti tidak akan taat, sehingga
mereka akan memberontak, dan jika hal tersebut terjadi Allah memerintahkan
53
agar tawakkal kepada-Nya. Sehingga Allah juga memerintahkan agar berperang di
jalan Allah, maka Allah akan menjadi penolong bagi orang-orang yang taat.
Point penting yang patut diperhatikan, ayat ini menyatakan bahwa Rasullulah
perintah-perintah ilahi.
Rasul berasal dari bahasa Arab, rasuul yang artinya utusan. Kata
jamaknya rusul yang artinya para utusan. Menurut istilah, rasul adalah
seorang laki-laki mulia yang menerima wahyu dari Allah untuk diamalkan
dari Allah hanya untuk dirinya sendiri disebut Nabi. Iman kepada Rasul
sepenuh hati para rasul yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Hadis
terpelihara dari dosa, perbuatan dari dosa, perbuatan tercela, dan dari
54
Iman kepada Nabi dan Rasul berarti mempercayai dan meyakini bahwa
Rasul itu benar-benar diangkat oleh Allah swt sebagai utusan-Nya, dengan
jalan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, kita
wajib mengikuti ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh para rasul agar
dalam diri para rasul itu terdapat teladan yang sangat perlu untuk kita
umatnya. Risalah tersebut dapat berupa aqidah, akhlak, syariah, ibadah dan
lain sebagainya. Sehingga risalah yang dibawa Rasul harus diikuti dan
umatnya salah jalan menuju jalan Allah sebab Rasul sebagai teladan yang
Penjelasan Allah SWT. yang tercantum dalam tafsir Ibnu Katsir bahwa
bahasa arab diterjemahkan “Ittaba”. Ittiba adalah bentuk masdar dari kata
55
yang dibelakang, mengulangi, meneladani dan meniru Ittiba`ur Rasul
perintah nabi baik yang wajib dan yang sunnah dan juga larangannya.
Seperti halnya ulil amri yaitu orang yang mengurusi kepentingan umat,
menaati perintah ulil amri dalam rangka taat kepada allah dan
Taat kepada ulil amri berarti taat kepada nabi Muhammad Saw, karena
siapa yang taat kepada rasul maka ia taat kepada Allah. Disamping itu
diperselisihkan oleh umat kepada Allah dan Rasul-Nya, yakni taat kepada
pemahaman ayat. Oleh karena itu taat kepada perintah nabi sudah menjadi
menyampaikan apa yang harus disampaikan dari Allah Swt. dan yang
berhak memberikan balasan (pahala atau siksa) adalah hanya Allah Swt
56
Tugas seorang Rasul adalah menyampaikan wahyu dari Allah untuk
dengan lapang dada dan ada juga umat yang tidak mau patuh dan menolak
kebenaran wahyu. Apabila ada umat yang tidak mau menerima maka tugas
tanggung jawab Rasul tersebut. Apabila umat yang mau menerima maka ia
harus taat atas apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang umat
dengan patuh dan tunduk atas apa yang diperintahkan oleh Rasul maka hal
agar mereka beriman kepada Allah. Rasul memberi kabar gembira kepada
dalam surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan. Rasul juga memberi
yang penuh azab dan siksa. Setiap hamba harus taat kepada Tuhan mereka
mengimani rasul Allah berarti kita telah mempercayai bahwa apa yang
57
a. Menjadikan rasul sebagai teladan
2008: 21-22).
Beriman kepada para rasul adalah salah satu rukun aqidah. Oleh karena
itu, manusia wajib beriman kepada para rasul tanpa membedakan diantara
mereka. Jika seseorang beriman kepada sebagian rasul dan tidak beriman
keimanan mereka, maka dia adalah kafir (Az- Zindani dkk, 2006: 141).
C. Implementasi Pendidikan Aqidah pada Q.S. Al-Baqarah Ayat 186 dan Q.S. An-
Doa artinya memohon atau meminta pertolongan sesuatu yang baik kepada
Allah Swt. dengan mendekatkan dan merendahkan diri serta memohon ridha
dari Allah Swt. Berdoa adalah sebagian dari ibadah yang dapat dilakukan
setiap waktu dan dimana saja berada, karena Allah Maha Mengetahui dan
Maha Mendengar semua yang diminta oleh hamba-Nya (Mathroni, 2010: 3).
58
Doa merupakan otaknya ibadah, maka Allah memerintahkan kepada
manusia agar berdoa kepada-Nya dan Allah sangat melarang berdoa dan
kepada Allah SWT adalah memerlukan kesabaran dan ketekunan, oleh karena
itu bagi orang yang memohon kepada Allah hendaknya tidak perlu tergesa-
hamba-Nya, karena Allah SWT. itu Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim
serta Bijaksana. Berdoa merupakan sarana yang paling tepat bagi kita untuk
mengajukan permohonan kepada Allah, yang juga sebagai amal qauliyah yag
paling disenangi Allah. Oleh karena itu, Allah berjanji akan mengabulkan doa
bagi siapa saja yang memohon kepada-Nya, sesuai dengan tuntunan serta
petunjuk dari Allah dan Rasulullah (Amin dan Al-Fandi, 2011: 17).
terasa ringan dan berhasil. Keberhasilan bukan karena kehebatan diri sendiri
dalam mencapainya akan tetapi karena Allah yang telah membuatnya menjadi
dalam berdoa harus selalu disertai dengan keyakinan bahwa Allah akan
Allah Maha mengabulkan segala doa, akan tetapi jika apa yang kita minta
kepada Allah tidak segera dikabulkan oleh Allah maka tidak boleh putus asa
sehingga berhenti berdoa, terus memohon dan yakin bahwa Alah pasti
mengabulkan jika tidak juga dikabulkan yakin saja bahwa hal tersebut bukan
yang terbaik.
59
Agar doa dapat dikabulkan oleh Allah SWT hendaknya menggunakan
adab (tata krama). Menurut Imam Ghazali dalam buku Mathroni (2010: 10),
1). Berdoa dilakukan dalam keadaan yang khidmat, seperti: di saat sujud,
sendiri atau terdengar oleh orang yang berada di sisinya, meskipun dalam
hati tidak masalah karena meskipun hanya di dalam hati Allah pasti
mengetahui
3). Berdoa dengan hati yang khusyu’, ialah memusatkan fikiran secara bulat-
dengan cara yang khusyu’, doa orang yang benar-benar memohon kepada-
Nya.
boleh cepat merasa puas apabila doa kita dikabulkan oleh Allah, atau
cepat merasa apabila doa kita belum dikabulkan. Kita harus sering
mengulang doa kepada Allah karena dengan sering mengulang dan yakin
akan kasih sayang Allah, maka Allah akan mengabulkan doa kita (Kahhar,
2007: 28).
5). Mempunyai keyakinan, bahwa doanya diterima oleh Allah. Kita berdoa
harus dengan penuh pengharapan dan keyakinan serta tak ada keraguan
kita
60
Seorang muslim beriman kepada Allah Swt. yakni membenarkan
keberadaan Rabb dan bahwasanya Dia ‘Azza wa Jalla adalah pencipta langit
dan bumi, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ghaib dan yang nyata,
pemelihara dan pemilik segala sesuatu, tiada Illah (sesembahan yang berhak
diibadahi) selain Dia, tiada Rabb selain Dia dan bahwasanya Dia disifati
dalam jiwa seorang Muslim tidak lain merupakan buah dari hidayah yang
yang tunduk yaitu orang-orang yang tawadhu’ dan merasa tenang pada
61
Tawakal kepada Allah adalah ketulusan penyandaran hati
adalah syariat yang paling relevan, paling besar dan terbaik, dia pun
62
tepat dan keadilan yang penuh serta rahmat yang sempurna (Rusyah
2009: 559).
561). Untuk menggapai derajat ridha maka ada beberapa jalan yang
kepercayaan
63
d) Meridhai agama-Nya, yaitu ridha terhadap hukum
yang telah diberikan kepada Allah. dan sadar bahwa tidak ada yang
beriman, konsumsi ruhnya, cahaya yang jika hilang darinya, maka dia
jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa, tidak terpengaruh oleh
64
Kepatuhan dan ketaatan kepada Rasul diperintahkan dalam ajaran
risalah yang dibawanya. Dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit orang yang
sebagai wujud kecintaan kepada beliau menurut Abdul Wahid (2008: 21-23)
65
3). Menjadikan Rasul sebagai teladan
66
muncul dari diri sendiri melalui pembiasaan yang dilakukan dalam
hal yang baik maka hal itu akan mencerminkan perilaku yang baik
kemaksiatan
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya dapat diambil
1. Pokok Pendidikan Aqidah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 186 dan Q.S. An-Nisa’
ayat 80
itu harus dengan keyakinan dan sepenuh hati, salah satu hadits
yang menjelaskan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu
68
mengabulkan doa yang lahir dari hati yang lalai dan tidak
khusyu’.”
2. Implementasi Pendidikan Aqidah pada Q.S. Al-Baqarah Ayat 186 dan Q.S. An-
69
Mempunyai keyakinan, bahwa doanya diterima oleh Allah. Kita
berdoa harus dengan penuh pengharapan dan keyakinan serta tak ada
permohonan kita
hari adalah:
f) Mencintai Allah
Setiap kaum harus mengikuti petunjuk dan jejak Rasul. Para Rasul
mengikuti segala apa yang diperintahkan dan diajarkan, serta menjauhi apa
B. Saran
sebagai berikut:
70
Pendidik dan peserta didik hendaknya mampu memahami nilai-nilai
pendidikan agama islam terutama pendidikan aqidah baik secara teori maupun
secara baik. Dengan demikian, pendidik hendaknya dapat menjadi contoh dan
tauladan yang baik bagi peserta didik sehingga dapat membantu proses
Sehingga bagi orang tua perlunya menanamkan pendidikan aqidah kepada anak
beriman dan bertakwa kepada Allah. Dan hendaknya setiap orang tua dapat
3. Bagi pembaca
pendidikan dan secara praktis kepada pendidik dan orang tua yang berperan dalam
71
DAFTAR PUSTAKA
Al Fauzan, Syaikh Sholih Bin Fauzan. 2015. Al Irsyad ila Shohihili’tiqod. Jakarta: Darul
Haq
Al-Hazza, Ahmad Filyan. TT. Kumpulan Doa Berbagai Macam Keperluan. Pasla Media
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. 2017. Minhajul Muslim: Panduan Hidup Menjadi Muslim
Al-Mahalli. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad. 2018. Tafsir Jalalain. Terjemahan oleh
72
Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progressif
Aminuddin. 2000. Pendidikan Agama Islam 2 Untuk SMU Kelas 2. Jakarta: PT Bumi
Aksara
An Nawawi, Imam. 2007. Hadits Arba’in An-Nawawi. Jakarta: Ali’tishom Cahaya Umat
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2009. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.
AS, Mudzakir. 2013. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa
Assegaf, Abd. Rachman. 2005. Studi Islam Kontekstual. Yogyakarta: Gama Media
Pustaka Pelajar
Az-Zindani, Abdul Majid dkk. 2006. Al Iman: Kajian Lengkap tentang Iman, Rukun
Baidan, Nashruddin. 2010. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Departemen Agama RI. 2009. Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
73
____________________. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan)
Faqih, Allamah Kamal. 2003. Tafsir Nurul Qur’an: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju
Ghufron, Mohammad dan Rahmawati. 2013. Ulumul Hadis: Praktis dan Mudah.
Yogyakarta: Teras
Diglossia Media
Luthfiah, Zeni dan Farhan Mujahidin. 2011. Pendidikan Agama Islam: Pendidikan
Mathroni, Moh. 2010. Amalan dan Do’a Mustajab. Semarang: Aneka Ilmu
Mohaqqeq, Mehdi. 2012. Kamus Kecil Al-Qur’an: Homonim Kata Secara Alfabetis.
Jakarta: Citra
Mustafa, Syaikh Fuhaim. 2009. Kurikulum Pendidikan Anak Muslim terjemahan Wafi
Naufal, Murtadho. 2016. Konsep Pendidikan Aqidah Perspektif Syaikh Shalih Fauzan Al-
Nawawi, Imam. 2010. Shahih Doa dan Dzikir. Terjemahan oleh Zenal Mutaqin. Bandung:
Jabal
74
Nuha, Ulin. 2014. Buku Lengkap Kaidah-Kaidah Nahwu. Jogjakarta: Diva Press
Shihab, M. Quraish. 2000. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Lentera Hati
Shihab, M. Quraish. 2015. Kaidah Tafsir: Syarat,Ketetntuan dan Aturan yang patut Anda
Sunarto, Ahmad. 2014. Buku Pintar Ilmu Nahwu: Metode Tanya Jawab. Surabaya: Al-
Miftah
Suryadilaga, Alfatih. 2018. Pengantar Studi Al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: Kalimedia
Thoha, Chabib dkk. 1999. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wahid, Abdul dkk. 2008. Pendidikan Agama Islam 2 Untuk SMA Kelas XI. Semarang:
Aneka
Yunus, Mahmud. 2010. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa
Dzurriyyah
75
Zain, Abdullah. 2006. Modul Gramatika Metode “Al-Masyhadiy”: Cara Cepat Bisa Baca
76
77
78
79
SATUAN KETERANGAN KEGIATAN (SKK)
80
6. Seminar Nasional “Sastra 8
Islam dan Perannya dalam 16 November PESERTA
Pembentuk Moral Bangsa” 2016
(HMJ BSA)
7. Seminar Nasional 8
“Pengaplikasian Ekonomi 21 November
Syariah Menuju Stabilitas 2016 PESERTA
Perekonomian Indonesia”
(HMJ ES)
8. Seminar Nasional 8
“Implementasi Nilai-nilai
Pancasila sebagai Benteng 10 Februari 2016 PESERTA
dalam Menolak Gerakan
Radikalisme” (DEMA
IAIN)
9. Seminar Nasional “Sejarah 08 November 8
dan Revitalisasi Identitas 2016 PESERTA
Bangsa” (HMJ SKI)
10. Seminar Nasional “How To 03 Desember 8
Be A Young Entrepreneur” 2015 PESERTA
(HMJ ES)
11. Seminar Nasional “Peran 8
Media Massa terhadap 19 November PESERTA
Kelestarian Lingkungan 2015
Hidup” (HMJ KPI)
12. Seminar Nasional “Hak 24 Desember 8
Gender Kaum Difabel 2015 PESERTA
dalam Perspektif Sosiologi
dan Hukum Islam
Himpunan Mahasiswa
Jurusan Ahwal Al-
Syakhshiyyah” (HMJ AS)
13. Program Pelatihan Intensif 22 Februari-10 PESERTA 8
81
Bahasa Arab Juni 2016
14. Masa Penerimaan Anggota 4
Baru PMII dengan Tema
“ASWAJA sebagai Benteng
Kader PMII untuk
18-20 September PESERTA
Mewujudkan Mahasiswa
2015
yang Berpribadi Ulul
Albab” (PMII Rayon
Tarbiyah Matori Abdul
Djalil Salatiga)
15. Pelatihan Kader Dasar PMII 4
dengan Tema “Realisasi
Kader Mujahid dalam
Aktualisasi Gerakan dan 6-9 April 2017 PESERTA
Pemikiran yang Responsif-
Revolusioner” (PMII Rayon
Tarbiyah Matori Abdul
Djalil Salatiga)
16. OPAK IAIN SALATIGA 3
2015 dengan Tema
“Penguatan Nilai-nilai Islam 14 Agustus 2015 PESERTA
Indonesia Menuju Negara
yang Aman dan Damai
(DEMA IAIN)
17. OPAK FTIK 2015 dengan 3
Tema “Integrasi Pendidikan
Karakter Mahasiswa 13 Agustus 2015 PESERTA
Melalui Kampus Edukatif
Humanis dan Religius
(DEMA FTIK)
18. Gerakan Santri Menulis 3
“Sarasehan Jurnalistik
Ramadhan 2017 Oleh Suara 05 Juni 2017 PESERTA
82
Merdeka” (Ponpes Sunan
Giri)
19. Seminar Pendidikan dengan 3
Tema “Menciptakan Metode
Pendidikan Agama Islam 12 November
yang Ideal dalam Proses 2015 PESERTA
Membedakan dan
Memerdekakan Manusia”
(HMJ PAI)
20. Bakti Sosial Peduli Pasar 3
Bekerjasama dengan UPTD 12 Januari 2017 PESERTA
Pasar Legi Parakan oleh
FORMATAS
21. Doa Bersama untuk 3
Temanggung oleh 15 April 2017 PESERTA
FORMATAS
22. Diskusi dalam Rangka HUT 14 November 3
FORMATAS ke 14 Tahun 2016 PESERTA
oleh FORMATAS
23. Malam Keakraban 10-11 September PESERTA 3
(MAKRAB) FORMATAS 2016
24. Bakti Sosial ke VII 17-21 September PESERTA 3
(BAKSOS) FORMATAS 2016
25. Diskusi dengan Tema 3
“Kenapa Aku Harus 05 Februari 2017 PESERTA
Kembali ke Desa?” oleh
FORMATAS
26. Kegiatan Seminar Sehari 3
dalam Rangka Kunjungan
Studi dengan Tema “Peran
Masyarakat dalam 17 Desember
Mewujudkan Pendidikan 2017 PESERTA
Islam yang Rahmatallil
83
Alamin” oleh IAN Salatiga
Bekerjasama dengan SMPIT
Nurul Islam Kab. Semarang
27. Festival Ramadhan “Peran 3
Spiritual Keagamaan dalam
Meningkatkan Kualitas 25 Mei 2018 PESERTA
Pendidikan dan
Kebangsaan” (DEMA
FTIK)
28. Syiar Ramadhan In Kampus 3
“Menumbuhkan Semangat
Berbagi dan Kebersamaan 23 Juni 2016 PESERTA
Sesama Muslim di Bulan
Ramadhan” (DEMA FEBI)
29. Khotmil Qur’an dan 3
Berbagi Ta’jil HMJ PAI 12 Juni 2017 PESERTA
IAIN Salatiga dengan Tema
“Dialog Pendidikan
84
85