FIKSASI
FIKSASI
Sebagian besar jaringan hewan maupun tumbuhan akan rusak
jika dipisahkan dari indukan multiselulernya dikarenakan ketidak
mampuan sel untuk mempertahankan bentuk alaminya. Maka,
untuk mempertahankan bentuk alaminya, dibutuhkan suatu
proses yang disebut dengan fiksasi (to fix) yang artinya
menetapkan pada bentuk alamiahnya, dikeraskan dan
distabilkan untuk dapat mempertahankan bentuknya selama
proses pembuatan preparat.
KERUSAKAN JARINGAN PASCA KEMATIAN
Aktifnya enzim-enzim autolysis yang menyebabkan kerusakan
jaringan dengan cara memecah protein menjadi asam amino.
Asam amino kemudian keluar dari sel dan tidak dapat digunakan
kembali. Hal ini menyebabkan protein structural yang terdapat
pada hampir seluruh jaringan akan rusak.
TUJUAN FIKSASI
Menghentikan proses metabolic secara cepat
Mencegah terjadinya perubahan yang bersifat regresif
Mengawetkan bahan histologis dan sitologis
Mempertahankan bentuk actual bahan biologis
Mengeraskan dan menstabilkan bahan-bahan biologis karena
terjadi koagulasi protoplasma
Memberi kemungkinan adanya perbedaan optic pada proses
pengamatan jaringan.
Untuk dapat melakukan fungsi fiksasi, maka proses
fiksasi membutuhkan reagen yang disebut dengan
larutan fiksatif. Larutan fiksatif merupakan larutan
yang menjalankan tugas dengan tujuan fiksasi.
SIFAT LARUTAN FIKSATIF
Memiliki daya penetrasi yang baik ke dalam jaringan
Dapat menembus jaringan dengan cepat tanpa menyebabkan
kerusakan
Mencegah perubahan jaringan secara cepat
Memiliki kemampuan koagulasi protoplasma dengan baik
Tidak merusak jaringan dan isi sel
Melindungi jaringan selama proses pengerjaan preparat
Membuat bagian jaringan lebih jelas
Proses fiksasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah
proses pengambilan jaringan untuk mencegah kerusakan
jaringan atau sel sebelum dilakukannya fiksasi.
Ingat:
Fiksasi memiliki fungsi menetapkan jaringan, bukan
mengembalikan jaringan ke bentuk semula sehingga kerusakan
yang diakibatkan sebelum terjadinya fiksasi tidak dapat
diperbaiki.
Larutan fiksatif idealnya mampu menjalankan fungsi seperti
tujuan fiksasi. Namun, fiksasi ideal sangat sulit untuk ditemukan.
Setiap larutan fiksatif memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
KESULITAN PENGGUNAAN LARUTAN FIKSATIF
Fiksatif ideal sangat sulit ditemukan karena jaringan memiliki
karakter yang berbeda-beda.
Dapat mengawetkan sel tertentu tetapi melarutkan bahan sel
yang lainnya.
Bersifat mordant pada jaringan tertentu, tetapi mengganggu
proses pewarnaan pada jaringan lain.
Tidak ada larutan fiksatif tunggal yang ideal, biasanya yang
baik, larutan bersifat majemuk.
Mampu memfiksasi inti sel dengan baik, namun cenderung
menggembungkan jaringan (asam asetat).
Penetrabilitas jaringan yang buruk, daya pengerasan jaringan
kurang, daya awet nucleus rendah, tetapi merupakan bahan
pengawet dan mordant sitoplasma yang sangat baik (Kalium
Dikromat).
Formalin dan glutaraldehidal merupakan fiksatif yang umum
digunakan dalam bentuk larutan tunggal.
FIKSATIF YANG BAIK
Fiksatif yang baik biasanya terdiri dari larutan majemuk dengan
kemampuan koagulan dan kemampuan nonkoagulan sekaligus.
Contohnya larutan campuran antara asam asetat dan kalium
dikromat.
Koagunan akan mengubah protein menjadi serat halus
(menautkan antar protein agar tidak rusak) sehingga paraffin
dapat dengan mudah diinfiltrasi sehingga jaringan menjadi lebih
stabil pada saat disayat.
Nonkoagulan menimbulkan sedikit artifak, tetapi jika digunakan
tunggal dapat menimbulkan inkonsistensi pada jaringan
sehingga mengganggun proses infiltrasi dan embedding.
MEMILIH LARUTAN FIKSATIF
Jenis dan tujuan pengamatan yang akan dilakukan
Jenis sel atau jaringan yang akan difiksasi
Memahami efek negative dan positif dari setiap larutan fiksatif
Memahami jenis larutan fiksatif yang digunakan untuk
keperluan umum dan khusus.