Anda di halaman 1dari 2

bagaimana peran MBS dalam menciptakan sekolah efektif?

Jawab
Untuk memaksimalkan peningkatan pendidikan, Pemerintah mengupayakan penyelenggaraan
pendidikan melalui Manajemen Berbasis Sekolah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
adalah proses mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif
secara langsung semua komponen warga sekolah, yaitu; kepala sekolah, guru, siswa, orang
tua dan masyarakat.  Menurut Tilaar (dalam Sam M. Cham dan Tuti T. Sam, 2006),
mengatakan bahwa desentralisasi pendidikan merupakan suatu keharusan.

 Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki standar pengelolaan yang baik, transparan,
responsibel dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah,
baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah
secara efektif dan efesien.  sekolah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa
yang telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan
apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga suatu sekolah akan
disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk
dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh sekolah, sebaliknya sekolah dikatakan tidak
efektif bila hubungan tersebut rendah (Getzel, 1969).
Sekolah efektif adalah sekolah yang dapat mencapai target yang telah ditetapkannya sendiri.
Sekolah unggul dan efektif adalah sekolah yang dapat mencapai target dengan penetapan
target yang tinggi.

Peran Manajemen berbasis sekolah dalam menciptakan sekolah efektif


1. Dapat mengangkat kondisi dan memecahkan berbagai masalah pendidikan di
sekolah,Contoh memanajemen keuangan dan ketransparanan keuangan sekolah.
2. Dapat mencapai keunggulan Pendidikan dan diharapkan dapat dijadikan landasan
dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan,
baik secara mikro, meso, maupun makro.
3. Dapat menambah satuan-satuan pendidikan, dan dampaknya kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan semakin terbuka lebar bagi warga negara. Namun,
tampaknya pertumbuhan kuantitatif tersebut tidak dibarengi oleh pertumbuhan
kualitatif. Bahkan justru sebaliknya, sebagaimana banyak dikritisi oleh para pakar dan
pengamat pendidikan.
4. Memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber
dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan (masyarakat) setempat. Pada manajemen berbasis
sekolah, sekolah dituntut untuk secara mandiri menggali, mengalokasikan,
menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan
sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Untuk mewujudkan hal
tersebut perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas (Broad-Based Education)
(Depdiknas, 2002).
5. Sebagai proses pemecahan masalah, sehingga langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut: Identifikasi masalah, diagnosa masalah, penetapan tujuan, Pembuatan
keputusan, perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pendelegasian,
penginisiasian, pengkomunikasian, kerja dengan kelompok-kelompok, dan penilaian.
6. untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang,
keluwesan, dan sumberdaya untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan
kemandiriannya maka diharapkan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang lebih
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya dapat
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolah. Sekolah dapat
mengembangkan sendiri program-program sesuai kebutuhannya. Sekolah dapat
bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada orangtua,
masyarakat, dan pemerintah. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai