Kitab : Fitnah
Nomor : 6.552
َح َّدثَنَا َأمْح َدُ ْب ُن ْشاَك ٍب َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ ْب ُن فُضَ ْي ٍل َع ْن َأبِي ِه َع ْن ِع ْك ِر َم َة َع ْن:٦٥٥٢ حصيح البخاري
ِإ
قَا َل النَّيِب ُّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ اَل تَ ْرتَدُّوا ب َ ْع ِدي ُكفَّ ًارا يَرْض ِ ُب: ا ْب ِن َع َّب ٍاس َريِض َ اهَّلل ُ َعهْن ُ َما قَا َل
َ َب َ ْعضُ مُك ْ ِرق
اب ب َ ْع ٍض
Shahih Bukhari 6552: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Isykab telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail dari ayahnya dari Ikrimah dari Ibnu
'Abbas radliallahu 'anhuma, ia mengatakan: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jangan kalian murtad sepeninggalku, sebagian kalian memenggal leher sebagian yang
lainnya."
Setidaknya, terdapat 24 hadis yang serupa dengan hadis di atas. Ke-24 hadis tersebut antara
lain:
o Sighat Tahammul Wa Al-‘Ada’ dalam Hadis ini (Hadist Shahih Bukhari, Nomor 6522,
Kitab Fitnah, Bab Sabda Nabi Shollallahu 'alaihi wa Salam "Jangan Sepeninggalku
Kafir"), dapat diperinci sebagai berikut:
1. Sighat tammamul wa al ‘ada yang dipakai antara Imam Bukhari dengan Ahmad bin
Isykab adalah muttashil, yaitu (sambung) karena ditandai dengan sighat tahammul wa
al-‘ada’, yaitu berupa َح َّدثَنَا. Ini juga berarti bahwa para rawi mendengar langsung hadis
ini.
2. Sighat tammamul wa al ‘ada yang dipakai antara Ahmad bin Isykab dengan Muhammad
bin Fudhail bin Ghazwan bin Jarir adalah muttashil, yaitu (sambung) karena ditandai
dengan sighat tahammul wa al-‘ada’, yaitu berupa َح َّدثَنَا. Ini juga berarti bahwa para rawi
mendengar langsung hadis ini.
3. Sighat tammamul wa al ‘ada yang dipakai antara Muhammad bin Fudhail bin Ghazwan
bin Jarir dengan ayahnya, Fudhail bin Ghazwan bin Jarir, adalah muttashil, yaitu
(sambung) karena ditandai dengan sighat tahammul wa al-‘ada’, yaitu berupa َح َّدثَنَا. Ini juga
berarti bahwa para rawi mendengar langsung hadis ini.
4. Sighat tammamul wa al ‘ada yang dipakai antara Muhammad bin Fudhail bin Ghazwan
bin Jarir dengan ayahnya, Fudhail bin Ghazwan bin Jarir, adalah sighat َع ْن, sehingga
harus dilakukan pengecekan muttashil tidaknya sebuah hadis dengan cara mengurangi
tahun wafatnya masing-masing perawi. Setelah dilakukan penelitian tahun wafat
Muhammad bin Fudhail bin Ghazwan bin Jarir dengan tahun wafat ayahnya, ternyata
tahun wafat ayahnya tidak diketahui. Dengan demikian, hadis tersebut tidak muttashil
(tidak sambung) dan rawi terputus karena jarak antara perawi yang menyampaikan dan
yang menerima hadist tersebut tidak diketahui dan beliau diragukan pernah bertemu
secara langsung.
5. Sighat tammamul wa al ‘ada yang dipakai antara Fudhail bin Ghazwan bin Jarir dengan
Ikrimah adalah sighat َع ْن, sehingga harus dilakukan pengecekan muttashil tidaknya
sebuah hadis dengan cara mengurangi tahun wafatnya masing-masing perawi. Setelah
dilakukan penelitian tahun wafat Fudhail bin Ghazwan bin Jarir dengan tahun wafat
Ikrimah, ternyata tahun wafat Fudhail bin Ghazwan bin Jarir tidak diketahui. Dengan
demikian, hadis tersebut tidak muttashil (tidak sambung) dan rawi terputus karena jarak
antara perawi yang menyampaikan dan yang menerima hadist tersebut tidak diketahui
dan beliau diragukan pernah bertemu secara langsung.
6. Sighat tammamul wa al ‘ada yang dipakai antara Ikrimah dengan Ibnu Abbas adalah
sighat َع ْن, sehingga harus dilakukan pengecekan muttashil tidaknya sebuah hadis
dengan cara mengurangi tahun wafatnya masing-masing perawi. Setelah dilakukan
pengurangan tahun wafat Ikrimah dengan tahun wafat Ibnu Abbas, ternyata selisih wafat
keduanya adalah 36 tahun. Dengan demikian, hadis tersebut muttashil (sambung) karena
jarak antara perawi yang menyampaikan dan yang menerima hadist tersebut tidak lebih
dari 50 tahun dan beliau pernah bertemu secara langsung.
o Spesifikasi Perawi:
1. Ahmad bin Isykab berasal dari kalangan tabi'ul atba' kalangan pertengahan, hidup di kota
Maru, dan wafat pada tahun 217 H.
Dapat dikatakan bahwa perawi Ahmad bin Isykab dapat diterima karena semua ulama
men-ta’dil-kan Ahmad bin Isykab dengan memperhatikan komentar para ulama di atas.
2. Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir berasal dari kalangan tabi'in (tidak
berjumpa Shahabat), hidup dan wafat di kota Kufah pada tahun 295 H.
Dapat dikatakan bahwa perawi Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin Jarir dapat
diterima karena semua ulama men-ta’dil-kan Muhammad bin Fudloil bin Ghazwan bin
Jarir dengan memperhatikan komentar para ulama di atas.
3. Fudloil bin Ghazwan bin Jarir berasal dari kalangan tabi'ut tabi'in kalangan tua, hidup di
kota Kufah, tempat dan tahun wafat tidak diketahui.
4. Ikrimah atau maula Ibnu 'Abbas berasal dari kalangan tabi'in kalangan pertengahan,
hidup di kota Madinah, dan wafat pada tahun 104 H.
Dapat dikatakan bahwa perawi Ikrimah dapat diterima karena semua ulama men-ta’dil-
kan Ikrimah dengan memperhatikan komentar para ulama di atas.
5. Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Muthallib bin Hasyim (Ibnu Abbas) berasal dari
kalangan shahabat, hidup di kota Marur Rawdz, dan wafat di kota Tha'if, pada tahun 68
H.
Dapat dikatakan bahwa perawi Ibnu Abbas dapat diterima karena semua ulama men-
ta’dil-kan Ibnu Abbas dengan memperhatikan komentar para ulama di atas.
o Kesimpulan:
Selain itu, hadis di atas juga digolongkan ke dalam golongan hadis mutawassith
(moderat) karena hadis tersebut telah diseleksi secara seimbang dan tidak berlebihan, ini
dibuktikan dengan komentar para ulama tentang perawi seperti yang telah disinggung di
atas.