Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak

mempunyai komposisi yang tetap. Tetapi batuan tidak sama dengan tanah. Tanah

dikenal sebagai material yang mobile, rapuh dan letaknya dekat dengan

permukaan bumi. Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari

kulit bumi yang merupakan suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah

terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa seperti menggunakan

cangkul dan belincong (Kurnia Aprita Herastuti, 2016).

Batuan memiliki 2 sifat yakni sifat fisik dan sifat mekanik. Sifat fisik

batuan didapatkan dari pengujian non-destructive (tidak merusak) sedangkan sifat

mekanik didapatkan dari pengujian yang dilakukan di laboratorium. Sebagian

besar penyelidikan tentang batuan terdiri atas penentuan sifat fisik dan mekanik

dari batuan utuh (Kurnia Aprita Herastuti, 2016).

Salah satu pengujian sifat mekanik batuan yaitu uji kuat tekan batuan.

Kuat tekan batuan di lapangan dapat diprediksi dari kuat tekan batuan utuh yang

diperoleh pada pengujian di laboratorium dengan mempertimbangkan efek bentuk

dan efek skala. Romla Noor Hakim, (2016) mengatakan bahwa semakin besar

rasio H/W (H adalah tinggi sampel dan W adalah lebar sampel), kuat tekan

material semakin tinggi.

Selain bentuk dari sampel pengujian, ada beberapa hal yang

mempengaruhi nilai kuat tekan batuan, seperti variasi ukuran butir dan tingkat

1
2

pelapukan pada batuan tersebut. Kurnia Aprinta Herastuti, (2016) telah melakukan

analisis pengaruh variasi ukuran butir terhadap sifat fisik dan nilai kuat tekan

material. Mereka menggunakan 3 jenis batuan yang dijadikan sampel pengujian,

yaitu batupasir, batulempung dan batulanau. Dari hasil percobaan yang mereka

lakukan diketahui bahwa semakin kecil butir ukuran batuan maka semakin tinggi

nilai massa jenis material tersebut, jika massa jenis material semakin besar maka

semakin rapat material tersebut dan dari nilai kerapatan yang tinggi itu akan

menghasilkan nilai kuat tekan yang tinggi juga.

Ada beberapa metoda pengujian kuat tekan batuan, salah satu diantaranya

adalah uji kuat tekan uniaksial (UCS). UCS adalah salah satu parameter mekanika

batuan yang paling penting dan paling banyak digunakan dalam rekayasa batuan.

Standar pengujian UCS memerlukan sampel batuan yang berkualitas (bagus).

Sedangkan, tidak mungkin selalu didapat sampel core yang sesuai dengan standar

pengujian UCS. Kriteria uji sampel UCS yaitu memiliki diameter 54,7mm dengan

panjang sampel masing-masing dengan rasio 1:2.5 dan jika kondisi batuan lemah

atau sangat tipis atau banyak terdapat retakan maka rasio yang digunakan adalah

1:2, selain itu C.O. Aksoy, (2011) menyatakan bahwa pengujian sampel batuan

menggunakan uji UCS juga memerlukan biaya yang mahal dan memakan waktu

yang sangat lama. Karena standar tersebut sulit didapat, maka banyak dilakukan

penelitian untuk mencari alternatif untuk memprediksi nilai UCS batuan. Salah

satunya adalah uji point load. Uji point load dinilai efisien untuk memperkirakan

nilai UCS. Kelebihan dari uji point load yaitu pengujian sampel dengan bentuk
3

tidak beraturan dapat dilakukan. D.A. Mishra (2012) menyarankan untuk

menggunakan sampel berbentuk silinder untuk hasil yang tepat dan akurat.

Terkadang dalam mempersiapkan sampel core yang sesuai dengan kondisi

batuan yang lemah dan sangat tipis untuk uji point load juga menjadi kendala

dalam pengujian. Untuk pengujian sampel dengan kondisi tersebut, maka dapat

menggunakan uji block punch index (BPI) yang mana sampel pengujiannya

membutuhkan sampel batuan yang tipis dan untuk sampel uji BPI juga tidak

memerlukan persiapan khusus (S.Sulukcu, 2001).

Salah satu metode yang muncul untuk memenuhi kriteria di atas adalah uji

BPI. Uji BPI merupakan salah satu alternatif uji indeks yang relatif baru untuk

memperkirakan nilai kuat tekan dari batuan. Uji ini sangat berguna apabila batuan

memiliki bidang perlapisan yang tipis sehingga sulit untuk mendapatkan contoh

yang memenuhi syarat untuk uji UCS bahkan uji PLI sekalipun (Made Astawa

Rai, 2011).

Menurut Schrier (1988) dalam Made Astawa Rai (2011), BPI adalah uji

indeks dan bukan untuk mengukur kuat geser batuan karena kemungkinan

dipengaruhi oleh tegangan bending. Selain itu dia juga berpendapat bahwa uji BPI

ekuivalen dengan uji indeks lainnya untuk menduga UCS dan tingkat akurasinya

yang lebih baik daripada uji PLI.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang “Analisis Metode Pengujian Block Punch Index (BPI) dan Point Load

Index (PLI) Untuk Memprediksi Nilai Uniaxial Compressive Strength (UCS)”.


4

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada Tugas Akhir ini adalah:

1. Pengujian UCS memakan waktu lama dan biaya yang mahal.

2. Belum adanya alat uji kuat tekan untuk sampel yang bidang perlapisannya

tipis.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah agar penulisan Tugas Akhir ini lebih terarah dan sesuai

dengan tujuannya, maka penulis membatasi pembahasannya hanya pada

rancangan alat uji kuat tekan BPI dan analisis pengujian BPI dan PLI dalam

memprediksi nilai UCS untuk sampel batuan berupa siltstone dan sandstone.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana rancangan yang tepat alat uji kuat tekan Block Punch Index (BPI)?

2. Bagaimana pengaruh nilai kuat tekan Block Punch Index (BPI) dan point load

index dalam memprediksi nilai UCS?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Merancang bangun alat uji kuat tekan Block Punch Index (BPI).

2. Menganalisis pengaruh nilai kuat tekan Block Punch Index (BPI) dan point

load index dalam memprediksi nilai UCS.


5

1.6 Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Penulisan penelitian dan pembuatan alat BPI ini memberikan pengetahuan

tentang alat-alat kuat tekan batuan, khususnya untuk penulis. Apabila alat ini

telah selesai nantinya dapat bermanfaat bagi instansi dan perusahaan yang

memerlukan pengujian tentang kuat tekan batuan.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan alat BPI ini nantinya dapat dijadikan sebagai alat untuk menguji

kuat tekan batuan bagi perusahaan, yang mana dari pengujian ini nantinya

dapat bermanfaat untuk mengklasifikasikan massa batuan dan untuk tambang

bawah tanah juga dapat berguna untuk mengetahui jenis penyangga yang

sesuai dengan nilai kuat tekan batuannya.

c. Bagi Yayasan Muhammad Yamin STTIND Padang

Diharapakan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan koleksi alat

di laboratorium STTIND Padang dan berguna untuk kegiatan praktikum yang

berhubungan dengan matakuliah yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai