Anda di halaman 1dari 45

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK PERGURUAN TINGGI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Dra. Katrina Samosir, M.Pd.

NIP : 196308281989032003

Disusun Oleh:

Nama : Ayu Lestari Sihombing


NIM : 4193111057
Kelas : PSPM D 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga Critical Book
Report Pendidikan Kewarganegaraaan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Saya menyadari bahwa banyaknya kekurangan dan kesulitan yang dihadapi dalam
pembuatan makalah ini Saya tentu membutuhkan bantuan dari beberapa pihak untuk
memperbaikinya. Maka dari itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, diantaranya adalah:
1. Kepada Dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Ibu Dra. Katrina
Samosir, M.Pd. yang telah membimbing , mengajar, serta member ilmu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan hasil yang cukup memuaskan.
2. Kepada orangtua yang telah member dukungan dan semangat dari jauh.
3. Kepada teman dan rekan-rekan yang telah member dukungan dan semangat.
4. Kepada semua orang yang tidak dapat disebutkan karena sudah membantu.
Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan
makalah ini di kemudian hari. saya juga berharap agar makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Semoga rahmat Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita.

Medan, Oktober 2020


Penulis,

Ayu Lestari Sihombing

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. Informasi Bibliografi.............................................................................................1

BAB II PENGANTAR................................................................................................2

BAB III PEMBAHASAN CRITICAL BOOK REPORT........................................4

3.1. Intisari buku.........................................................................................................4

3.2. Analisis Isi Buku................................................................................................37

BAB IV PENUTUP...................................................................................................38

1.1. Kesimpulan........................................................................................................38
1.2. Saran .................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................40

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................41

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Informasi Bibliografi

Judul : Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi

Penulis : Dr. H. Sarbaini, M.Pd dan Zainul Akhar, MH

ISBN : 978-602-18662-5-2

Penerbit : PT MKU (MPK-MBB) University Lambung Mangkurat

Tahun Terbit : 2015

Urutan Cetakan : Cetakan Ketiga

Dimensi Buku : 14,5 cm x 21 cm

Tebal Buku : x + 308 halaman

1
BAB II

PENGANTAR

Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dapat dilihat Sejak Orde Lama


di tingkat perguruan tinggi diIndonesia pernah diajarkan matakuliah Manipol USDEK,
Pancasila, dan UU 1945 mulai tahun 1960-an, Filsafat Pancasila pada tahun 1970-an sampai
sekarang masih ada beberapa perguruan tinggi yang mempertahankannya, Pendidikan
Kewiraan sejak akhir tahun 1970-an, dan Pendidikan Kewarganegaraan sejak tahun 2000-an
sebagai implementasi pendidikan demokrasi dan bela negara di era reformasi sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang menggantikan UU No. 2/1989.
Kemudian diperkuat oleh Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/DIKTI/Kep/2006
tentang Rambu-rambu 5 Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, satu diantaranya adalah Pendidikan Kewarganengaraan dengan tujuan
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air, serta kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan lebih
diorientasikan kepada pengembangan kepribadian baik dalam proses maupun hasil dalam
kegiatan pembelajaran, yang mengarah kepada pembentukan karakter berbasis nilai-nilai
luhur bangsa untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata kuliah pengembangan kepribadian yang sangat
dibutuhkan untuk menguatkan kesadaran bermasyarakat, berbangsa, bernegara untuk
menumbuhkan cinta tanah air, kepekaan sosial, dan keadaban publik serta membekali
mahasiswa menghadapi masalah-masalah yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, seperti dampak negatif globalisasi, separatisme, primodialisme,
degradasi moral dan etika.
Critical book adalah hasil kritik atau bandingan tentang suatu topik materi yang
umumnya ada pada perkuliahan, terhadap buku yang berbeda. Critical book tidak hanya
bertujuan untuk mengetahui isi buku, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan,
interpretasi, dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari
buku tersebut dan bagaimana isi buku tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir dan
pemahaman pembaca. Setiap buku yang ditulis oleh penulis tertentu pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, kelayakan suatu buku dapat diketahui
dengan melakukan resensi terhadap buku itu dengan perbandingan terhadap buku lainnya.
Suatu buku dengan kelebihan yang lebih dominan dibandingkan dengan buku lainnya
menandakan buku tersebut sudah layak untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi oleh

2
khalayak ramai. Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan
buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang
dianalisis. Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR buku ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi.

BAB III

3
PEMBAHASAN

3.1. Intisari Buku

1. Intisari Bab I “Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan sebagai


Pendidikan Karakter Berbangsa dan Bernegara”
A. Eksistensi Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
Sejak Orde Lama di tingkat perguruan tinggi diIndonesia pernah diajarkan
matakuliah Manipol USDEK, Pancasila, dan UU 1945 mulai tahun 1960-an, Filsafat
Pancasila pada tahun 1970-an sampai sekarang masih ada beberapa perguruan tinggi
yang mempertahankannya, Pendidikan Kewiraan sejak akhir tahun 1970-an, dan
Pendidikan Kewarganegaraan sejak tahun 2000-an sebagai implementasi pendidikan
demokrasi dan bela negara di era reformasi sebagaimana ditetapkan dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 yang menggantikan UU No. 2/1989. Kemudian diperkuat
oleh Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-
rambu 5 Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, satu diantaranya adalah Pendidikan Kewarganengaraan dengan
tujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air, serta kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Pendidikan
Kewarganegaraan lebih diorientasikan kepada pengembangan kepribadian baik
dalam proses maupun hasil dalam kegiatan pembelajaran, yang mengarah kepada
pembentukan karakter berbasis nilai-nilai luhur bangsa untuk kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Henry Randal dalam majalah The Citizen and Civics (Tim IICE UIN
Jakarta. 2003; Soemantri. 2001) Civics dirumuskan sebagai Ilmu Kewarganegaraan,
yang mempelajari/membicarakan hubungan manusia dengan manusia dalam
perkumpulan perkumpulan terorganisasi. Sedang arti yang kedua diikuti oleh
Zamroni, Numan Somantri, Udin S. Winataputra dan Tim CICED (Center Indonesia
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Karakter, yakni
Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya dilakukan dalam pendidikan di Indonesia.

C. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

4
1. Landasan Filosofis
Membangun semangat kebangsaan dalam mengisi kemerdekaan dalam segala
aspek bukannya sesuatu yang instan, karena memerlukan kesadaran sikap hidup
warga Negara yang menghargai nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, cinta
tanah air, kesadaran hukum dan kesadaran dan kemampuan bela Negara.

2. Landasan Teoritis
Dalam pendidikan di Indonesia, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik
untuk menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air

3. Landasan Historis
Untuk itu perlu adanya pendidikan karakter bangsa, moralitas bangsa dalam
kehidupan demokrasi yang seimbang dalam tanggung jawabnya termasuk
didalam pembelaan negara demi terjaga dan terwujudnya integrasi bangsa.

4. Landasan Sosiologis
Kita menyadari Bangsa Indonesia yang heterogen, dengan aneka suku,
kebudayaan, serta adat yang berbeda. Bhineka Tunggal Ika memberikan modal
tekad kesadaran akan perbedaan yang ada dapat merupakan potensi kekuatan
bangsa yang harus kita jaga dan kita wujudkan, tetapi juga harus kita sadari
perbedaan ini juga dapat menjadikan sumber kerawanan dalam bentuk SARA
(Kuntjaraningrat, 2000).

5. Landasan Yuridis
a. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun, setiap warga negara
berhak dan wajib turut serta dalam upaya pembelaan negara.
b. UU no 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1 dan 2.
c. Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
khususnya Pasal 2, 3, 4 dan 37.
d. UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan khusunya Pasal 6, 7, 8, dan 9;

5
f. Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/ DIKTI/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian.
D. Visi, Misi, Kompetensi, dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Visi
Visi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai sumber nilai dan pedoman dalam
mengembangkan dan menyelenggarakan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa menetapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya

2. Misi
misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membentuk
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air
dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
3. Kompetensi yang diharapkan
a. Standar Kompetensi Lulusan: memiliki kesadaran bela Negara dan rasa cinta
tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika, dan
komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan memiliki sikap jujur,
tangguh,cerdas, serta peduli.
b. Kompetensi Dasar Lulusan: Menjadi ilmuwan dan profesional yang memiiki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban; menjadi
warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplin, dan berpartisipasi akitif
dalam membangun kehidupan berdasarkan sistem nilai Pancaasila.
4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Menganalisis PKn PT
2. mengembangkan sikap mendukung identitas nasional
3. menampilkan perilaku yang mencerminkan kesadaran berkonstitusi
4. Menunjukkan sikap demokratis
5. memiliki kesadaran persatuan dan kesatuan
6. menunjukkan sikap dan perilaku bela Negara
7. Mengajukan solusi terhadap usaha penguatan ketahanan nasional

6
8. Mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah dan good governance.
9. Menunjukkan sikap partisipatif sebagai warga negara
E. Materi Pendidikan Kewarganegaraan
a. Karakter Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Berbangsa
dan Bernegara,
b. Identitas Nasional,
c. Negara dan Konstitusi,
d. Demokrasi di Indonesia,
e. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia,
f. Warga Negara
g. Geopolitik dan Wawasan Nusantara,
h. Geostrategi dan Ketahanan Nasional
i. Otonomi Daerah dan Good Goernance

2. Intisari Bab II “Identitas Nasional”


A. Pengertian Identitas Nasional
Identitas nasional tidak terlepas dari rasa nasionalisme yang berhubungan
dengan jati diri bangsa. Nasionalisme adalah sebuah situasi kejiwaan, yaitu kesetiaan
secara total diabdikan langsung kepada negara. Semangat nasionalisme sering
dihadapkan secara efektif oleh para tokohnya sebagai sarana untuk melakukan
perlawanan terhadap bentuk tekanan atau penindasan dan alat identifikasi untuk
mengetahui siapa kawan siapa lawan. Bagi bangsa Indonesia, identitas nasional
adalah jati diri yang membentuk bangsa Indonesia, seperti suku bangsa, budaya,
wilayah, persamaan nasib, ataupun persamaan cara pandang ke depan kehidupan
suatu bangsa. Pembentuk jati diri bangsa Indonesia mempunyai karakteristik sendiri,
dan berbeda dengan bangsa lain, seperti bangsa Philipina, Singapura, atau juga
Malaysia yang sama-sama sebagai bangsa yang berada di wilayah Asia Tenggara.
B. Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia adalah kesadaran dari orang-orang dan golongan-
golongan manusia Indonesia bahwa mereka adalah satu kesatuan bangsa (nation),
baik karena perasaan senasib, sejarah, watak, tujuan, wilayah, dan berkehendak

7
untuk hidup bersama dalam satu negara Republik Indonesia sebagai wadah untuk
mewujudkan keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bersama, berdasarkan
kesatuan paham kemasyakatan, kebangsaan dan kenegaraan Pancasila (Saidus
Syahar, 1977)
C. Unsur-unsur Pembentuk Nasionalisme
1. Unsur Sejarah
Perjuangan demi perjuangan bangsa telah mengukir sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, sebagai bangsa pejuang yang kembali memperoleh
kemerdekaannya. Nilai-nilai perjuangan yang mengkristal menjadikan bangsa
Indonesia adalah bangsa pejuang. Semangat juang ini menjadikan kebanggaan
sebagai identitas nasional yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan para pahlawan yang rela
mengorbankan jiwa raganya, bukan kemerdekaan yang diperoleh dari pemberian
bangsa lain yang merasa telah menguasainya

2. Budaya Unggul
Candi Borobudur, ataupun sebagai pelaut yang ulung, merupakan bukti-
bukti bahwa bangsa Indonesia termasuk salah satu bangsa di dunia yang memiliki
budaya unggul. Ciri budaya unggul harus dibangkitkan kembali, sehingga bangsa
Indonesia mampu bersaing dalam pergaulan dunia global.
3. Suku Bangsa dan Bahasa
Kondisi sekitar 300 suku bangsa dengan segala kebhinnekaannya adalah
salah satu keunikan yang membanggakan bagi bangsa Indonesia, karena dengan
kesadaran bersama menyatakan diri sebagai bangsa yang satu, Bangsa Indonesia
yang tinggal dalam satu wilayah kesatuan Negara Indonesia, serta kesepakatan
satu bahasa, Bahasa Indonesia.
4. Agama
Bangsa Indonesia yang dikenal religius, dapat menerima dan hidup
berdampingan secara damai antar pemeluk agama yang berbeda dalam
kehidupan bersama yang penuh dengan nuansa toleransi. Kedatangan berbagai
agama di wilayah Indonesia diterima oleh pemeluknya tanpa suatu tindakan
kekerasan.

8
D. Simbol-simbol Kenegaraan sebagai Identitas Nasional
1. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang telah diakui sebagai bahasa pemersatu bangsa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia, dalam UUD
1945 pasal 36. Sebagai bahasa resmi negara, Bahasa Indonesia digunakan dalam
komunikasi kenegaraan, termasuk pengantar dalam dunia pendidikan, namun
demikian keberadaan Bahasa Indonesia tidak meniadakan bahasa daerah yang
ada di Indonesia.
2. Bendera Negara
Pasal 35 UUD 1945 menetapkan, Bendera Negara Indonesia adalah Sang
Mera Putih. Warna merah putih diabadikan sebagai bendera negara, karena
warna merah putih bagi Indonesia mengandung arti yang penuh makna bagi
perjuangan dan kehidupan Bangsa Indonesia. Warna merah melambangkan sifat
keberanian dari Bangsa Indonesia, sedang warna putih melambangkan sifat
kesucian atau kebenaran. Merah putih merupakan simbol perbuatan yang berani
karena benar.
3. Lagu Kebangsaan
Lagu Indonesia Raya Ciptaan W. R. Supratman, syairnya pernah dilagukan
dalam kongres Pemuda tahun 1928 meskipun dengan beberapa kata yang
disamarkan, setelah Indonesia merdeka katakata mulia yang merupakan syair
dinyanyikan tanggal 28 Oktober 1928, digantikan dengan kata-kata merdeka,
yang akhirnya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia
4. Lambang Negara
Garuda Pancasila ditetapkan sebagai lambang negara, karena bangsa
Indonesia memberikan nilai lebih adanya semangat pantang menyerah
E. Pancasila sebagai Identitas Nasional
1. Konsep Hakekat Eksistensi Manusia
2. Konsep Pluralistik
3. Konsep Harmoni dalam Keselarasan, Keserasian dan Keseimbangan
4. Konsep Kekeluargaan dan Gotong-royong
5. Konsep Integralistik
6. Konsep Kerakyatan

9
7. Konsep Kebangsaan (Nasional)

F. Integrasi Nasional
Integrasi menitikberatkan perhatiannya pada proses (relationship), yakni
pemerintahan secara kooperatif bertalian bersama, seiring dengan perkembangan
homogenitas kebudayaan, kepekaan tingkah laku, kebutuhan sosial, ekonomi, dan
saling membutuhkan yang dibarengi dengan pendekatan institusi supranasional yang
multidimensi untuk memenuhi kebutuhan bersama.
G. Kesadaran terhadap Identitas Nasional sebagai Pemersatu Bangsa
1. Memperkuat Persatuan dan Kesatuan (Nasionalisme) versus Divide et Impera
2. Meningkatkan Daya Saing
3. Meningkatkan Daya Saing
4. Memperkuat Semangat Kebangsaan

3. Intisari Bab III “Negara dan Konstitusi”


A. Eksistensi Negara
1. Pengertian Negara
Menurut Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas keluarga dan
kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang sempurna dan
berkecukupan.
Jean Bodin (Schmandt, 2002) mengemukakan negara adalah pemerintahan yang
tertata dengan keluarga serta kepentingan bersama mereka oleh kekuasaan
berdaulat.
2. Teori Terjadinya Negara
a.Teori Teokrasi
Menurut teori teokrasi, negara ada, karena kehendak Tuhan.
b. Teori Organik
Teori organik diperkenalkan oleh Plato (Schmandt, 2002), Plato menegaskan
bahwa negara organik bukanlah rakyat semata yang menjadi bahan politik,
meski ia jelas dari para individu
c.Teori Perjanjian

10
Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu negara, karena
adanya perjanjian masyarakat.
d. Teori Kekuasaan
Menurut teori kekuasaan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki
kekuasaan atau berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya memegang pucuk
pemerintahan.
e. Teori Kedaulatan Teori kedaulatan memandang keberadaan negara, karena
adanya kekuasaan tertinggi yang mampu mengatur kehidupan bersama dalam
masyarakat (negara).
3. Bentuk Negara
a. Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah negara yang tersusun tunggal, negara yang hanya
terdiri satu negara saja, tidak terdapat dalam suatu negara
Dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah negara kesatuan dapat dilakukan
dengan dua alternatif sistem, yaitu:
1). Sistem desentralisasi, yakni daerah-daerah diberikan keleluasaan dan
kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi),
2) Sistem sentralisasi, segala sesuatu urusan dalam negara tersebut langsung
diatur dan diurus oleh pemerintah pusat.
b. Negara Serikat
Negara serikat adalah negara yang merupakan gabungan dari beberapa, yang
kemudian menjadi negara negara bagian dari pada negara serikat tersebut
4. Tujuan Negara
a.Teori Kekuasaan
Menurut penganut teori ini, negara harus mampu memiliki kekuasaan dan
kekuatan yang mampu mengatasi segala kekuasaan dan kekuatan dari elemen
yang ada didalamnya, karena itu pemerintahan negara harus dipimpin orang
yang kuat yang mampu mengatasi segala ancaman dan gangguan yang
mungkin timbul.
b. Teori Keamanan dan Ketertiban

11
Dengan kekuasaan mutlak yang dimiliki pemimpin, maka pemimpin akan
mampu menciptakan keamanan dan ketertiban lepas dari pengaruh kelompok
tertentu dalam kehidupan kenegaraan.
c.Teori Kemerdekaan
Emanuel Kant menyatakan kemerdekaan adalah sebenarnya menjadi tujuan
negara. Terciptanya negara untuk melaksanakan hukum, sedang fungsi hukum
menjamin kemerdekaan manusia.
d. Teori Kesejahteraan
Negara ada, tidak lain untuk mewujudkan kesejahteraan warganegaranya.
B. Negara Indonesia
1. Lahirnya Negara Indonesia
Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945.
2. Kedaulatan Indonesia
Bangsa Indonesia menyatakan dirinya secara langsung dalam UUD 1945 bahwa
Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat.
3. Tujuan Negara Indonesia
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
b) Memajukan kesejahteraan umum,
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa,
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
4. Bentuk Negara Indonesia
Dilihat dari bentuk negara, Indonesia termasuk pada negara keasatuan dengan
bentuk pemerintahan republik

C. Konstitusi
1. Istilah dan Pengertian Konstitusi (Undang-Undang Dasar)
Pengertian konstitusi dalam arti sempit, hanya mencakup konstitusi tertulis saja,
yaitu
UUD.Konstitusi yang disamakan artinya dengan UUD, memiliki ciri-ciri umum
(Subardi, 2001) :

12
a. Konstitusi itu sebagai kumpulan kaidah hukum yang diberi kedudukan tertinggi
dalam negara (supreme law), karena dimaksudkan sebagai alat untuk membatasi
wewenang penguasa.
b. Konstitusi memuat prinsip-prinsip dan ketentuanketentuan yang dianggap paling
pokok mengenai kehidupan bernegara.
c. Konsitusi biasanya lahir dari momen sejarah yang terpenting bagi masyarakat
(negara) yang bersangkutan, seperti pembebasan dari penjajahan, keberhasilan
dari suatu revolusi dan sebagainya.
2. Keberadaan dan Tujuan Konstitusi
keberadaan konstitusi diadakan untuk suatu fungsi dan tujuan dalam kehidupan
bernegara. Keberadaan konstitusi dalam suatu negara yang berkaitan dengan
fungsi adalah sebagaimana dikemukakan oleh C.J. Friedrich (Miriam Budiardjo,
2008) bahwa konstitusi merupakan proses (tata cara) untuk membatasi perilaku
pemerintah secara efektif. Keberadaan konstitusi baik dilihat dari fungsi maupun
tujuannya esensinya adalah membatasi kekuasaan pemerintahan negara
sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan negara tidak bersifat sewenang-
wenang atau melakukan penyalahgunaan wewenang.
D. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar di Indonesia
1. Penetapan Undang-Undang Dasar dan Konstitusi Indonesia
Undang-Undang Dasar Proklamasi yang kemudian kita kenal dengan UUD 1945,
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18
Agustus 1945.
2. Perubahan Konstitusi atau UUD
a. Cara Merubah Konstitusi atau UUD
Terdapat dua tradisi dalam teknik perubahan UUD, yaitu tradisi Erofah
Kontinental dan tradisi Amerika Serikat. Berdasarkan tradisi Erofah
Kontinental, teknik perubahan dilakukan langsung ke dalam teks UUD. Jika
perubahan itu menyangkut materi tertentu, tentulah naskah UUD yang asli,
tidak banyak mengalami perubahan. Tetapi jika materi yang diubah banyak,
apalagi kalau perubahannya sangat mendasar, biasanya naskah UUD itu
disebut dengan nama baru sama sekali (pergantian). Menurut tradisi Amerika

13
Serikat, perubahan dilakkan terhadap materi tertentu dengan menetapkan
naskah Amandemen yang terpisah dari naskah asli UUD (Subardi, 2001).
b. Perubahan UUD atau Konstitusi di Indonesia
1) Perubahan Undang-Undang Dasar Dalam UUD 1945 Proklamasi
2) Perubahan Konstitusi Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS)
1949
3) Perubahan Undang-Undang Dasar Dalam UUDS 1950 Ketentuan
perubahan Undang-Undang Dasar Dalam UUDS 1950 diatur dalam pasal
140
4) Perubahan Undang-Undang Dasar Dalam UUD 1945 pada Periode Orde
Lama dan Orde Baru
5) Perubahan Undang-Undang Dasar Dalam UUD 1945 Amandemen
E. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen
Kedudukan UUD sebagai hukum dasar tertulis merupakan sumber hukum setiap
produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan
lainnya.
1. Pembukaan UUD 1945 Amandemen
Pembukaan UUD 1945 Amandemen, tidak mengalami perubahan sebagaimana
awalnya UUD 1945 ditetapkan.
2. Pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945
Empat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 adalah:
a. Pokok Pikiran I, Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah
darah Indonesia, dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Pokok Pikiran II, Negara berkehendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Pokok Pikiran III, Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan
dan permusyawaratan/ perwakilan.
d. Pokok Pikiran IV, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut
kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Amandemen
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechstaat)

14
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat), tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka (machstaat). Hal ini mengandung arti bahwa negara
termasuk di dalamnya Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya
dalam melaksanakan tindakan apapun, harus dilandasi oleh peraturan hukum
atau harus dipertanggungjawabkan secara hukum.
b. Sistem Konstitusional
Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan
penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh
ketentuanketentuan konstitusi, yang dengan sendirinya juga oleh ketentuan-
ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional, Ketetapan MPR,
Undang-Undang dan sebagainya
c. Kekuasaan negara yang tertinggi ada di tangan rakyat
d. d. Presiden ialah penyelenggara pemerintah an tertinggi di samping MPR dan
DPR
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
f. Menteri Negara ialah pembantu Presiden. Menteri Negara tidak bertanggung
jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
g. Kekuasaan Presiden tidak tak terbatas
4. Lembaga Negara Menurut UUD 1945 Amandemen
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR
2) Presiden dan Wakil Presiden
3) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
5) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6) Mahkamah Agung (MA)
7) Komisi Yudisial (KY)
8) Mahkamah Konstitusi (MK)
5. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah dengan prinsip otonomi daerah dan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua

15
urusan pemerintahan, di luar yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Otonomi Daerah.

4. Intisari BAB IV “Demokrasi di Indonesia”

A. Istilah dan Definisi Demokrasi


Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demokratia” berarti “kekuasaan dari
rakyat” (rule of people), yang dirangkai dari kata “demos” artinya “rakyat”, dan
“kratos” atau “cratein” berarti “kekuasaan”. Demokrasi adalah bentuk politis dari
pemerintahan yang mengatur kekuasaan yang diperoleh dari rakyat, baik melalui
pemilihan langsung (direct democracy) maupun perwakilan rakyat yang dipilih
(representative democracy).

B. Sejarah Perkembangan Demokrasi


Dalam berbagai pustaka dalam kehidupan demokrasi telah terjadi jauh pada abad ke
4 dan 5 sebelum masehi (SM) yang dipraktikkan sebagai sistem-sistem politik pada
zaman Yunani kuno, tepatnya di Negara Kota (polis) Athena (Suhelmi, 2001;
Schmandt, 2002; Agustino, 2007). Dalam pemahaman awal Yunani sendiri, seperti
dijelaskan Aristoteles menyebut tiga pemerintahan yang baik dan tiga pemerintahan
yang buruk (Suhelmi, 2001; Schmandt, 2002; Agustino, 2007),
C. Prinsip-Prinsip Demokrasi
1. Kebebasan
a. Kebebasan Menyatakan Pendapat
b. Kebebasan Berkelompok
c. Kebebasan Berpartisipasi
2. Kesetaraan Antar Warga atau Individu
Kesetaraan atau persamaan kedudukan (egalitarianisme) merupakan nilai dasar
demokrasi. Kesetaraan dalam demokrasi adalah bentuk pengkuan terhadap
pribadi manusia, bahwa manusia di dunia ini mempunyai kedudukan harkat dan
martabat yang sama, karena manusia sama-sama sebagai umat dari Tuhan Yang
Maha Kuasa.
3. Pluralisme

16
Pluralistik dalam kehidupan manusia dapat bermakna bahwa manusia di dunia
itu tidak sama, namun dengan ketidaksamaan tersebut, faham pluralis
memberikan intensitas yang sama sebagaimana adanya.
4. Paham Individualisme
paham yang memposisikan dan menjunjung tingi individu dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Keadilan
Kebebasan, kesetaraan, dan plualisme, adalah satu realisasi bentuk keadilan.
Karenanya, kehidupan praktik demokraksi tidak dapat dipisahkan dengan nilai
keadilan pada umumnya.
D. Bentuk-bentuk Demokrasi
1. Demokrasi Liberal : manusia adalah makhluk individu yang bebas
2. Demokrasi Komunis
3. Demokrasi dan Islam

E. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


1. Demokrasi Liberal di Awal Proklamasi Awal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
Pemerintah Indonesia masih disibukkan untuk menata negara yang baru berdiri,
pada sisi lain bangsa Indonesia harus berjuang mempertahankan kemerdekaan
dari penjajah Belanda yang masih ingin berkuasa lagi di Indonesia.
2. Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan
dasar hidup bangsa Indonesia, yaitu kekeluargaan dan gotong royong. Dalam
praktik Demokrasi Terpimpin, peran Presiden sebagai pemimpin nasional sangat
dominan.

3. Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah berasal dari pemikiran politik Soekarno, yang
kemudian dituangkan ke dalam UUD 1945 Proklamasi.

4. Demokrasi Era Reformasi


a. Perubahan keanggotaan MPR

17
b. Tidak lagi anggota DPR dan MPR yang diangkat
c. Penetapan Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.
d. Pembatasan masa kekuasaan Presiden
e. Jaminan hak warga Negara dalam bidang politik lebih terakomodir, era
reformasi memunculkan kehidupan multipartai yang menjurus pada euforia
demokrasi. Satu sisi memberikan kelonggaran berpolitik, pada sisi lain
muncul euforia dan anarkisme yang berlebihan dan kurang
bertanggungjawab. Kebebasan mendirikan partai politik, lebih terbuka,
bahkan kebebasan politik yang bersifat individual dalam memperebutkan
jabatan politik lembaga eksekutif telah menjadi wacana.
F. Demokrasi dan Pemilihan Umum
1. Pemilihan Umum di Indonesia
a. Sistem pemilihan dilihat dari cara pemilihan: pemilihan langsung dan tidak
langsung
b. Sistem pemilihan dilihat dari jumlah dan wilayah pemilihan: Sistem distrik dan
proporsional
2. Sistem Pemilu di Indonesia
Sejak tahun 1955 sampai tahun 1997 Indonesia menggunakan sistem
proporsional. Pemilihan Umum 2004 menggunakan gabungan, antara sistem
distrik dan proporsional. Dalam pemilihan umum tahun 2009, sistem gabungan
distrik dan proporsionaL.Mulai pemilihan umum tahun 2004 dengan UUD 1945
Amandemen, pemilihan umum di Indonesia, di samping memilih anggota DPR,
juga dipilih anggota DPD sebagai wakil daerah, yang pencalonannya dilakukan
secara individual dengan wilayah pemilihan pada tingkat Provinsi
G. Pembangunan Masyarakat Demokrasi
1. Pembangunan Masyarakat Demokrasi dalam RPJP
2. Pembangunan Masyarakat Demokrasi dalam RPJM

18
5. BAB V NEGARA “Hukum dan Hak Asasi Manusia”
A. Negara Hukum
Negara menurut Mac Iver (Soehino, 1998; Agustino, 2007) negara adalah asosiasi
yang menyelenggarakan penertiban dalam suatu masyarakat pada suatu wilayah
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk
maksud itu diberi kekuasaan memaksa.
1. Kebutuhan Terhadap Negara Hukum
Semua bangsa yang telah bernegara memiliki aturan hukum yang mengikat
seluruh warga negaranya. Lebih khusus lagi yang mengatasnamakan negaranya
sebagai Negara Demokrasi, karena salah satu unsur negara demokrasi adalah
adanya hukum negara.
2. Konsep Negara Hukum
a. Konsep rechtsstaat:
Konsep rechtsstaat banyak dianut di Negara Eropa Kontinental (Eropa
daratan) yang bertumpu pada civil law, yang menitikberatkan pada
administrasi.
b. Konsep rule of law
Konsep rule of law dikembangkan oleh Negara Anglo Saxon yang menekankan
pada common law, yang bertumpu pada judicial
3. Indonesia Negara Hukum
Sebagaimana diatur dalam UUD 1945, yang mengatur:
1. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak diatur dalam pasal
24
2. Pemilihan umum yang bebas, yang memilih lembaga perwakilan (DPR)
meskipun baru dilaksanakan pertama tahun 1955
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat, diatur dalam pasal 28
4. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi, diatur dalam pasal
28
a. Perlindungan Konstitusional
Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain dari dari
menjamin hak-hak asasi individu, konstitusi harus pula menentukan cara
prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin.

19
b. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
Indonesia sebagai negara hukum memberikan penegasan bahwa
pemerintahan yang dijalankan adalah berdasar atas sistem konstitusi
(hukum dasar), dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas).
c. Pemilihan umum yang bebas Meski negara Indonesia yang baru merdeka,
namun UUD 1945 Proklamasi secara formal telah memuat pemikiran untuk
penyelenggaraan pemilihan umum di kelak pemerintahan sudah berjalan
normal dan stabil
d. Kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan untuk
berserikat/berorganisasi dan beroposisi
Pentingnya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan kebebasan
berserikat/berorganisasi merupakan hal yang penting dalam menjamin hak
warga dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu dirasa perlu oleh
pendiri negara, sehingga dimasukkan dalam ketentuan batang tubuh UUD
1945, yakni dalam pasal 28, yang menyatakan: Kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang
e. Adanya pendidikan kewarganegaraan (civic education) Sejak berlakunya
UUD 1945 Proklamasi, pendidikan di Indonesia telah memasukkan
Pendidikan Kewarganegaraan, meski dalam perkembangannya terjadi
perubahan-perubahan.
f. Adanya pemisahan kekuasaan Pemisahan kekuasaan Negara adalah teori
yang dicetuskan oleh John Locke.
Negara Indonesia yang memiliki lembaga sebagaimana disebut dalam
tugas-tugas legislatif, eksekutif dan yudikatif, namun kekuasaan ketiga
lembaga tersebut tidak terpisah sama sekali, karena dalam melaksanakan
kekuasaan di antara ketiga lembaga tersebut, masih ada diperlukan kerja
sama.
g. Adanya pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
h. Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan
i. Adanya jaminan kedudukan sama dalam hukum

20
j. Adanya supremasi hukum Supremasi hukum adalah bagian ciri utama dari
konsep Anglo Saxon.
k. Adanya jaminan hak-hak asasi manusia dalam UUD

4. Penegakan Hukum di Indonesia


a. Kepolisian
Fungsi kepolisian Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dalam
negeri yang meliputi keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Kejaksaan Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang
melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan dan penyidikan
pidana khusus berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
c. Komisi Pemberantasan Korupsi
1). Tugas KPK Beberapa tugas pokok KPK adalah:

a) Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan


pemberantasan tindak pidana korupsi,

b) Supervisi terhadap instansi berwenang terhadap pemberantasan


tindak pidana korupsi,
c) Melakukan peyelidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi,
d) Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi,
e) Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan
Negara.
2) Wewenang KPK:
a) Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan terhadap instansi
yang menjalankan tugas dan wewenang dengan pemberantasan
korupsi,
b) Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak
pidana korupsi kukan oleh kepolisian dan kejaksaan,

21
c) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
korupsi,
d) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak
pidana korupsi
e) Hanya menangani korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002
f) Pengadilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan
landasan hukum KPK, MK telah memutuskan bahwa UU tentang
TIPIKOR harus sudah selesai dalam waktu 3 tahun (2009).
d. Badan Peradilan
1) Peradilan Negeri, berkedudukan di kabupaten/kota adalah peradilan
umum tingkat pertama,
2) Peradilan Tinggi, berkedudukan di tingkat provinsi, adalah peradilan umum
yang menangani tingkat banding, dengan penekanan perkara prioritas
korupsi, terorisme, narkoba, maupun pencucian uang,
3) Mahkamah Agung (MA), puncak kekuasaan kehakiman yang berhak
mengadili tingkat kasasi, serta menguji peraturan di bawah UU,
4) Mahkamah Konstitusi (MK), merupakan lembaga peradilan tingkat
pertama dan terakhir.

B. Istilah dan Pengertian HAM


Hak asasi menurut Miriam Budiardjo (2008) adalah hak yang dimiliki manusia
yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya atau
kehadirannya di dalam kehidupan mayarakat, tanpa perbedaan atas dasar bangsa,
ras, agama atau kelamin, dan bersifat asasi serta universal. Dasar dari semua hak
asasi adalah bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk brkembang
sesuai dengan bakat dan cita-citanya.
C. Sejarah Perkembangan HAM
Pada umumnya, dalam kajian literature Barat lahirnya pemikiran HAM
dimulai dengan lahirnya Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689), Petition of Right
(1628), Habeas Corpus (1678), Petition of Right (1628), Declaration of Independence
(1776), Declaration des droit de I’hommes et du citoyen (1789). Magna Charta
(1215), yaitu suatu dokumen yang ditandatangani Raja Joh Lockland karena desan

22
kaum bangsawan (baron) dan Gereja (Paus dan para klerus) Inggris, bahwa raja tidak
boleh berbuat sewenangwenang, seperti menghukum atau merampas hak seseorang
oleh kerajaan. Petition of Right (1628) adalah dokumen yang ditandatangi oleh Rajah
Charles I atas desakan para utusan rakyat di parlemen (House of Commons). Bill of
Rights (1689), suatu Undang-Undang yang diterima oleh Raja James II, esensinya
kekuasaan raja harus dibatasi, yang kemudian dikenal dengan istilah revolusi tidak
berdarah di Inggris. Declaration of Independence (1776).
Setelah Perang Dunia ke II, upaya mewujudkan perdamaian dunia juga
diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat Rosevelt, yang menggagas perlunya
ditegakkan HAM yang dikenal sebagai “The Four Freedom” meliputi, kebebasan
berbicara atau berpendapat, kebebasan beragama, kebebasan dari ketakutan, dan
kebebasan dari kemelaratan. Perjuangan perlindungan terhadap HAM akhirnya
disepakati PBB tanggal 10 Desember 1948, dengan ditetapkannya Universal
Declaration of Human Rights. HAM dalam Universal Declaration of Human Rights
yang menyangkut hak hukum hak politik, hak sipil, serta hak asasi yang menyangkut
hak ekonomi, hak sosial dan budaya. Hak asasi yang mencakup hak hukum, hak
politik dan hak sipil.
D. HAM dan Pelaksanaan Hukum di Indonesia
1. Periode 1945 – 1949
Awal kemerdekaan bangsa Indonesia berhasil menyusun UUD yang kemudian
dikenal sebagai UUD 1945.
Pernyataan perlindungan HAM juga diatur dalam pasal-pasal UUD 1945 misalnya:
a. Hak memilih pekerjaan untuk penghidupan yang layak,
b. Hak untuk berkumpul, dan berserikat, serta mengeluarkan pendapat, baik
secara lisan maupun tertulis,
c. Hak untuk memilih dan beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya,
d. Jaminan sosial bagi fakir miskin dan anak terlantar yang akan dipelihara oleh
Negara,
e. Dalam praktik kenegaraan, karena lembaga perwakilan belum terbentuk
ditetapkan adanya lembaga KNIP, yang awalnya sebagai pembantu Presiden,
kemudian ditingkatkan perannya sebagai lembaga perwakilan,pergeseran lain

23
juga terjadi pada tanggung jawab pemerintahan, tidak lagi pada Presiden, tetapi
pada para menteri Negara

2. Periode 1949-1959 Dengan berlakunya KRIS 1949 dan UUDS 1950 dan lahir
setelah Declaration of Human Rights, maka dihimbau terhadap setiap Negara
anggota harus memasukkan HAM dalam konstitusi atau UUD Negara

3. Periode 1959-1966 Dengan berlakunya kembali UUD 1945, maka pengaturan HAM
dalam UUD tetap sebagaimana berlaku pada periode 1945-1949.

4. Periode 1966-1998 Dengan berakhirnya Demokrasi Terpimpin ke Demokrasi


Pancasila, pengaturan HAM dalam UUD 1945 ditambahkan aturan baru dengan
referendum.
5. Periode 1998 – sampai sekarang Pergantian pemerintahan Indonesia tahun 1998
memberikan dampak besar pada pelaksanaan dan perlindungan HAM di
Indonesia
Dalam amandemen UUD 1945, pengaturan HAM juga mendapatkan penekanan
lebih rinci dengan penambahan ayatayat pada pasal 28A-28J yang mengatur:
a. Hak untuk hidup
b. Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
c. Hak mengembangkan diri
d. Hak atas hukum, hak bekerja, hak atas pemerintahan dan hak akan status
warga kewarganegaraan
e. Hak beragama, hak atas kepercayaan, hak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan hak mengeluarkan pendapat
f. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
g. Hak atas perlindungan pribadi dan keluarga
h. Hak atas kejejahteraan lahir dan batin
i. Jaminan pemenuhan tidak dapat dikurangi hak asasi manusia dalam keadaan
apapun, seperti hak hidup
j. Kewajiban bagi setiap orang untuk menghormati hak asasi orang lain.

24
6. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran HAM
a. Belum ada kesepahaman tataran konsep HAM secara universal dan
partikularisme
b. Adanya dikotomi antara individualisme dan kolektivisme.
c. Kurang berfungsinya penegak hukum.
d. Pemahaman belum merata di kalangan sipil dan militer.
7. Permasalahan HAM di Indonesia
berbagai masalah HAM di Indonesia antara lain, adalah:
a. Banyaknya pelanggaran HAM yang tidak dapat dihukum,
b. Tidak berfungsinya institusi negara yang berwenang dan wajib menegakan
HAM,
c. Penegakan dan kepastian hukum belum dinikmati oleh masyarakat Indonesia,
d. Penegakan hukum yang tidak adil, tidak tegas, dan masih diskriminatif,
e. Penanganan perkara korupsi oleh Kejaksaan Agung tidak secara optimal
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat,
f. Besarnya harapan masyarakat terhadap kinerja KPK dan pengadilan Tipikor
untuk menegakan hukum dan kepastian hukum,
g. Tindakan hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi seringkali tidak tuntas.
8. Indikator Pelaksanaan dan Pelanggaran HAM
Penetapan berbagai peraturan, dalam kehidupan sehari-hari masih sering terjadi
pelanggaran HAM di berbagai belahan Dunia
Beberapa indikator masih terjadinya pelanggaran HAM menurut Mulyana W.
Kusumah (Dirjen Dikdasmen, 2004), antara lain:
a. Pembunuhan besar-besaran,
b. Rasialisme resmi,
c. Teroris berskala besar,
d. Pemerintahan otoriter,
e. Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
f. Perusakan lingkungan,
g. Kejahatan-kejahatan perang

25
9 Sikap Positif Upaya Penegakan HAM
a. Penetapan Komnas HAM
Seiring dengan perkembangan dunia, maka tuntutan untuk
menegakkan HAM lebih sering dikumandangkan, bahkan instrumen HAM
sering dijadikan indikator untuk kerjasama antar negara. I
Pada masa Presiden Suharto melalui Kepres No. 50 Tahun 1993,
menetapkan pembentukan Komnas HAM.
Tujuan dibentuknya Komnas HAM adalah: a) Membantu
pengembagan yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia b)
Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

10. Pembentukan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan


11. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000, yang
berwenang memutus perkara pelanggaran HAM berat seperti kejahatan genoside
dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan genoside merupakan perbuatan
yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau
sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama. Kejahatan
kemanusiaan merupakan perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan
yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.
12. Peran dan partisipasi masyarakat
a. Setiap orang, kelompok, atau organisasi politik, sosial atau LSM berhak
berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi
manusia,
b. Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran
hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang
dalam rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia,

26
c. Masyarakat berhak mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan
yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga
lainnya
d. Masyarakat dapat bekerja sama dengan Komnas HAM melakukan penelitian,
pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia

E. Upaya Penegakan terhadap Hukum dan HAM


Untuk mendukung upaya penghormatan dan pemenuhan serta penegakan
terhadap hukum dan hak asasi manusia, sasaran ke depan adalah dilaksanakannya
berbagai langkah-langkah Rencana Aksi yang terkait dengan penghormatan,
pemenuhan dan penegakan terhadap hukum dan hak asasi manusia antara lain
Rencana Aksi HAM 2004-2009.

6. Intisari BAB VI “Warga Negara Indonesia”


A. Istilah dan Pengertian Warga Negara
Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari penduduk yang
menjadi unsur negara, Yang dimaksud dengan warga negara Indonesia adalah:
1. Orang asli dalam daerah Negara Indonesia
2. Orang yang tidak masuk golongan tersebut di atas, akan tetapi turunan dari
seorang dari golongan itu, yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di
dalam daerah Negara Indonesia dan bukan orang turunan seorang dari golongan
termaksud, yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman selama sedikitnya
5 tahun berturut-turut, yang paling akhir di dalam daerah Negara Indonesia, yang
telah berumur 21 tahun, atau lebih, atau yang telah kawin, kecuali jika ia
menyatakan keberatan menjadi Warga Negara Indonesia, karena ia adalah warga
Negara lain.
3. Orang yang mendapat kewargaan Negara Indonesia dengan cara naturalisasi
4. Anak yang sah atau diakui dengan cara sah oleh bapaknya, yang pada waktu
lahirnya bapaknya mempunyai kewargaan Negara Indonesia
5. Anak yang lahir setelah bapaknya, yang mempunyai kewargaan Negara Indonesia,
meninggal dunia
6. Anak yang hanya oleh ibunya diakui dengan cara yang sah, yang pada waktu

27
lahirnya mempunyai kewargaan Negara Indonesia 229
7. Anak yang diangkat dengan cara sah oleh seorang Warga Negara Indonesia
8. Anak yang lahir dalam daerah Negara Indonesia, yang oleh bapak maupun ibunya
tidak diakui dengan cara sah
9. Anak yang lahir di dalam daerah Negara Indonesia, yang tidak diketahui siapa
orang tuanya atau kewarganegaraan orang tuanya.

B. Asas Kewarganegaraan
1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran
a. Ius soli : anak yang baru lahir didasarkan pada tempat anak tersebut dilahirkan.
b. Ius sanguinis : anak yang baru lahir berdasarkan warga negara orang tuanya,
karena hubungan darah.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang menjadikan manusia dengan
mudah pergi dan pindah dari satu negara ke negara lain, seperti era globalisasi
sekarang, dua asas kelahiran ini ternyata dapat menimbulkan permasalahan
kewarganegaraan seperti apatride dan bipatride
a. Apatride adalah seseorang karena kelahirannya, tidak memiliki
kewarganegaraan
b. Bipatride adalah seseorang yang karena kelahirannya memperoleh dua
kewarganegaraan
2. Asas Kewarganegaraan dari Perkawinan
a. Asas kesatuan hukum, bahwa asas yang memberikan kebebasan kepada pihak-
pihak yang melangsungkan perkawinan untuk memutuskan pilihan hukum yang
sama, sehingga dalam satu ikatan keluarga, tidak terjadi perbedaan atau
pertentangan hukum di antara keduanya.
b. Asas persamaan derajat, adalah asas yang memberikan kebebasan kepada
suami isteri yang berlainan status pewarganegaraannya untuk mempertahankan
status warga negara yang dimiliki, atas dasar persamaan derajat antar laki-laki
dan perempuan. Dengan kata lain bahwa perkawinan tidak menjadikan
seseorang akan kehilangan kewarganegaraannya, meskipun perkawinan tersebut
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dari warga negara yang berbeda.
3. Pewarganegaraan

28
Dalam keterkaitannya dengan permasalahan kewarganegaraan, seseorang
dapat melakukan tindakan aktif, yang dikenal sebagai hak seseorang untuk
mendapatkan kewarganegaraan. Hak seseorang untuk mendapatkan
kewarganegaraan dari suatu negara yang dikehendaki dikenal dengan hak opsi.
Hak opsi dapat dilakukan seseorang, utamanya bagi yang apatride atau yang
tidak memiliki kewarganegaraan. Untuk hak yang sifatnya berlawanan dengan
hak mendapatkan kewarganegaraan adalah hak untuk menolak menjadi warga
negara suatu negara yang dikenal dengan hak repudiasi. Hak ini dapat dilakukan
oleh seseorang untuk melepaskan salah satu status kewarganegaraan, karena
seseorang berstatus bipatride atau kewarganegaraan ganda.
4. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
Persyaratan untuk memperoleh kewarganegaraan RI sebagaimana diatur
dalam UU No. 12/2006 adalah:
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah,
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
Negara RI paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak
berturutturut,
c. Sehat jasmani dan rohani,
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan
konstitusi UUD 1945, e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih,
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI, tidak menjadi kewarganegaraan
ganda,
g. Memiliki pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap, h. Membayar uang
pewarganegaraan ke kas Negara.
5. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
Warga Negara Indonesia akan kehilangan kewarganegaraannya jika yang
bersangkutan:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.

29
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah menikah,
bertempat tinggal diluar negeri, dll.
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden.
e. Secara suka rela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh WNI. f. Secara suka rela mengangkat sumpah
atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing
tersebut.
g. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
h. Memilki paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya.
i. Bertempat di luar wilayah Negara RI selama 5 tanpa alasan yang sah

6. Hak-Hak Warga Negara


a. Setiap orang berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak,
b. Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan,
c. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah
d. Setiap orang dijamin kemerdekaannya dalam berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan,
e. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnyadan demi kesejahteraan umat manusia,
f. Setiap orang berhak memajukan dirinya memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya,
g. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum,

30
h. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja,
i. Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan sama dalam
pemerintahan,
j. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan,
k. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali,
l. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya,
m. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari
memperoleh, memiliki, menyimpan, dan mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia,
n. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang hak asasi,
o. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia behak suaka politik dari Negara lain,
p. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan,
q. Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan,
r. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat,
s. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak miliki tersebut, tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun
t. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai

31
pribadi di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut, adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun,
u. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.

7. Intisari Bab VII “Geopolitik dan Wawasan Nusantara”


A. Geopolitik Indonesia
1. Pengertian Geopolitik
Geopolitik dalam arti kehidupan bernegara dapat diartikan sebagai upaya
pemerintahan suatu negara mewujudkan cita-cita atau tujuan negara, di seluruh
wilayah negara.
a. Teori Ratzel
Teori geopolitik pertama dikembangkan oleh Frederich Ratzel, yang memandang
negara sebagai suatu organisme hidup yang berevolusi
b. Teori Rudolf Kjellen
Teori geopolitik Frederich Ratzel memandang negara sebagai suatu organisme
hidup yang berevolusi, dipengaruhi teori organisme Darwin, kemudian diikuti dan
dikembangkan oleh Rudolf Kjellen.
c. Teori Karl Haushofer
Teori Haushofer yang dipengaruhi oleh Kjellen, dengan kemampuan
meningkatkan kekuatan nasionalnya, untuk memberikan legitimasi semangat
militerisme dan fasisme, yang bersifat ekspansionis, bahkan dicurigai pemicu
untuk melakukan ekspansi, guna mendapatkan ruang gerak yang lebih bebas
2. Geopolitik Indonesia
a. Zaman Kolonial Belanda
Berdasarkan Ordonansi Tahun 1939 (Territorial Zee en Maritieme Kringen
Ordonnantie 1939). Wilayah Hindia Belanda (Indonesia) adalah berupa pulau-
pulau, yang terpisah satu dengan yang lainnya. Wilayah laut diukur 3 mil dari
wilayah air surut, sehingga di antara laut di wilayah Hindia Belanda terdapat
laut bebas, di luar penguasaan Belanda. Kepentingan Belanda yang terpusat

32
pada penghasilan di wilayah daratan, maka masalah laut bebas di antara pulau-
pulau di Indonesia bukan merupakan permasalahan Belanda. Setelah Indonesia
merdeka yang menyatakan wilayah Indonesia adalah wilayah bekas jajahan
Belanda, maka di wilayah Indonesia terdapat laut-laut bebas, sebagaimana
masa penjajahan Belanda. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi negara
Indonesia, karena adanya laut bebas di dalam wilayah Indonesia yang
menjadikan ruang bebas bagi orang/negara asing dalam wilayah negara
Indonesia yang dapat mengancam kesatuan wilayah serta bertentangan
dengan tujuan negara, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia.
b. Deklarasi Juanda
Deklarasi Juanda tidak lain adalah pernyataan “Kemerdekaan Wilayah” dari
bangsa Indonesia terhadap dunia, menyangkut : 1) Pernyataan bangsa
Indonesia tentang bentuk wilayah NKRI yang bulat dan utuh, dengan
meniadakan Ordonasi 1939, sehingga di antara pulau-pulau di wilayah
Indonesia tidak lagi adanya laut bebas, 2) Penentuan batas-batas negara
Indonesia harus disesuaikan dengan asas negara kepulauan,
3) Pelayaran lalu lintas damai yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
NKRI, dimana kapalkapal asing masuk perairan dalam wilayah Indonesia
dijamin sebagai dalam Konferensi Internasional mengenai Hukum Laut
Internasional.
C. Wawasan Nusantara
1. Pengertian dan Asas Wawasan Nusantara
Pada hakekatnya Wawasan Nusantara adalah keutuhan bangsa dan
nusantara dalam cara pandang yang utuh dan menyeluruh demi
kepentingan nasional
2. Filosofi Wawasan Nusantara
a. Fasafah Pancasila
Pancasila sebagai dasar, ideologi, pandangan hidup, dan falsafah
negara juga menjadi dasar filosofi dalam penerapan Wawasan Nusantara.
Oleh karena itu pengembangan Wawasan Nusantara senantiasa harus
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

33
b. Aspek Kewilayahan Nusantara
c. Aspek Sosial Budaya
Wawasan Nusantara dalam pengembangannya juga harus
memperlihatkan kelestarian kondisi objektif sosial budaya bangsa Indonesia
yang beragam, seperti suku bangsa, agama, adat istiadat, sistem dan
organisasi kemasyarakatannya. Untuk mewujudkan kesatuan dan
persatuan bangsa yang
d. Aspek Kesejahteraan
Sejarah panjang bangsa Indonesia yang mengalami pasang surut
kehidupan berbangsa di wilayah Nusantara dapat menjadikan pelajaran
bagi bangsa Indonesia, agar kesatuan dan persatuan yang telah dirintis dan
disepakati oleh pejuang dan pendiri Negara Indonesia tetap terpelihara,
sehingga pengalaman masa lalu perpecahan yang dapat menghancurkan
kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terulang lagi
3. Tantangan Wawasan Nusantara
Dalam era globalisasi, pengaruh dan arus informasi dari luar sedikit
banyak dapat mewarnai perubahan kehidupan suatu bangsa. Bagi Bangsa
Indonesia dapatkah pengaruh dari luar ini dimanfaatkan, untuk perubahan
menuju kemandirian dengan tetap terjaganya kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia, atau sebaliknya Indonesia menjadi kacau atau terpecah
belah, karena kuatnya arus informasi yang menjadikan bangsa Indonesia
kehilangan jati dirinya
Semua itu perlu langkah antisipasi, agar cita-cita mulia para pahlawan yang
tertuliskan dalam Pembukaan UUD 1945 dapat diwujudkan secara
bersama. Langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi tantangan di era
globalisasi tersebut antara lain :
a. Era Baru Kapitalisme (Neocapitalism)
b. Pemberdayaan masyarakat
c. Sumberdaya manusia (SDM)
d. Kesadaran warganegara

34
8. Intisari Bab VIII “Geostrategi Indonesia dan Ketahanan Nasional’
A. Geostrategi Indonesia
1. Pengertian Geostrategi
geostrategi tidak lain adalah cara atau strategi yang dilakukan Bangsa
Indonesia dalam wilayah Indonesia yang menyeluruh, dengan mengingat kondisi
geografis serta menggunakan seluruh potensi SDM dan SDA, guna mempertahankan
eksistensi dan kelangsungan hidup bernegara, dan mewujudkan cita-cita dan tujuan
nasional bernegara sebagai bangsa yang bermartabat
2. Hakekat Geostrategi Indonesia
Konsep geostrategi Indonesia pada hakekatnya, bukan mengembangkan
kekuatan untuk penguasaan terhadap wilayah di luar Indonesia atau untuk ekspansi
terhadap negara lain, tetapi konsep strategi yang didasarkan pada kondisi metode,
atau cara untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional yang ditujukan guna
pengamanan dan menjaga keutuhan kedaulatan Negara Indonesia dan
pembangunan nasional, dari kemungkinan gangguan yang datang dari dalam
maupun dari luar negeri. Untuk mewujudkan geostrategi Indonesia akhirnya
dirumuskan oleh Bangsa Indonesia dengan konsep Ketahanan Nasional Republik
Indonesia.
B. Ketahanan Nasional Indonesia
1. Latar Belakang

Letak Kepulauan Indonesia yang strategis sejak dulu kala, memberikan


kemudahan sarana untuk berperan dalam percaturan hubungan antara bangsa di
sekitar Indonesia. Kedatangan bangsa Eropa, yang saling berebut pengaruh mulai
Bangsa Arab, India, Cina, Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang
menunjukkan bahwa wilayah Nusantara atau Kepulauan Indonesia banyak memberi
inspirasi kepada berbagai bangsa di dunia, untuk memperebutkan atau
menguasainya. Di samping keinginan bangsa lain, untuk memperebutkan pengaruh
atau ingin menguasai Indonesia, setelah Indonesia merdeka. Di sisi lain, bukanlah
sesuatu yang mudah untuk meyakinkan seluruh Bangsa Indonesia, bahwa negara
baru saja diproklamasikan akan mampu mengantar cita-cita dan tujuan perjuangan
Bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya Pemberontakan PKI Madiun 1948,

35
dan pergolakan lain untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

2. Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional ditinjau secara antropologis mengandung arti


kemampuan manusia atau suatu kesatuan kemampuan manusia untuk tetap
memperjuangkan kehidupannya.

a. Ketahanan Militer
Suatu negara akan mampu, mempertahankan diri dari tekanan militer negara lain,
bila suatu negara tersebut disegani atau diperhitungkan oleh negara lain, karena
kemampuan militer yang kuat.
b. Ketahanan Ekonomi Ketahanan ekonomi negara tidak ubahnya ekonomi keluarga.
Ketahanan ekonomi yang rapuh menjadikan negara harus menegakkan ekonomi
dengan hutang, bahkan tidak sedikit negara donor memaksakan kehendak politiknya
kepada negara yang diberikan bantuan
3. Asas Ketahanan Nasional
a. Asas Kesejahteran dan Keamanan
Kesejahteraan dan keamanan merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan
manusia. Bagi Bangsa Indonesia, gangguan keamanan yang terjadi akan
menghambat negara dalam melangsungkan pembangunannya, yang akhirnya dapat
berdampak pada terhambatnya usaha mewujudkan kehidupan warga yang
sejahtera.
b. Asas Komprehensif, Integral,Menyeluruh atau Terpadu
Asas komprehensif, integral, menyeluruh, dan terpadu ini, hendaknya diwujudkan
dalam kehidupan riil dan kongkrit.
c. Asas Mawas ke dalam dan ke luar
Mawas ke dalam bertujuan menumbuh kembangkan hakekat, sifat dan kondisi
kehidupan nasional yang didasarkan pada nilai-nilai kemandirian sebagai bangsa
yang ulet dan tangguh.
d. Asas Kekeluargaan

36
Kekeluargaan mengandung makna keadilan, kearifan, kebersamaan dan kesamaan,
gotong royong, tenggang rasa, dan bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

4. Konsep Ketahanan Nasional


Meski konsep ketahanan yang disampaikan Presiden Sukarno masih relevan
sebagai bagian dari konsep ketahanan yang menyeluruh dengan kondisi kehidupan
negara sekarang. Konsep Ray Cline (Supriatnoko, 2008; Rahayu, 2007, dkk, 2007)
menyebut 6 gatra yang diperlukan untuk membangun ketahanan suatu bangsa, yaitu
:
a. Perceived power, kekuatan nasional sebagaimana dipersepsikan oleh negara lain
b. Critical mass, yaitu strategi antar potensi penduduk dengan geografi,
c. Kemampuan militer
d. Kemampuan ekonomi
e. Strategi nasional
f. Tekad rakyat untuk mewujudkan strategi nasional
Dari 6 gatra di atas, maka terdapat 3 gatra yang identik dengan apa yang
disampaikan oleh Presiden Sukarno, yaitu kemampuan militer, kemampuan ekonomi
dan tekad rakyat. Untuk mewujudkan strategi nasional, tidak lain adalah ketahanan
jiwa sebagaimana dimaksud Bung Karno saat itu. Dengan perkembangan teknologi
serta kompleksitas permasalahan bangsa dalam hidup bernegara, Lemhanas
mengembangkan konsep Ketahanan Nasional yang merumuskan dalam delapan (8)
gatra atau astagatra, yang dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu trigatra (tiga
gatra) dan pancagatra (lima gatra)

3.2. Analisis Buku


Hasil dari evalusi dan analisis buku yang saya lakukan, antara lain:
1. Pengarang atau penulis buku ini adalah Dr. H. Sarbaini, M.Pd dan Zainul Akhar, MH
2. Target penulis buku ini adalah mahasiswa, karena pada judul sudah tertera untuk
perguruan tinggi
3. Pada buku tersebut, tidak terdapat pertanyaan atau soal latihan yang dibuat penulis.

37
4. Ya, Pada bagian pembahasan di buku ini disajikan secara detail, singkat, atau
menyeluruh oleh pengarang/penulis.
5. Metode pendekatan yang digunakan penulis buku ini sudah tepat.
6. Materi yang di paparkan penulis sangat jelas, logis dan relevan antar pembahasan.
7. Ya, contoh atau bukti pendukung yang diberikan oleh pengarang/ penulis sudah logis,
faktual, dan cukup kuat mendukung pikiran utama.
8. Ya, setelah saya membaca satu buku yang memiliki topic yang sama saya
menemukan kesamaan dan perbedaannya. Kesamaan nya terdapat pada arti dari topic
yang dibahas dan terdapat pendapat para ahli yang sama sama dimuat ke dalam buku
tersebut. Dan untuk perbedaannya, untuk subtopic yang dibuat dengan 1 buku yang
saya coba bandingkan dengan buku yang saya cbr kan, ada beberapa subtopic yang
dijelaskan pada buku pembanding yang tidak ada di buku yang saya cbrkan, begitu
juga sebaliknya
9. Pada buku ini tidak terdapat kesimpulan, sehingga tidak dapat di analisis apakah
tujuan yang dimaksud penulis sudah tercapai atau tidak.
10. Tidak tahu masih ada atau tidak hal-hal yang belum dipertimbangkan pada bagian
kesimpulan, karena pada buku ini tidak terdapat kesimpulan.
11. Tidak, pada buku ini tidak terdapat saran studi atau penelitian lanjut terkait dengan
topic pembahasan.
12. Ya, Penulis atau pengarang buku ini mencantumkan ilustrasi, daftar pustaka dan
indeks yang bermanfaat.

38
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca semua kalangan masyarakat dan
lebih terutama untuk mahasiswa. Buku ini sangat bagus untuk dibaca karena penjelasan atau
materi yang dipaparkan sangat mendalam dan sangat jelas. Setiap materi dijelaskan dengan
bahasa yang mudah dipahami dan juga sumber sumber informasi atau materinya sangat
lengkap dan relevan dengan isi buku, sehingga materi atau informasi nya akurat. Buku ini
sangat bisa membantu pembaca menambah wawasan tentang Kewarganegaraan.

4.2 Saran

Sebaiknya para pembaca membaca buku ini dengan benar benar fokus, karena materi
dalam buku ini sangat mendalam, supaya materi atau ilmu serta informasi dapat tersampaikan
dengan baik.

39
DAFTAR PUSTAKA

Sarbaini, Akhar, 2015, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Banjarmasin:


PT MKU (MPK-MBB)

DAFTAR LAMPIRAN

40
41
42

Anda mungkin juga menyukai