Anda di halaman 1dari 43

KAJIAN ISLAM

1. Iman,Islam,Ihsan
2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Maesa Aryani


NIM : E1A020055
Fakultas&Prodi: FKIP:Pendidikan Biologi
Semester :1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam sebagai UJIAN AKHIR
SEMESTER (UAS).

Sholawat dan salam semoga ALLAH SWT limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas berkat petunjuknya kepada kita, sehingga kita berada di jalan yang lurus berupa ajaran
agama yang sempurna dan menjadi rahmat seluruh alam.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan beliau
sehingga tugas ini bisa di selesaikan.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada para pembaca,Seperti kata
pepatah”Tak ada gading yang tak retak “begitu juga dengan tugas ini.Penulis menyadari
bahwa masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,penulis
mengharapkan saran dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan di masa mendatang

Penyusun,Mataram,11 Desember 2020

Nama Maesa Aryani


NIM E1A020055

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Iman,Islam,Ihsan 1
II. Islam dan Sains 17
III. Islam dan Penegakan Hukum 23
IV. Kewajiban Menegakan Amar Makruf dan Nahi Munkar 26
V. Fitnah Akhir Zaman 33
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 40

iii
BAB I

IMAN,ISLAM,IHSAN

Diriwayatkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Nabi Muhammad SAW pernah menjelaskan
tentang Iman, islam dan ihsan dalam majelis yang dihadiri para sahabat dan didatangi
Malaikat Jibril.Iman,Islam dan ihsan ini tidak bisa dipisahkan karena semuanya adalah satu
kesatuan yang disebut agama Islam.

A. IMAN

Iman atau keyakinan adalah unsur pokok dalam agama islam,karena aqidah merupakan
pengikat hati dan batin manusia serta dasar keyakinan adanya Allah dan apa saja yang di
bawa Nabi Muhammad serta menjadi pintu utama memasuki agama Islam dan menjadi
mu’min dan muslim kaafah.

Aqidah adalah masalah fundamental dalam Islam.Ia menjadi titik tolak permulaan
muslim.Dan hanya orang yang memiliki aqidah dan memiliki kwalitas iman yang dapat
menegakan aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan sehari-hari sebagai bukti dan
wujud adanya keimanannya itu.

Manusia hidup atas dasar iman dan kepercayaannya.Tinggi dan rendahnya nilai kepercayaan
memberikan corak kepada kehidupan .Atau dengan kata lain,tinggi rendah nilai kehidupan
manusia tergantung pada kepercayaan yang dimilikinya.Sebab itulah kehidupan pertama
dalam Islam dimulai dengan iman.

Hubungan antara Iman dan Islam selalu saling terkait satu sama lain tidak dapat di pisah-
pisahkan.Hubungan Iman dan Islam itu laksana kayu dengan uratnya.Sebagaimana dikatakan
oleh Abdul A’la Maududi dalam bukunya :To wards Understanding Islam”Hubungan antara
Iman dan Islam,adalah laksana hubungan kayu dengan uratnya.Sebagaimana pohon kayu
tidak dapat tumbuh tanpa uratnya,demikian pulalah,mustahil bagi seseorang yang tidak
memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim”.

Gambaran mengenai hubungan erat antara Iman dan Islam.Sebagaimana dikemukakan oleh
Abdul A’la al Maududi secara tidak langsung mengarah pada kesempurnaan
Imanseseorang,dimana iman itu tidak cukup di ikrarkan dengan lisan dan diyakini dalam
hati,melainkan juga harus dibuktikan dengan perbuatan.Dengan kata lain antara apa yang
diyakini harus sesuai dengan apa yang diperbuatnya,harus seiring sejalan dalam setiap gerak
dan langkahnya,sehingga ia benar-benar menjadi orang muslim kaafah.

Dengan demikian jelaslah,bahwa untuk menuju pada tingkatan muslim kafah,seseorang harus
terlebih dahulu memperkuat kepercayaan dan keyakinannya, taat dalam menjalankan segala
syari’at Allah dengan hati tulus ikhlas atas dasar pegertian mendalam dan tanggung jawab di
hadapan Allah SWT.

Untuk memperkuat keyakinan itulah maka seseorang muslim hendak membekali diri dengan
pengetahuan yang cukup mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan
secara menyeluruh,termasuk juga masalah-masalah ibadah dan akhlak sebagaimana yang
diisyaratkan dalam hadits nabi.

1
Sehubungan dengan pembekalan masalah keimanan ini ,maka hal-hal pokok yang perlu
dipelajari adalah masalah pokok-pokok keimanan sebagaimana yang di sebutkan dalam
hadits.

1. Iman kepada Allah.


Iman kepada Allah menjadi urutan pertama dan poin terpenting dalam Islam. Allah SWT
maha besar, Dia pencipta semua yang ada di alam semesta ini. Dia pula yang menguasai
segala isi alam semesta, akhirat, dan lainnya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT, hanya
Allah yang maha Esa, tidak ada duanya.
Meyakini Allah tidak hanya melalui kata-kata, tapi juga dibutuhkan bukti. Dari amal
perbuatan, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semua makhluk
diwajibkan menyembah Allah, tak hanya manusia semata, melainkan hewan, tumbuhan, jin,
hingga malaikat.
2. Iman kepada malaikat.
Allah dalam memberikan tugas untuk mengatur seluruh isi alam, melalui malaikat-
malaikatnya. Beriman dan meyakini malaikat sebagai utusan Allah menjadi rukun iman
kedua.
Para malaikat bertugas sebagai perantara Allah juga tertuang pada Alquran surah An Nahl
ayat 2, yang berarti “Allah menurunkan para malaikat untuk membawa wahyu dengan
perintah-Nya kepada siapa yang Allah kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu:
“Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku,
maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku”.
3. Iman kepada kitab-kitab-Nya.
Allah menuliskan ajaran-Nya melalui perantara wahyu yang diturunkan lewat malaikat.
Wahyu tersebut tertuang pada kitab-kitab ajaran Islam. Kitab itu diturunkan kepada para
Rasul, untuk kemudian dilanjutkan ke seluruh umat Islam. Agar dapat diamalkan seluruh
umat sampai kiamat kelak.
Kitab-kitab ini sebagai pedoman dan pegangan umat di kala para rasul sudah wafat. Dengan
berpedoman teguh pada kitab-kitab Allah, niscaya manusia bisa selamat dari siksa api neraka.
Segala pertanyaan dan aturan Islam sudah tertuang di dalam kitab-kitab Allah tersebut.
Adapun kitab yang perlu diimanin oleh umat Islam terdiri 4 kitab.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul.
Malaikat Jibril menyampaikan pada Nabi dan Rasul keempat kitab suci, yaitu Taurat, Zabur,
Injil dan Al Quran. Kitab Taurat diturunkan pada Nabi Musa, kita Zabur kepada Nabi Daud,
kitab Injil kepada Nabi Isa, dan terakhir kitab suci Alquran diturunkan kepada nabi sekaligus
Rasul terakhir, yakni Muhammad SAW.
Umat Islam mengimani bahwa ada 25 Nabi yang diyakini. Selain itu, nabi terakhir yang
diyakini adalah Nabi Muhmmad SAW.
5. Iman kepada hari akhir.
Umat Islam diwajibkan percaya akan adanya hari akhir atau yang sering disebut dengan
kiamat. Di mana setiap harinya, waktu demi waktu, manusia sibuk berurusan dengan urusan
dunia. Akhir perjalanan manusia bukanlah kematian, melainkan kiamat itu sendiri.

2
Di hari akhir nanti, semua manusia akan dikumpulkan. Dibangkitkan bagi mereka yang telah
mati. Segala amal perbuatan manusia ditimbang. Di manakah ia layak ditempatkan, surga
atau neraka. Tak ada satu orang pun yang akan lolos dari 'timbangan' amal.
Meyakini adanya hari kiamat, maka manusia bisa menjadi lebih baik, mengumpulkan banyak
pahala, sebagai saku atau simpanan di hari akhir kelak. Juga, manusia dapat lebih berserah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
6. Iman kepada takdir (Qadha dan Qadar).
Allah memiliki ketetapan, kehendak, dan keputusan atas semua makhluk ciptaan-Nya. Dua
kata ini kerap disandingkan jadi satu, karena Qadha dan Qadar memang tidak bisa
terpisahkan. Namun menurut arti dan maknanya, dua kata punya perbedaan.
Seperti yang sudah tertuang pada Quran surah Al Hajj ayat 70, yang artinya: “Apakah kamu
tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di
bumi?, bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”
- Qadha.
Menurut bahasa, Qadha berarti ketetapan. Sebelum manusia lahir dan sebelum dunia tercipta,
Allah sudah punya ketetapan. Dia tuliskan pada kitab Lauh Mahfuz. Baik tentang hidup,
kebaikan, keburukan, dan kematian.
- Qadar.
Menurut bahasa, Qadar berarti ketentuan atau kepastian Allah. Sementara berdasarkan istilah,
Qadar berarti penentuan yang pasti dan sudah ditetapkan oleh Allah. Termasuk yang sedang
terjadi, akan terjadi, dan belum terjadi.
Hubungan Qada dan Qadar tidak bisa dipisahkan, karena Qada merupakan rencana dan Qadar
adalah perwujudan atau kenyataan. Dua kata ini juga dikenal sebagai takdir oleh Allah SWT.

B. ISLAM
1.Pengertian Islam Menurut Bahasa

Islam:secara etimologi kata islam berasal dari lafazh ‫ اسلم يسلم اسالما‬yg artinya telah
menyelamatkan,sedangmenyelamatkan,selamatkanlah/penyelamatan.

Adapun dari sudut terminologi,islam berarti tunduk dan patuh kepada apa yg datang dari nabi
muhammad saw.dari perkara yg zohir.

Definisi Islam ini sudah jami'un, syamilun, mani' dimana dari definisi inilah kita mengetahui
bahwa islam itu berbeda dengan yg lain.

Kepatuhan dan keyakinan terhadap apa saja yg diajarkan nabi Muhammad saw.terutama yg
menyangkut ritual aktual fisik jasmani dengan teknis dengan arah dan sasaran yg
khusus,dengan pedoman kitab suci al-Qur'an dan as-sunnah rasul dan bimbingan ulama'
sebagai warasatul anbiya'.

3
Islam adalah agama Allah,agama para Rasul,sebagaimana yang diterangkan oleh Allah dgn
firmannya di dalam al-qur'an surat Ali Imran ayat 19:

‫يكفر بآيات هللاِ فإن هللا‬


ْ ‫وتواالكتاب إالّ مِن بعد ما جا َءه ُم العل ُم َب ْغيا بينهم و َمن‬
َ ُ ‫تلف الذين أ‬
َ ‫إن الدينَ عند هللا اإلسال ُم وما ا ْخ‬
١٩ :‫ب (ال عمران‬ ِ ‫)سريع الحسا‬

Dan pada ayat 85:

٨٥:‫اإلسالم دينا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل منه وهو فى اآلخرة مِنَ الخاسرينَ (آل عمران‬
ِ ‫غير‬
َ ‫يبتغ‬
ِ ‫)و َمن‬
- Assalmu artinya damai, perdamaian. Islam adalah agama yang damai dan setiap muslim
hendaknya menjaga perdamaian.
- Aslama artinya taat, berserah diri. Seorang muslim hendaknya berserah diri pada Allah dan
mengikuti ajaran Islam dengan taat.
- Istaslama artinya berserah diri.
- Saliim artinya bersih dan suci. Ini merupakan gambaran dari hati seorang muslim yang
bersih, suci, jauh dari sifat syirik atau menyekutukan Allah.
- Salaam artinya selamat, keselamatan. Islam adalah agama yang penuh keselamatan. Jika
seorang muslim menjalankan ajaran Islam dengan baik, maka Allah akan senantiasa
menyelamatkannya baik di dunia maupun akhirat.

2. Pengertian Islam dalam Al-qur’an


Kata Islam sebagai agama disebut dalam Alquran dalam surah Al Maidah ayat 3, yang
artinya:
ِ ْ ُ‫ت ل َ ك ُ م‬
ۚ ‫اإل س َْال مَ ِد ي ن ً ا‬ ِ ‫ت ع َ ل َ ي ْ ك ُ مْ ن ِ ع ْ َم ت ِي َو َر‬
ُ ‫ضي‬ ُ ْ ‫ال ْ ي َ ْو مَ أ َكْ َم ل‬
ُ ‫ت ل َ ك ُ مْ دِ ي ن َ ك ُ مْ َو أ َ ت ْ َم ْم‬
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan
kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu."
Kemudian dalam surah Ali Imran ayat 19 :
‫إن الدينَ عند هللا اإلسال ُم‬
"Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam."

Lalu disebutkan pula dalam surah Ali Imran ayat 85 :


٨٥:‫اإلسالم دينا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل منه وهو فى اآلخرة مِنَ الخاسرينَ (آل عمران‬
ِ ‫غير‬
َ ‫يبتغ‬
ِ ‫)و َمن‬

"Dan siapa saja yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi."

3.Pengertian Islam dalam Hadits

Dalam Hadits, Rasulullah pernah menjelaskan arti Islam. Hadits tersebut terkenal sebagai
hadits Jibril. Karena saat itu, malaikat Jibril dengan wujud laki-laki datang dan menemui

4
Rasulullah. Malaikat Jibril yang bertanya tentang Islam dan meminta penjelasan pada
Rasulullah, sebagai berikut:
Dari Umar radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata,
"Ketika kami sedang duduk-duduk bersama dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul
seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, pada dirinya tidak
terlihat tanda-tanda seorang musafir, namun tidak ada satu pun di antara kami yang
mengenalnya. Hingga ia duduk di dekat Nabi SAW. Dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi
SAW dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi.
Dia berkata: Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam? Rasulullah SAW menjawab:
Islam adalah engkau bersyahadat bahwasannya tiada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Bitullah jika engkau mampu
melaksanakannya." (HR. Muslim)

4.Pengertian Islam Menurut Ulama’ dan Tokoh Muslim

Para ulama dan tokoh muslim juga memberikan berbagai pengertian tentang Islam menurut
pandangan dan ijtihad mereka, diantaranya sebagai berikut:
- Umar bin Khattab:
Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, agama islam meliputi
akidah, syariat, dan akhlak.
- Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah at Tawaijiri:
Islam adalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan cara
mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-syariat Nya dengan penuh ketaatan dan
keikhlasan.
- Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab:
Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk serta patuh kepada
Nya dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan yang syirik serta para
pelakunya.
- Hasan Al Basri:
Islam adalah kepasrahan hati kepada Allah, lalu setiap muslim merasa selamat dari gangguan.
- Mustafa Abdur Raziq:
Islam adalah agama (ad din) peraturan-peraturan yang terdiri dari kepercayaan-kepercayaan
dan pekerjaan-pekerjaan yang bertaat dengan keadaan suci, artinya bisa membedakan mana
yang halal dan haram, yang dapat membawa dan mendorong umat untuk menganutnya untuk
menjadi satu umat yang mempunyai rohani yang kuat.
- Gaffar Ismail:
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Berisi kelengkapan dari
pelajaran-pelajaran meliputi kepercayaan, seremoni peribadatan, tata tertib penghidupan
abadi, tata tertib pergaulan hidup, peraturan-peraturan Tuhan, bangunan budi pekerti yang
utama dan menjelaskan rahasia kehidupan yang kedua (akhirat).

5
-Syaikh Mahmud Syaltut:
Islam itu agama Allah yang diperintahkannya untuk mengajarkannya tentang pokok-pokok
serta peraturan-peraturan kepada Nabi Muhammad dan menugaskannya untuk
menyampaikan agama tersebut kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk
memeluknya.
Islam di jawab oleh Rasulullah SAW dengan mengucapkan dua kalimat syahadat,mendirikan
sholat,menunaikan zakat,puasa di bulan Ramadhan dan Haji.Bila semua Islam dikaji secara
sisitematis akan melahirkan suatu sendi agama yang dinamakan syari’ah
Yang dimaksud dengan syari’ah adalah undang-undang yang diturunkan oleh Allah,yang
bertujuan untuk mengatur hubungan Allah dengan manusia,mengatur hubungan antara
sesama muslim,antara muslim dengan manusia yang lainnya,antara manusia dengan
kehidupan dan antara manusia dengan alam semesta.
Syari’at berarti hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya untk Hamba-Nya,agar
mereka mentaati hokum itu atas dasar iman,baik yang berkaitan dengan aqidah
,amaliyah(ibadah dan muamalah),dan yang berkaitan dengan akhlaq.
Dan syari’at Islam merupakan syari’at penutup untuk syari’at-syari’at sebelumnya.Karena
itu syari’at Islam adalah syari’at yang paling lengkap,yang mengatur kehidupan keagamaan
dan kemasyarakatan melalui ajaran Islam tentang Aqidah ,ibadah,muamalah dan akhlaq.
Menurut Muhammad Ali At Tahanuwi,syari’at adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan
untuk hamba-Nya(manusia),yang disampaikan melalui para Nabi/Rasul-Nya,baik hukum
yang berhubungan dengan amaliyah-hukum ini dimasukan kedalam ilmu fiqih maupun
hukum maupun hukum yang berhubungan dengan aqidah.Hukum ini juga dimasukan
kedalam ilmu kalam/Tauhid.Syari’at disebut juga millah.
Berdasarkan definisi yang dsebut oleh Muhammad Ali At Tahanuwi di atas sudah di
singgung secara jelas, bahwailmu fiqih adalah termasuk bagian dari ilmu syari’at atau hukum
syari’at.Pendapat ini juga dikuatkan oleh Muhammad Yusuf Musa dalam kitabnya fiqih Al
Kitab Was Sunnah.
Lebih jelasnya lagi tentang fiqih ini,kita nukil keterangan dari Al-Ghazali,Fiqih ialah hukum
Syari’ah yang berhubungan dengan perbuatan orang-orang mukallaf,seperti mengetahui
hukum wajib,haram,mubah,mandub/sunnah,dan makruh atau mengetahui suatu akad itu sah
atau tidak,dan suatu ibadah itu qadla’(diluar waktu yang semestinya)atau ada’(didalam
wakunya).

C. IHSAN

Pengertian Ihsan dalam Islam Beserta Dalil dan Contohnya dalam Kehidupan

A. Pengertian Ihsan Secara Bahasa dan Istilah

Secara bahasa ihsan berarti berbuat baik. Ihsan adalah kebalikan dari Isa'ah yang berarti
berbuat buruk. Sedangkan pengertian ihsan secara istilah itu terdiri dari dua jenis :

 Ihsan dalam Ibadah kepada Allah

6
 Ihsan Kepada Sesama Makhluk
Ihsan dalam ibadah kepada Allah adalah seorang hamba yang beribadah kepada Allah
seakan-akan ia melihat Allah, apabila ia tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah
melihatnya.

Ihsan kepada sesama makhluk adalah mendermakan dengan segala jenis kebaikan
pada siapapun makhluk (baik manusia maupun hewan) sesuai hak dan kedudukannya.

Al-Jurjani mengatakan :

‫الحسن هو كون الشيء مالئما للطبع كالفرح وكون الشيء صفة الكمال كالعلم وكون الشيء متعلق بالمدح كالعبادات وهو‬
‫ما يكون متعلق المدح في العاجل والثواب في اآلجل‬

Kebaikan adalah terwujudnya sesuatu yang memperbaiki perangai, seperti rasa senang,
terwujudnya sifat yang sempurna, seperti ilmu, terwujudnya sesuatu yang berkaitan dengan
hal terpuji, seperti ibadah, dan apapun yang berkaitan dengan hal terpuji baik di dunia
maupun di akhirat.

Dalil-dalil Tentang Ihsan dalam Al-Quran

1. Ihsan adalah Perintah Allah

‫ع ِن ْالفَحْ شَاءِ َو ْال ُمنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ ۚۚ يَ ِعظُكُ ْم لَعَلكُ ْم تَذَك ُرو َن‬
َ ‫ان َوإِيتَاءِ ذِي ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى‬
ِِ ‫س‬ ِ ‫إِن ّللاَ يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَدْ ِل َو إ‬
َ ‫اْل إح‬

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.[QS. An-Nahl : 90]

Dalam tafsir As-Sa’di disebutkan : Ihsan (berbuat kebajikan) adalah keutamaan yang
dianjurkan seperti memberikan manfaat kepada manusia dengan harta, badan, ilmu dan
segala sesuatu yang bermanfaat lainnya. Hingga berbuat baik pada hewan ternak pun juga
termasuk ihsan.

2. Berbuat Baiklah Kepada Setiap Orang

ِ ‫ِين َوقُولُوا لِلن‬


‫اس ُح ْس ًنا‬ َ ‫سانًا َوذِي ْالقُ ْربَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم‬
ِ ‫ساك‬ َ ‫َوإِذْ أ َ َخذْنَا مِيثَاقَ َبنِي إِس َْرائِي َل َال ت َ ْعبُد ُونَ إِال ّللاَ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِ إح‬
َ‫ِيال ِّمنكُ ْم َوأَنتُم ُّم ْع ِرضُون‬ ً ‫َوأَقِي ُموا الص َالة َ َوآتُوا الزكَاة َ ثُم ت ََول ْيت ُ ْم إِال قَل‬

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu
menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,

7
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.[QS. Al-Baqarah : 83]

As-Sa’di menafsirkan : Yakni berbaktilah kepada kedua orang tua. Perintah ini bersifat
kebaikan secara umum, baik itu dengan ucapan maupun perbuatan. Termasuk juga larangan
berbuat buruk kepada kedua orang tua, atau tidak berbuat baik mesikupun tidak berbuat
buruk. Karena, jika berbuat baik adalah suatu kewajiban, maka melakukan kebalikannya
adalah sebuah larangan.
Kebalikan dari berbuat baik pada kedua orang tua itu ada dua (yaitu) :
 1. Berbuat buruk, yang mana ini merupakan kejahatan yang paling besar
 2. Tidak berbuat baik, tidak juga berbuat buruk, dan ini diharamkan, akan tetapi tidak
sama dengan yang pertama.

Demikian pula berbuat baik kepada kerabat dengan bersilaturahmi, berbuat baik pada anak-
anak yatim, dan juga orang miskin sama wajib hukumnya. Adapun rincian dalam berbuat
baik ini tidak terbatas pada bilangan, akan tetapi sesuai dengan ketetapan.
Kemudian, pada perintah selanjutnya Allah perintahkan untuk berbuat baik kepada manusia
secara umum, Allah berfirman (yang artinya) : “serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia”. Diantara ucapan yang baik adalah memerintahkan pada kebaikan, melarang dari
kemungkaran, mengajarkan ilmu, menyebarkan salam, wajah berseri, dan lain sebagainya.
Apabila seseorang tidak mampu berbuat baik pada orang dengan hartanya maka Allah
perintahkan dengan perbuatan baik kepada setiap makhluk yang mampu ia kerjakan, yaitu
dengan ucapan yang baik. Maka dari itu ayat ini juga mengandung larangan berkata buruk,
bahkan kepada orang kafir sekalipun.

3. Bersikap Baik Ketika Membayar Diat

ُ ُ
‫مِن أَخِ ي ِه‬ َ ‫اص فِي ْالقَتْلَى ۚ ْال ُح ُّر ِب ْال ُح ِ ّر َو ْالعَ ْبد ُ بِ ْالعَ ْب ِد َو ْاْلنثَى بِ ْاْلنثَى ۚۚ فَ َم ْن عُف‬
ْ ُ‫ِي لَه‬ ُ ‫ص‬ َ ‫علَ ْيكُ ُم ْال ِق‬ َ ‫ِب‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الذِينَ آ َمنُوا كُت‬
‫عذَاب أَلِيم‬
َ ُ‫سانِِۚ ذَلِكَ ت َ ْخفِيف ِّمن ربِّكُ ْم َو َر ْح َمة ۚ فَ َم ِن ا ْعتَدَى بَ ْعد َ ذَلِكَ فَلَه‬ َ ‫ش ْيء فَاتِّبَاع بِ ْال َم ْع ُروفِ َوأَدَاءِِإِلَ إي ِِهِبِ ِإ إح‬
َ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.[QS. Al-Baqarah : 178]

8
4. Berbuat Baiklah Sebagaimana Allah Berbuat Baik Padamu

َ َ‫سنَ ّللاُ إِلَيْكَ ۚ َو َال تَب ِْغ ْالف‬


‫سادَ فِي‬ َ ‫َصيبَكَ مِنَ الدُّ ْن َيا ۚ َوأ َ ْحسِن كَ َما أ َ ْح‬ َ ‫ار ْاآلخِ َرة َ ۚ َو َال ت‬
ِ ‫َنس ن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاكَ ّللاُ الد‬
ْ ْ ِ ‫ْاْل َ ْر‬
َ‫ض ۚ إِن ّللاَ َال يُحِ بُّ ال ُمف ِسدِين‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.[QS. Al-Qashash : 77]

Asy-Syaukani menafsirkan : maksud dari “dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu” adalah berbuat baiklah kepada hamba-
hamba Allah sebagaimana Allah berbuat baik padamu yakni Allah telah memberikan nikmat
dunia kepadamu

5. Rahmat Allah Dekat dengan Orang Baik

َ‫ِإن َر ْح َمتَ ّللاِ قَ ِريب ِّمنَ ْال ُم ْح ِسنِين‬

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.[QS. Al-
A’raaf : 56]

Ibnul Qayyim mengatakan : Ayat ini mengandung peringatan yang jelas bahwa perintah
berbuat baik yang dituntut oleh Allah kepada kalian dan yang kalian tuntut dari Allah adalah
rahmat-Nya, dan rahmat Allah itu dekat pada orang-orang yang berbuat baik.

Mereka itulah orang-orang yang mengerjakan apa yang Allah perintahkan dengan berdoa
kepada-Nya dengan harapan (diterima doanya) dan rasa khawatir (tidak diterima doanya).
Dengan mengerjakan perintah itu maka Allah dekatkan apa yang kalian tuntut dari Allah
yaitu rahmat.

Rahmat yang Allah berikan tergantung seberapa besar kalian mengerjakan apa yang Allah
tuntut dari kalian yaitu berbuat baik, yang mana sebenarnya berbuat baik itu sendiri
merupakan berbuat baik kepada diri kalian sendiri, karena Allah ta’ala itu Maha Kaya dan
Maha Terpuji (tidak butuh dengan perbuatan baik kalian). Apabila kalian berbuat baik maka
sebenarnya kalian telah berbuat baik pada diri kalian sendiri.

9
C. Dalil-dalil Tentang Ihsan dalam As-Sunnah

1. Berbuat Baik Ketika Menyembelih

ُ‫ فَ ْلي ُِرحْ ذَبِي َحتَه‬،ُ‫ش ْف َرتَه‬


َ ‫ َو ْليُحِ د أ َ َحدُكُ ْم‬،‫ َوإِذَا ذَبَحْ ت ُ ْم فَأَحْ ِسنُوا الذ ْب َح‬،َ‫ فَإِذَا قَت َْلت ُ ْم فَأ َ ْح ِسنُوا ْال ِقتْلَة‬، ٍ‫ش ْيء‬
َ ‫علَى كُ ِّل‬
َ َ‫سان‬ ِ ْ ‫َب‬
َ ‫اإل ْح‬ َ ‫إِن هللاَ َكت‬

Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian
membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Dan apabila kalian menyembelih maka
sembelihlah dengan cara yang baik. Tajamkanlah pisanmu dan senangkanlah hewan
sembelihanmu.[HR. Muslim : 1955]

2. Keutamaan Berbuat Baik dalam Islam

َ ‫اإل ْسالَ ِم لَ ْم يُ َؤا َخذْ ِب َما‬


‫ َو َم ْن‬،ِ‫ع ِم َل فِي ال َجا ِهلِية‬ ِ ‫سنَ فِي‬ َ ‫ « َم ْن أَ ْح‬:‫عم ِْلنَا فِي ال َجا ِهلِيةِ؟ قَا َل‬
َ ‫ أَنُ َؤا َخذ ُ ِب َما‬،‫ّللا‬ ُ ‫ َيا َر‬:‫قَا َل َر ُجل‬
ِ ‫سو َل‬
‫اإل ْسالَ ِم أُخِ ذَ ِباْلَو ِل َواآلخِ ِر‬
ِ ‫سا َء فِي‬ َ َ‫أ‬
Seorang lelaki bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah perbuatan kami selama jahiliyyah
akan dihukum?Rasulullah menjawab : “Barang siapa yang berbuat baik di dalam Islam
maka apa yang ia perbuat di masa jahiliyyah tidak akan dihukum, namun apabila ia berbuat
buruk di dalam Islam maka apa yang ia perbuat dari awal hingga akhir akan dihukum.”[HR.
Bukhari : 6921]

3. Berbakti Pada Orang Tua Adalah Jihad

‫ فَفِي ِه َما فَ َجا ِه ْد‬: َ‫ قَال‬،‫ نَ َع ْم‬: َ‫ أ َ َحي َوا ِلدَاكَ ؟ قَال‬:‫ َي ْست َأ ْ ِذنُهُ فِي ْال ِج َها ِد فَقَا َل‬،‫سل َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلى هللا‬ ّ ‫َجا َء َر ُجل ِإلَى الن ِب‬
َ ِ‫ي‬

Seorang lelaki datang pada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin mengikuti
jihad. Rasulullah bertanya : “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?

Ia menjawab : “Iya”

Rasulullah bersabda : “Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya!”

[HR. Muslim : 2549]

10
4. Berbuat Baik pada Wanita

َ ِ‫ إِال أ َ ْن يَأْتِينَ بِ َفاح‬، َ‫غي َْر ذَلِك‬


َ‫ فَإ ِ ْن فَعَ ْلن‬،ٍ‫ش ٍة ُمبَيِّنَة‬ َ ‫ْس ت َ ْم ِلكُونَ ِم ْن ُهن‬
َ ‫ش ْيئًا‬ َ ‫ لَي‬،‫ع َوان ِع ْندَكُ ْم‬ َ ‫ َفإِن َما هُن‬،‫ساءِ َخي ًْرا‬ ُ ‫أ َ َال َوا ْست َْو‬
َ ِّ‫صوا بِالن‬
،‫سائِكُ ْم َح ًّقا‬ َ ِ‫ع َلى ن‬ َ ‫ أ َ َال ِإن لَكُ ْم‬،‫يال‬ً ِ‫سب‬َ ‫علَ ْي ِهن‬ َ َ ‫ فَإ ِ ْن أ‬،‫ح‬
َ ‫ط ْعنَكُ ْم فَ َال ت َ ْبغُوا‬ ٍ ‫ض ْربًا َغي َْر ُمبَ ِ ّر‬ َ ‫ َواض ِْربُوهُن‬،‫اج ِع‬ َ ‫فَا ْه ُج ُروهُن فِي ال َم‬
ِ ‫ض‬
ُّ َ ْ ُ ْ
‫ أ َال َو َحق ُهن‬، َ‫ َو َال يَأذَن فِي بُيُوتِك ْم ِل َم ْن تَك َرهُون‬، َ‫شك ْم َم ْن تَك َرهُون‬ ْ ُ ُ ْ
َ ‫سائِك ْم فَ َال يُوطِ ئنَ ف ُر‬ ُ َ
َ ِ‫على ن‬ ُ َ
َ ‫ فَأما َحقك ْم‬،‫علَ ْيكُ ْم َحقًّا‬
ُّ َ ‫سائِكُ ْم‬ َ ِ‫َو ِلن‬
َ َ َ
‫علَ ْيكُ ْم أ ْن ت ُ ْح ِسنُوا إِل ْي ِهن فِي ِكس َْوتِ ِهن َوطعَا ِم ِهن‬
َ

Ingatlah, berbuat baiklah kalian pada para istri, karena sesungguhnya mereka adalah
tawanan kalian. Kalian tidak memiliki hak mereka lebih dari itu, kecuali apabila mereka
melakukan perbuatan keji yang nyata.

Jika mereka berbuat keji maka pisahilah tempat tidur mereka dan pukullah mereka dengan
pukulan yang tidak menyakitkan. Apabila mereka sudah taat pada kalian maka janganlah
mencari jalan untuk memberatkan mereka.

Ingatlah sesungguhnya kalian memiliki hak atas istri-istri kalian, dan istri-istri kalian
memiliki hak atas kalian.

Adapun hak kalian atas istri-istri kalian adalah mereka tidak boleh memasukkan orang yang
kalian benci pada tempat tidur kalian (selingkuh), dan tidak boleh memberi izin tamu yang
kalian benci masuk ke dalam rumah kalian.

Ingatlah, hak mereka para istri atas kalian adalah kalian berbuat baik kepada mereka
dengan memberikan pakaian dan makanan.[HR. Tirmidzi : 1163]

5. Berbuat Baik pada Tetangga

َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
‫ ِإذَا‬:‫سل َم‬ َ ُ‫صلى هللا‬ ُّ ‫سأْتُ ؟ قَا َل الن ِب‬
َ ‫ي‬ َ َ ‫ َو ِإذَا أ‬، ُ‫س ْنت‬
َ ‫ْف لِي أ َ ْن أ َ ْعلَ َم ِإذَا أَ ْح‬
َ ‫ َكي‬:‫سل َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلى هللا‬ َ ‫ّللا‬
ِ ‫سو ِل‬ ُ ‫قَالَ َر ُجل ل َِر‬
‫سأْت‬ َ َ ‫ فَقَدْ أ‬، َ‫سأْت‬َ َ ‫ قَدْ أ‬: َ‫س ِم ْعت َ ُه ْم يَقُولُون‬ َ ْ‫ فَقَدْ أَح‬، َ‫س ْنت‬
َ ‫ َو ِإذَا‬، َ‫س ْنت‬ َ ْ‫ أ َ ْن قَدْ أَح‬: َ‫يرانَكَ َيقُولُون‬َ ‫س ِمعْتَ ِج‬
َ

Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Bagaimana aku
mengetahui bahwa aku telah berbuat baik atau berbuat buruk?”

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Apabila kalian dengar tetanggamu


mengatakan bahwa engkau telah berbuat baik, maka sesungguhnya engkau telah berbuat
baik. Namun, apabila kalian dengar tetanggamu mengatakan bahwa engkau telah berbuat
buruk, maka sesungguhnya engkau telah berbuat buruk.[HR. Ibnu Majah : 4223]

11
D. Contoh Ihsan dalam Islam

Selain ihsan kepada Allah, yakni beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik, seorang
muslim juga wajib berbuat baik kepada orang lain. Allah ta’ala berfirman :

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ ‫ار ذِي ْالقُ ْر َبى َو ْال َج‬
ِ ‫ِين َو ْال َج‬
ِ ‫ساك‬َ ‫سا ًنا َو ِبذِي ْالقُ ْر َبى َو ْال َيت َا َمى َو ْال َم‬
َ ‫ش ْيئًا ۚ َو ِب ْال َوا ِلدَي ِْن ِإ ْح‬
َ ‫ّللا َو َال ت ُ ْش ِر ُكوا ِب ِه‬
َ ‫َوا ْعبُد ُوا‬
ً ‫ّللا َال يُحِ بُّ َمن َكانَ ُم ْخت ًَاال فَ ُخ‬
‫ورا‬ َ ‫َت أ َ ْي َمانُكُ ْم ۚ ِإن‬ ْ ‫ب َواب ِْن الس ِبي ِل َو َما َملَك‬ ِ ‫ب ِب ْال َجن‬
ِ ِ‫َوالصاح‬

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu.[QS. An-Nisa’ : 36]

Berikut ini contoh-contoh penerapan ihsan dalam kehidupan sehari-hari :

1. Ihsan dalam Beribadah Kepada Allah

Ihsan dalam ibadah kepada Allah adalah “Engkau beribadah kepada-Nya seakan-akan
engkau melihatnya, apabila engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihatmu.”.

Contoh ihsan dalam hal ibadah adalah :

 Menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya


 Mengerjakan ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah seperti shalat, puasa, haji
dan sebagainya.
 Tidak berbuat bid’ah atau mengerjakan ibadah yang tidak diperintahkan.
 Mengerjakan ibadah dengan menyempurnakan syarat dan rukun-rukunnya,
menjalankan sunnah-sunnahnya serta adab-adabnya.

Semua contoh ini tidak akan mampu kita jalani kecuali apabila kita merasa bahwa kita
melihat Allah ta’ala, atau setidaknya merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Ihsan Kepada Kedua Orang Tua


Banyak sekali dalil-dalil dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang mewajibkan berbuat baik atau
ihsan kepada kedua orang tua.

Al-Qurthubi mengatakan bahwa para ulama mengatakan : “Orang yang paling


berhak disyukuri, diperlakukan baik, dibakti, dan ditaati, disamping ihsan kepada Allah
dengan beribadah, taat, dan bersyukur kepadanya dengan memujinya adalah kedua orang tua.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya) : Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu”

12
Contoh ihsan kepada kedua orang tua :

 Berbuat baik kepada keduanya


 Mematuhi perintah keduanya selama tidak melanggar aturan Allah
 Memohon kepada Allah agar dosa keduanya diampuni
 Melaksanakan amanah keduanya
 Memuliakan teman-teman keduanya
 Mencari ridha dari keduanya

3. Ihsan Kepada Kerabat

Kewajiban selanjutnya adalah berbuat baik kepada kerabat atau keluarga. Salah satu bentuk
atau contoh ihsan kepada kerabat adalah bersedekah kepada mereka, Allah ta’ala berfirman :

‫ع َلى ُح ِّب ِه ذَ ِوي ْالقُ ْر َبى‬


َ ‫َوآت َى ْال َما َل‬

memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya[QS. Al-Baqarah : 177]


Contoh berbuat baik kepada kerabat, diantaranya :
 Mengutamakan infak kepada kerabat setelah orang tua
 Menyayangi kerabat
 Bersimpati kepada kerabat
 Tidak berbuat buruk kepada mereka
 Menyambung tali silaturahmi

4. Ihsan kepada Tetangga


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
ِ ‫َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن بِاللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاآلخِ ِر فَ ْليُ ْحس ِْن إِلَى َج‬
‫ار ِه‬

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berbuat baik
kepada tetangga[HR. Muslim : 48]

Contoh berbuat baik kepada tetangga :

 Memperbanyak kuah sayur untuk diberikan kepada tetangga


 Tidak mengganggu tetangga baik dengan lisan maupun perbuatan
 Memberikan makan kepada tetangganya yang lapar
 Memberikan rasa aman pada tetangga
 Berbuat baik kepada tetangga meskipun orang kafir

5. Ihsan Pada Anak Yatim

Diantara contoh berbuat baik kepada anak yatim adalah :

 Menjaga hak dan harta mereka

13
 Mendidik mereka
 Mengajarkan etika kepada mereka
 Mengusap atau mengelus kepala mereka
 Berlemah lembut kepada mereka

6. Ihsan Kepada Orang Miskin

Diantara contoh berbuat baik kepada orang miskin adalah :

 Memberikan makanan kepada orang miskin


 Memberi pakaian kepada orang miskin
 Tidak memandang rendah orang miskin
 Tidak menghina orang miskin
 Tidak berperilaku kasar pada orang miskin

7. Ihsan Kepada Pelayan atau Pegawai

Diantara contoh dan cara berbuat ihsan kepada pelayan adalah :

 Memberikan upah sebelum keringatnya mengering (tidak menunda pemberian upah)


 Tidak memaksa bekerja atau melayani diluar kemampuan
 Tidak memberikan beban yang tidak sanggup dikerjakan
 Menjaga kemuliaan pelayan atau pegawai
 Menjaga kehormatan pegawai

8. Ihsan dalam Bermuamalah

Allah ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat adil dan ihsan. Oleh karena itu
sebagai seorang hamba kita patut berbuat adil dan ihsan dalam segala hal, termasuk
bermuamalah.

Diantara contoh ihsan dalam bermuamalah ialah :

 Tidak saling menipu dalam jual beli


 Saling memudahkan dalam jual beli
 Membayar sesuai dengan harga
 Melunasi utang bila berpiutang dan tidak menundanya
 Tidak mempersulit dalam transaksi utang piutang
 Menyedekahkan bila pengutang tak sanggup membayar
 Memaafkan kesalahan orang yang meminta maaf
 Menangguhkan pada fakir yang berpiutang atau menyedekahkannya

9. Ihsan Pada Orang Yang Berbuat Buruk

Tahukah Anda? Ternyata seorang muslim juga dianjurkan untuk berbuat baik pada orang
yang berbuat buruk. Allah ta’ala berfirman :

14
‫عدَ َاوة َكأ َنهُ َولِي َحمِيم‬ َ ‫ِي أ َ ْح‬
َ ُ‫س ُن فَإِذَا الذِي بَ ْينَكَ َوبَ ْينَه‬ َ ‫ادْفَ ْع بِالتِي ه‬

Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu
dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.[QS.
Fush-shilat : 34]

Contoh berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk diantaranya :

 Memaafkan orang yang berbuat keburukan


 Meninggalkan pertengkaran
 Mendekati orang yang menjauhi
 Melupakan kesalahan orang lain
 Melupakan rasa sakit
 Bermurah hati kepada orang yang menyakiti
 Menahan amarah
 Berbuat kebalikan dari yang dilakukan oleh orang yang berbuat buruk/Membalas
dengan kebaikan

10. Ihsan Kepada Orang Lain dengan Ucapan Kebaikan

Diantara contoh ihsan dengan ucapan adalah :

 Memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran


 Mengajarkan ilmu kepada orang lain
 Membimbing menuju kebenaran pada orang yang tersesat
 Tidak merendahkan atau menghina orang lain
 Memilih kata/kalimat yang baik dalam bertutur kata
 Tidak memanggil dengan julukan yang buruk
 Tidak mencerca atau mengumpat
 Tidak mengutuk dan melaknat
 Menggunakan nada dan cara bicara yang dianggap sopan
 Tidak menyakiti dengan perkataan

11. Ihsan dalam Perdebatan

Allah ta’ala berfirman :

َ ‫َو َجاد ِْل ُهم بِالتِي ه‬


َ ‫ِي أ َ ْح‬
‫س ُن‬

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik[QS. An-Nahl : 125]

Adapun contoh dan cara ihsan dalam perdebatan adalah :

 Tidak merendahkan lawan debat


 Meninggalkan perdebatan jika terjadi pertengkaran
 Memperhatikan etika berbicara

15
 Menerima kebenaran yang disampaikan lawan debat apabila argumen lawan lebih
kuat
 Tidak memaksakan pendapat apabila ternyata pendapat kita lebih lemah
 Tidak berdebat untuk mencari kemenangan

12. Ihsan Kepada Hewan

Tidak hanya kepada manusia, seorang muslim juga diperintahkan untuk ihsan atau berbuat
baik kepada hewan baik hewan ternak seperti kambing, sapi kerbau maupun peliharaan
seperti kuda, keledai, dan sebagainya. Diantara contoh berbuat baik kepada hewan adalah :

 Memberikan makanan dan minuman


 Mengobatinya apabila sakit
 Tidak membebani pekerjaan pada hewan diluar kesanggupan
 Tidak menunggangi hewan diluar kesanggupannya
 Mengistirahatkannya apabila lelah
 Tidak berbuat kasar pada hewan atau menyiksanya
 Menajamkan pisau sebelum menyembelih dan tidak menyiksanya ketika hendak
menyembelihnya.

16
BAB II

ISLAM DAN SAINS

Islam dan sains (ilmu pengetahuan) adalah dua hal yang sangat kita perlukan dalam
menjalani kehidupan di dunia dan persiapan hidup di akhirat. Islam diperlukan kita sebagai
jalan mencapai kebahagian hidup di akhirat, sedangkan sains diperlukan kita sebagai
pegangan kita menghadapi tantangan dan memecahkan masalah (duniawi) yang terjadi
didalam kehidupan manusia .

Islam menekankan eksplorasi keilmuan kepada pemeluknya, sebagaimana sabda Nabi


Muhammad SAW “carilah/tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Sains dan
teknologi yang ada sekarang itu sebenarnya sudah tercantum dalam al-qur’an. Contohnya
proses terjadinya manusia, proses terjadinya siang dan malam, proses terjadinya hujan dan
sains lainnya banyak yang sudah tercantum dalam al-qur’an.

Selain mempermudah kegiatan manusia, sains dan teknologi punya peran penting dalam
peribadatan orang islam. Contonya dalam masalah penentuan waktu sholat, penentuan arah
kiblat, hingga penentuan 1 ramadhan dan 1 syawal tidak luput dari peran sains dan teknologi.
Maka dari itu antara islam dan sains mempunyai keterkaitan yang harus berjalan secara
seimbang. Sehingga keduanya dapat membawa kita mencapai kebahagian di dunia maupun di
akhirat.

1. Pengertian islam dan sains

Islam, kata ini adalah suatu suku kata yang dipergunakan oleh nabi Muhammad SAW, untuk
nama ajaran yang dibawanya yaitu islam. Secara harfiah (etimologi), islam berasal dari
bahasa arab yang mempunyai banyak arti antara lain tunduk, patuh, berserah diri dan selamat.
Menurut istilah Harun Nasution memberikan definisi tentang islam, bahwa Islam adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan
hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia.

Sedangkan kata sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan. Ada pula
yang mendefinisikan sains adalah “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan
pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum –
hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains
dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang dengan
menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan
fenomena – fenomena yang terjadi di alam .

Pengertian sains juga merujuk kepada susunan pengetahuan yang orang dapatkan melalui
metode tersebut, atau bahasa yang lebih sederhana, sains adalah cara ilmu pengetahuan yang
didapatkan dengan menggunakan metode tertentu.

Sains dengan definisi diatas sering kali disebut dengan sains murni, untuk membedakannya
dengan sains terapan, yang merupakan aplikasi sains yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. ilmu sains biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

17
– Natural sains atau Ilmu Pengetahuan Alam
– Sosial sains atau ilmu Pengetahuan social

Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan, sains sebagai proses
merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan
dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang
mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang utama
yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan
filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the social sciences).
Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan
ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat yang
membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup didalamnya.
Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia
(mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit dan ilmu bumi), (the
earth sciences) yang mempelajari bumi kita.

Al – Qur’an dengan Sains

Mu’jizat islam (al-qur’an) yang paling utama ialah hubungannya dengan ilmu pengetahuan.
Surah pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ialah nilai tauhid,
keutamaan pendidikan dan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Islam juga
memerintahkan umatnya mencari ilmu untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat kelak, sebagaimana sabda Rasulullah SAW

“Menutut ilmu itu wajib bagi setiap orang islam”.

Al – qur’an (kitab suci umat islam) mengandung ilmu pengetahuan yang pasti dan tidak ada
pertentangan di dalamnya. Di dalam Al-qur’an terdapat kurang lebih 750 rujukan yang
berkaitan dengan ilmu, sementara tidak ada agama atau kebudayaan yang lain yang
menegaskan dengan begitu tegas akan pentingnya ilmu dalam kehidupan manusia untuk
menjamin kebahagiaannya di muka bumi ini dan di akhirat.

Ilmu yang terkandung dalam al-Qur’an antara lain ialah ilmu yang berhubungan dengan
kemasyarakatan yang memberi pedoman dan petunjuk dan juga terdapat maklumat atau
isyarat tentang perkara – perkara yang telah menjadi tumpuan kajian sains, misalnya :

1. Cap jari tangan sebagai tanda pengenal manusia


( Q.S al- Qiyamah : 3-4)
2. Penciptaan planet bumi dan langit (Q.S al- Anbiya’ : 30)
3. Bahwa planet bumi beredar menurut orbitnya mengelilingi matahari (QS. Al- Anbiya’ :
33)
4. Penciptaan makhluk semuanya berpasangan (QS. Yasin : 36)

Allah SWT telah membuat peraturan sebab-akibat bagi makhluk –Nya supaya umat manusia
merasa tentram dan stabil di muka bumi ini, serta berusaha untuk mendapatkan keridloan-
Nya. Allah telah memberitahukan umat manusia perkara-perkara yang tidak dapat dipikirkan

18
oleh manusia melalui wahyu. Hal itu untuk menunjukkan kepada manusia bahwa Allah SWT
Maha Esa dan semua yang ada di alam semesta dibawah kekuasanNya.

Sebenarnya berbicara mengenai pengetahuan tidak akan pernah dilepaskan dari dua aspek.
Pertama adalah aspek yang mengetahui yaitu manusia atau disebut juga sebagai subjek kedua
adalah aspek yang diketahui atau disebut juga sebagai objek antara subjek dengan objek tidak
akan pernah bisa dipisahkan, artinya tidak akan pernah ada. Sebuah pengetahuan andai kata
salah stu dari kedua aspek itu tidak ada yang tidak ada. Hasil interaksi antara subjek dan
objek itu kemudian dikomunikasikan dan jadilah pengetahuan. Jadi pengetahuan pada
dasarnya ialah kesatuan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Sekarang kita yakin bahwa sains adalah sejenis penjelasan tentang suatu hal yang
mengungkap berbagai kondisi (sebab-musabab) yang terjadi didalamnya. Sains juga
merupakan sejenis penjelasa tentang suatu hal yang mengungkapkan contoh suatu hukum
atau keseragaman umum. Hal ini juga msih benar, seandainya kita mengatakan bahwa usaha
sungguh-sungguh sains bukan penjelasan terakhir tentang berbagai hal, tetapi sains hanya
menganalisis dan mengklarifikasikan hukum-hukum tersebut dan menentukan berbagai
kondisi yang terjadi atas mereka kemudian merumuskan atau memformulasikan cara-cara
mereka bertingkah laku.

Cara kerja sains adalah sebagai berikut :

I. Kumpulan fakta-fakta

II. Gambaran tentang fakta-fakta

1. Definisi dan gambaran umum


2. Analisis
3. Klasifikasi

III. Penjelasan tentang fakta-fakta

1. Memastikan sebab-musabab (invartable antecedents)


2. merumeskan berbagai kesamaa prilaku(uniformities of behavior)

3. Peran Islam dalam Sains

Kekuatan akal atau rasio manusia dalam realitas faktualnya tidaklah cukup untuk
menyingkap tabir rahasia kejadian dan kehidupan di alam semesta. Alasan logisnya, manusia
adalah makhluk yang merupakan sesuatu yang diciptakan dan berada dalam keterbatasan,
yang tak terbatas adalah Sang Kholik. Dengan demikian manusia adalah noktah penciptaan
dari totalitas ciptaan yang ada, yang mana kemampuan pengetahuannya sangatlah bergantung
pada kemurahan Sang Kholik.

Dalam hal ini islam sebagai ajaran yang datang dari Al-Kholiq sudah tentu lebih tinggi
kedudukannya dibandingkan sains. Artinya, realitas kebenaran yang ada dalam islam yang
mana bersumber dari wahyu lebih terjamin, sifatnya absolut dan bisa dipercaya karena ia
tidak datang dari kemampuan manusia yang terbatas.

19
Islam mengajarkan manusia untuk melakukan nazhar (mengadakan observasi dan penilitian
ilmiah) terhadap segala macam peristiwa alam diseluruh jagad ini dan juga terhadap
lingkungan masyarakat serta historisitas bangsa-bangsa terdahulu. Seperti dalam firmanNya
dalam surat Yunus ayat

101 “Lihatlah apa-apa yang dilangit dan dibumi…” dan surat Ali Imron ayat
137 “Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah Allah. Maka berjalanlah
kamu di muka bumi dan lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan agama”.

Dari penjelasan di atas dapat kita kritisi tentang perbedaan nazhar yang diperintahkan Allah
dan nazhar yang biasa dilakukan dalam sains. Berbeda dengan nazhar pada sains, yang hanya
menitik beratkan pada observasi dan eksplorisasi ilmiah untuk meneliti substansi material
alam semesta, nazhar yang diperintahkan agama tidak hanya sekedar kerja rasio dan rasa,
tetapi juga didorong aktif oleh manifestasi iman kepada Allah. Dengan demikian islam
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita selidiki dan teliti secara mendalam itu adalah
terbatas pada ciptaan Allah dan semata-mata dalam rangka menigkatkan iman manusia
kepada Allah.

4. Peran sains dalam Islam

Di era modern ini sains sangatlah di unggulkan, pekerjaan manusia menjadi lebih mudah dan
ringan karena kemajuan dari sains dan teknologi. Selain memudahkan manusia dalam
menjalani aktifitas sehari-hari, sains juga mempunyai peran penting dalam peribadatan umat
islam.

Adapun peran sains dalam peribadatan muslim antara lain dalam penentuan waktu sholat,
penentuan arah qiblat, penentuan 1 ramadhan dan 1 syawal. Dalam penentuan waktu sholat,
al-qur’an dan hadits sebenarnya sudah menjelaskan hal tersebut namun masih bersifat
kualitatif sebab belum disebutkan pukul berapa awal setiap waktu sholat. Akan tetapi dari
hadits dan sumber-sumber lainnya, akhrinya para ulama dan ahli hisab atau ahli astronomi
dapat menyebutkan waktu sholat secara kuantitatif. Selain itu sains juga memiliki andil dalam
penentuan arah qiblat. Dalam penentuan arah qiblat biasanya menggunakan rumus-rumus
segitiga bola dan rumus-rumus sinar matahari.

Itulah beberapa peran dari sains terhadap islam dalam hal penerapan sains untuk
kesempurnaan peribadatan seorang muslim.

5. Sains Moderen dan Islam

Keinginan atau obsesi akan bangkitnya kembali peradaban Islam secara jujur lahir dari
bentuk romantisisme terhadap sejarah masa lampau. Walau begitu, keinginan itu tentunya
sesuatu yang wajar. Bahkan menjadi kewajiban setiap muslim untuk dapat membangun suatu
peradaban yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Karena itu, catatan sejarah di atas akan
membuat kita lebih bijak dalam melihat ke arah mana kita akan menuju.

Satu hal yang jelas adalah sebuah peradaban baru dapat berdiri kokoh jika berhasil
membangun suatu sistem pengetahuan yang mapan. Bangkitnya peradaban Islam akan sangat
tergantung pada keberhasilan dalam bidang sains melalui prestasi institusional dan
epistemologis menuju pada proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang
memungkinkan nilai-nilai Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang

20
dibangun tanpa harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya. Ini
sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh Ismail Raji Al-
faruqi.

Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains
moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini mungkin
benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen membuat kehidupan
(sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal datang dari Sal
Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena
lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat.

Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin
eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai
ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan
hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu
alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak.

Walau begitu, islamisasi pengetahuan adalah sebuah proyek ambisius untuk tidak
menyebutnya utopia. Proyek islamisasi pengetahuan yang sarat dengan nilai akan sangat sulit
tercapai karena bertentangan dengan dogma sains moderen yang mengklaim dirinya sebagai
“bebas” nilai sehingga bersifat netral dan universal. Klaim netralitas dan universalitas sains
moderen itu sendiri pada dasarnya bermasalah. Netralitas justru menjadi tempat perlindungan
bagi sains moderen dari kritik terhadap berbagai permasalahan sosial yang diproduksinya.
Sementara universalitas tidak lebih dari sekedar alat hegemoni sains moderen terhadap sistem
pengetahuan yang lain.

Studi sosial dan kultural terhadap sains moderen yang dilakukan beberapa sarjana memberi
cukup bukti bahwa sains dan pengetahuan yang dihasilkannya selalu bersifat kultural,
terkonstruksi secara sosial, dan tidak pernah lepas dari kepentingan ekonomi dan politik.
Inilah tantangan terbesar bagi saintis muslim dalam upaya membangun sistem pengetahuan
yang islami.

6. Islam dan Sains di Indonesia

Kenyataan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di
dunia selalu dikaitkan dengan harapan akan bangkitnya Islam di negara ini. Fakta kuantitatif
ini sayangnya belum cukup bagi kita untuk bersikap optimis. Kendala besar bagi cita-cita
tersebut ada pada dua sisi. Sisi pertama adalah masih lemahnya tradisi ilmiah di Indonesia.
Walaupun Indonesia memiliki perguruan tinggi yang cukup berkualitas, kegiatan ilmiah yang
sehat, khususnya dalam bidang sains, dalam menghasilkan pengetahuan yang orisinil masih
jauh dari harapan.

Kondisi ini menjadi lebih lemah lagi karena terpisahnya sains dan filsafat dalam wacana
akademik. Masuknya sains dalam kategori ilmu eksakta sementara filsafat sebagai ilmu non-
eksakta adalah indikasinya. Padahal kategori eksakta dan non-eksakta tersebut bersifat ilusif.
Ini menyebabkan tidak terbentuknya suatu tradisi filsafat kritik sains yang mapan, dan
sebaliknya, sains berjalan sendiri seolah-olah dia bersifat otonom.

Pada sisi kedua, merujuk pada tesis Nurcholish Majid, satu kenyataan bahwa masyarakat
Islam di Indonesia tidak mewarisi tradisi intelektual peradaban Islam ketika masa keemasan.

21
Islam muncul di Indonesia justru ketika tradisi intelektual Islam sedang mengalami
penurunan di tempat asalnya sehingga tradisi intelektual tersebut tidak sempat terserap dalam
sistem sosial dan kebudayaan.

Disamping itu, salah satu syarat tumbuhnya tradisi intelektual adalah adanya sikap
keterbukaan atau inklusivitas karena suatu sistem pengetahuan baru dapat terbentuk dengan
baik jika berada dalam sistem sosial yang menghargai perbedaan dan keberagaman
pemikiran. Hal ini menjadi isu penting mengingat masih kuatnya eksklusivitas di berbagai
lapisan masyarakat Islam di Indonesia.

Sebagai penutup, apa yang diuraikan di atas adalah suatu bentuk kepedulian terhadap Islam
dan sains di Indonesia yang patut mendapat perhatian publik secara terus menerus untuk
membangkitan semangat dan tradisi kritik sains sekaligus kritik bagi masyarakat Islam di
Indonesia. Dan karenanya studi relasi antar sains dan Islam seharusnya menjadi agenda
penting, baik dalam tradisi filsafat Islam maupun dalam wacana sains di level teoritis maupun
praksis.

22
BAB III

ISLAM DAN PENEGAKAN HUKUM

Dalam hukum Islam, telah menjadi prinsip keharusan adanya law in books dan law in action,
yakni Al-qur’an dan Hadits dijadikan sebagai dasar hukum fundamental sedangkan
penjabarannya dalam bentuk action telah diatur dalam fiqih, yaitu ketentuan yang mengatur
perilaku dan kenyataan hidup dalam masyarakat melalui metode ijtihad.

Prinsip Hukum Islam tersebut sesungguhnya secara tidak langsung telah dipahami oleh
banyak ahli hukum, seperti apa yang dikemukakan Soerjono, bahwa faktor hukum, penegak
hukum, sarana hukum, masyarakat dan kebudayaan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum sebagaimana diuraikan dibawah ini :

a. Faktor Hukum itu sendiri


Hukum yang dimaksudkan adalah undang-undang dalam arti material. Agar supaya
undang-undang mempunyai dampak yang positif, maka setidaknya harus memenuhi
asas-asas yaitu :

(a) undang-undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut dalam
undangundang, dan terjadi setelah undang-undang itu dinyatakan berlaku;
(b) undang-undang yang dibuat peguasa yang lebih tinggi mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi pula;
(c) undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-undang yang
bersifat umum jika pembuatnya sama;
(d) undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang yang
berlaku terdahulu; (e) undangundang tidak dapat diganggu gugat;
(f) undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual
dan material bagi masyarakat maupun pribadi seseorang.

Tidak terpenuhi 6 asas di atas, juga karena;


(a) belum adanya peraturan pelaksanaan yang dibutuhkan untuk menerapkan undang-
undang;
(b) ketidakjelasan arti kata-kata kesimpangsiuran dalam penafsiran serta
penerapannya.

b. Faktor Penegak Hukum

Penegak hukum yang dimaksudkan adalah penegak hukum yang mencakup mereka
yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yaitu (law
enforcement and peace maintenance) yang meliputi hakim, jaksa, polisi, pengacara
dan masyarakat, demikian pula mereka yang secara tidak langsung berkecimpung
dalam bidang penegakan hukum, seperti pemerintah dalam arti umum, pelaku
ekonomi, elit-elit politik.

Penegak hukum yang berkecimpung langsung dalam penegakan hukum, mempunyai


jenjang peran tertentu, yaitu; (a) peranan yang ideal (ideal role), (b) peranan yang
seharusnya (expected role); (c) peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived
role); (d) peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role).

23
Kelemahan segi penegak hukum bisa disebabkan karena para penegak hukum tidak
memahami peranannya, khususnya peranan yang seharusnya dan peranan yang
sebenarnya dilakukan.

c. Faktor Sarana atau Fasilitas

Yang dimaksud sarana atau fasilitas dalam hal ini mencakup; (a) Sumber daya
manusia (manpower), (b) organisasi yang baik, (c) peralatan yang memadai, dan (d)
keuangan yang cukup. Keempat faktor tersebut harus terpenuhi dalam penegakan
hukum demi terwujudnya tujuan hukum.

d. Faktor Masyarakat

Karena penegakan hukum berasal dari masyarakat dan untuk masyarakat dalam arti
umum, maka masyarakat adalah salah satu fenomena yang sangat mempengaruhi
penegakan hukum. Dari sudut sosial dan budaya, masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat majemuk (plural society) dengan sekian banyak golongan etnik dan
budaya.

Disamping itu, bagian terbesar penduduk tinggal di wilayah pedesaan yang berbeda
gaya hidup pada wilayah perkotaan. Karena itu, para penegak hukum harus
memperhatikan stratifikasi sosial, tatanan status dan peranan yang ada di lingkungan
tersebut. Setiap stratifikasi sosial pasti ada dasar-dasarnya, seperti kekuasaan,
kekayaan materi, kehormatan dan pendidikan.

Dari pengetahuan dan pemahaman 6 terhadap stratifikasi sosial tersebut, akan dapat
diketahui lambanglambang kedudukan yang berlaku dengan segala macam gaya,
disamping akan dapat diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhi kekuasaan dan
wewenang beserta penerapannya di dalam kenyataan. Karena itu para pembuat dan
penegak hukum harus memahami masyarakat dimana hukum akan diterapkan.

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dari faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi penegakan hukum. Sebab kebudayaan (sistem) hukum pada dasarnya
mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan
konsepsikonsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianutnya), dan apa
yang dianggap buruk (sehingga dihindari).

Nilai-nilai tersebut lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua


keadaan ekstrim yang harus diserasikan. Pasangan nilai yang dimaksud adalah:

1) Nilai ketertiban dan ketenteraman.

Dalam keadaan sehari-hari nilai ketertiban disebut sebagai keterikatan atau disiplin, sedang
nilai ketenteraman atau disiplin, sedangkan nilai ketenteraman suatu kebebasan. Keadaan
tidak tenteram atau tidak bebas akan terjadi apabila; dipaksa, terpaksa, atau takut;

2) Nilai kebendaan dan keakhlakan.

24
Dalam kenyataan pada masing-masing masyarakat timbul perbedaan karena berbagai macam
pengaruh, katakanlah pengaruh dari kegiatan modernisasi dibidang material tidak mustahil
akan menempatkan nilai kebendaan pada posisi yang lebih tinggi daripada nilai keakhlakan.
Penempatan nilai kebendaan pada posisi yang lebih tinggi dan lebih penting, akan
mengakibatkan berbagai aspek proses hukum akan mendapat penilaian dari segi kebendaan
belaka.

3) Nilai konservatisme dan inovatisme.

Pasangan nilai konservatisme dengan nilai inovatisme senantiasa berperan di dalam


perkembangan hukum, oleh karena disatu pihak ada yang menyatakan hukum hanya
mengikuti perubahan yang terjadi dan bertujuan untuk mempertahankan status quo di lain
pihak ada anggapan yang kuat bahwa hukum juga berfungsi sebagai sarana untuk
mengadakan perubahan dan menciptakan hal yang baru.

25
BAB IV

KEWAJIBAN MENEGAKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan
mempengaruhi kemulian umat Islam.
Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوتُؤْ مِ نُونَ بِاللِ َولَ ْو َءا َمنَ أ َ ْه ُل‬ َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬ ْ ‫كُنت ُ ْم َخي َْر أُم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِلن‬
َ‫ب لَ َكانَ َخي ًْرا ل ُه ْم ِّم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ مِ نُونَ َوأ َ ْكث َ َرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬
ِ ‫ْال ِكت َا‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]

Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ‫الة َ َويُؤْ تُونَ الزكَاة‬ َ َ‫ض يَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
َ ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َويُقِي ُمونَ الص‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَاتُ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَآ ُء بَ ْع‬
ُۚ‫َحكِي ُم‬ ‫ع ِزيز‬
َ َ‫هللا‬ ‫ِإن‬ ُ ‫هللا‬ ‫س َي ْر َح ُم ُه ُم‬
َ ُ
َ‫أ ْوالَئِك‬ ُ ‫َو َرسُولَه‬ َ‫هللا‬ َ‫َويُطِ يعُون‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari
yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana“.[At-Taubah:71]

Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam ayat
ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi segenap
umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia. Karena mereka
telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi
mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka.
Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia. Umat lain tidak memerintahkan setiap orang
kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua kemungkaran.
Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan sebagian mereka sama sekali tidak berjihad.
Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil- kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh
dari negerinya. Sebagaimana orang yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru
kepada petunjuk dan kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini
digambarkan dalam ucapan Nabi Musa Alaihissallam.

َ‫ارين‬ ِ ‫سى إِن فِي َها قَ ْو ًما َجب‬ ِ َ‫علَى أَدْب‬


َ ‫اركُ ْم فَت َنقَ ِلبُوا خَاس ِِرينَ قَالُوا يَا ُمو‬ َ ‫َب هللاُ لَكُ ْم َوالَ ت َْرتَدُّوا‬
َ ‫سةَ التِي َكت‬ َ ‫ض ْال ُمقَد‬َ ‫يَاقَ ْو ِم ادْ ُخلُوا اْْل َ ْر‬
‫علَي ِْه ُم‬ َ ُ‫َو ِإنا لَن ندْ ُخلَ َها َحتى َي ْخ ُر ُجوا ِم ْن َها فَإِن َي ْخ ُر ُجوا ِم ْن َها فَإِنا دَاخِ لُونَ قَا َل َر ُجالَ ِن مِنَ الذِينَ َيخَافُونَ أ َ ْن َع َم هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َما ادْ ُخلُوا‬
َ‫سى إِنا لَن ندْ ُخلَ َهآ أَبَدًا َما دَا ُموا فِي َها فَاذهَبْ أنت‬
َ ْ َ ‫علَى هللاِ فَت ََوكلُوا إِن كُنتُم ُّمؤْ ِمنِينَ قَالُوا َيا ُمو‬ َ ‫غا ِلبُونَ َو‬َ ‫اب َفإِذا َ دَخ َْلت ُ ُموهُ فَإِنكُ ْم‬
َ َ‫ْالب‬
َ‫َو َربُّكَ فَقَاتِآلَ ِإنا هَاهُنَا قَا ِعد ُون‬

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan
janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi
orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada

26
orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya
sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan
memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang
(kota) itu. Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada
Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka
berkata,”Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi
mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah
kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al-Maidah : 21-24]

Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ ‫س ْيت ُ ْم ِإن كُت‬


‫ِب‬ َ ‫ع‬ َ ‫سبِي ِل هللاِ قَا َل ه َْل‬ َ ‫ث لَنَا َم ِل ًكا نُّقَات ِْل فِي‬ ّ ِ‫سى ِإذْ قَالُوا ِلنَب‬
ْ ‫ي ٍ ل ُه ُم ا ْب َع‬ َ ‫إل مِن بَنِى ِإس َْراءِ ي َل مِن بَ ْع ِد ُمو‬ ِ ‫أَلَ ْم ت ََر ِإلَى ْال َم‬
ً‫علَ ْي ِهمُ ْال ِقت َا ُل ت ََول ْوا إِال قَلِيال‬ ِ َ‫سبِي ِل هللاِ َوقَدْ أ ُ ْخ ِرجْ نَا مِن ِدي‬
َ ‫ارنَا َوأ َ ْبنَآئِنَا فَلَما كُت‬
َ ‫ِب‬ َ ‫علَ ْيكُ ُم ْال ِقت َا ُل أَال ت ُقَاتِلُوا قَالُوا َو َمالَنَآ أَال نُقَاتِلَ فِي‬
َ
َ‫علِي ُمُۚ بِالظا ِلمِين‬ َ ُ‫ِّم ْن ُه ْم َوهللا‬

“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi Musa wafat)
ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami seorang raja
supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka
menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal
sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami”.
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa
orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim“. [Al-
Baqarah:246]

Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta anak-anak mereka. Sudah demikian
ini, mereka pun masih melanggar perintah. Sehingga tidak dihalalkan begi mereka harta
rampasan perang. Demikan juga tidak boleh mengambil budak-budak tawanan perang.

Demikianlah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam. Dia menjadikan
amar ma’ruf nahi mungkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر‬َ ‫ي يَ ِجد ُْونَهُ َم ْكت ُ ْوبًا ِع ْندَهُ ْم فِ ْي الت ْو َراةِ َواْ ِإل ْن ِج ْي ِل يَأ ْ ُم ُرهُ ْم بِ ْال َم ْع ُر ْوفِ َويَ ْن َهاهُ ْم‬
ْ ‫ال ِذيْنَ يَتبِعُ ْونَ الرسُ ْو َل النبِي اْل ُ ّمِي ال ِذ‬
‫ص ُر ْو ُه‬َ َ‫عزَ ُر ْوهُ َون‬ َ ‫علَ ْي ِه ْم فَال ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا َو‬َ ‫َت‬ ْ ‫ع ْن ُه ْم ِإص َْرهُ ْم َواْْل َ ْغالَ َل التِي كَان‬ َ ‫ض ُع‬َ ‫علَ ْي ِه ُم ْال َخ َبا ِئثَ َو َي‬ ِ ‫َويُحِ ُّل لَ ُه ُم الط ِّي َبا‬
َ ‫ت َويُ َح ِ ّر ُم‬
ْ ْ ُ َ
َ‫ِي أ ْنزَ َل َمعَهُ أ ْولَئِكَ هُمُ ال ُمف ِل ُح ْون‬ ْ ‫َواتبَعُ ْوا النُّ ْو َر الذ‬

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-
orang yang beruntung“. [Al- A’raaf : 157).

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi tugas
utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat ini untuk
menegakkannya, dalam firman-Nya.

27
َ َ‫َو ْلتَكُن ّمِنكُ ْم أُمةُُۚ يَدْعُونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
َ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوالَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang
yang beruntung“. [Al-Imron:104]

Tugas penting ini sangat luas jangkauannya, baik zaman atau tempat. Meliputi seluruh umat
dan bangsa dan terus bergerak dengan jihad dan penyampaian ke seluruh belahan dunia.
Tugas ini telah diemban umat Islam sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sampai sekarang hingga hari kiamat nanti.

HUKUM AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah Subhanahu wa
Ta’ala kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al Qur’an dan As-
Sunnah serta Ijma’ para Ulama

Dalil Al Qur’an Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫َو ْلتَ ُكن ِ ّمن ُك ْم أُمةُُۚ َيدْعُون‬


َ‫ِإلَى الْ َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوالَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“.[Al-Imran:104].

bnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada sebagian
umat ini yang menegakkan perkata ini”. Dan firman-Nya.

َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬


ِ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوتُؤْ مِ نُونَ ِبالل‬ ْ ‫كُنت ُ ْم َخي َْر أُم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“. [Al-Imran :110].

Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia, barang siapa
yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya”.Dalil
Sunnah Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‫ان‬
ِ ‫اإلي َم‬
ِ ‫ف‬ ْ َ ‫سانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َوذَلِكَ أ‬
ُ َ‫ضع‬ َ ‫َم ْن َرأَى ِم ْنكُ ْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغَيِّ ْرهُ بِيَ ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع فَبِ ِل‬

“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-
lemahnya iman“. [HR Muslim].

Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya: Ibnu Hazm
Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai kewajiban amar
ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka sedikitpun”.

28
Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al Qur’an, lalu dijelaskan
Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta ahli fiqih Islam telah
berkonsensus atas kewajibannya”.

An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang
menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar”

Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok serta rukun
syari’at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak
kejayaannya”.Jelaslah kewajiban umat ini untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.

DERAJAT KEWAJIBAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai satu kewajiban atas umat Islam, bagaimanakah derajat
kewajibannya?
Apakah fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah?
Para ulama berselisih tentang hal ini. Pendapat pertama memandang kewajiban tersebut
adalah fardhu ‘Ain.

Ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Katsir, Az Zujaaj, Ibnu Hazm
.Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syar’i, diantaranya:

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ‫َو‬


َ‫ْلتَكُن ّمِنكُ ْم أُمةُُۚ يَدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْونَ عَ ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوالَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang
yang beruntung“. [Ali Imran:104]
Mereka mengatakan bahwa kata ‫ م ِْن‬dalam ayat ‫ ِم ْنكُ ْم‬untuk penjelas dan bukan untuk
menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah kalian semua umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Demikian juga akhir ayat yaitu: َ‫ َوأ ُ ْوالَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬Menegaskan bahwa keberuntungan khusus
bagi mereka yang melakukan amalan tersebut. Sedangkan mencapai keberuntungan tersebut
hukumnya fardhu ‘ain.

Oleh karena itu memiliki sifat-sifat tersebut hukumnya wajib ‘ain juga. Karena dalam kaedah
disebutkan:

ِ ‫ب ِإال ِب ِه فَ ُهو َو‬


‫اجب‬ ِ ‫َما الَ َيتِ ّمّۚ ُۚ ْال َو‬
ُ ‫اج‬

Satu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya
wajib.

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫لل َولَ ْو َءا َمنَ أ َ ْه ُل ْال ِكت َا‬


‫ب َل َكانَ َخي ًْرا ل ُه ْم‬ َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬
ِ ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوتُؤْ مِ نُونَ ِبا‬ ْ ‫كُنت ُ ْم َخي َْر أُم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِلن‬
ُ ْ َ ْ َ ْ
َ‫ِّم ْن ُه ُم ال ُمؤْ مِ نُو َن َوأكث َرهُمُ الفَا ِسقون‬

29
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imran :110]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan syarat bergabung dengan umat Islam
yang terbaik, yaitu dengan amar ma’ruf nahi mungkar dan iman. Padahal bergabung kepada
umat ini, hukumnya fardu ‘ain. Sebagaimana firman-Nya:

َ‫صا ِل ًحا َوقَالَ ِإننِى مِنَ ْال ُم ْس ِلمِين‬ َ ‫َو َم ْن أ َ ْح‬


َ َ‫س ُن قَ ْوالً ِّممن د‬
َ ‫عآ ِإلَى هللاِ َو‬
َ ‫ع ِم َل‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri.” [Fushilat :33]

Sehingga memiliki sifat-sifat tersebut menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana Umar bin Al
Khathab menganggapnya sebagai syarat Allah bagi orang yang bergabung ke dalam barisan
umat Islam.

Beliau berkata setelah membaca surat Ali Imran:110,”Wahai sekalian manusia, barang siapa
yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya” Sedangkan
pendapat kedua memandang amar ma’ruf nahi mungkar fardhu kifayah.

Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang menyatakan secara tegas
adalah Abu Bakr Al-Jashash [12] , Al-Mawardiy, Abu Ya’la Al-Hambaliy, Al Ghozaliy,
Ibnul Arabi, Al Qurthubiy [13], Ibnu Qudamah [14], An-Nawawiy [15] , Ibnu Taimiyah [16]
, Asy-Syathibiy [17] dan Asy-Syaukaniy [18].

Mereka berhujjah dengan dalil-dalil berikut ini:


1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ َ‫َو ْلتَكُن ّمِنكُ ْم أُمةُُۚ يَدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
َ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوالَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang
yang beruntung“. [Ali Imran:104]
Mereka mengatakan bahwa kata ‫ م ِْن‬dalam ayat ‫ ِمنْكُ ْم‬untuk menunjukkan sebagian. Sehingga
menunjukkan hukumnya fardhu kifayah. Imam Al Jashash menyatakan,”Ayat ini
mengandung dua makna.

Pertama, kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Kedua, yaitu fardu kifayah. Jika telah
dilaksanakan oleh sebagian, maka yang lain tidak terkena kewajiban”.

Ibnu Qudamah berkata,”Dalam ayat ini terdapat penjelasan hukum amar ma’ruf nahi
mungkar yaitu fardhu kifayah, bukan fardhu ‘ain”.[20] 2. Firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

‫ِين َو ِليُنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َجعُوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َعل ُه ْم‬ َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِل َي ْنف ُِروا كَآفَةً فَلَ ْوالَ نَف ََر مِن كُ ِّل ف ِْرقَ ٍة مِن ُه ْم‬
ِ ّ‫طآئِفَة ِل َيتَفَق ُهوا فِي الد‬
َ‫يَحْ ذَ ُرون‬

30
Baca Juga Hukum Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar “Tidak sepatutnya bagi orang-
orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-
tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya“. [At-Taubah : 122]

Hukum tafaquh fiddin (memperdalam ilmu agama) adalah fardhu kifayah.


Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan sekelompok kaum mukminin dan tidak
semuanya untuk menuntut ilmu.

Oleh karena itu orang yang belajar dan menuntut ilmu tersebut yang bertanggung jawab
memberi peringatan, bukan seluruh kaum muslimin. Demikian juga jihad, hukumnya fardhu
kifayah. Syeikh Abdurrahman As Sa’diy menyatakan,”Sepatutnya kaum muslimin
mempersiapkan orang yang menegakkan setiap kemaslahatan umum mereka.

Orang yang meluangkan seluruh waktunya dan bersungguh-sungguh serta tidak bercabang,
untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemanfatan mereka. Hendaklah arah dan tujuan
mereka semuanya satu, yaitu menegakkan kemaslahatan agama dan dunianya”[21]

Tidak semua orang dapat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

Karena orang yang menegakkannya harus memiliki syarat-syarat tertentu. Seperti mengetahui
hukum-hukum syari’at, tingkatan amar makruf nahi mungkar, cara menegakkannya,
kemampuan melaksanakannya.

Demikian juga dikhawatirkan bagi orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar bila tanpa ilmu
akan berbuat salah. Mereka memerintahkan kemungkaran dan mencegah kema’rufan atau
berbuat keras pada saat harus lembut dan sebaliknya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

‫ض أَقَا ُم ْوا‬ِ ‫ال ِذّيْنَ إِ ْن َمكناهُ ْم فِ ْي اْْل َ ْر‬


ُ
‫عاقِبَةُ اْْل ُم ْو ِر‬ ِ ِ ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َو‬
َ ‫لِل‬ َ ‫الصالَة َ َو َءات َُوا الزكَاة َ َوأ َ َم ُر ْوا ِب ْال َم ْع ُر ْوفِ َونَ َه ْوا‬

“(yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan“. [QS. 22:41]

Imam Al Qurthubiy berkata,”Tidak semua orang diteguhkan kedudukannya dimuka bumi,


sehingga hal tersebut diwajibkan secara kifayah kepada mereka yang diberi kemampuan
untuknya”

Oleh karena itu Syeikh Islam Ibnu Taimiyah menyatakan,”Demikian kewajiban amar ma’ruf
nahi mungkar. Hal ini tidak diwajibkan kepada setiap orang, akan tetapi merupakan fardhu
kifayah”

Akan tetapi hukum ini bukan berarti menunjukkan bolehnya seseorang untuk tidak
berdakwah, atau beramar makruf nahi mungkar. Karena terlaksananya fardhu kifayah ini
dengan terwujudnya pelaksanaan kewajiban tersebut.
Sehingga apabila kewajiban tersebut belum terwujud pelaksanaannya oleh sebagian orang,
maka seluruh kaum muslimin terbebani kewajiban tersebut.

31
Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah orang yang menunaikan dan melaksanakan fardhu
kifayah. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang mela
sanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu ‘ain hanya menghilangkan dosa dari dirinya
sendiri, sedangkan pelaku fardhu kifayah menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum
muslimin seluruhnya. Demikian juga fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang
berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika ditinggalkan akan berdosa seluruhnya. Pendapat ini
Insya Allah pendapat yang rajih. Wallahu a’lam. Amar makruf nahi mungkar dapat menjadi
fardhu ‘ain, menurut kedua pendapat diatas, apabila : Pertama : Ditugaskan oleh pemerintah.
Al Mawardi menyatakan,”Sesungguhnya hukum amar makruf nahi mungkar fardhu ‘ain
dengan perintah penguasa”.
Kedua : Hanya dia yang mengetahui kema’rufan dan kemungkaran yang terjadi. An
Nawawiy berkata,”Sesungguhnya amar makruf nahi mungkar fardhu kifayah.
Kemudian menjadi fardhu ‘ain, jika dia berada ditempat yang tidak mengetahuinya kecuali
dia”.

Ketiga : Kemampuan amar makruf nahi mungkar hanya dimiliki orang tertentu. Jika
kemampuan menegakkan amar makruf nahi mungkar terbatas pada sejumlah orang tertentu
saja, maka amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka.
An Nawawi berkata,”Terkadang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain, jika berada
di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang yang melihat
istri atau anak atau budaknya berbuat kemungkaran atau tidak berbuat kema’rufan”.
Keempat : Perubahan keadaan dan kondisi. Syeikh Abdul Aziz bin Baaz memandang amar
makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain dengan sebab perubahan kondisi dan keadaan,
ketika beliau berkata, “Ketika sedikitnya para da’i.
Banyaknya kemungkaran dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini,
maka dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengankemampuannya”.

32
BAB V

FITNAH AKHIR ZAMAN

Dijelaskan di akhir zaman, hukum kalah dengan etika. Paling mudah, contohnya hukum
mengorder pelacur adalah haram. Namun etika di masyarakat mengatakan bahwa si pemberi
order itu disebut orang baik jika dia mau membayar. Contoh lain, haram nonton konser yang
mengumbar aurat. Namun, etika masyarakat menyatakan siapapun yang menonton konser
yang mengumbar aurat itu adalah orang baik jika dia mau membayar tiket dan berlaku sopan
selama pertunjukan.

Ini yang kita takutkan. Hukum tak ada lagi karena kalah oleh etika yang berlaku di
masyarakat meski etika itu salah.Yang paling kita takutkan adalah kebaikan dalam
keburukan. Orang berlaku buruk namun masyarakat mengatakan itu baik, sehingga orang itu
tidak pernah instropeksi bahwa sebenarnya perilakunya itu buruk.

Orang-orang di zaman dahulu berhasil menjaga iman dan ketaatannya kepada Allah ketika
diuji dengan kemiskinan. Namun gagal mempertahankan keimanan ketika diuji dengan harta
dan kekayaan seperti Tsa’labah dan Qarun. Berbeda dengan kita. Sekarang kebanyakan
dengan ujian kemiskinan saja gagal menjaga iman dan taat pada Allah. Apalagi diuji
kekayaan dan kedudukan. Tentu akan membuat lebih gagal lagi dengan sifat-sifat
kesombongan dan keangkuhan yang akan timbul karena merasa hebat dengan sedikit
kelebihan yang Allah berikan.

Tgk Umar Rafsanjani, ketua Umum Majelis Pengajian dan Zikir Tastafi Kota Banda Aceh
sebagaimana dilansir serambinews.com, mengungkapkan, di akhir zaman, fitnah dan ujian
yang akan dialami oleh umat Islam tidak lagi bersifat pribadi dan kelompok, tapi kolektif dan
dirasakan oleh seluruh umat.

Fitnah ini sangat dahsyat, antara lain ketika kebohongan diyakini oleh masyarakat banyak
sebagai kebenaran dan kebenaran justru dinilai sebagai dusta atau hoax. Tgk Umar lalu
mengutip hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah RA. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda yang artinya: “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh
dengan tipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur didustakan.
Pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat.
Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara. Ada yang bertanya, ‘Apa yang dimaksud
Ruwaibidhah?’. Rasulullah menjawab, “Orang fasik dan bodoh yang turut campur dan
berbicara di depan orang banyak.

Hidup manusia saat ini telah berada di akhir zaman , dan sudah dekat dengan waktu hari
kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sejumlah hadisnya
tentang dekatnya dengan hari kiamat ini. Walaupun, kapan akan hari kiamat, seberapa lama
lagi hari kiamat, itu adalah ilmu yang dirahasiakan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tetapi Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengisyaratkan tentang dekatnya
hari kiamat. Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis:

33
‫صبَعَ ْي ِه فَيَ ُمدُّ هُ َما‬
ْ ِ ‫ِير بِإ‬ َ ‫بُعِثْتُ أَنَا َوالسا‬.
ُ ‫ َويُش‬،‫عةُ َك َهاتَي ِْن‬

“Jarak diutusnya aku dan hari kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau memberikan isyarat
dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya. (HR. Bukhari)

Rasulullah pun telah mengisyaratkan tentang keadaan di akhir zaman dalam sabdanya,
“Bagaimana sikap kalian apabila fitnah telah mengelilingi kalian?

Tentang hadis ini, Ustaz Abu Qotadah dalam kajian dan tausiyah di kanal RodjaTV
menjelaskan, fitnah telah berada di sekitar kita dan kita telah diliputi oleh fitnah, kita telah
dihadapkan kepada fitnah dari depan, dari belakang, dari kanan, dari kiri, dari berbagai unsur
kehidupan, fitnah berada di tengah-tengah. Dan fitnah itupun berkepanjangan,
lama, berkesinambungan dan semakin dahsyat dari satu waktu ke waktu yang lainnya.
Sampai disebutkan di dalam hadis:

ُ ‫ِير َو يَ ْه َر ُم فِي َها ْال َك ِب‬


‫ير‬ ُ ‫يَ ْربُو فِي َها الصغ‬

“Anak-anak kecil menjadi dewasa dan orang yang tua menjadi pikun

“Yaitu apabila kebanyakan dari umat ini telah meninggalkan sunnah.”

Lalu para sahabat bertanya: “Kapan akan terjadi hal itu Wahai Abu Abdurrahman?” Maka
beliau menjawab: “Apabila telah pergi para ulamanya.” Artinya banyak yang meninggal
dunia dari kalangan ulama, banyak orang-orang yang wafat dari kalangan para ulama.

“Dan semakin banyak orang-orang yang bodohnya. Semakin banyak ahli qira’ah, tapi
semakin sedikit yang faqih kepada makna-makna ayat Al-Qur’an.” Semakin sedikit orang
yang faham kepada isi Al-Qur’an

Kemudian beliau mengatakan: “Apabila semakin banyak pemimpin kalian tetapi semakin
sedikit orang yang amanah,” orang yang adil, orang yang menegakkan hukum Allah.
Berkuasa, memiliki jabatan, memiliki tahta, tetapi berada dalam kondisi dzalim, tidak
menegakkan syari’at Allah.Dan semakin sedikit yang amanah.

Kemudian beliau mengatakan: “Dan apabila telah dicari dunia dengan ibadah (amal shalih),”
artinya orang-orang beramal shalih tapi tujuannya dunia, tidak berkaitan dengan surga, tidak
berkaitan dengan kehidupan setelah kematian. Yang diharapkan ketika melakukan amal saleh
adalah untuk kehidupan dunia.

“Dan apabila semakin banyak orang-orang yang tafaqquh tentang urusan dunia (tapi tidak
tafaqquh tentang urusan agama),” artinya semakin sedikit orang yang belajar tentang agama
Allah, belajar tentang tauhid, belajar tentang aqidah, belajar tentang iman, belajar tentang
Islam, belajar tentang halal dan haram semakin sedikit. Dan sibuknya sebagian besar di
antara kita adalah dengan dunia ini.

Lantas bagaimana kita harus menghadapi ujian dan fitnah akhir zaman ini? Dai yang juga
pendiri Pondok Pesantren Ma’had Ihya As Sunnah, menjelaskan sebagai berikut:

34
1. Semua problem berkaitan dengan fitnah,jalannya ilmu

Hiruk-pikuk fitnah dunia hari ini, maka mesti setiap mukmin menjadikan bagian dari
hidupnya adalah untuk mencari ilmu. Karena ilmu adalah bagian terpenting dalam hidup kita.

2. Kehiudpan setelah kematian kita dalah masa depan yang paling depan

Jika para ibu dan para bapak berbicara tentang masa depan, maka inilah masa depan yang
sesungguhnya. Oleh sebab itu Al-Qur’an mengajarkan kisah seorang Nabi yang mengajarkan
masa depan kepada anaknya, yaitu Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam. Ketika beliau sedang dalam
keadaan dekat kepada kematian, sedang sakaratul mau maka mengumpulkan semua anaknya
Allah berfirman:

ُ ‫وب ْال َم ْو‬


َ ‫ت ِإذْ قَا َل ِلبَنِي ِه َما ت َ ْعبُد ُونَ مِن بَ ْعدِي قَالُوا نَ ْعبُد ُ ِإلَـ َهكَ َو ِإلَـهَ آبَائِكَ ِإب َْراه‬
‫ِيم َو ِإ ْس َماعِي َل‬ َ ‫أ َ ْم كُنت ُ ْم شُ َهدَا َء ِإذْ َح‬
َ ُ‫ض َر يَ ْعق‬
﴾١٣٣﴿ َ‫َوإِ ْس َحاقَ إِلَـ ًها َواحِ دًا َونَحْ ُن لَهُ ُم ْس ِل ُمون‬

“Tidaklah kalian memperhatikan tentang Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam ketika datang
sakaratul maut menjemputnya? Maka beliau berkata: ‘Wahai anak-anakku, apa yang kalian
akan sembah setelah aku meninggal dunia?’ Maka serempak anaknya mengatakan: ‘Kami
akan menyembah Ilahmu dan Ilah nenek moyangmu (yaitu Allah, Ilah yang satu), dan kami
tunduk kepadaNya.’” (QS. Al-Baqarah[2]: 133)

Jadi ketika kita berbicara tentang masa depan, maka ingatkanlah masa depan itu adalah masa
depan setelah kematian. Maka oleh sebab itu -sebagai catatan tinta emas bagi kita- semua apa
yang kita cari dalam interaksi dunia, maka jadikanlah semuanya adalah jembatan dan
jadikanlah kendaraan untuk kita ke surga. Jadikanlah semua nikmat yang Allah berikan
kepada kita sebagai kendaraan yang menghantarkan kita ke surga, sebagai masa depan kita.
Jangan Anda berpikir masa depan adalah masa depan karir kita di dunia ini.

3. Menjaga Amal

Ketika kita bertanya tentang amal dan ketika kita meminta ditunjukkan kepada seorang alim
tentang amal dimasa hari ini, maka ada jawaban yang sederhana dari sekian penjelasan.
Lakukanlah amal yang mampu kita mendawamkannya setelah kita menunaikan perkara-
perkara yang fardhu (wajib). Menjaga shalat lima waktu, menjaga puasa dan menjaga setiap
perkara yang Allah Ta’ala fardhu-kan.

Oleh sebab itu Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah ditanya oleh istrinya
sendiri, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha: “Ya Rasulullah, amal yang mana yang paling dicintai
Allah? Yang paling mulia di sisi Allah?” Maka Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
mengatakan:

‫ال ِإلَى ّللاِ تَعَالَى أَد َْو ُم َها َوإِ ْن قَل‬


ِ ‫أ َ َحبُّ اْل َ ْع َم‬

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang mampu kita
mendawamkannya walaupun amalan itu sederhana.” (HR. Muslim)

Sering kita bertanya tentang mungkin yang sulit bagi kita untuk melakukan hari ini. Beramal
tapi banyak yang kita lalaikan. Contohnya adalah sudahkah Anda meng-kontinu-kan untuk

35
diam ketika mendengar suara adzan kemudian menjawabnya kemudian kita membaca
shalawat setelahnya?

Maka jangan kita lewatkan amalan yang sederhana untuk mendapatkan pahala besar.
Terutama diwaktu yang sangat sulit bagi kita untuk melakukan kebaikan. Dan ini adalah
solusinya.

4.Kewajiban mukmin adalah benar dalam berkata, benar dalam bercakap, benar
dalam berucap dan benar dalam beramal

Fitnah terbesar pada hari ini adalah melihat berbagai kedzaliman. Mungkin di berbagai
negara rakyat mencium bau kedzaliman dari para pemimpinnya. Di sisi lain, kita pun melihat
begitu dahsyatnya rekayasa musuh kepada kaum muslimin dan rekayasa musuh terhadap
Islam. Dan kita seorang muslim yang punya ghiroh iman pasti ingin melakukan sesuatu,
melawan terhadap semua kedzaliman ini, melawan setiap keburukan ini. Dan tentunya itu
adalah alamat dalam diri kita ada iman

Karena ghirah itu sebagaimana dinyatakan di dalam hadis, ghirah itu berupa energi yang ada
dalam diri seorang mukmin yang disebutkan di dalam hadis:

ِْ ‫ف‬
‫اإلي َمان‬ ْ َ ‫ َوذَلِكَ أ‬،ِ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِبقَ ْل ِبه‬،ِ‫سانِه‬
ُ ‫ض َع‬ َ ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِب ِل‬،ِ‫َم ْن َرأَى ِم ْنكُ ْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغَ ِي ّْرهُ ِب َي ِده‬

“Apabila kamu melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu (kekuasaanmu),


kalau tidak mampu maka dengan lisanmu, kalau tidak mampu maka dengan cara engkau
tidak menyetujuinya (benci dalam hatimu), dan itu adalah bagian yang lemah dari iman
kita.” (HR. Muslim)

Ustadz Abu Qatadah memberikan dua poin tentang nasihat yang harus kita lakukan, yakni:

Poin pertama, masalah bagi kita adalah bukan semata-mata kita mengatakan “Menolong
agama Allah”, bukan semata-mata kita mengatakan bahwa kita akan menjaga agama Allah.
Kenapa? Karena sesungguhnya Allah benar-benar akan menjaga agamaNya dan benar-benar
Allah akan memenangkan agamaNya. Seandainya kita tidak menjadi penolongNya, maka
Allah akan mencari dan memunculkan generasi lainnya yang akan menjaga agama ini. Jadi
Allah telah memberikan jaminan agama ini akan dijaga.

Poin kedua, bahwa kewajiban bagi seorang mukmin adalah dituntut untuk benar dalam
berkata, benar dalam berucap, benar dalam beramal. Yaitu seorang muslim diperintahkan
untuk sejalan dengan perintah Allah dan RasulNya dalam setiap perkara. Kemudian
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengatakan tentang apa yang harus kita
lakukan hari ini.

Apa yang didapatkan oleh para sahabat dan para tabi’in di masa Hajjaj bin Yusuf, itu
melebihi kedzaliman yang kita lihat hari ini, artinya keburukan individunya, bukan
keburukan keadaannya. Karena kalau keadaan tetap dimasa Hajjaj lebih baik dari masa
‘Umar bin Abdul ‘Aziz. Walaupun tidak diragukan bahwa pada masa ‘Umar bin Abdul ‘Aziz
itu lebih mulia daripada Hajjaj. Tapi massanya, tetap. Hal ini karena dimasa Hajjaj itu ada
Anas bin Malik dan para sahabat yang lainnya.
Maka kaum muslimin mengadu kepada Anas bin Malik tentang kedzaliman tentang yang
mereka rasakan. Apa nasihat Anas bin Malik Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu?

36
ُ ‫ فَإِنهُ الَ يَأْتِى َعلَ ْيكُ ْم زَ َمان إِال الذِى بَ ْعدَهُ شَر مِ ْنه‬، ‫صبِ ُروا‬
ْ ‫ا‬

“Sabarlah. Karena tidak datang tahun kecuali akan lebih buruk dari yang sebelumnya.”

Lalu disebutkan yang dimaksud dengan “lebih buruk dari yang sebelumnya” bukan berkaitan
dengan masalah ekonomi, sulitnya mencari harta dan sebagainya, bukan berkaitan dengan itu.
Dalam riwayat yang lain disebutkan:

‫ت عُلَ َما ُؤ ُك ْم‬


ْ ‫ِإذَا ذَ َه َب‬

“Apabila telah pergi orang-orang alimnya.”

Apabila semua umat Islam dalam semua individunya mereka komitmen kepada apa yang
dibawa oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka pertolongan itu akan dekat. Karena
semua keburukan yang kita dapatkan hari ini dari keburukan para pemimpin kita, maka itu
sesuai dengan kata:

‫عـلَـيْـكُـم‬
َ ‫كَـ َمـا ت َـكُـونُـوا يُـولـى‬

“Bagaimana kalian, maka demikianlah pemimpin kalian.”

Apabila ketika melihat sesuatu kedzaliman, maka problem solvingnya adalah setiap mukmin
melakukan perombakan jiwa, setiap mukmin melakukan perombakan individu yang
dinamakan dengan istilah revolusi mental dalam arti revolusi karakter, yaitu berkaitan dengan
akhlak kita sebagai seorang muslim, yaitu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kewajiban kita adalah beribadah kepada Allah. Kemudian kita membereskan diri.
Kemudian jadikanlah bagian-bagian dari shalat kita dalah berdoa untuk kebaikan pemimpin
kita. Sehingga para ulama kita mengatakan: “Seandainya aku memiliki doa yang mustajab,
maka aku akan khususkan doa ini adalah untuk pemimpinku.” Doakan agar pemimpin kita
mendapat hidayah, agar pemimpin kita menjadi pemimpin yang adil.

5.Solusi ketika iman sedang turun

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa di antara hiruk-pikuk kehidupan


dalam fitnah, maka kita akan sering mendapatkan ujian yang menyebabkan kita lemah. Dan
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun telah mengisyaratkan:

َ‫غي ِْر ذَلِكَ فَقَدْ َهلَك‬ ْ ‫َت فَتْ َرتُهُ إِلَى سُنتِي فَقَدْ أ َ ْفلَ َح َو َم ْن كَان‬
َ ‫َت شِرتُهُ إِلَى‬ ْ ‫ع َم ٍل شِرة َو ِلكُ ِّل شِرةٍ فَتْ َرة فَ َم ْن كَان‬
َ ‫إِن ِلكُ ِّل‬

“Dalam setiap kondisi semangat, akan datang masa yang lemah. Maka barangsiapa yang
melemahnya kepada sunnahku, maka ia akan selamat. Dan barangsiapa yang dalam kondisi
lemahnya kepada selain sunnah, maka dia akan celaka.” (HR. Ibnu Hibban)

Dahsyatnya fitnah hari ini terkadang akan mengurangi dan menguras kondisi iman kita.
Semangat beramal berkurang, semangat mencari ilmu adalah berkurang. Solusinya adalah
‘Umar bin Khattab menjelaskan hadis yang tadi, beliau mengatakan:

‫ وإن أدبرت فألزموها الفرائض‬، ‫ فإذا أقبلت فخذوها بالنوافل‬، ‫إن لهذه القلوب إقباال وإدبارا‬

37
“Hati itu ada bolak-balinya, turun naiknya. Apabila sedang semangat, sedang kuat, maka
tunaikanlah perkara-perkara yang wajib dan ikutilah dengan perkara-perkara yang sunnah.
Jika dalam keadaan lemah, maka komitmenlah kepada perkara yang wajib.”

Hadis dan makna dari ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu memberikan satu wawasan
bahwa tidak ada di antara kita yang tidak pernah melemah iman. Tidak ada di antara kita
yang tidak pernah salah atau terjerumus ke dalam maksiat. Tetapi semampu mungkin orang
mukmin diperintahkan untuk istiqamah. Jika melemah, maka jangan sampai meninggalkan
yang wajib dan melakukan yang haram. Komitmenlah di situ.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ust. Drs. Moh. Saifullah Al Aziz S.2005. Fikih Islam Lengkap.Surabaya.Terbit Terang

Drs. TGH. Munajib Kholid.2013.Islam Agamaku Indonesia Kebangsaanku.Pondok Pesantren


Al-Halimy,Gunugsari.Lombok Barat

Drs.TGH. Munajib Kholid.2015.Membedah Kelambu Lima Pilar Islam.Lombok Barat


NTB.YPP Al-Halimy

https://www.brilio.net/wow/pengertian-islam-menurut-bahasa-alquran-hadits-dan-ulama-
200423k.html di akses pada 11 Desember 2020

https://www.brilio.net/wow/6-rukun-iman-dalam-islam-pengertian-urutan-dan-maknanya-
200424z.html di akses pada 11 Desember 2020

https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-ihsan-dalam-islam.html di akses pada 12


Desember 2020

https://nanangsuhendar.wordpress.com/2013/04/25/islam-dan-sains-modern/ di akses pada


12 Desember 2020

https://www.researchgate.net/publication/335714230_HUBUNGAN_ISLAM_DENGAN_SAI
NS di akses pada 12 Desember 2020

https://media.neliti.com/media/publications/258941-alternatif-penegakan-hukum-dalam-
perspek-98c549bd.pdf Di akses pada 13 Drsember 2020

https://www.google.com/search?q=hukum+dalam+islam+adalah&oq=hukum+dalam+islam
&aqs=chrome.2.69i57j0l4j69i61j69i60j69i61.9123j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
diakses pada 13 Desember 2020

https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html Diakses
Pada 14 Desember 2020

https://news.detik.com/berita/d-5201638/amar-makruf-nahi-mungkar-perilaku-yang-
diperintahkan-allah-swt Diakses Pada 14 Desember 2020

https://id.wikipedia.org/wiki/Amar_makruf_nahi_mungkar diakses Pada 15 Desember 2020

https://smol.id/2020/07/09/ini-fitnah-akhir-zaman-yang-bikin-ulama-nangis/ diakses pada 15


Desember 2020

https://kalam.sindonews.com/read/253068/72/nasehat-menghadapi-ujian-dan-fitnah-akhir-
zaman-1606864343?showpage=all diakses pada 16 Desember 2020

39
LAMPIRAN:

Islam:secara etimologi kata islam berasal dari lafazh ‫ اسلم يسلم اسالما‬yg artinya telah
menyelamatkan,sedangmenyelamatkan,selamatkanlah/penyelamatan.

Adapun dari sudut terminologi,islam berarti tunduk dan patuh kepada apa yg datang dari
nabi muhammad saw.dari perkara yg zohir.

Definisi Islam ini sudah jami'un, syamilun, mani' dimana dari definisi inilah kita mengetahui
bahwa islam itu berbeda dengan yg lain.

40

Anda mungkin juga menyukai