b. Berat :
1
1) Bingung, tidak bicara
2) Mata tertutup
3) Tanda Vital :
a) DN : <50 atau > 90
b) TD : < 100 mmHg atau > 180 mmHg
c) Suhu : < 35º C atau > 37º C
d) Pernapasan : < 10 x /menit atau > 25 x/menit
4) Kulit : Pucat, ikterus, Sianosis, abu-abu, berkeringat
5) Nyeri / Distress.
4. Penentuan Tingkat Kesadaran :
a. Apati : Eggan memperhatikan, menghiraukan atau memperhatikan diri & sekitarnya.
Dalam keadaan acuh tak acuh
b. Delirium : - Kacau secara mental & motorik
c. Samnolen atau letargia (derajat 1):
- Pend.dpt digugah dgn berbagai stimuli
- Reaksi motorik & verbal (+)
- Setelah memberikan respons, ia terlena/tertidur lagi.
d. Stupor (derajat 2) : - Gerakan spontan (+)
- Refleks (+) thd rangsang nyeri, taktil, auditorik keras,
visual kuat.
- Respon verbal à bahasa isyarat
e. Semikoma (derajat 3) : - Respon verbal tdk ada
- Reaksi thd perangs.kasar (+)
- Gerakan reflektorik (+)
f. Koma (derajat 4) : - pasien tdk bereaksi thd.stimulus apapun
- Gerakan reflektorik hilang : refleks kornea, refleks pupil
langsung, ref.tendon, ref.babinski menghilang
- Takikardia, napas mendengkur, pernapasan Kussmaul
ataupun Cheyne-stokes, TD cenderung menurun
-
5. Posisi / sikap, :
a. Decortikasi : Kedua lengan diatas perut / dada dengan posisi terlipat
b. Deserebrasi : Kedua lengan berada disamping kiri dan kanan dengan jari2 terlipat
c. Flasid : Kedua lengan berada disamping kiri dan kanan badan dengan jari2 lurus /
kaku
6. Ekspresi Wajah :
a. Ekspresi datar : Tidak ada ekspresi afektif
b. Trembling : wajah mencong
c. Facial Drops : kelumpuhan saraf wajah
d. Moon Face : Wajah bulan
7. Bentuk dada :
a. Dada Normal : Diameter Antero-Posterior dengan Diameter Transversal adalah 1 ; 2
b. Pigeon Chest : Diameter transversal sempit, Diameter Antero-Posterior membesar dan
sternum sangat menonjol kedepan.
c. Funnel Chest : Bentuk dada kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan
Pigeon Chest (Sternum menyempit kedalam dan diameter antero-posterior mengecil)
d. Barrel Chest : Diameter antero-posterior dengan tranversal perbandingan 1 : 1
8. Pola Pernapasan :
2
a. Eupnea : Pernapasan normal (16x – 24x/ menit)
b. Takipnea : Pernapasan cepat (> 24x / menit)
c. Bradipnea : Pernapasan lambat ( < 16x / menit)
9. Ritme Pernapasan :
a. Kusmaul : Pernapasan cepat dan dalam (pada penderita koma diabetikum)
b. Biot : Pernapasan dengan amplitude tidak teratur yang diselingi dengan apnea (pada
penderita kerusakan otak)
c. Cheyne Stokes : Pernapasan yang amplitudonya mula kecil makin lama makin
membesar kemudian mengecil lagi diselingi periode apnea ( pada penderita gangguan
saraf otak)
10. Perkusi Area Paru :
a. Resonan : Normal:; dug-dug dug
b. Hyperresonan = deng-deng-deng
c. Tympani = Menggendang ; dang-dang-dang ( timbunan udara ) Pneumothorax
d. Dullness/Redup : bleg-bleg-bleg (paru2 padat/ konsolidasi, mis;edema,infiltrat )
e. Pekak;spt percusi pd daerah paha, mis;tumor pleura,fibrosis paru)
11. Auskultasi :
a. Vesikuler : Normal di jrgn paru, insp eksp tdk tertutup tdk terdengar pd penebalan
pleura, adanya cairan dipleura, pneumo thorax, emfisema, infiltrat di alveoli ( pneumonia,
tbc, karsinoma)
b. Bronchovesikuler : Normal didaerah bronki sternum ke 3-4 intra klavikuler kanan.
Insp spt vesikuler, eksp spt trakeo bronkial
c. Trachea Bronchial : suara Normal yg terdengar pd trachea,spt meniup pipa besi. Insp >
skt tp terdengar > jls, pd thorax penderita pneumonia & fibrosis.Amforis
( mengumandang) spt meniup botol kosong krn ada kavitas besar dgn diding tipis pd
pneumoni yg menembus bronkus.
Jenis Irama pernapasan Abnormal :
- Chene stokes (sangat dalam,berangsur dangkal,apnue bbrp detik kemudian nafas
dlm lagi) ditemukan pd keracunan obat bius, peny jtg,paru, ginjal, perdrhan otak
- Biot (pernafasan dlm dan dangkal disertai apnu yg tdk teratur) pada Meningitis
- Kusmaul (insp & exp sama pjgnya & sama dlmnya,shg keseluruhan pernafasan
menjadi lambat & dlm) pd keracunan alkohol, uramia, koma diabetikum.
Bunyi napas Abnormal :
- Ronchi : Bunyi napas seperti meniupkan udara kedalam cairan Brochopneumoni,
Bronchitis, TBC.
- Weizhing : Bunyi napas seperti meniup atau bunyi udara yang melewati jalan sempit
Asthma Brochiole
12. Mata :
a. Nystagmus : Gerakan bola mata cepat yg bersifat involuntir
b. Miosis : Konstriksi pupil lebih kecil dari 3 mm
c. Midriasis : Dilatasi pupil diatas dari 5 mm
d. Miotonik : Reaksi dilatasi pupil yang lambat terhadap cahaya
e. Bentuk bola mata :
- Eksopthalmus : Bola mata menonjol keluar
- Endopthalmus : Kebalikan Eksopthalmus
13. Saraf :
3
a. Disfasi Motorik (Ekspresif) Klien mengerti kata-kata yang diucapkan tetapi tidak
mampu untuk mengucapkan
b. Disfasia Sensorik (Reseptif) : Klien tidak mempu mengerti kata-kata yang diucapkan.
c. Disfasia Global : Tidak mampu mengucapkan dan tidak mampu mengerti kata-kata yang
diucapkan
d. Disleksia : Ketidakmampuan untuk memahami bahasa tulisan
e. Disartria : Gangguan pengucapan kata-kata (bibir atau langit-langit tidak sempurnah)
atau oleh karena kelainan pada serebelum sehingga bicara sangat cepat (STACCATO)
atau penyakit neuron motorik sehingga kata-kata menjadi lambat dan tidak jelas.
f. Disfonia : Gangguan bicara akibat gangguan suara (lesi pita suara)
g. Kemampuan berpikir : Disuruh menjawab pertanyaan sederhana : Nama Presiden,
Menjelaskan peristiwa yang baru terjadi, menjelaskan dimana berada, waktu/saat
berinteraksi, dengan siapa berinteraksi, kemampuan berhitung, Tanggapan terhadap
suatu masalah ( apa yang dilakukan bila SIM nya hilang)
h. Ageusia : Tidak ada rasa pengecapan
i. Hipogeusia : Pengecapan berkurang
j. Disfagia : Gangguan menelan
k. Tortikolis : Posisi kepala miring dengan wajah menoleh ke salah satu sisi dengan dagu
sedikit terangkat.
l. Tortikolis Spasmodik : Kepala dan leher bergoyang-goyang secara involuntir
m. Pe’lo : Pengucapan Kata-kata kurang jelas
n. Sensasi Posisi (Test Romberg) : Penderita dengan posisi berdiri tegak,kaki rapat lalu
disuruh tutup mata, bila penderita jatuh/sempoyongan maka test Romberg Positif .
3) Openheim : Dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan, urut dengan keras kulit yang
menutupi os tibia dari arah proksimal ke arah distal
4
a) Positif : Ekstensor plantar
b) Negatif : fleksi jari-jari
4) Gordon : Pencet betis dengan keras :
a) Positif : Ekstensor plantar
b) Negatif : fleksi jari-jari
5) Schaeffer : pencet dengan keras tendon Achilles
a) Positif : Ekstensor plantar
b) Negatif : fleksi jari-jari
6) Refleks Trommer : Telapak tangan klien mengarah ke bawah dan dengan jari tangan
pemeriksa mencolek jari tengah tangan klien :
a) Positif : Fleksi jari telunjuk, terutama ibu jari dan lainnya
b) Negatif : Ekstensi
7) Refleks Hoffman : Posisi tangan klien sama pada refleks Trommer, Dengan ujung
kuku ibu jari pemeriksa menggores kuku jari tengah klien :
a) Positif : Fleksi sejenak jari telunjuk, serta jari-jari lainnya
b) Negatif : Ekstensi
Cara Test Kernig :
Pasien baring fleksikan salah satu tungkai pada sendi panggul, lalu luruskan tungkai bawah
Bila tungkai kontralateral fleksi sejenak maka Kernig Positif.
Cara Test Brudzinski :
Pasien baring posisi terlentang, angkat salah satu tungkai dalam sikap lurus di sendi lutut
dan tekukkan di sendi panggul, bila tungkai kontra lateral fleksi secara reflex di sendi lutut
dan sendi panggul maka test Brudzinski Positif.
15. Spastisitas :
Kontraksi otot tiba-tiba secara involuntir
16. Flasiditas :
Kelemahan otot
17. Kemampuan berkemih :
a. Hesitancy : takut berkemih
b. Nocturia : Kencing malam hari
c. Retensi urine : kencing tertahan
d. Incontonen urine : sering kencing
18. Reproduksi :
a. Pria :
- Skar : Bekas luka berupa jaringan parut
- Nodula : Benjolan kecil
- Eritema ; Kemerahan pada kulit
- Eksoreasi :Goresan
19. Kesadaran
a. Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)
5
1. Eye (mata)
- Membuka mata spontan ……………… 4
- Membuka mata bila diajak berbicara … 3
- Membuka mata bila dirangsang nyeri .. 2
- Tidak ada respon ………………………. 1
2. VERBAL (V) / Bicara :
- Berbicara normal ……………………. 5
- Berbicara mengacau………………… 4
- Berbicara tidak jelas ………………… 3
- Hanya suara yang keluar …………… 2
- Tidak ada respon ……………………. 1
3. MOTORIK (M) = Pergerakan
- Bergerak mengikuti perintah …… 6
- Bergerak terhadap nyeri & dpt melokalisir nyeri 5
- Bergerak menjauh terhadap rangsang nyeri … 4
- Terhadap rangsang bereaksi dengan gerakan fleksi 3
- Terhadap rangsang bereaksi dengan gerakan ekstensi 2
- Tidak ada respon 1
-----
15
b. Status Mentasi (Korteks Cerebri)
1) Bahasa :
- Gangguan Ekspresif / Disfasia Motorik : Ketidakmampuan mengucapkan kata-
kata
- Gangguan Ekspresif / Disfasia Motorik : Ketidakmampuan untuk memahami kata-
kata
- Disfasia Global : Ketidakmampuan untuk mengucapkan maupun memahami kata-
kata
- Disleksia : Ketidakmampuan membaca/mengeja kata walaupun mengerti huruf
- Disartria / pe’lo : Ketidakmampuan berbicara dengan artikulasi yang sempurnah
akibat gangguan kendali otot penggerak lidah.
2) Gerakan Menelan dan pengecapan :
- Ageusia : Tidak ada sensasi rasa
- Disfonia : Berkurangnya kemampuan bersuara/ kesulitan berbicara
3) Gerakan kepala :
- Tortikolis : Otot leher yang berkontraksi disertai leher berputar1
20. Muskuloskeletal
a. Gerakan sendi (ROM = Range of Movement) :
1) Aktif
2) Pasif
b. Gerakan Eksremitas
1) Adduksi dan Abduksi
Adduksi
Abduksi
6
Dorso fleksi
Palmar fleksi
Inversi Eversi
7
Supinas Pronasi
c. Bentuk-Bentuk Deformitas Pada Ekstremitas
1) Ekuinus dan Kalkaneus
Ekuinusi Kalkaneus
2) Pesplanus dan Peskavus
Pesplanus Peskavus
8
4) Genus Valgum Genu Varum
9
Pengkajian fisik keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang
meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula
yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses
keperawatan harus selalu didokumentasikan juga).
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu : status
kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang dialami oleh klien.
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang
berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan kepada klien.
A. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentuan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan klien.
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi
yang terumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya
data dasar tersebut digunaan untuk menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindaan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama
klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk
menambah / melengkapi data (re-assessment).
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah beriutnya.
KARAKTERISTIK DATA
1. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data yang
terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien
tidak mau makan — kaji secara mendalam kenapa klien tidak mau makan (tidak cocok
makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau sebab-sebab yang lain)
10
2. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk
membuktikan benar-tidaknya apa yang telah didengar, diliha, diamati dan diukur melalui
pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang sekiranya meragukan. Perawat
tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak
mau makan. Perawat tidak boleh langsung menuliskan : `klien tidak mau makan karena depresi
berat`. Diperlukan penyelidikan lanjutan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa
adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
3. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang harus
dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.
1. Segala sesuatu tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial & spiritual
4. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang akan dilakuan
terhadap klien
SUMBER DATA
Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat memberikan
informasi yang lengap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya.
Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari orang terdekat klien (keluarga),
seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien
Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan riwayat penyakit dan
perawatan klien di masa lalu.
Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah :
5. Konsultasi
11
9. Kepustakaan
JENIS DATA
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui (berlaku), seperti : warna kulit, tanda-tanda vital, tingkat
kesadaran, dll. Data-data tersebut diperoleh melalui `senses` : Sight, smell, hearing, touch dan
taste.
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien, misalnya
rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, kecemasan, ketidaktahuan, dll.
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan
atau klasifikasi data berdasarkan indentitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan
fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus
lainnya.
Cara yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data tentang klien antara lain :
wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik (pshysical assessment) dan
studi dokumentasi.
WAWANCARA
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung
untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan
suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan klien. Selain
itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi
dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan
investigasi lebih lanjut selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi
keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi
dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak
klien dan keluarga untuk bertuar pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan
secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.
1. Persiapan.
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan dengan
membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien,
karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
12
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa atau memberi
kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan
digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri :
nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul
dan akan disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah
khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
4. Terminasi
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu klien harus mengetahui kapan
wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir
wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan
bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman bagi klien
9. Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
Macam wawancara :
13
1. Auto anamnese : wawancara dengan klien langsung
Hambatan wawancara :
1. Internal :
2. External ;
1. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / keluhan /
respon. Ex : Apakah Anda makan tiga kali sehari ?
2. Pertanyaan terrarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Ex : …………….
Anda setuju bukan?
4. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar atau
salah. Ex : Anda tidak bermaksud seperti itu kan?
PENGAMATAN / OBSERVASI
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan
penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat
panca indra.
1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada klien
(meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang hal ini dapat
meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak
murni). Misalnya : `Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam satu menit` —- kemungkinan
besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk
mengatur nafasnya.
3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh
perawat yang lain.
PEMERIKSAAN FISIK
14
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah
kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan
(sianosis), dll
2. Palpasi
Adlaah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang
mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
3. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat
yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas,
dan bising usus.
4. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan
atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus).
Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya :
kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.
Setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokkan data, yang dapat dilakukan dengan cara :
B. ANALISIS DATA
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan
penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan
pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan
data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Dasar analisis :
4. Farmakologi
15
5. Ilmu perilaku
Fungsi analisis :
1. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang diperoleh
memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan klien
2. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif pemecahan masalah
yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan, sebelum melakukan tindakan keperawatan.
4. Menerapkan teori, model, kerangka kerja, nrma dan standart, dibandingkan dengan data
senjang
5. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien
6. Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul.
C. PRIORITAS MASALAH
Apabila masalah talah diidentifikasi, maka disusun daftar masalah yang ditemukan,
kemudian diprioritaskan. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatasi
bersama-sama sekaligus. Jadi diputuskan masalah mana yang yang dapat diatasi terlebih dahulu.
Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow menjadi rujukan perawat dalam
menentukan pemenuhan kebutuhan klien. Kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan utama
manusia, kemudian diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan psikososial seperti : aman-nyaman,
pengetahuan, cinta-memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.
1. Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual
2. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah klien dan
menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan klien
16
5. Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual
DOKUMENTASI PENGKAJIAN
Fokus dokumentasi pengkajian pada data klinik adalah perawat dapat
mengimplementasikan dan mengorganisasi data. Bentuk dokumentasi dapat berupa data dasar,
lembar alur (flow sheet) dan catatan perkembangan, yang semuanya termasuk tipe pengkajian
informasi. Untuk mencapai catatan pengkajian secara aktual, maka perlu dipertimbangkan
pedoman dalam pembuatan pencatatan pengkajian, diantaranya :
3. Format yang mencakup pengkajian perkembangan, pemeriksaan dari kepala sampai dengan
seluruh tubuh dapat memperluas informasi
7. Ikuti kebijakan dan prosedur yang telah ada untuk pencatatan pengkajian
9. Setiap data yang dikumpulkan adalah data baru dan mendapatkan validasi
11. Data harus dicatat, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
13. Data dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relecan dan sesuai
Lampiran.
a. Jaga kerahasiaan
b. Sebutkan nama
c. Jelaskan tujuan wawancara
d. Jaga kontak mata
e. Usahakan tidak tergesa-gesa
17
a. Tanyakan pertama kali mengenai masalah yang paling dirasakan klien
b. Pergunakan istilah yang dimengerti oleh klien
c. Pergunakan lebih banyak pertanyaan terbuka
d. Pergunakan refleksi (mengulang kembali apa yang dikatakan oleh klien)
e. Jangan memulai pertanyaan pribadi
f. Tanyakan sesuatu yang penting dan tidak menyinggung
g. Pergunakan format pengkajian yang teorganisir dan disepakati oleh instansi
a. Defekasi, berkemih
b. Penggunaan alat bantu
c. Penggunaan obat-obatan
18
d. Citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri
4. Interdependent
MODEL OREM (1985) : Self-care / kemandirian klien dalam merawat dirinya sendiri :
6. Sosial
7. Pencegahan
8. Promosi
DOENGOES (1993) :
19
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
4. Eliminasi
6. Hygiene
7. Neurosensori
9. Pernafasan
10. Keamanan
11. Seksualitas
4. Merasakan : pengalaman, kesadaran, sensasi, pemahaman atau pengertian secara sadar /
emosional
7. Mempersepsikan : memahami dengan pikiran, sadar tentang indera / rangsangan eksternal
8. Berhubungan : menjalin hubungan, membangun hubungan, berada dalam beberapa asosiasi
dengan benda, orang atau tempat
20