Anda di halaman 1dari 34

KASUS KELOLAAN

“GANGGUAN ELIMINASI URIN PADA PASIEN Tn. T DENGAN BPH”

Disusun oleh :
Lulu Noharia
NIM : 201133039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PONTIANAKTAHUN AKADEMIK
2020/2021
KASUS KELOLAAN
GANGGUAN ELIMINASI URINE DENGAN BPH

Telah Mendapatkan Persetujuan Dari Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan.
Telah disetujui pada
Hari : Sabtu
Tanggal : 3 oktober 2020

Oleh:

Dosen Penanggung Jawab

Ns. Egidius umbu ndeta M.kes


NIK:1991090220151101
KASUS ASKEP

Tn. T berusia 62 tahun dirawat diruang bedah rumah sakit X dengan benigna prostat
hyperplasia. Klien mengatakan sudah 3 bulan menderita penyakit tersebut. Klien masuk
rumah sakit untuk persiapan operasi sesuai jadwal yang di tentukan dengan dokter. Kondisi
klien saat ini lemah, mengatakan nyeri hebat di abdomen bawah, abdomen bawah
membengkak dikarenakan tidak bisa membuang urin. Klien tampak gelisah, cemas dan sulit
tidur karena memikiirkan penyakitnya. k/u sedang, kesadaran CM,TD:140/90 mmhg N:78
Kali/menit, RR:26 kali/Menit, RR: 26 Kali/menit, suhu: 36,8 C, nyeri skala 6 dengan hilang
timbul TB:163 cm, BB 59 kg, terpasang infus 20 tetes /menit Klien tinggal seorang diri
dirumahnya, istrinya sudah lama meninggal dan mempunyai anak, klien seorang petani
karet, sehari-hari pergi ke karetnya. Klien terkenal baik dilingkungan setiap ada kegiatan
dilingkungan selalu diikuti Tn. K menggunakan KIS untuk seluruh pengobatan.
BAB I.
LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
Nama klien : Tn. T No. Reg : 2020801000
Umur : 62 tahun Tgl. MRS : 27-7- 2020
Jenis Kelamin : laki-laki Tgl pengkajian : 27-7-2020
Suku/Bangsa : melayu
Agama : islam
Pekerjaan : petani
Pendidikan : SD
Alamat : sungai kunyit hulu Kab. mempawah
Asuransi : (BPJS/UMUM)
Diagnosa medis : benigna prostat hyperplasia
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
- Pasien mengatakan nyeri di area abdomen bagian bawah dan susah untuk
buang air kecil
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Pasien mengatakan mempunyai penyakit benigna prostat hyperplasi (BPH)
- Pasien mengatakan sulit untuk membuang air kecil
- Pasien mengatakan nyeri ketika membuang air kencing
- Pasien mengatakan cemas karena rencana tindakan operasi
- Pasien mengatakan sullit tidur akibat nyeri
c. Riwayat kesehatan masalalu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang
d. Riwayat keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit seperti
sekarang, namun Ibu memiliki riwayat DM
2. Genogram
Ket: Perempuan hidup
Laki-laki hidup
Perempuan meninggal
Laki-laki meninggal
Pasien
v
v
3. DATA BIOLOGIS / POLA FUNGSI KESEHATAN
v
a. Pola nutrisI
- SMRS : Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu berbeda, ibu pasien
mengatakan pasien sering jajan makanan di luar.
- MRS : pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu berbeda dan mampu
menghabiskan
b. Pola minum
- Jenis minuman yang dikonsumsi : air putih
- SMRS : pasien mengatakan minum kurang lebih ±8 gelas /hari
- MRS : pasien menngatakan minum tidak ada yang berubah masih kurang lebi ±2
gelas/ hari malah masih sering haus

c. Pola eliminasi
- SMRS : BAK pasien masih sama kurang lebih 7-8 kali / hari. BAB kurang lebih
2 kali / hari
- MRS :. BAK pasien normal kurang lebih ±2 kali / hari pasien mengatakan nyeri
dan sulit untuk BAK. BAB kurang lebih 1x/hari.
BAK :warna: jernih kekuningan darah (+),
BAB : konstipasi (-), diare (-), melena (-), tekstur normal, warna: kuning
kecoklatan, berbentuk
d. Pola istirahat tidur
- SMRS : pasien mengatakan tidur malam nyenyak kurang lebih 7-8 jam dan siang
kurang lebih 30-120 menit
Siang : 14.00 – 16.00 WIB
Malam : 20.00 – 05.00 WIB
- MRS : pasien mengatakan sulit tidur, malam sering terbangun teba-tiba.
Tidur siang : lama 30 menit, jam 11:00 s/d jam 11:30
Tidur malam : lama 3 jam, jam 04:00 s/d jam 05:00 dan sering
terbangun tiba-tiba
e. Pola aktivitas
- SMRS : pasien mengatakan aktivitas dilakukan secara mandiri
- MRS : aktivitas di bantu oleh perawat.
f. Pola kebersihan diri
- SMRS : kebersihan dikerjakan sendiri (mandi, ganti oakaian, dll)
- MRS : keberisihan di bantu oleh perawat

4. PEMERISAAN FISIK
a. Keadaan umum :
- Kondisi lemah, kebersihan diri kurang, susah bergerak karena abses dipaha kiri
b. Kesadaran : compos mentis
GCS : 15 E:4 V:5 M:6
c. Tanda – tanda vital
S : 36,8C. N : 78 x/mnt. TD :140/90 mmHg. RR :26x/mnt.
d. Kepala
- Inspeksi : bentuk norma, tidak terdapat lesi dan jaringan parut
- Palpasi : tidak ada benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
e. Rambut
- Inspeksi : warna hitam dan bersih
- Palpasi : rambut kasar, tidak terdapat rambut rontok
f. Mata
- Inspeksi : ikterik (-), konjungtiva anemis, pupil isokor, tidak terdapat kantung
mata atau mata panda
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan disekitar mata
g. Hidung dan sinus
- Inspeksi : bentuk simetris, polip (-), cuping hidung (-), tidak ada pembengkakakn,
terdapat rambut-rambut halus di dalam hidung
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
h. Mulut dan gigi
- Inspeksi : tidak ada pembesaran tongsil, gigi tidak lengka dan bersih.
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan pembengkakan gusi, bibir dan mulut
i. Telinga
- Inspeksi : bentuk simetris, cairan (-), alat bantu (-)Penumpukan serumen (-),
kotor (-)
- Palpasi : tekstur normal, (kenyal) tidak terdapat nyeri tekan.
j. Leher
- Inspeksi : bentuk simetris, jaringan parut (-) lesi (+) gerakan trakea (+)
- Palpasi : nyeri tekan (-) oedem (-) pembekakan tiroid (-) nadi karotis teraba
k. Thoraks

Paru- paru
- Isnpeksi : bentuk dada simetris, pergerakan dada inspirasi dan ekspirasi
normal,tidak tampak pergerakan nafas tambahan, lesi (+) jaringan parut (-)
- palpasi : tidak ada nyeri tekan/ lepas, pembekakan (-)
- perkusi : terdengar suara vesikuler, whezzing (-), ronchi (-)
- auskultasi : sonor

Jantung
- Inspeksi : ictus kordis tidak nampak
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, detak jantung terasa, pembengkakan (-)
- Perkusi : pekak / dullnes
- Auskultasi : reguler (lub, dug ) teratur dan kuat di ics II dan V

Vetebra
- Inspeksi : simetris dari samping, kifosis (-) Lordosis (-) skoliosis (-), terdapat lesi
terlihat berkeringat
- Palpasi ; tidak terdapat nyeri tekan, kulit terasa lembab

l. Abdomen
- Inspeksi : datar ( seopal )
- Palpasi : terdapat nyeri tekan
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : bising usus 15x/ menit
m. Ekstremitas
- Inspeksi : tangan kiri terpasang infus, bengkak (oedem) pada kaki kiri, dari paha
sampai ujung kaki
- Palpasi : nyeri tekan pada paha kiri
- Tonus otot
5555 5555
5555 5555
Keterangan :
0 : tidak ada kekuatan otot
1 : sedikit tahanan atau gerakan
2 : tidak mampu menahan gaya gravitasi
3 : dapat melawan gaya gravitasi
4 : dapat bergerak dan melawan hambatan
5 : normal

5. DATA PSIKOLOGIS
- Interaksi ego : emosi pasien stabil
- Interaksi sosial : pasien berinteraksi sosial baik dengan lingkungan sekitar
- Konsep diri / spiritual : pasien beragama selalu beribadah sesuai agama yang
dianut, tetapi selama sakit hanya bisa berdoa agar cepat sembuh
- Pola koping : pasien dapat menerima keadaannya sekarang
6. DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium

Jenis Hasil pemeriksaan Satuan Normal Range


Pemeriksaan
2/08/2020
WBC H 9.50 10 9/1 3.5 10.0
RBC 4.70 10 12/1 3.50 5.50
HGB L 11.6 g/dl 11.5 16.5
HCT L 30.7 % 35.0 55.0
PLT 233 10 9/1 150 400
PCT 0.17 % 0.01 9.99
MPV L 9.2 F1 8.0 11.0
PDW 11.2 F1 0.1 99.9
MCV L 75.4 F1 75.0 100.0
LPCR 12.3 % 0.1 99.9
RDW% 16.0 % 11.0 16.0
RDWa 69.8 F1 30.0 150.0
MCH L 27.6 Pg 25.0 35.0
MCHC 34.5 g/dl 31.0 38.0
LYM 2.6 10 9/1 0.5 5.0
GRAN H 6.8 10 9/1 1.2 8.0
MID 0.5 10 9/1 0.1 1.5
LYM% 18.7 % 15.0 50.0
GRA% 77.6 % 35.0 80.0
MID% 3,7 % 2.0 15.0
b. Darah :
Hasil
Pemeriksaan Nilai Rujukan
22-01-2016 25-01-2016 26-01-2016
GD Puasa 80mg/dl 100 mg/dl 70-100 mg/dl
GD 2 jam PP 100-200 mg/dl
GD sewaktu 120mg/dl 100-200 mg/dl
Billirubin Total <1,0 mg/dl
Bililirubin direct <0,25 mg/dl
SGOT 34 u/l ≤ 40 u/l
SGPT 43 u/l ≤ 41 u/l
Ureum 18 mg/dl 15-45 mg/dl
Creatinin 0,6 mg/dl 0,1-1,1 mg/dl
Kolestrol < 200 mg/dl
Albumin 2,0 g/dl 3,4-4,8 g/dl
c. Urin :
 Penampilan (N:jernih kekuning-kuning bercampur darah)
 Bau (N: beraroma)
 pH (N:4,5-8,0)
 Berat jenis (N: 1,005-1,030)
 Glukosa (N: negatif)
 Keton (N:negatif)
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologi
- analgesik
- supositoria uretra
- antiansietas
2. non farmakologi
operasi BPH

ANALISA DATA

DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB KEPERAWATAN
DS Retensi urin Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri di
bawah abdomen Penekanan pada kandung
- Klien megatakan nyeri kemih
tekan pada abdomen
P: Nyeri Penekanan/distorsi jaringan
Q: seperti di tusuk-tusuk setempat
R: dibawah abdomen
S: 6 Merangsang nosireseptor
T: terus menerus
Implus ke thalamus
DO
- Klien tampak meringis Cortex serebri
kesakitan

Nyeri

DS Obstruksi saluran kemih Gangguan eliminasi urine


-Klien mengatakan sulit untuk
buat BAK Pengeluaran urine inkomplit
-Klien menyatakan sakit saat
BAK Kapasitas vesika urinaria
DO Perubahan eliminasi urine
- Warna urine klien jernih
kekuning-kuningan Gangguan eliminasi urine

DS Proses penyakit Ansietas


-klien mengatakan cemas karena
akan dilakukan tindakan operasi Perubahan status kesehatan
DO
S : 36C. Rencana operasi
N : 78 x/mnt.
TD :140/90mmHg. Kurang pengetah
RR :26x/mnt
- klien tampak cemas ansietas
- Klien tampak gelisah

DS. Nyeri Pola tidur tidak efektif


-Pasien mengatakan sulit tidur
-pasien mengatakan tidur sering Cemas
terbangun tiba-tiba
Sulit untuk tidur
DO
S : 36C. Pola tidur tidak efektif
N : 78 x/mnt.
TD :140/90 mmHg.
RR :26x/mnt
-Paien tampak lemah
-pasien tampak gelisah
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteri Intervensi


Keperawatan hasil
1 Nyeri akut b/d Setekah dilakukan Observasi
proses penyakit tindakan keperawatan  Identifikasi kesiapan dan kemapuan
(benigne prostat diharakapkan nyeri menerima informasi
pasien berang dengan Terapeutik
hyperpelasi
kriteria Hasil:
 sediakan materi dan media pendidikan

 Pasien akan kesehatan sesuai kesepakatan

melaporkan  berikan kesempatan untuk bertanya


nyeri hilang / Edukasi
terkontrol.  jelaskan penyebab, periode, dan strategi

 Pasien tampak meredakan nyeri

rileks, mampu  anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

tidur / istirahat  anjurkan menggunakan analgetik secara tepat


dengan tepat.  ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk
memberikan terapi obat analgetik
2 Perubahan Luaran utama Observasi
Eliminasi Urine b/d Eliminasi urin  Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
retensi urin (BPH) Luaran tambahan inkontinensia urin
- Kontinesia urine  Identifikasi factor yang menyebabkan retensi
- Perilaku kesehatan atau inkontinensia urin
-Tingkat  Monitor eliminasi urin (mis. Frekuensi,
pengetahuan aroma, volume, dan warna)
Terapeutik
Klien dapat menunjuk
 catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
kan pola eliminasi
normal Setelah  batasi asupan cairan, jika perlu
dilakukan asuhan  ambil sampel urin tengah (midstream) atau
keperawatan dengan kultur
kriteria hasil: Edukasi
 Aliran urine lancar  ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
 Klien bebas dari kemih
tanda-tanda  ajarkan pengukur asuhan cairan dan haluaran
obstruksi urine
(hematuria)  ajarkan mengambil spesimen urin midstream
 Klien berkemih  ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu
dengan jumlah yang tepat untuk berkemih
normal dan pola  ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
biasanya. panggul/berkemihan
 anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontra indikasi
 anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
3 Ansietas B/D Setelah dilkaukan Observasi
rencana tindakan asuhan  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Operasi (BPH) keperawatan (mis. Kondisi , waktu, stressor)
diharapkan klien
 Identifikasi kemampuan mengambil
mampu untuk
keputusan
menggontrol dan
 Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
mengatasi ansietas
nonverbal)
dengan kriteria Hasil:
Terapeutik
1. Klien mampu  Ciptakan suasana terapeutik untuk
menggambarkan menumbuh kepercayaan
kecemasan pola  Temani pasien untuk mengurangi
kopingnya sendiri
kecemasan, jika memungkinkan
2. Klien menunjukan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
kemampuan untuk
 Dengarkan dengan penuh perhatian
meyakinkan diri  Gunakan pendekatan yang tenang dan
sendiri meyakinkan
3. Klien menunjukan
 Tempatkan barang pribadi yang memberikan
postur, ekspresi
kenyamanan
wajah, gerakan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
dan tingkat
memicu kecemasan
aktivitas yang
mencerminkan  Diskusi perencanaan realistic tentang
penurunan tekanan peristiwa yang akan dating
stres atau cemas Edukasi
4. Klien menunjukan  jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
pengendalian diri mungkin dialami
terhadap  informasikan secara factual mengenal
kecemasan
diagnosis, pengobatan dan prognosis
 anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
 anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
 latih pengalihan untuk mengurangi
ketenangan
 latih tekhnik relaksasi
 latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu
4 Gangguan pola Setelah dilakukan Observasi
tidur B/D nyeri tindakan  identifikasi pola aktivitas dan tidur
dan ansietas keperawaan  identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
diharapkan atau psikologis)
gangguan atau sulit  identifikasi makanan dan minuman yang
tidur pasien dapat mengganggu tidur (mis. Kopi, the, alcohol,
teratasi dengan makananan yang mendekati waktu tidur,
kriteria hasil: minum banyak air sebelum tidur
1. Klien tampak Terapeutik
segar dan tidak  -modifikasi lingkungan (mis pencahayaan,
lemas kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
2. tidak ada  batasi waktu tidur siang jika perlu
warna gelap  fasulitasi menghilangkan stress sebelum tidur
atau kantung  tetapkan jadwal tidur rutin
pada mata  lakukan prosedur untuk meningkatkan
3. pasien tidak kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan posisi,
mengeluh sulit terapi akupresur
tidur  sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
 jelaskan pentingnya tidur selama sakit
 anjurkan menempati kebiasaan waktu
 anjurkan untuk menghindari makanan dan
minuman yang mengganggu tidur
 ajarkan faktor-faktor yang berkonstribusi
terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
Kolaborasi
 kolaborasi dengan tim medis dalam
memberiakan obat dan tindakan asuhan
keperawatan untuk mengatasi gangguan
tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. DIAGNOSA TANGGAL MASALAH PARAF


KEPERAWATAN MUNCU TERATASI
L
1 Nyeri akut B/D Proses penyakit 27-7-2020 29-7-2020
(BPH)
2 27-7-2020 29-7-2020
Gangguan pola eliminasi urine B/D
Retensi urin (BPH)
3 27-7-2020 29-7-2020
Ansietas B/D rencana tindakan
4 operasi (BPH)
27-7-2020 29-7-2020
Gangguan pola tidur B/D nyeri dan
Ansietas
27-7-2020 29-7-2020
55 Kurang pengetahuan B/D proses
penyakit

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN


NO DIAGNOSA TINDAKAN PARAF EVALUASI PARAF
(TANGGAL KEPERAWATAN (SOAP)
DAN JAM)
1 Nyeri Akut Observasi S: Pasien
B/D  mengidentifikasi mengatan nyeri
Proses abdomen bagian
kesiapan dan kemapuan bawah
penyakit
(BPH) menerima informasi P. Nyeri
27-7-2020 Q. seperti ditusuk
09:00-09:45  mengkaji nyeri pasien tusuk
Terapeutik R. di bawah
 menyediakan materi abdomen
S. 6
dan media pendidikan T. terus-menerus
kesehatan sesuai O: Pasien tampak
meringis
kesepakatan
kesakitan
 memberikan A. nyeri akut
kesempatan untuk teratasi
bertanya sebagian
P. intervensi
dilanjutkan

28-7-2020 Edukasi S: Pasien


08:00-09:00  melaskan penyebab, mengatakan masih
nyeri di bawah
periode, dan strategi abdomen
meredakan nyeri P. Nyeri
Q. seperti di tusuk-
 menganjurkan tusuk
memonitor nyeri secara R. dibawah
abdomen
mandiri S. 5
 menganjurkan T. hilang datang

menggunakan analgetik O. Pasien tampak


secara tepat meringis kesakitan

 mengaajarkan teknik A. nyeri akut


nonfarmakologis untuk teratasi sebagian

mengurangi rasa nyeri P. intervensi


dilanjutkan

29-7-2020 Kolaborasi S: Pasien


12:00-12:15 mengatakan
kolaborasi dengan tim medis nyeri agak
lainnya untuk memberikan berkurang
terapi obat analgetik P. Nyeri
Q. seperti di
tusuk-tusuk
R.dibawah
abdomen
S. 4
T.hilang datang

O. Pasien tampak
meringis
kesakitan

A. nyeri akut
teratasi
sebagian

P.intervensi
dilanjutkan
2 Gangguan Observasi S: -pasien
eliminasi urin  mengidentifikasi tanda mengatakan
B/D Retensi sulit untuk
urin (BPH) dan gejala retensi atau membuang air
27-7-2020 inkontinensia urin kemih/urin
09:00-09:45
 mengidentifikasi factor O. - abdomen atau
yang menyebabkan perut pasien
tampak sedikit
retensi atau bengkak
inkontinensia urin - pasien tampak
lemah
 memonitor eliminasi
urin (mis. Frekuensi, A. ganggua
eliminasi urin
aroma, volume, dan belum teratasi
warna)
P. Intervensi
Terapeutik dilanjutkan
 mencatat waktu-waktu
dan haluaran berkemih
 membatasi asupan
cairan, jika perlu
 mengambil sampel urin
tengah (midstream)
atau
kultur

28-7-2020 Edukasi S: pasien masih


08:00-09:00  mengajarkan tanda dan mengatakan
masih sulit
gejala infeksi saluran
untuk
kemih membuang air
kemih/urin
 mengajarkan pengukur
O.- abdomen atau
asuhan cairan dan perut pasien
tampak sedikit
haluaran urine
bengkak
 mengajarkan -pasien tampak
lemah
mengambil spesimen
urin midstream A.gangguan
eliminasi urin
 mengajarkan mengenali teratasi sebagian
tanda berkemih dan
P. Intervensi
waktu yang tepat untuk dilanjutkan dengan
berkemih tindakan operasi
 mengajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot
panggul/berkemihan
 menganjurkan minum
yang cukup, jika tidak
ada kontra indikasi
 menganjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur

29-7-2020 Kolaborasi
12:00-12:15  Kolaborasi pemberian S. - pasien
obat supositoria uretra, mengatakan
sudah di
jika perlu operasi
- pasien
 Kolaborasi tindakan
mengatakan
operasi BPH bisa
membuang air
kemih/urin
secara lancar
- pasien
mengatakan
tidak nyeri
saat buang air
kecil
O. - pasien tampak
sudah di
operasi
- pasien tampak
lemah

A. gangguan
eliminasi
teratasi

P. Intervensi di
hentikan
3 Ansietas B/D observasi S:- pasien
rencana  mengidentifikasi saat mengatakan cemas
operasi karena
tingkat ansietas penyakitnya
(BPH)
27-7-2020 berubah (mis. Kondisi
08:00-09:00
, waktu, stressor) -Pasien
 mengidentifikasi mmengatakan
takut untuk di
kemampuan operasi
mengambil keputusan
O: pasien tampak
 memoonitor tanda- gelisah
tanda ansietas (verbal S : 36C. N:
78 x/mnt. TD
dan nonverbal) :140/90 mmHg.
Terapeutik RR :26x/mnt
 meniptakan suasana
terapeutik untuk A: ansietas belum
menumbuh teratasi
kepercayaan
 menemani pasien untuk P: intervensi di
Lanjutkan
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
 memahami situasi yang
membuat ansietas
 mendengarkan dengan
penuh perhatian
 menggunakan
pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 menempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
 Memotivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
 mendiskusi
perencanaan realistic
tentang peristiwa yang
akan dating

28-7-2020 Edukasi S:- pasien


09:00-:10:00  menjelaskan prosedur, mengatakan masih
cemas karena
termasuk sensasi yang penyakitnya
mungkin dialami
-Pasien masih
 mengiinformasikan mengatakan takut
untuk di operasi
secara factual mengenal
diagnosis, pengobatan O: pasien tampak
gelisah
dan prognosis
S : 36C.
 menganjurkan keluarga N : 78 x/mnt.
TD :130/80 mmHg
untuk tetap bersama
RR :24x/mnt
pasien, jika perlu
A:ansietas teratasi
 menganjurkan
sebagian
mengungkapkan
perasaan dan persepsi P:intervensi di
Lanjutkan dengan
 melatih pengaliha n tindakan
untuk mengurangi pembedahan
ketenangan
 melatih tekhnik
relaksasi
 memelatih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat

29-7-2020 Kolaborasi S:- pasien


12:00-13:15 mengatakan tidak
- Kolaborasi pemberian obat cemas lagi karena
antiansietas, jika perlu sudah di operasi
- Kolaborasi tindakan operasi O:pasien tampak
untuk mengurangi rasa cemas lemah
S : 36C.
N : 80x/mnt.
TD :120/70
mmHg. RR
:20x/mnt

A:ansietas teratasi

P:intervensi di
Hentikan
4 Gangguan Observasi S: - mengatakan
Pola tidur  mengidentifikasi pola sulit tidur
B/D nyeri karena cemas
aktivitas dan tidur - pasien
dan
ansietas  mengidentifikasi faktor mengatakan
27-7-2020 jika tidur
08:00-09:00 pengganggu tidur (fisik sering
atau psikologis) terbangun
- pasien
 mengidentifikasi mengatakan
makanan dan minuman Tidur siang:
lama 30
yang mengganggu tidur menit, jam
(mis. Kopi, the, 11:00 s/d jam
alcohol, makananan 11:30
- pasien
yang mendekati waktu
mengatakan
tidur, minum banyak Tidur malam:
lama 3 jam,
air sebelum tidur
jam 04:00 s/d
Terapeutik jam 05:00
 modifikasi lingkungan O: pasien tampak
(mis pencahayaan, lemas dan tidak
semangat
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat A:Gangguan pola
tidur belum
tidur) teratasi
 fasulitasi
P:intervensi di
menghilangkan stress lanjutkan
sebelum tidur
 tetapkan jadwal tidur
rutin
 lakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis.
Pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur
 sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur
terjaga

28-7-2020 Edukasi S: - mengatakan


10:00-11:00  menjelaskan masih sulit tidur
karena cemas
pentingnya tidur - Pasien
selama sakit mengatakan
Tidur siang :
 menganjurkan untuk lama 1 jam,
menghindari makanan jam 11:00 s/d
jam 12:00
dan minuman yang
- Pasien
mengganggu tidur mengatakan
Tidur mala:
 mengajarkan faktor- lama 5 jam,
faktor yang jam 12:00 s/d
jam 06:00
berkonstribusi O: pasien tampak
terhadap gangguan masih lemas dan
tidak semangat
pola tidur (mis. A: Gangguan pola
Psikologis, gaya hidup tidur teratasi
sebagian
P: intervensi di
lanjutkan dengan
tindakan
pembedahan
Dan pemberian
obat

Kolaborasi S:- pasien


29-7-2020
12:00-12:15  kolaborasi dengan tim mengatakan
medis dalam Bisa tidur karena
memberiakan obat dan selesai di operasi
tindakan asuhan - Pasien
keperawatan untuk mengatakanTid
mengatasi gangguan ur siang: lama
tidur 3 jam, jam
11:00 s/d jam
13:00
- Pasien
mengatakan
Tidur mala:
lama 8 jam,
jam 22:00 s/d
jam 06:00
O: pasien tampak
segar
A:Gangguan pola
tidur teratasi
P:intervensi di
hentikan
BAB II.
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
1. Definisi
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan kondisi yang menyebabkan
terjadinya pembengkakan pada kelenjar prostat. Namun, kondisi tidak bersifat
kanker, atau sel-sel abnormal. Kelenjar prostat sendiri memiliki fungsi untuk
memproduksi air mani dan terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih
dan penis. Pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH)
adalah kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine
menjadi tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kelenjar prostat
hanya dimiliki oleh pria.
Oleh karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria. Hampir semua pria
mengalami pembesaran prostat, terutama pada usia 60 tahun ke atas. Meski
begitu, tingkat keparahan gejalanya bisa berbeda pada tiap penderita, dan tidak
semua pembesaran prostat menimbulkan masalah. Pria berusia 60 tahun ke atas
sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin, terutama bila
mengalami gangguan buang air kecil. Bila tidak ditangani, terhambatnya aliran
urine akibat BPH dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan kandung
kemih. Namun perlu diketahui, pembesaran prostat jinak tidak terkait dengan
kanker prostat.
2. Gejala Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Tingkat keparahan gejala yang dirasakan oleh penderita pembesaran kelenjar
prostat bervariasi, dan gejala cenderung secara bertahap memburuk dari waktu
ke waktu, meliputi:
a. Kebutuhan yang sering atau mendesak untuk buang air kecil
b. Peningkatan frekuensi buang air kecil di malam hari (nocturia)
c. Kesulitan memulai buang air kecil
d. Aliran air seni lemah atau aliran yang tersendat-sendat
e. Urine menetes di akhir buang air kecil
f. Merasa tidak tuntas setelah berkemih
Gejala lain yang terjadi dalam frekuensi lebih jarang:
a. Infeksi saluran kemih
b. Ketidakmampuan untuk buang air kecil
c. Darah dalam urine
Munculnya gejala-gejala tersebut disebabkan oleh tekanan pada kandung
kemih dan uretra ketika kelenjar prostat mengalami pembesaranPada kasus
tertentu, BPH bahkan bisa menyebabkan retensi urine atau ketidakmampuan
mengeluarkan urine sama sekali. Tapi perlu diingat, tidak semua pembesaran
kelenjar prostat menimbulkan keluhan buang air kecil, baik buang air kecil
terus atau tidak bisa buang air kecil sama sekali.
a. Nyeri saat buang air kecil
b. Terdapat darah dalam urine (hematuria) atau sperma (hematospermia)
c. Urine tidak keluar sama sekali
Gejala-gejala ini juga dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih, batu kandung
kemih, batu ginjal, bahkan kanker prostat atau kanker kandung kemih. Oleh
karena itu, dibutuhkan pemeriksaan secara menyeluruh oleh dokter.
3. Etiologi
Belum diketahui apa yang menyebabkan pembesaran prostat jinak. Akan
tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar
hormon seksual seiring pertambahan usia pria. Pada sebagian besar pria,
prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika ukurannya cukup besar,
prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang mengalirkan urine dari
kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang menyebabkan
munculnya gejala-gejala di atas.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena
pembesaran prostat jinak, yaitu:
a. Berusia di atas 60 tahun
b. Kurang berolahraga
c. Memiliki berat badan berlebih
d. Menderita penyakit jantung atau diabetes
e. Rutin mengonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta
f. Memiliki keluarga yang mengalami gangguan pros
4. Patofisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di
sebelah inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya
sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram.
Menurut Mc Neal ( 2016) membagi klenjar prostat dalam beberapa zona,
antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler
anterior dan periuretra. Sjamsuhidajat (2015), menyebutkan bahwa pada usia
lanjut akan terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena
produksi testosteron menurun danterjadi konversi tertosteron menjadi estrogen
pada jaringan adipose di perifer.menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini
sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar
prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan
bantuan enzim alfa reduktase Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein
sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya
perubahan pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan
patofisiologi yang disebabkan pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh
kombinasi resistensi uretra daerah prostat, tonus trigonum dan leher vesika
dan kekuatan kontraksi detrusor. Secara garis besar, detrusor dipersarafi oleh
sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem
simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi
resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian
detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih
kuat dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam
kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut
trahekulasi (buli-buli balok).
Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa
yang kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase
penebalan detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung kemih.
Apabilakeadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya
mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu
obstruksi dejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan
cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu
permulaan miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah,
rasa belum puas setelah miksi.
Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering
berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas
otot detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit
ditahan/urgency, disuria). Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat
vesiko urinaria tidak mampu lagi menampung urin, sehingga tekanan
intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi
inkontinensia paradox (overflowin continence).
Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan
ginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus
urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita
harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam
vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan
iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan
media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan
bila terjadi refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2015)
5. Klasifikasi
Klafikasi Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan
menjadi 4 stadium :
a) Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
b) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c) Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
d) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine
menetes secara periodik (over flow inkontinen). Menurut Brunner and
Suddarth (2002) menyebutkan bahwa : Manifestasi dari BPH adalah
peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin berkemih, anyang-
anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus mengejan
saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus
setelah berkemih), retensi urine akut.
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain: sering dengan
semakin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin
tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih dan apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin,
2000 Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik
mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan
yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam
vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat
menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan p yelonefritis
(Sjamsuhidajat, 2015)
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Doenges (2013), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada
pasien dengan BPH adalah :
a. Laboratorium
1) Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi
saluran kemih.
2). Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus
menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
diujikan.
b. Radiologi
1) USG prostat, untuk melihat ukuran prostat penderita.
2) Tes urine, untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau kondisi lain
yang memiliki gejala mirip dengan pembesaran prostat jinak.
3) Tes darah, untuk memeriksa kemungkinan gangguan pada ginjal.
4) Tes pengukuran kadar antigen (PSA) dalam darah. PSA dihasilkan
oleh prostat dan kadarnya dalam darah akan meningkat bila kelenjar
prostat membesar atau mengalami gangguan.
5) Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang
merupakan tanda dari retensi urin.
6) IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa
hidroureter atau hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar
prostat, penyakit pada buli-buli.
7) Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau
mengukur sisa urin dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel,
tumor.
8) Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra
parsprostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam rektum
8. Penatalaksanaan
Menurut Sjamsuhidjat (2015) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH
a. Medikamentosa
1) Mengharnbat adrenoreseptor α
2) Obat anti androgen
3 ) Penghambat enzim -2 reduktaseα
4) Fisioterapi
b. Terapi Bedah
Indikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal,
infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter,
hidronefrosis jenis pembedahan:
2) TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)
Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui
sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malaluiuretra.
3) Prostatektomi Suprapubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat ada kandung
kemih.
4) Prostatektomi retropubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian
bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasukikandung kemih.
5) Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara
skrotum dan rektum.
6) Prostatektomi retropubis radikal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan
jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah,
uretra dianastomosiskan ke leher kandung kemih pada kanker prostat.
c. Terapi Invasif Minimal
1) Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)
Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke
kelenjar prostat melalui antena yang dipasang melalui/pada ujung kateter.
2) Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP)
3) Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD)
9. Diagnosa yang mungkin muncul
Gangguan eliminasi urin B/D proses penyakit (BPH dan retensi urin)
10. Analisa Intervensi Keperawatan
a. Observasi
 identifikasi tanda dan gejala retensi atauinkontinensia urin
 identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
 monitor eliminasi urin (mis. Frekuensi, aroma, volume, dan warna)
b. Terapeutik
 catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
 batasi asupan cairan, jika perlu
 ambil sampel urin tengah (midstream) atau kultur
c. Edukasi
 ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
 ajarkan pengukur asuhan cairan dan haluaran urine
 ajarkan mengambil spesimen urin midstream
 ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
 ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot panggul/berkemihan
 anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontra indikasi
 anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
11. Rencana ide-ide baru
a. Perawatan mandiri
Bila gejala yang dirasakan tergolong ringan, pasien bisa melakukan penanganan secara
mandiri untuk meredakan gejala, yaitu dengan:
1) Menghindari minum apapun satu atau dua jam sebelum tidur.
2) Membatasi asupan minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
3) Membatasi konsumsi obat pilek yang mengandung dekongestan dan
antihistamin.
4) Tidak menahan atau menunda buang air kecil.
5) Membuat jadwal untuk buang air kecil, misalnya tiap 4 atau 6 jam.
6) Menjaga berat badan ideal, dengan menjalani pola makan yang sehat.
7) Berolahraga secara teratur dan rutin melakukan senam Kegel.
8) Mengelola stres dengan baik.

b. Pengobatan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


pengobatan pembesaran prostat jinak tergantung pada usia dan kondisi pasien,
ukuran prostat, serta tingkat keparahan gejala. Metode pengobatan yang dapat
dilakukan meliputi: Obat-obatan Bila pengobatan mandiri tidak bisa meredakan
gejala, dokter dapat meresepkan obat-obatan berikut:
1) Penghambat alfa, seperti tamsulosin, untuk memudahkan buang air kecil.
2) Penghambat 5-alpha reductase, seperti finasteride atau dutasteride, untuk
menyusutkan ukuran prostat.
Penelitian menunjukkan bahwa obat untuk menangani disfungsi ereksi,
seperti tadalafil, juga bisa digunakan untuk mengatasi pembesaran prostat
jinak.
c. Metode pengobatan lainnya
Selain kedua prosedur di atas, jaringan prostat yang menyumbat bisa dibakar
dengan sinar laser atau diangkat melalui operasi terbuka. Pengangkatan prostat
melalui operasi terbuka (prostatektomi) dilakukan apabila ukuran jaringan
prostat sudah sangat besar atau sudah terdapat kerusakan pada kandung kemih.
Dalam prosedur ini, prostat diangkat melalui sayatan yang dibuat di perut.
d. Pencegahan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Pembesaran prostat jinak tidak dapat dicegah. Upaya pencegahan yang bisa
Anda lakukan adalah mencegah agar gejalanya tidak semakin memburuk, yaitu
dengan perawatan mandiri seperti yang telah dijelaskan di atas. Anda juga dapat
mencegah kondisi semakin memburuk dengan segera memeriksakan diri ke
dokter begitu mengalami gejala pembesaran prostat jinak. Dengan begitu,
kondisi Anda dapat segera ditangani sebelum muncul komplikasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembesaran prostat jinak atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah
kondisi ketika kelenjar prostat membesar. Akibatnya, aliran urine menjadi
tidak lancar dan buang air kecil terasa tidak tuntas. Kelenjar prostat hanya
dimiliki oleh pria. Oleh karena itu, penyakit ini hanya dialami oleh pria.
Hampir semua pria mengalami pembesaran prostat, terutama pada usia 60
tahun ke atas. Meski begitu, tingkat keparahan gejalanya bisa berbeda pada
tiap penderita, dan tidak semua pembesaran prostat menimbulkan masalah.
Pria berusia 60 tahun ke atas sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter
secara rutin, terutama bila mengalami gangguan buang air kecil. Bila tidak
ditangani, terhambatnya aliran urine akibat BPH dapat menyebabkan
gangguan fungsi ginjal dan kandung kemih. Namun perlu diketahui,
pembesaran prostat jinak tidak terkait dengan kanker prostat.
B. Sumber referensi
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2010. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien BPH. Jakart: EGC.
Dpp ppni . standar Diagnosa keperawatan Indonesia. buku edisi 1.jakarta 2018
Dpp ppni . standar intervensi keperawatan Indonesia. buku edisi 1.jakarta 2018
Hidaya, A.A, 2012.diagnosa keperawatan benigna prostat hyperplasi(BPH).
Jakarta. EGC
HealBooks: Jakart Nursalam, D. (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika.PPNI, t. P.
(2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .Jakarta: DPP PPNI.
R. Syamsuhidajat (2018).Gangguan elimiinasi urin dengan benigna prostat
hiperplasi. Jurnal Kesehatan Andalas ,. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai