Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL NAFAS KARNA COVID

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat
Program Profesi Ners

Dosen Pembimbing:
R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh:
NAMA: M. IRSAL FADHILA
NIM: 201FK04070

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2020
A. Definisi
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi
pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-
East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Gagal nafas adalah kondisi ketidakmampuan sistem respirasi
untuk memasukan oksigen yang cukup dan membuang karbon dioksida
yang disebabkan oleh kelainan sistem pernafasan dan sistem lainnya.

B. Tanda Gejala
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa
berupa gejala flu, seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan,
dan sakit kepala. Setelah itu, gejala bisa memberat. Pasien bisa mengalami
demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri
dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus
Corona.
Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan
seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
1. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
2. Batuk
3. Sesak napas
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari
sampai 2 minggu setelah terpapar virus Corona.

C. Etiologi
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus,
yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian
besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan
sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan
infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome  (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke
manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular
dari manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk
penderita COVID-19
2. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu
setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita
COVID-19
3. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya
bersentuhan atau berjabat tangan
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih
berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil,
orang yang sedang sakit, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

D. Patofisiologi
Perjalanan penyakit dimulai dengan masa inkubasi yang lamanya
sekitar 3-14 hari (median 5 hari). Pada masa ini leukosit dan limfosit
masih normal atau sedikit menurun dan pasien tidak bergejala. Pada fase
berikutnya (gejala awal), virus menyebar melalui aliran darah, diduga
terutama pada jaringan yang mengekspresi ACE2 seperti paru-paru,
saluran cerna dan jantung. Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan
kedua terjadi empat hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada saat
ini pasien masih demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit
menurun. Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi
hiperkoagulasi. Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak
terkontrol, terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan
komplikasi lainnya menunjukkan perjalanan penyakit pada pasien
COVID-19 yang berat dan onset terjadinya gejala dari beberapa laporan.
Coronavirus (CoVs) virus RNA yang menginfeksi burung dan
berbagai mamalia, termasuk manusia. Virus ini terdiri dari protein
struktural beberapa yang memegang relative panjang (sekitar 30 kb)
positif-terdampar genom. Mereka terjadi di seluruh dunia dan dapat
menyebabkan penyakit signifikansi medis dan kedokteran hewan.
Umumnya, infeksi terlokalisasi pada pernapasan, dan/ atau sistem saraf.
Saat ini, terdapat jenis CoVs yang dapat menginfeksi manusia antara lain:
a. Human CoVs HKU1,
b. NL63,
c. 229E dan
d. OC43
Virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan,
ditandai dengan penyakit saluran pernapasan atas yang mencakup:
coryza, batuk dan sakit tenggorokan. Virus ini hanya sesekali
menginduksi penyakit saluran pernapasan bawah, seperti: bronkitis,
bronkiolitis dan pneumonia.
Virus CoV
Pathway
Langsung: melalui percikan dahak (droplet) pada Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda
saat pasien batu katau bersin yang terkontaminasi virus.

Parenkim Paru Infeksi saluran nafas bawah

Antigen patogen berikatan


Koloni Organisme Patogen Antigen Respon hormonal dengan antibodi

Antigen-antibodi berikatan
Pengaktifan kaskode komplemen
dengan molekul komplemen

Kemotaksis netrofil dan makrofag Aktifasi Sel Mast dan Basofil Pelepasan histamine
aktifasi bradikinin

Aktifasi proses fagositosis


oleh netrofil dan makrofag Penebalan Vasodilator
kapiler meningkat kapiler

Penumpukan fibrin, eksudat, Perpindahan eksudat Edema ruang kapiler alveoli


ritrosit dan leukosit plasma ke intertisiel

Penurunan difusi
Pelepasan pirogen Interleukin-1 Fagositosis Sekret Menumpuk
oksigen
endogen (sitokin) Interleukin-6 sel debris pada bronkus

GANGGUAN
Menembus sawar otak Merangsang saraf vagus Batuk, sesak napas,
PERTUKARAN GAS
Dispnea
Sinyal mencapai sistem saraf pusat
Penurunan saturasi
oksigen
Pembentukan prostaglandin otak KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN
NAFAS
Metabolisme Merangsang Hipotalamus Hipoksia Jaringan
meningkat meningkatkan suhu
Peningkatan produksi
eritopoetin ginjal KETIDAKEFEKTIFAN
Peningkatan Menggil, meningkatkan
penggunaan energi suhu basal PERFUSI JARINGAN
PERIFER
Stimulasi produksi
Keletihan HIPERTERMI sel darah merah

Polisitemia
INTOLERANSI
AKTIVITAS
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas,
mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia,
pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus
tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan sebanyak
6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi
asimtomatik belum diketahui. Viremia dan viral load yang tinggi dari
swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah dilaporkan.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut
saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue,
batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan,
kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi
oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga mengeluhkan diare dan muntah.
Pasien COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam,
ditambah salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit (2)
distres pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan
oksigen. Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung
jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat,
dan prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai dengan indikasi.
Trombositopenia juga kadang dijumpai, sehingga kadang diduga
sebagai pasien dengue. Di Singapura melaporkan adanya pasien
positif palsu serologi dengue, yang kemudian diketahui positif
COVID-19. Karena gejala awal COVID-19 tidak khas, hal ini harus
diwaspadai.
b. Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto
toraks dan Computed Tomography Scan (CT-scan) toraks. Pada foto
toraks dapat ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass,
infiltrat, penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan
atelectasis. Foto toraks kurang sensitif dibandingkan CT scan, karena
sekitar 40% kasus tidak ditemukan kelainan pada foto toraks.
c. Pemeriksaan diagnostik
WHO merekomendasikan pengambilan spesimen pada dua lokasi,
yaitu dari saluran napas atas (swab nasofaring atau orofaring) atau
saluran napas bawah [sputum, bronchoalveolar lavage (BAL), atau
aspirat endotrakeal].
d. Radiologi
1. Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab gagal nafas seperti atelektasis dan pneumoni.
2. EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan oleh
Cardiac.
3. Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik
(volume tidal < 500ml, FVC (kapasitas vital paksa)
menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun.

G. Penatalaksanaan
Saat ini belum tersedia rekomendasi tata laksana khusus pasien
COVID-19, termasuk antivirus atau vaksin. Tata laksana yang dapat
dilakukan adalah terapi simtomatik dan oksigen. Pada pasien gagal napas
dapat dilakukan ventilasi mekanik. National Health Commission (NHC)
China telah meneliti beberapa obat yang berpotensi mengatasi infeksi
SARS-CoV-2, antara lain interferon alfa (IFN-α), lopinavir/ritonavir
(LPV/r), ribavirin (RBV), klorokuin fosfat (CLQ/CQ), remdesvir dan
umifenovir (arbidol). Selain itu, juga terdapat beberapa obat antivirus
lainnya yang sedang dalam uji coba di tempat lain.
Sedangkan pada gagal nafas yaitu:
1. Pemberian O2 yang adekuat dengan meningkatkan fraksi O2 akan
memperbaiki PaO2, sampai sekitar 60-80 mmHg cukup untuk oksigenasi
jaringan dan pecegahan hipertensi pulmonal akibat hipoksemia yang
terjadi. Pemberian FiO2<40% menggunakan kanul nasalatau masker.
Pemberian O2 yang berlebihan akan memperberat keadaanhiperkapnia.
Menurunkan kebutuhan oksigen dengan memperbaiki dan mengobati
febris,agitasi, infeksi, sepsis dll usahakan Hb sekitar 10-12g/dl.
2. Dapat digunakan tekanan positif seperti CPAP, BiPAP, dan PEEP.
Perbaikielektrolit, balance pH, barotrauma, infeksi dan komplikasi
iatrogenik. Ganguan pH dikoreksi pada hiperkapnia akut dengan asidosis,
perbaiki ventilasi alveolar dengan memberikan bantuan ventilasi mekanis,
memasang dan mempertahankan jalan nafas yang adekuat,mengatasi
bronkospasme dan mengontrol gagal jantung, demam dan sepsis.
3. Atasi atau cegah terjadinya atelektasis, overload cairan, bronkospasme,
sekrettrakeobronkial yang meningkat, dan infeksi.
4. Kortikosteroid jangan digunakan secara rutin. Kortikosteroid
Metilpretmisolon bisadigunakan bersamaan dengan bronkodilator ketika
terjadi bronkospasme dan inflamasi.Ketika penggunaan IV kortikoteroid
mempunyai reaksi onset cepat. Kortikosteroid denganinhalasi memerlukan
4-5 hari untuk efek optimal terapy dan tidak digunakan untuk gagalnapas
akut. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan IV kortikosteroid,
Monitortingkat kalium yang memperburuk hipokalemia yang disebabkan
diuretik. Penggunaan jangka panjang menyebabkan insufisiensi adrenalin.
5. Perubahan posisi dari posisi tiduran menjadi posisi tegak meningkatkan
volume paru yangekuivalan dengan 5-12 cm H2O PEEP.
6. Drainase sekret trakeobronkial yang kental dilakukan dengan pemberian
mukolitik,hidrasi cukup, humidifikasi udara yang dihirup, perkusi, vibrasi
dada dan latihan batuk yang efektif.
7. Pemberian antibiotika untuk mengatasi infeksi.
8. Bronkodilator diberikan apabila timbul bronkospasme.
9. Penggunaan intubasi dan ventilator apabila terjadi asidemia, ipoksemia
dan disfungsisirkulasi yang prospektif.
 Manajemen Pasien COVID-19 yang Kritis
Median waktu onset gejala sampai masuk intensive care unit (ICU)
adalah 9 – 10 hari dengan penyebab utama ARDS. Faktor risiko meliputi
usia di atas 60 tahun, memiliki komorbid, umumnya hipertensi, penyakit
jantung dan diabetes melitus, dan neonatus. Umumnya anak memiliki
spektrum penyakit ringan. Tatalaksana pasien kritis COVID-19 memiliki
prinsip penanganan yang sama dengan ARDS pada umumnya. Pedoman
penangan meliputi:
 Terapi cairan konservatif;
 Resusitasi cairan dengan kristaloid;
 Norepinefrin sebagai lini pertama agen vasoaktif pada COVID-19
dengan syok;
 Antibiotik spektrum luas sedini mungkin pada dugaan koinfeksi
bakteri sampai ditemukan bakteri spesifik;
 Pilihan utama obat demam adalah acetaminofen;
 Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIg) dan plasma konvalesen
COVID-19 telah dilaporkan, tetapi belum direkomendasikan rutin;
 Mobilisasi pasien setiap 2 jam untuk mencegah ulkus dekubitus;
 Berikan nutrisi enteral dalam 24-48 jam pertama.
Pada kondisi pelayanan tidak memadai untuk ventilasi invasif,
dapat dipertimbangkan pemberian oksigen nasal dengan aliran tinggi
atau ventilasi noninvasif dengan tetap mengutamakan kewaspadaan
karena risiko dispersi dari aerosol virus lebih tinggi
H. Komplikasi
Komplikasi utama pada pasien COVID-19 adalah ARDS, tetapi
Yang, dkk.145 menunjukkan data dari 52 pasien kritis bahwa komplikasi
tidak terbatas ARDS, melainkan juga komplikasi lain seperti gangguan
ginjal akut (29%), jejas kardiak (23%), disfungsi hati (29%), dan
pneumotoraks (2%). Komplikasi lain yang telah dilaporkan adalah syok
sepsis, koagulasi intravaskular diseminata (KID), rabdomiolisis, hingga
pneumomediastinum.
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan
beberapa komplikasi serius berikut ini:
1. Pneumonia
2. Infeksi sekunder pada organ lain
3. Gagal ginjal
4. Acute cardiac injury
5. Acute respiratory distress syndrome
6. Kematian
Sedangangkan komplikasi pada gagal nafas yaitu:
a. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan
ventilator (seperti,emfisema kutis dan pneumothoraks).
b. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia,
perikarditis daninfark miokard akut.
c. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare
dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
d. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama sehingga sumsum
tulang memproduksieritrosit, dan terjadilah peningkatan eritrosit yang
usianya kurang dari normal).
e. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
f. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam bas
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Airway
1) Peningkatan sekresi pernapasan
2) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b. Breathing
1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
2) Menggunakan otot aksesori pernapasan
3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis.
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2) Sakit kepala
3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
4) Papiledema
5) Penurunan haluaran urine.
d. Pemeriksaan fisik
1) System pernafasaan
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernafasaan tertinggal
Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
2) System Kardiovaskuler
Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari
daerah trauma
Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Auskultasi : suara detak jantung menjauh atau menurun dan
adakah denyut jantung paradok
3) System neurologis
Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak.
Bagaimana tingkatkesadaran yang dialami dengan
menggunakan Glasgow Coma Scalee.
e. Pemeriksaan sekunder
1) Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner,
masalah tekanandarah, diabetes mellitus, gagal nafas.
Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun, perubahan
posturaldicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri, nadi dapat
normal , penuh atau tidak kuatatau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia),
bunyi jantung ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel,
bila ada menunjukkan gagal katupatau disfungsi otot jantung,
irama jantung dapat teratur atau tidak teratur, edema, pucat
atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
3) Eliminasi
Tanda : bunyi usus menurun.
4) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut
mati, perasaanajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan, khawatir tentang keuangan ,kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah,marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri,
koma nyeri.
5) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau
terbakar.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan.
6) Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan.
7) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat)
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (meskipunkebanyakan nyeri dalam dan
viseral)
9) Pernafasan:
Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal,
batuk dengan atautanpa produksi sputum, riwayat merokok,
penyakit pernafasan kronis.
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat,
pucat, sianosis, bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum.
10) Interkasi sosial
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada
missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi
(marah terus-menerus, takut), menarik diri.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sumbatan jalan
nafas danventilasi sekunder terhadap retensi lendir.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-
perfusi sekunder terhadap hipoventilasi.
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan sianosis
perifer.
e. Gangguan perfusi jaringan selebral berhubungan dengan vasodilatasi
pembuluh darah otak.
f. Resiko perfusi miokard tidak efektif berhubungan dengan beban
jantung bertambah.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/virus-corona
https://news.detik.com/berita/d-4943950/latar-belakang-virus-corona-
perkembangan-hingga-isu-terkini
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/31/162000665/virus-corona--
penyebab-gejala-pencegahan-dan-kapan-harus-segera-ke-dokter?page=all
https://www.academia.edu/36586132/LAPORAN_PENDAHULUAN_RESPI
RATORY_FAILURE
https://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/2469/mod_resource/content/3/415-1924-1-
PB.pdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai