PEMANFAATAN LIMBAH
OLAHAN NABATI
U N T U K K E L A S X I I
A G R I B I S N I S P E N G O L A H A N H A S I L P E R TA N I A N
S E M E S T E R G E N A P
TA H U N P E L A J A R A N 2 0 2 0 / 2 0 2 1
Disusun Oleh:
Yatin Dwi Rahayu, S.Pd
NIP. 19920601 201502 2 001
LEMBAR PENGESAHAN
DIKTAT PEMBELAJARAN
OLEH:
YATIN DWI RAHAYU, S.Pd
NIP. 19920601 201502 2 001
Telah disahkan penggunaannya untuk siswa SMK Kelas XII Program Keahlian
Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) Semester Genap Tahun Pelajaran
2020/2021:
Hari : Kamis
Tanggal : 19 November 2020
i
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
SURAT PERNYATAAN
ii
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
KATA PENGANTAR
iii
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...………………………………………...……..………………………………………...……… i
SURAT PERNYATAAN...………………………………………...……..……………………………….……...………….… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………....…………..……………....…………….……………...…….. iii
DAFTAR ISI……………...………………………………………...……..………………………………………...………………..… iv
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………….……………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………....………….………..……………...………………………. 1
B. Tujuan …………………………………………………………….....…….……………………………...………………... 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Klasifikasi Limbah
A. Klasifikasi Limbah….……………………………....………….………..………………………….……………. 3
B. Sifat-sifat Limbah….…….…………………….....…….………………………………………………………... 6
C. Limbah Olahan Nabati…..………………….....…….………………………………………………………... 7
D. Lembar Kerja…..………………….....…….………………………………………………………………………... 9
E. Soal Latihan…..………………….....…….………………………………………………………….………………... 11
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Pemanfaatan Limbah Manisan Carica
A. Manisan Carica………..……………………………....………….………..………………………….……………. 12
B. Pemanfaatan Limbah Biji Carica….....…….………………………………………………………... 13
1. Sirup….....…….……………………………………………………………………………………………..………... 14
2. Permen Jelly….....…….…………………………………………………………………………….…………. 16
3. Dodol….....…….…………………………………………………………………………………………….………... 18
C. Lembar Kerja…..………………….....…….……………………………………………………………………….... 21
D. Soal Latihan…..………………….....…….………………………………………………………….………………... 26
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
Pemanfaatan Limbah Tahu
A. Tahu……………………………..……………………………....………….………..………………………….…………….. 27
B. Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu….....…….……………………………………………….…... 28
1. Tepung Ampas Tahu……………………………………………………………………………..………... 29
2. Kerupuk Ampas Tahu…………………………………………………………………………..………... 30
3. Nugget Ampas Tahu……………………………………………………………………………..………... 32
C. Lembar Kerja…..………………….....…….………………………………………………………………………... 35
D. Soal Latihan…..………………….....…….………………………………………………………….………………... 40
UJI KOMPETENSI….....…….…………………………………………………………………………………………….………... 41
DAFTAR PUSTAKA
iv
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahan nabati merupakan bahan yang diperoleh dan berasal dari tumbuhan
misalnya serealia, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran, umbi-umbian,
rempah-rempah, dan hasil perkebunan. Semakin berkembangnya zaman maka
semakin banyak olahan yang dihasilkan dari komoditas nabati. Maka dari itu tidak
dipungkiri produk nabati sangat banyak dipasarkan karena harganya relatif
murah dibandingkan dengan olahan hewani. Olahan hasil nabati adalah olahan
atau makanan yang berasal dari tanaman (dapat berupa akar, batang, dahan,
daun, bunga, buah atau beberapa bagian dari tanaman bahkan keseluruhannya).
Contoh dari olahan hasil nabati seperti susu keledai, tahu, sari buah, selai, dan
lain-lain.
Setiap melakukan pengolahan maka akan menghasilkan produk dan
limbah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) limbah adalah bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama
dalam pembuatan atau pemakaian. Secara garis besar, limbah dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, pertama limbah organik, limbah anorganik dan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3).
Pada diktat ini, akan dibahas mengenai klasifikasi dan sifat limbah serta
pemanfaatan limbah olahan nabati. Pemanfaatan limbah olahan nabati dibuat
berdasarkan limbah yang dihasilkan dari produksi olahan nabati di daerah sekitar
Kabupaten Banjarnegara bagian atas (Kecamatan Karangkobar, Kecamatan
Wanayasa dan Kecamatan Batur). Produk yang menjadi salah satu ciri khas
Kabupaten Banjarnegara adalah manisan carica. Manisan carica sangat mudah
dicari dan didapat. Manisan carica merupakan produk nabati yang berasal dari
buah carica, buah tersebut tumbuh di Dieng Kabupaten Banjarnegara. Pada
proses produksinya manisan carica ini menghasilkan limbah yang
pemanfaatannya masih kurang yaitu biji carica.
Satu produk olahan nabati yang diproduksi secara kontinyu adalah tahu.
Setiap kecamatan di Banjarnegara bagian atas memiliki home industry tahu. Oleh
karena itu, bisa kita ketahui bahwa limbah tahu berupa ampas tahu sangat
berlimpah. Pemanfaatan dari ampas tahu juga sekedar untuk pakan ternak saja.
Pemanfaatan limbah olahan nabati merupakan kegiatan produksi dengan
bahan dasar limbah dari suatu produksi yang dapat menghasilkan berbagai jenis
produk olahan selai, dodol, nugget, keripik atau kerupuk dan lain-lain.
Pemanfaatan limbah olahan nabati ini dimulai dari memahami jenis-jenis limbah,
pemanfaatan limbah yang memiliki nilai jual, pengemasan dengan pelabelannya,
perencanaan biaya, dan pemasaran.
Adanya pemanfaatan limbah yang ada di daerah sekitar, dharapkan
peserta didik menjadi bersemangat untuk belajar. Selain itu, bisa menjadi jalan
peserta didik untuk berwirausaha. Produk yang tidak ada nilainya menjadi
memiliki nilai jual.
1
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari diktat ini, peserta didik diharapkan dapat:
1. Mengetahui kalsifikasi jenis limbah
2. Mengevaluasi limbah olahan nabati
3. Melakukan pemanfaatan limbah dari olahan nabati manisan carica dan
tahu
2
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Klasifikasi Limbah
Tujuan pembelajaran
A. Klasifikasi Limbah
Limbah bisa diartikan sebagai bahan yang dibuang dari proses suatu
pengolahan. Pada suatu proses pengolahan akan menghasilkan suatu limbah.
Limbah dapat berasal dari pra pengolahan seperti pada proses sortasi yang
menghasilkan limbah berupa kulit, biji, atau ranting. Limbah dari pengolahan
misalnya pada pembuatan tahu akan menghasilkan ampas tahu. Limbah dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber berasal, wujud, senyawa.
1. Limbah Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumber limbah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
limbah domestik dan non domestik.
a. Limbah domestik
Limbah domestik merupakan yang dihasilkan dari sisa
kegiatan rumah tangga, sekolah pasar dan tempat-tempat umum.
Contohnya: botol plastik, sisa makanan, kaleng, air sabun, dan lain-lain.
3
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
Contoh dari limbah non domestik seperti jerami, kotoran ternak, dan lain-
lain.
4
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
karena itu mudah sekali busuk dengan menimbulkan masalah polusi udara
(bau) dan polusi air. Pengelolaan limbah cair yang umum dilakukan adalah
perlakuan primer, sekunder dan tersier (penjelasannya pada pokok
bahasan mengelola limbah secara fisik).
5
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
Limbah anorganik tidak mudah hancur atau lapuk. Sebagian zat anorganik
secara keseluruhan bahkan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang
sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.
c. Limbah Bahan Bahaya Beracun (B3)
Pengertian Limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan atau usaha yang
mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi
ataupun jumlahnya dapat merusak dan mencemari sekaligus
membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang agar tidak
mencemari lingkungan dan merusak kesehatan makhluk hidup. Namun,
tidak semua limbah diolah untuk dibuang akan tetapi ada pula limbah yang
diolah untuk digunakan kembali bahkan dijadikan sebuah produk yang
bermanfaat.
B. Sifat-sifat Limbah
Dari ketiga jenis atau wujud limbah pertanian, limbah jenis cair yang perlu
diketahui sifat-sifatnya supaya penanganannya limbah cair tersebut dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Jadi dalam diktat ini hanya dibahas sifat-
sifat limbah cair yang dihasilkan dari industri pertanian. Sifat-sifat limbah cair
industri pertanian dibedakan menjadi tiga bagian besar yaitu: Sifat fisik, sifat
kimiawi dan sifat biologis.
1. Sifat fisik
Penentuan derajat kekotoran air limbah pertanian sangat dipengaruhi
oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting
adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau
dan warna dan juga temperatur. Jumlah endapan pada contoh air merupakan
sisa penguapan dari contoh air limbah pertanian pada suhu 103-1050C.
Beberapa komposisi air limbah akan hilang apabila dilakukan
pemanasan secara lambat. Jumlah total endapan terdiri dari benda-benda
yang mengendap, terlarut, tercampur. Untuk melakukan pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan mengadakan pemisahan air limbah dengan
memperhatikan besar-kecilnya partikel yang terkandung di dalamnya.
Sifat fisik yang umum diuji dari limbah cair dianataranya: suhu, pH,
warna bau, rasa, nilai BOD atau COD, jumlah padatan, pencemaran
mikroorganisme pathogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan
kandungan bahan radioaktif. Namun, pada diklat ini sifat fisik yang akan
dibahas hanya berupa nilai pH, suhu, warna dan bau dari limbah cair.
a. Nilai pH
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-8,
sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda
tergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik
pengalengan mempunyai pH 6.2-7.6, air buangan pabrik susu dan produk-
produk susu biasanya mempnyai pH 5.3-7.8, air buangan pabrik bier
6
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
7
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
gandum seperti roti, donat. Selain itu ada juga nasi jagung, atau tortila jagung.
Sedangkan untuk produk olahan nabati berbahan dasar kacang-kacangan seperti
tempe, tahu, kecap dan oncom. Produk olahan nabati yang akan dibahas
diantaranya manisan carica dan tahu. Dua produk tersebut merupakan produk
nabati yang mudah dicari di daerah Kabupaten Banjarnegara.
Pengelolaan limbah (cair, padat dan gas) diperlukan untuk meningkatkan
pencapaian tujuan pengelolaan limbah (pemenuhan peraturan pemerintah), serta
untuk meningkatkan efisiensi pemakain sumber daya. Secara umum, pengelolaan
limbah merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi (reduction),
pengumpulan (collection), penyimpangan (storage), pengangkutan
(transportation), pemanfaatan (reuse, recycling), pengolahan (treatment),
dan/atau penimbunan (disposal).
Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang atau
dikonversikan ke produk lain yang berguna. Limbah yang dapat dikonversikan ke
produk lain, misalnya limbah dari industri pangan salah satunya limbah olahan
nabati. Limbah tersebut biasanya masih mengandung: serat, karbohidrat, protein,
lemak, asam organik, dan mineral, sehingga dapat mengalami perubahan secara
biologis dan dapat dikonversikan ke produk lain seperti: energi, pangan, pakan,
dan lain-lain.
Limbah olahan nabati menjadi salah satu bagian lingkungan yang paling
dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, apalagi limbah olahan nabati rumah
tangga yang secara umum belum dikelola dengan baik. Jika penanganan limbah
yang dihasilkan industri seperti industri rumah tangga tidak tepat, maka limbah
dapat menurunkan kualitas dari lingkungan sekitarnya dan akhirnya dapat
merugikan ekosistem. Oleh karena itu, maka pengelolaan limbah menjadi suatu
kewajiban yang harus dilakukan dan tidak bisa dihindari oleh para pemilik dan
pengelola industri.
Tingginya produksi limbah industri terjadi akibat perkembangan
industrialisasi. Perkembangan industri di Indonesia saat ini menunjukkan
terjadinya kemajuan pesat dibidang ekonomi. Perkembangan ini tidak hanya
terjadi di skala industri besar tetapi juga terus merambah sampai di tingkat
industri kecil seperti industri rumah tangga (home industry). Dampak yang
ditimbulkan pun beragam mulai dari dampak positif seperti peningkatan
pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja, serta dampak negatif berupa
meningkatnya jumlah limbah.
Kerusakan bahan pangan dan upaya memperpanjang daya simpan pangan
dan produknya dapat dilakukan dengan teknologi pengawetan. Upaya ini
dilakukan ketika suatu bahan pangan diproduksi berlimpah, missal saat panen
raya maupun ketika bahan pangan mudah rusak. Pengawetan juga dapat
dilakukan pada bahan hasil samping produksi suatu pangan seperti bekatul,
limbah tahu, limbah tempe, kulit pisang dan sebagainya.
Indonesia telah beratus tahun lalu mengenal teknologi sederhana di
bidang pangan, yaitu: pengasapan, pengeringan dan penggaraman.
Teknologi pengawetan dapat diterapkan pada limbah, yaitu:
8
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
1. Pembekuan
Pembekuan merupakan penyimpanan bahan pangan dalam
keadaan beku untuk mempertahankan kualitas dan memperbaiki
penampilan makanan. Suhu pembekuan yang digunakan adalah dibawah
0oC.
2. Pengeringan
Pengeringan yaitu suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan melalui penggunaan energi
panas baik alami (sinar matahari) maupun buatan (cabinet dryer).
Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume
bahan menjadi lebih kecil sehingga menguntungkan dalam penyimpanan,
pengepakan dan tranportasi.
3. Fermentasi
Fermentasi merupakan teknologi pengolahan menggunakan
bantuan bahan lain berupa mikroorganisme baik jamur maupun bakteri.
Pangan hasil fermentasi telah memiliki sifat yang berbeda dengan bahan
asalnya dan hal ini menguntungkan karena meningkatkan beberapa zat
gizi dan zat bermanfaat lain. Di Indonesia, fermentasi telah lama dilakukan
dalam pembuatan tempe, kecap, tauco, ikan pindang dan tape.
LEMBAR KERJA
C. Langkah Kerja
1. Setiap kelompok menyiapkan 1 set alat bahan.
2. Klasifikasikan contoh bahan berdasarkan jenis limbah.
3. Buatlah klasifikasi menurut tabel petunjuk.
4. Masukkan limbah cair pada tabung reaksi masing-masing 10 ml
5. Untuk limbah cair lakukan pengamatan suhu dan pH.
9
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
D. Hasil Pengamatan
1. Tabel Klasifikasi
Contoh Bahan Jenis Limbah
1. Limbah Manisan Carica
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
2. Limbah Pengolahan Tahu
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
3. Limbah Kelapa
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
4. Limbah Keripik Klatak
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
- ……………………………….
E. Pembahasan
1. Berdasarkan data pengamatan, yang termasuk limbah padat adalah
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
………………………………………………………………………………………………….………………………………………………….
10
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
SOAL LATIHAN
11
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Tujuan pembelajaran
A. Manisan Carica
12
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
membuat sirup manisan karena rasanya yang manis namun sedikit asam dan
memiliki aroma yang khas.
13
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
Biji carica memliki aroma wangi yang khas yang berasal dari selaput yang
menyerupai lendir. Menurut Sugiyarto (2013) Selaput biji buah carica masak
memiliki kandungan lemak 0,18%, protein 1,06%, karbohidrat 3,93%, mineral 0,50%
dan vitamin C 69,30%. Ternyata selaput biji carica mengandung vitamin C yang
cukup tinggi.
Pada diktat ini akan dibahas mengenai lebih lanjut pemanfaatan biji carica
sehingga memiliki nilai jual. Pemanfaatan biji carica menjadi sirup, permen jelly
dan dodol diharapkan dapat memberikan nilai jual pada biji carica.
1. Sirup
14
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
15
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
g. Sterilisasi
Jika menggunakan botol kaca maka dikukus menggunakan air
mendidih (100oC) sampai 35 menit. Tujuan dari steriliasai ini agar
membunuh semua mikroorganisme sehingga umur simpan sirup menjadi
lebih lama. Jika menggunakan botol plastik maka dilakukan proses
pasteurisasi direbus menggunakan air dengan suhu 55-63oC selama 30
menit. Ketebalan kemasan plastik sangat mempengaruhi ketika proses
pasteurisasi.
Biji Carica
Ekstraksi (1:2)
Penyaringan I
Perebusan
Penyaringan I
Gula Pasir
Pemasakan
55%
Penyaringan II
Pengemasan
Sterilisasi
Sirup Biji
Carica
Gambar 2.6 Diagram Alur Pembuatan Sirup Biji Carica
2. Permen Jelly
Permen merupakan makanan yang banyak peminatnya terutama
anak-anak. Permen terbuat dari bahan utama berupa gula dan air dan bahan
pembantu antara lain pewarna, bahan cita rasa dan bahan tambahan lainnya.
Permen jelly dibuat dengan memasak gula sampai mencapai padatan yang
diinginkan, kemudian dilakukan penambahan bahan-bahan pembentuk gel
(gelatin, agar, pektin dan karagenan) lalu ditambah cita rasa dan warna dan
akhirnya dicetak.
16
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
17
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
d. Pemasakan
Pemasakan dilakukan sampai mendidih. Ketika proses
pemasakan ini harus diaduk terus menerus sehingga gula terlarut
sempurna.
e. Pendinginan
Adonan permen jelly dimasukkan ke Loyang kemudian di diamkan
sampai benar-benar dingin.
f. Pemotongan
Permen jelly dipotong kecil-kecil agar memudahkan proses
pengeringan.
g. Pengeringan
Permen jelly dikeringkan sampai muncul Kristal-kristal keci.
Pengeringan harus benar-benar agar permukaan kering sempurna.
Sehingga permen yang dihasilkan tidak lengket.
Biji Carica
Perebusan (1:4)
Penyaringan
Pencampuran
Pemasakan
Pendinginan
Pemotongan
Pengeringan
Permen Jelly
Biji Carica
3. Dodol
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) definisi dodol adalah
makanan yang dibuat dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula dengan
atau tanpa penambahan bahan makanan dan bahan lain yang diziinkan. Dodol
18
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
merupakan salah satu jenis produk olahan hasil nabati yang bersifat semi
basah, berwarna putih sampai cokelat, dibuat dari campuran tepung ketan,
gula, dan santan.
19
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
dengan cara ditambahkan sari biji carica. Tepung diaduk sampai benar-
benar larut.
c. Pencampuran
Adonan, gula pasir, dan sari biji carica di aduk sampai tercampur
rata kemudian dimasak.
d. Pemasakan
Pemasakan menggunakan api sedang sambil diaduk, sampai
adonan liat, berminyak dan tidak lengket di wajan.
e. Pencetakan
Adonan dodol masak dimasukkan ke dalam wadah yang sudah di
alasi plastik.
f. Pengemasan
Dodol yang telah dingin dan keras kemudian dipotong-potong.
Pengemasan dodol umumnya menggunakan kemasan plastik. Dodol
dikemas dengan berat 10 gr per kemasan.
Biji Carica
Perebusan (1:4)
Tepung Ketan
Penyaringan
Gula Pasir
Penggangsuran Sari Biji dan Minyak
Carica
Adonan
Pencampuran
Tepung
Pemasakan
Pencetakan
Pengemasan
Dodol Biji
Carica
20
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
LEMBAR KERJA
21
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
D. Hasil Praktikum
No. Kriteria Mutu Hasil
1. Aroma
2. Rasa
3. Viskositas
4. Warna
5. Endapan
E. Pembahasan
1. Berapa jumlah sirup yang dihasilkan?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
2. Bagaimana viskositas dari sirup biji carica yang dibuat? Apa yang
mempengaruhi viskositas sirup biji carica?
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
3. Jelaskan titik kritis pada pembuatan sirup biji carica terdapat pada
tahapan!
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
4. Mengapa harus dilakukan proses pasteurisasi?
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
F. Kesimpulan
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
22
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
LEMBAR KERJA
C. Langkah Kerja
1. Timbang semua bahan sesuai dengan formulasi.
2. Rebus biji carica dan air sampai selaput biji carica mengapung.
3. Saring biji carica, kemudian ditimbang sari biji carica sebanyak 1 liter.
4. Gula pasir, agar-agar, dan nutrijel dicampur sampai merata kemudian
masukan sari biji carica yang sudah dingin.
5. Lakukan pemasakan dengan api sedang sambil diaduk-aduk sampai
mendidih.
6. Masukan adonan permen ke dalam Loyang
7. Diamkan sampai padat
8. Potong adonan permen yang sudah padat dengan ukuran 2 x 2 cm
9. Adonan permen dikeringkan menggunakan cabinet dryer atau sinar
matahari.
10. Setelah kering permen jelly ditimbang kemudian dicatat.
11. Permen jelly dikemas dan diberi label sesuai dengan prinsip AIDAS.
23
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
D. Hasil Praktikum
No. Kriteria Mutu Hasil
1. Aroma
2. Rasa
3. Tekstur
4. Warna
E. Pembahasan
1. Berapa jumlah permen jelly yang dihasilkan?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
2. Bagaimana tekstur dari permen jelly biji carica yang dibuat? Apa yang
mempengaruhi tekstur permen jelly biji carica?
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
3. Titik kritis pada pembuatan permen biji carica terdapat pada tahapan apa?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………....
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
…………………………………………………………………………………….………………………………………………….……………
4. Mengapa permen jelly bisa bertahan lama tanpa adanya penambahan
bahan pengawet?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
F. Kesimpulan
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
24
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
LEMBAR KERJA
25
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
D. Hasil Praktikum
No. Kriteria Mutu Hasil
1. Aroma
2. Rasa
3. Tekstur
4. Warna
E. Pembahasan
1. Berapa jumlah dodol kemasan yang dihasilkan?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
2. Bagaimana tekstur dari dodol biji carica yang dibuat? Apa yang
mempengaruhi tekstur dodol biji carica?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
3. Titik kritis pada pembuatan dodol biji carica terdapat pada tahapan apa?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
4. Mengapa dodol bisa bertahan lama tanpa adanya penambahan bahan
pengawet?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
F. Kesimpulan
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
SOAL LATIHAN
26
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
Tujuan pembelajaran
A. Tahu
(a) (b)
Gambar 3.1 (a) Tahu Putih (b) Tahu Kuning
27
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
tidak segera ditangani dengan cepat. Ampas tahu akan mulai menimbulkan
bau yang tidak sedap 12 jam setelah dihasilkan (Suprapti, 2005). Limbah padat
atau disebut ampas yang dihasilkan belum dirasakan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak sapi. Namun, jika dalam jumlah yang banyak dan tanpa ada
pemanfaatan ampas tahu ini juga akan memberikan dampak negatif untuk
lingkungan sekitarnya.
28
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
29
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
Ampas
Tahu
Pengukusan
Pengepresan
Pengeringan
Penggilingan
Pengayakan
Tepung
Ampas Tahu
30
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
31
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
j. Penirisan
Penirisan bertujuan agar kerupuk yang dihasilkan tidak
mengandung banyak minyak. Selain itu, agar kerupuk tahan lama dan
tidak mudah tengik.
Ampas
Tahu
Pengepresan
Pengukusan I
Air, Tapioka,
bumbu
halus, soda Pencampuran
kue
Pengulenan
Pengukusan II
Pendinginan
Pengirisan
Pengeringan
Penggorengan
Penirisan
Kerupuk
Ampas Tahu
32
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
mengolah limbah tahu menjadi bernilai jual. Nugget ampas tahu merupakan
olahan beku (frozen food) sehingga umur simpannya akan lebih lama. Frozen
food sedang banyak peminatnya karena seiring dengan kesibukan masyarakat
dalam bekerja, adanya frozen food mempermudah ketika memasak.
33
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
d. Pemotongan
Pemotongan dilakukan jika adonan sudah dingin. Adonan
dipotong sesuai keinginan.
e. Batter dan Breading
Perekat tepung (batter) adalah campuran yang terdiri dari air,
tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan
produk sebelum dimasak. Pelumuran tepung roti (breading) merupakan
bagian yang paling penting dalam proses pembuatan produk pangan beku
dan industri pangan yang lain. Coating adalah tepung yang digunakan
untuk melapisi produk–produk makanan dan dapat digunakan untuk
melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpangan.
Breading dapat membuat produk menjadi renyah, enak dan lezat. Nugget
termasuk salah satu produk yang pembuatannya menggunakan batter
dan breading.
Ampas
Tahu
Penyangraian
Telur, Terigu,
Bumbu Pencampuran
Halus
Pengukusan
Pemotongan
Penggorengan
Penirisan
Nugget
Ampas Tahu
f. Penggorengan
Penggorengan awal (pre-frying) adalah langkah yang terpenting
dalam proses aplikasi batter dan breading. Tujuan penggorengan
34
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
C. Langkah Kerja
1. Ampas tahu basah dikukus selama 20 menit.
2. Ampas tahu dipres sampai kadar airnya berkurang.
3. Ampas tahu kemudian diratakan pada Loyang.
4. Lakukan pengeringan menggunakan cabinet dryer.
5. Lakukan pengecilan ukuran menggunakan mesin penepung atau blender
sampai halus.
6. Ayak tepung ampas tahu, ambil tepung yang halus kemudian timbang.
7. Amatilah tepung ampas tahu yang dihasilkan.
8. Lakukan pengemasan dan beri label sesuai prinsip AIDAS.
35
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
D. Hasil Pengamatan
No. Kriteria Mutu Hasil
1. Aroma
2. Rasa
3. Tekstur
4. Warna
E. Pembahasan
1. Berapa rendemen tepung yang dihasilkan?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
2. Jelaskan tujuan dari pengeringan pada pembuatan tepung ampas tahu!
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
3. Berikan contoh pemanfaatan tepung ampas tahu!
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
F. Kesimpulan
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….……………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
LEMBAR KERJA
36
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
C. Langkah Kerja
1. Ampas tahu basah dipres / peras menggunakan kain saring/serbet.
2. Ampas tahu basah dikukus selama 20 menit.
3. Haluskan bawang putih dan udang kering.
4. Campur ampas tahu, tapioka, bumbu halus, garam, gula pasir, dan soda
kue.
5. Lakukan pengulenan sampai adonan kalis.
6. Masukan adonan ke dalam loyang kemudian kuku selama 2 jam.
7. Adonan kerupuk yang sudah matang di dinginkan sampai benar-benar
kering (± 1 hari)
8. Adonan kerupuk yang sudah kering bertekstur keras dan dapat dipotong.
9. Iris adonan kerupuk kering dengan ketebalan 2-3 mm. hasil irisan disebut
kerupuk basah.
10. Kerupuk basah diletakan pada loyang kemudian di keringkan
menggunakan cabinet dryer.
11. Timbang jumlah kerupuk kering kemudian catat.
12. Goreng kerupuk kering menggunakan minyak banyak.
13. Lakukan pengujian mutu pada kerupuk ampas tahu.
14. Lakukan pengemasan dan beri label sesuai dengan Prinsip AIDAS.
D. Hasil Pengamatan
No. Kriteria Mutu Hasil
1. Aroma
2. Rasa
3. Tekstur
4. Warna
5. Penampakan
E. Pembahasan
1. Apa fungsi dari tapioka pada pembuatan kerupuk?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
37
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
38
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
C. Langkah Kerja
1. Timbang semua bahan yang diperlukan.
2. Ampas tahu dipres terlebih dahulu sampai kadar airnya berkurang.
3. Haluskan bawang putih, bawang merah, garam, dan merica bubuk.
4. Campur ampas tahu, telur, terigu sebanyak 120 gr dan bumbu halus
kemudian aduk sampai tercampur rata.
5. Masukkan adonan nugget kedalam Loyang yang sudah diolesi minyak.
6. Kukus adonan nugget selama 20 menit.
7. Diamkan adonan sampai dingin.
8. Potong nugget dengan ukuran 3 x 4 cm.
9. Buatlah adonan celupan yang terdiri dari sisa terigu 130 gr dan air.
10. Adonan celupan diaduk sampai tercampur rata.
11. Celupkan potongan nugget ke dalam adonan terigu kemudian masukkan ke
tepung panir.
12. Timbang dan hitunglah jumlah nugget yang dihasilkan.
13. Lakukan penggorengan awal yaitu nugget digoreng selama 30 detik.
14. Amatilah kriteria mutu dari nugget yang dihasilkan.
15. Setelah dingin kemas nugget dan beri label sesuai dengan prinsip AIDAS.
16. Nugget kemudian dimasukkan ke dalam frezzer.
D. Hasil Pengamatan
No. Kriteria Mutu Hasil
1. Aroma
2. Rasa
3. Tekstur
4. Warna
E. Pembahasan
1. Jelaskan titik kritis dalam pembuatan nugget ampas tahu!
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
2. Jelaskan fungsi dari terigu pada pembuatan nugget ampas tahu?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
3. Jelaskan fungsi dari telur pada pembuatan nugget ampas tahu?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
4. Bagaimana caranya agar nugget ampas tahu bertahan lama?
………………………………………………………………………………………………………………………………………..……………
……………………………………………………………………….………………………………………………….…………………………
………………………………………………………….………………………………………………………………………………………….
39
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
F. Kesimpulan
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….……………
………………………………………………………………………………………………………………………………….…………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
SOAL LATIHAN
40
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
41
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
42
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
43
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
DAFTAR PUSTAKA
Afrisanti, D.W. (2010). Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci
dengan Penambahan Tepung Tempe. [Online]. Tersedia:
https://eprints.uns.ac.id/6798/1/172181512201011221.pdf [14 Oktober 2020]
Fransiska dan Deglas Welly (2017) Pengaruh Penggunaan Tepung Ampas Tahu
Terhadap Karakteristik Kimia Dan Organoleptik Kue Stick. [Online].
Tersedia: https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/Teknologi-
Pangan/article/view/905/775 [14 Oktober 2020]
Satuhu, S dan Sunarmani. (2004). Membuat Aneka Dodol Buah. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sugiyarto, dkk. (2013). Analisis Komparasi Kandungan pada Salut Biji dan Daging
Buah Carica (Carica pubescens) asal Desa Sembungan, Dataran Tinggi
Dieng. [Online]. Tersedia:
http://pbi.bio.unsoed.ac.id/?q=id/content/analisis-komparasi-
kandungan-gizi-pada-salut-biji-dan-daging-buah-carica-carica-
pubescens [14 Oktober 2020]
44
Pemanfaatan Limbah Olahan Hasil Nabati
Wati, Rahma. (2013). Pengaruh Penggunaan Tepung Ampas Tahu sebagai Bahan
Komposit terhadap Kualitas Kue Kering Lidah Kucing. [Online]. Tersedia:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsc [15 Oktober 2020]
Winarno, F G. (1997). Kimia, Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
45