Anda di halaman 1dari 29

I.

PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia

kecil dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-anaknya. Disamping

sebagai penghasil daging yang baik, domba juga dapat menghasilkan kulit yang

dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan industri kulit, selain itu juga

dapat menghasilkan bulu (wool) yang sangat baik untuk keperluan bahan sandang

( tekstil ). Domba juga merupakan komponen penting dalam berbagai sistem

pertanian dari peternak berskala kecil di Indonesia. Selain sebagai sumber

pendapatan domba juga berfungsi sebagai tabungan, sumber pupuk, sumbangan

untuk fungsi keagamaan dan sebagai status sosial.

Domba merupakan produk ternak sumber protein hewani yang sangat

penting dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat. Sedangkan sumber daya

manusia yang sehat diperlukan dalam pembangunan nasional yang

berkesinambungan ( Harjosubroto dan Astuti, 1993 ).

Menurut Sarwono ( 1991 ) domba sangat digemari untuk diternak karena

ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, mudah perawatannya, cepat sekali

perkembangbiakannya dan cepat pertumbuhannya. Oleh karena itu domba sudah

sejak lama dipelihara masyarakat karena pemeliharaannya yang relatif mudah.

Pemeliharaannya yang sederhana, tidak memerlukan tempat yang luas serta

tenaga yang banyak. Perkembangbiakan domba tergolong cepat karena dalam

waktu 1,5 tahun sudah beranak dan apabila pemeliharaan domba dimulai dari 10

1
2

bulan, maka dalam waktu 2 tahun dapat beranak 3 kali. Kenyataan ini

menunjukkan bahwa peternak rakyat memegang peranan penting sebagai potensi

dasar guna perkembangan produksinya. Potensi ini sangat disayangkan

apabila tidak didukung oleh teknologi perbaikan sehingga kontribusi terhadap

pendapatan kurang memadai.

Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari beternak domba, namun

pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami

hambatan karena pemeliharaan domba masih dilakukan secara tradisional.

Pemberian pakannya pun hanya sekedarnya saja tanpa memperhitungkan.

kebutuhan standar gizi. Pemeliharaan domba dan kambing secara tradisional ini

jelas kurang menguntungkan karena tidak dapat diharapkan berproduksi secara

maksimal.(domba tetap kurus dan kecil). Hal ini disebabkan karena tidak adanya

pengawasan yang baik tentang makanan, baik jumlahnya maupun kualitasnya.

Disinyalir peternakan domba rakyat dari beberapa pengamatan dan laporan

bahwa ketersediaan pakan sepanjang tahun masih terbatas khususnya kebutuhan

gizinya ( Wahyono dkk, 2001 ). Hal ini menunjukkan bahwa peternak domba

umumnya belum mengetahui dan menerapkan pemberian pakan atas dasar

kebutuhan gizinya. Permasalahan lain dalam usaha pemeliharaan domba adalah

skala usaha belum tercapai skala ekonomi, sehingga masih sebagai usaha

sambilan.

Keberhasilan dalam usaha ternak domba diantaranya ditentukan oleh

perkandangan yang baik, pakan yang cukup dan bermutu serta tata laksana

pemeliharaan ( Sugeng, 1985 ). Sebab dengan adanya perkandangan dan makanan


3

yang baik serta memenuhui syarat kesehatan secara langsung akan memudahkan

dalam pengawasan ternak baik produksi maupun reproduksi serta pengontrolan

terhadap penyakit. Dengan perkandangan yang baik serta makanan yang bergizi

akan memperbaiki konversi pakan, pertumbuhan dan kesehatan ternak ( Mulyono,

1998 ).

Pemeliharaan domba secara intensif adalah pemeliharaan dalam kandang

yang sesuai dengan persyaratan teknis. Pemberian pakan ( ransum ) harus sesuai

standar kebutuhan zat gizi ternak dan disediakan dalam jumlah yang cukup

banyak. Dengan pemeliharaan intensif, domba yang dipelihara dapat menjadi

lebih produktif. Selain itu, pemeliharaan secara intensif dapat memudahkan

pemeliharaan seperti pemberian pakan dan minum, pembersihan kandang,

pengawasan dan perawatan terhadap hewan yang sakit, dapat lebih menghemat

tenaga kerja, dan kesehatan ternak yang dipelihara lebih terjamin.

Melihat keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari pemeliharaan domba

tersebut diatas, maka usaha secara tradisional perlu ditinggalkan dan usaha

diarahkan kearah komersial. Secara umum dapat dilihat bahwa produktifitas

ternak domba sampai saat ini masih rendah, hal ini disebabkan pemeliharaanya

masih tradisional, masih dalam skala kecil, kurang berorientasi kepasar

merupakan salah satu faktor rendahnya tingkat pendapatan ternak.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah bagaimana

manajemen penggemukan ternak domba di Peternakan milik Bapak OON

FURQON.
4

II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan Praktek Kerja Lapang

Tujuan Praktek Kerja Lapang adalah untuk mengetahui dan mempelajari

serta menambah keterampilan tentang manajemen penggemukan ternak domba

dipeternakan milik Bapak OON FURQON.

2.2. Manfaat Praktek Kerja Lapang

Manfaat dari Praktek Kerja Lapang adalah

1. Mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tentang tata laksana

pemeliharaan penggemukan domba pada kondisi sebenarnya dilapang.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan lebih lanjut untuk usaha

penggemukan domba dalam hal tata laksana proses produksi

penggemukan domba.

4
5

III. KHALAYAK SASARAN

Khalayak sasaran dari PKL ini adalah peternakan domba milik Bapak

OON FURQON dengan jumlah 60 ekor domba jantan.

Variabel yang diamati :

1. Kondisi Umum Peternakan

2. Pengadaan bibit

3. Pemberian Pakan dan Minum

4. Kandang dan Perlengkapan Kandang serta Sanitasinya

5. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

6. Pemasaran

5
6

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1. Realisasi Kegiatan.

Lokasi Praktek Kerja Lapang adalah di peternakan milik Bapak OON

FURQON di Dusun Babakan Desa Ngenep Karangploso. Kegiatan ini

berlangsung dari tanggal 01 Oktober sampai 01 November 2007, dengan materi

yang digunakan adaalah ternak domba kampung (asli Indonesia) sebanyak 36

ekor.

Adapun metode yang digunakan adalah studi kasus (Suribrata, 1983),

pendekataan untuk memperoleh data dengan cara wawancara serta ikut terlibat

langsung dalam manajemen penggemukan ternak domba. Variable yang diamati

dalam pelaksanaan PKL ini adalah:

1. Kondisi umum

2. Pengadaan bibit

3. Kandang dan perlengkapan kandang serta sanitasinya

4. Pemberian pakan dan minum

5. Pengendalian dan pencegahan penyakit

4.2. Kondisi Umum

Peternakan milik Bapak OON FURQON berdiri pada tahun 1998. lokasi

ini terletak di Karangploso, tepatnya di Dusun Babakan, Desa Ngenep ± 5 km dari

kantor kecamatan Karangploso. Luas lahan selurunya adalah 20.640 m² yang

6
7

mana sebagian digunakan padang penggembalaan, perkandangan, gudang,

perumahan dan jalan, secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Areal Lahan Peternakan

No Lokasi Luas

1 Kantor/Perumahan 100 m²
2 Jalan Lokasi Peternakan 200 m²
3 Gudang 40 m²
4 Kandang 300 m²
5 Padang Pengembalaan 20.000 m²
Total 20.640m2

4.3. Pengadaan Bibit

Domba yang akan dijadikan bibit diseleksi terlebih dahulu yang dilakukan

dengan melihat kemurnian bangsa, warna asli dan ukuran badan. Untuk calon

pejantan memiliki kriteria, fisik normal yaitu sehat dan tubuh besar (sesuai

umurnya), aktif dan besar nafsu kawinya, buah zakar normal, alat kelamin kenyal

dan dapat ereksi, bulu besar dan mengkilap, punggung rata, tumit tinggi, kaki

lurus dan kuat, dada dalam dan lebar, serta keturunan satu atau dua.

Bibit domba dipeternakan ini diperoleh dari luar atau dari pasar, domba

tersebut berumur 8 bulan sampai 1 tahun. Domba tersebut merupakan jenis ekor

gemuk dengan bobot baban 15-20 kg yang dibeli dengan harga Rp 12.500/kg BH.

4.4. Pemberian Pakan dan Minum

Pemberian pakan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena jika

pemberian pakan ini kandungan gizinya kurang maka akan defisiensi zat gizi yang

terkandung didalam pakan dan akan terserang penyakit.


8

Dipeternakan milik bapak OON FURQON ini pakan yang diberikan

adalah pakan Complete Feed dengan cara pemberianya secara ad-libitum.

Frengkuensi pemberian pakan Complete Feed diberikan dua kali sehari yaitu

pagi jam 07.00 dan sore jam 15.00. komposisi makanan yang terkandung dalam

pakan Complete Feed adalah protein, karbohidrat, dan mineral. Selain pakan

Complete Feed juga diberikan pakan hijauan seperti rumput gajah, bekatul, tetes

tebu/molasis. Jenis hijauan tersewbut tidak langsung diberikan tetapi dilayukan

terlebih dahulu dan diberikan secara ad-libitum. Untuk pemberian air minum pada

ternak domba juga diberikan secara ad-libitum. Jika air minum telah habis maka

harus diganti dengan air minum yang baru dan bersih.

Pemberian pakan (ransum) dipeternakan milik bapak OON FURQON ini

sudah sesuai dengan standar kebutuhan gizi ternak dan disediakan dalam jumlah

yang cukup banyak sehingga kebutuhan ternak terpenuhi. Pemberian pakan

dengan menggunakan pakan complete feed ini sudah dilakukan dengan baik,

sehingga pertambahan bobot badan domba meningkat 150 g/ekor/hari.

4.5. Kandang dan Perlengkapan kandang serta Sanitasinya

Kandang merupakn suatu sarana produksi yang penting dalam suatu usaha

peternakan. Kandang merupakn tempat yang nyaman bagi kehidupan ternak untuk

menjalankan aktifitasnya dengan baik sebagai tempat tinggal, makan dan minum,

tempat perkawinan maupun tempat berproduksinya. Sanitasi kandang bertujuan

mencega berbagai macam penyakit dan parasit yang dapat merugikan usaha

peternakan, misalnya menurunnya produksi daging. Sanitasi tersebut meliputi


9

kebersihan kandang, kebersihan peralatan (tempat pakan, tempat minum dan lain-

lain), dan kebersihan lingkungan sekitarnya.

Tipe kandang domba yang digunakan adalah tipe kandang yang berkolong

atau panggung, yang terbuat dari kayu dan dindingnya setengah terbuka, yang

mana pada kandang tersebut mempunyai ketinggian kolong 73 cm dari permukaan

tanah, panjang 33 m, lebar 7 m, seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Bentuk Kandang

Kandang tersebut merupakan kandang kelompok. Untuk memudahkan

tatalaksana pemeliharaan sehari-hari maka kandang tersebut terbagi atas beberapa

sekat dan setiap sekat diisi 10 ekor domba. Sekat tersebut mempunyai ukuran

panjang 3 meter, lebar 2,2 meter dan tinggi 1,5 meter.

Bahan yang digunakan untuk membentuk atap kandang ternak domba

adalah genteng, yang mana atapnya bersitem gable dan dindingnya menggunakan

papan dengan bentuk dinding kandang tersebut setengah terbuka, sedangkan lantai
10

kandang terbuat dari belahan bambu dengan ukuran celah lantai 2 cm, sehingga

kotoran domba tersebut dengan mudah jatuh kebawah permukaan tanah.

Didalam kandang tersebut juga terdapat tempat pakan dan tempat minum.

Domba yang dipelihara dalam kandang secara terus menerus m,emerlukan tempat

pakan,tempat minum dan tempat penyimpanan atau persedian pakan.

Tempat pakan tersebut berbentuk palung yang terbuat dari papan yang

bagian bawahnya rata dan rapat sehingga bahan pakan yang diberikan tidak

tercecer atau jatuh ketanah. Bak pakan ini diletakkan pada dinding kandang

bagian dalam dengan ukuran lebar atas 40 cm, lebar bawah 20,2 cm, panjang 3 cm

dan dibuat celah 2,4 cm.

Tempat minum berfungsi sebagai tempat menyediakan air untuk

kebutuhan minum ternak. Dengan tersedianya tempat minum, maka kebutuhan air

bersih dapat terpenuhi sehingga ternak dapat terhindar dari berbagai ancaman

penyakit. Tempat minum yang digunakan adalah terbuat dari peralon yang

berukuran besar dan dapat menampung air yang banyak sehingga dapat memenuhi

kebutuhan ternak. Pada bagian sisi kiri dan kanan ditutup dengan dumpul

sehingga air tidak mudah merembes. Tempat pakan tersebut dipasang pada

dinding kandang bagian luar.

Ventilasi kandang pada kandang domba sudah cukup baik yang mana

memakai dinding setengah terbuka dan atap bertipe gable. Hal ini akan menjamin

sirkulasi udara dalam kandang selalu dalam keadaan segar atau tidak terlalu panas

dan diwaktu malam tidak kedinginan, sedangkan mengenai arah kandang

membujur timur-barat.
11

Untuk menjaga agar kuman, jamur dan bakteri tidak berkembang, kandang

diusahkan dibersihkan selalu secara rutin dan usahakan lantai kandang selalu

dalam keadaan kering. Sedangkan untuk kolong kandang yang berfungsi untuk

menampung kotoran air kencing dan sisa makanan dan rumput yang jatuh

kelantai, kotoran yang menumpuk dan basah akan mengakibatkan sarang

penyakit, parasit adan jamur yang membahayakan kesehatan ternak. Untuk

mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, kolong dibersikan 1-2 minggu sekali,

pindahkan kotoran tersebut kedalam lubang untuk persedian pupuk tanaman.

4.6. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang ternak domba adalah cacing,

Pink eyes (sakit mata), pilek/ingusan, menceret/diare.

1. Penyakit Cacingan

Cacing merupakan hewan parasit yang menyerang saluran pencernaan

ternak. Jenis cacing yang sering menginfeksi dombah adalah cacing bulat dan

cacing pita. Penularan penyakit cacing pada umumnya melalui rumput yang

menjadi sarang telur atau larva cacing dan dimakan oleh domba. Pengobatan

dilakukan dengan pemberian obat Monyl tiap 2 bulan sekali dan diberikan secara

rutin. Sedangkan untuk mencegah agar domba tidak terjangkit penyakit cacing

maka kandang diusahkan selalu dalam keadaan bersih dan kering dan hewan yang

telah terserang penyakit dipisahkan dari kelompok hewan yang sehat


12

2. Sakit Mata (Ping eyes)

Penyakit mata terjadi akibat peradangan selaput lendir mata yang dapat

disebabkan oleh bakteri dan virus. Penyakit ini dapat disebabkan oleh ujung

rumput yang mencocok mata domba disaat domba makan, debu, duri dan lain-

lain. Pengobatan yang dilakukan adalah matanya dibersihkan dengan Rivanol

setelah itu diteteskan atau disemprot Oxytetrasiclyn 1%.

Sedangkan untuk pencegahannya yaitu domba yang sakit mata saegera

dsipisahkan dengan domba yang sehat dan menjaga kebersihan kandang.

3. Pilek/ingusan

Pengobatan yaitu dengan cara disuntik Oxytetrasiclyn 1cc/10 kg BB dan

penyuntikan dilakuakn dipaha/pantat (Intra Maskuler). \

4. Mencret/Diare

Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan saluran

pencernaan (usus). Penyebabnya bermacam-macam, dapat berupa kuman

penyakit, terutama dari golongan bakteri, makanan, lingkungan, atau udara yang

dingin. Pengobatan dilakukan dengan cara diberi Trimeth 1 cc untuk 1 kg BB

dicekok. Untuk mencegah agar tidak menimbulkan mencret maka kandang

diusahakan selalu dalam keadaan kering dan bersih dan agar ternak lain tidak

terkena mencret maka domba yang terserang mencret segera dipisahkan dengan

dombah yang sehat.


13

4.7. Pemasaran

Di peternakan milik bapak OON FURQON ternak domba yang dipanen

atau yang sudah layak dipasarkan memiliki bobot badan minimal 20 kg keatas.

Ternak domba tersebut tidak dijual atau dipsarkan langsung kepasar tetapi ternak

tersebut diambil langsung oleh pembeli atau konsumen itu sendiri dikandang

dengan harga jual/kg Rp 15.000, 00. di peternakan ini waktu yang diperlikan

untuk penggemukan domba adalah 4 bulan dengan bobot akhir 20 kg keatas.


14

V. ANALISA DAN EVALUASI

5.1 Keadaan Umum

Peternakan milik bapak OON FURQON terletak di karangploso tepatnya

di Dusun Babakan Desa Ngenep ± 5 km dari Kantor Kecamatan Karangploso.

Lokasi ini sangat strategis sesuai dengan pendapat Cahyono, (1998) bahwa lokasi

peternakan harus jauh dari keramaian, tetapi tidak terlalu jauh dari pusat

pemasaran dan ketersedian pakan.

mengatakan bahwa dari segi kehidupan masyrakat lokasi peternakan

sebaiknya tidak sampai bau dan suara bising yang mengganggu ketenangan. Dan

lebih lanjut menurut Mulyono dan Sarwono, (2004) mengatakan lokasi peternakan

domba sebaiknya dijangkau oleh sarana transportasi sehingga mempermudahkan

dalam pengadaan pakan, mendapatkan alat dan bahan keperluan produksi dan

reproduksi dan penjualan hasil ternak, sehingga menguntungkan bagi usaha

peternakan .

Luas lahan peternakan milik bapak OON FURQON ini seluruhnya 20.640

Ha yang mana sebaginya digunakan untuk padang pengembalaan, tanah untuk

perkandangan, tanah untuk gudang dan exercise.

5.2. Pengadaan Bibit

Domba yang akan dijadikan bibit diseleksi terlebih dahulu yang dilakukan

dengan melihat kemurnian bangsa, warna asli dan ukuran badan. Untuk calon

pejantan memiliki kriteria panggung rata, tumit tinggi, testis normal, kaki lurus

14
15

dan kuat, dada dalam dan lebar, sehat dan tubuh besar (sesuai umurnya), alat

kelamin kenyal dan dapat ereksi, buah zakar normal serta aktif dan besar nafsu

kawinnya.

Bibit domba dipeternakan ini diperoleh dari luar atau dari pasar. Domba

tersebut berumur 8 bulan sampai 1 tahun. Domba tersebut merupakan jenis domba

ekor gemuk dengan bobot badan 15-20 kg yang dibeli dengan harga Rp 12.500/kg

BH.

5.3. Pemberian Pakan dan Minum

Pakan merupakan bahan makanan ternak yang berupa bahan kering dan

air. Bahan makanan ini harus diberikan pada ternak sebagai kebutuhan hidup

pokok. Dengan adanya pakan maka proses pertumbuhan, produksi dan reproduksi

akan berlangsung dengan baik (Setiawan dan Tanius, 2003).

Dipeternakan ini pakan yang disediakan adalah dalam bentuk pakan jadi

atau complete feed. Pakan ini diberikan secara ad-libitum dengan frekuensi

pemberiannya adalah 2 kali sehari yaitu pagi jam 07.00-08.00 dan sore jam 15.00-

16.00. Pemberian pakan complete feed ini tidak dicampur air (dicombor) tetapi

diberikan secara kering. Selain pakan complete feed juga diberikan pakan hijauan

seperti rumput gajah, bekatul, tetes tebu/molasis yang sudah dilayukan.

Pemberian pakan dipeternakan ini sudah sesuai dengan standar kebutuhan

gizi ternak dan disediakan dalam jumlah yang cukup. Pemberian pakan dengan

menggunakan pakan complete feed ini sudah dilakukan dengan baik sehingga

pertambahan bobot badan domba meningkat 150 g/ekor/hari.


16

Untuk pemberian air minum juga dilakukan secara ad-libitum, jika air

minum telah habis maka diberi air minum yang baru dan bersih. Hal ini sesuai

dengan pendapat Mulyono dan Sarwono (2004) bahwa banyak sedikitnya

kebutuhan air minum pada domba dipengaruhi oleh suhu udara, kelembaban

udara, dan jenis pakan yang diberikan sehingga air minum diberikan sepanjang

hari.

5.4. Kandang dan Perlengkapan Kandang serta Sanitasinya

Kandang merupakan suatu sarana produksi yang penting dalam suatu

usaha peternakan. Pengaturan kandang dipeternakan milik bapak OON FURQON

sudah dilakukan dengan tepat. Kandang merupakan tempat yang nyaman bagi

bagi kehidupan ternak domba untuk menjalankan aktifitasnya dengan baik sebagai

tempat tinggal, makan dan minum, tempat perkawinan maupun tempat

berproduksi.

Setiawan dan Tanius, (2003) mengatakan bahwa kandang harus dapat

melindungi ternak dari semua gangguan, mempermudah domba melakukan

aktifitas sehari-hari seperti makan, minum,tidur dan memudahkan peternkak

melakukan pengontrolan dan menjaga kesehatan. Lebih lanjut dijelaskan oleh

Sodiq dan abiding, (2002) bahwa selain itu kandang juga berfungsi untuk

membatasi gerak domba sehingga seluruh energi yang diperoleh dari pakan yang

dikonsumsi dialihkan menjadi produksi serta memberikan kondisi iklim mikro

yang sesuai dengan kebutuhan domba sehingga mampu mencapai produksi yang

optimal.
17

Dipeternakan milik bapak OON FURQON tipe kandang yang digunakan

adalah tipe kandang panggung atau berkolong, yang terbuat dari kayu dan

dindingnya setengah terbuka, dengan ketinggian kolong 7,3 meter dari permukaan

tanah, panjang 33 meter dan lebar 7 meter.

Cahyono, (1998) mengatakan bahwa kelebihan sistem kandang kolong

atau panggung ini adalah kotoran jatuh ketempat penampungan yang berada

dibawah kolong, sehingga kebersihan kandang terjamin, lantai kandang tidak

becek. Adapun kelemahannya adalah biaya pembuatannya relatif mahal sehingga

apabila pembuatannya kurang kuat dapat menimbulkan kecelakaan.

Ventilasi kandang dipeternakan milik bapak OON FURQON sudah cukup

baik yang mana memakai dinding setengah terbuka sedangkan mengenai arah

kandangnya membujur Timur-Barat. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan dan

Tanius, (2003) bahwa ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara dari dalam

kandang dan menggantikan udara segar dari luar kandang sehingga domba tidak

merasakan kepanasan dan pengap dalam kandang. Ukuran ventilasi pada setiap

kandang sekitar 3 meter.

Bahan yang digunakan untuk atap kandang dipeternakan milik bapak

OON FURQON adalah dari genteng, dengan system atap gable sehingga dapat

menghindari panas serta menjaga kehangatan diwaktu malam. Hal ini sesuai

dengan pendapat Cahyono, (1998) bahwa atap kandang yang paling baik dan

paling murah adalah genteng, karena atap dari genteng tidak menimbulkan panas

dalam kandang dan tahan lama.


18

Lantai kandang domba dipeternakan ini terbuat dari belahan bambu

dengan celah lantai 2 cm sehingga kotoran dapat jatuh kebawah. Murtidjo, (1998)

mengatakan bahwa alas kandang domba sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu

yang sudah diawetkan agar tahan lama terhadap kelapukan, dan celah lantai dibuat

sekitar 1,5-2 cm agar kotoran dapat jatuh kebawah tetapi kaki domba tidak sampai

terperosok.

Dinding kandang menggunakan papan dengan bentuk dinding kandang

setengah terbuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sodiq dan Abidin, (2002) bahwa

dinding kandang sebaiknya agak rapat 1-2 meter diatas lantai dan setelah 2 meter

diatas lantai tidak perlu terlalu rapat.

Dipeternakan milik bapak OON FURQON tempat pakan terbuat dari

papan dan ditempelkan pada sisi depan kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sugeng, (1994) bahwa tempat pakan bisa dibuat dari bambu atau papan. Kandang

tersebut juga dilengkapi dengan tempat minum yang terbuat dari peralon yang

ditempelkan dibagian luar kandang.

Dipeternakan milik bapak OON FURQON ini kebersihan kandang

meliputi kebersihan lantai kandang atas, kebersihan lantai kandang bawah serta

kebersihan terhadap tempat pakan dan tempat minum. Untuk pembersihan

dilakukan dua kali sehari untuk menjaga agar lantai kandang tetap bersih

sepanjang hari.

Ludgate, (1989) mengatakan bahwa kebersihan kandang dititikberatkan

pada lantai kandang, lantai yang tidak bersih akan berakibat lantai mudah lapuk

dan patah, lantai kotor dan lembab menyebabkan kuman penyakit dan jamur
19

mudah berkembangbiak, ternak akan mudah terinfeksi sehingga ternak tidak

sehat, kematian tinggi, pertumbuhan lambat dan produktifitas rendah.

5.5. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Pencegahan penyakit dipeternakan milik bapak OON FURQON dilakukan

setiap hari dengan menggunakan system control individu. Jenis penyakit yang

sering menyerang ternak domba seperti cacingan, mencret/diare, sakit mata/pink

eye dan pilek/ingusan.

a. Cacingan

Cacing merupakan hewan parasit yang menyerang saluran pencernaan

ternak. Tanda-tanda ternak terserang yaitu kurus walaupun makannya banyak,

lemah, perutnya besar, bulu kusam, pembengkakan dibawah rahang, ternak

mengalami diare. Pencegahan : sanitasi kandang dan hewan yang terserang

penyakit dipisahkan dari kelompok hewan yang sehat. Sedangkan untuk

pengobatannya yaitu diberikan obat Monyl tiap 2 bulan sekali dan diberikan

secara rutin.

b. Mencret/Diare

Diare merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan saluran

pencernaan (usus). Penyebabnya bermacam-macam dapat berupa kuman penyakit

terutama dari golongan bakteri, makanan, lingkungan atau udara yang dingin.

Tanda-tanda ternak yang terserang yaitu kotoran berwarna kehijau-hijauan, ternak

tampak lesu dan pucat. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan


20

kandang, peralatan, pakan dan minum. Pengobatannya yaitu diberi Trimeth 1 cc

untuk 1 kg berat badan dan pemberiannya dengan cara dicekok.

c. Sakit Mata (Pink Eye)

Penyakit mata terjadi akibat peradangan selaput lendir mata yang

disebabkan oleh bakteri dan virus. Tanda-tanda ternak yang terserang yaitu mata

mengeluarkan air dan berkedip-kedip, membengkak dan berwarna merah.

Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang dan hewan yang

terserang penyakit dipisahkan dari ternak yang sehat. Pengobatannya dengan cara

dibersihkan dengan Rivanol setelah itu ditetes atau disemprot dengan

Oxitetrasiclyn 1%.

d. Pilek/Ingusan

Pengobatannya yaitu dengan cara disuntik Oxitetrasiclyn 1 cc/10 kg BB

dan penyuntikan dilakukan dipaha/dipantat (Intra Maskuler)

5.6. Pemasaran

Dipeternakan milik bapak OON FURQON ternak domba yang dipanen

atau yang sudah layak dijual atau dipasarkan memiliki bobot badan minimal 20 kg

keatas. Ternak domba tersebut tidak langsung dijual atau dipasarkan tetapi ternak

tersebut diambil langsung oleh pembeli dikandang dengan harga jual/kg Rp

15.000,00. Dipeternakan ini waktu yang diperlukan untuk penggemukan domba

adalah 4 bulan dengan bobot badan akhir 20 kg keatas.


21

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama kegiatan Praktek Kerja Lapang

dipeternakan milik bapak OON FURQON dapat disimpulka bahwa manajemen

penggemukan ternak domba ini sudah dilakukan dengan baik yang meliputi

perkandangan serta sanitasi kandang, pemberian pakan dan minum,pengadaan

bibit serta pencegahan dan pengobatan penyakit.

6.2. Saran

Untuk meningkatkan manajemen penggemukan ternak domba sehingga

bisa mencapai produksi yang optimal maka perlu disarankan untuk memperbaiki

kandang ternak yang sudah rusak dan juga memperhatikan kebersihan kandang.

21
22

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B., 1998. Beternak Domba dan Kambing, Cara Meningkatkan Bobot
dan Analisis Kelayakan Usaha. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Harjosubroto, W. dan Astuti, J. M., 1993. Buku Pintar Peternakan. PT. Gramedia.
Jakarta.

Ludgate, P.J., 1989. Peragaan Ternak Kambing dan Domba di Pedesaan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Ternak.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak.

Mulyono, S., 1998. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya
Jakarta.

Mulyono, S. dan Sarwono, B., 2004. Pemeliharaan Domba Prolifik.Penebar


Swadaya Jakarta.

Murtidjo, B. A., 1998. Memelihara domba. Penebar Swadaya Jakarta.

Sarwono, B., 1991. Beternak Kambing dan Domba Unggul. Penebar Swadaya
Jakarta

Sodiq, A. dan Abidin, Z., 2002. Domba dan Kambing Peranakan Etawa.
Agromedia Pustaka Jakarta.

Sugeng, Y. B., 1985. Beternak Domba. Penebar Swadaya Jakarta.

Suriabrata S, 1983. Metodologi Penelitian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Untung, D., 1996. Membuat Kandang Ternak Yang Sehat. Penebar Swadaya
Jakarta.

Wahyono, D.E., R. Hardianto dan Gatot Kartono, 2001. Penggemukan Domba


Dengan Teknologi Complete Feed Laporan Hasil Pengkajian SUP
Domba di Jawa Timur, BPTB Karangploso. Malang.

6
23

MANAJEMEN PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA DI


DUSUN BABAKAN DESA NGENEP KARANGPLOSO

Laporan Praktek Kerja Lapang

Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Peternakan pada Fakultas Peternakan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Disusun Oleh:
Yuliana Corneliawati
NIM : 0404010027

JURUSAN PRODUKSI TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG

2007
24

MANAJEMEN PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA DI


DUSUN BABAKAN DESA NGENEP KARANGPLOSO

Laporan Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh:
Yuliana Corneliawati
NIM : 0404010027

Mengetahui : Menytujui:
Universitas tribhuwana Tunggadewi Malang Dosen Pembimbing
Fakultas Peternakan
Program Studi Produksi Ternak
Ketua :

Ir. Sri Susanti, MP Akhadiyah afrilia, SPt.,MP


Tanggal: Tanggal:

Mengetahui : Pemilik Peternakan,


Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Fakultas Peternakan
Dekan,

Ir. H. Son Suwasono, MSC OON FURQON


Tanggal: Tanggal:
25

MANAJEMEN PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA DI


DUSUN BABAKAN DESA NGENEP KARANGPLOSO

RINGKASAN

Praktek Kerja Lapang ini dimulai pada tanggal 01 Oktober 2007 sampai
dengan tanggal 01 November 2007 di Peternakan milik Bapak OON FURQON di
Dusun Babakan Desa Ngenep Karangploso. Tujuan PKL ini adalah untuk
mempelajari manajemen penggemukan ternak domba yang meliputi pengadaan
bibit, kandang dan perlengkapan kandang serta sanitasinya, pemberian pakan dan
minum serta pengendalian dan pencegahan penyakit pada ternak domba
dipeternakan milik Bapak OON FURQON.
Materi PKL ini adalah ternak domba kampung (asli Indonesia) dengan
jumlah 63 ekor yanmg terdapat dipeternakan milik Bapak OON FURQON.
Metode yang digunakan dalam PKL ini adalah studi kasus serta pendekatan untuk
memperoleh data dengan wawancara serta ikut terlibat langsung dalam
manajemen penggemukan ternak domba. Adapun parameter yang diamati
meliputi kondisi umum, pengadaan bibit, kandang dan perlengkapan kandang
serta sanitasinya, pemberian pakan dan minum, serta pengendalian dan
pencegahan penyakit yang terdapat pada ternak domba.
Dari PKL ini diperoleh bahwa dalam manajemen penggemukan ternak
domba di Peternakan milik Bapak OON FURQON ( meliputi pengadaan bibit,
kandang dan perlengkapan kandang serta sanitasinya, pemberian pakan dan
minum, serta pengendalian dan pencegahan penyakit), pengadaan bibit dilakukan
dengan melihat kemurnian bangsa, warna asli dan ukuran badan. Untuk calon
pejantan maupun betina harus tidak cacat fisik, alat kelaminnya normal, kaki lurus
dan kuat serta dari keturunan kembar. Kandang yang digunakan adalah kandang
berkolong dengan atap bertipe gable. Dalam kandang dilengkapi dengan tempat
pakan dan tempat minum. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan
kotoran domba dilantai kandang dan kolong kandang, membersihkan sisa pakan
serta membersihkan lingkungan kandang. Pemberian pakan meliputi pemberian
pakan hijauan dan pakan konsentrat (complete feed). Pemberian pakan ini
dilakukan dua kali sehari dan dilakukan secara ad-libitum. Pengendalian dan
pencegahan penyakit dilakukan dengan menggunakan sistem kontrol individu
terhadap semua jenis penyakit seperti cacingan, menceret/diare, sakit mata/pink
eyes dan pilek/ingusan.
Berdasarkan hasil PKL disimpulkan bahwa manajemen penggemukan
ternak domba dipeternakan milik bapak OON FURQON sudah dilakukan dengan
baik. Untuk mendukung terciptanya produksi yang optimal maka disarankan
untuk memperbaiki kandang ternak yang sudah rusak.

i
26

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun Laporan
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dengan judul “MANAJEMEN
PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA DIPETERNAKAN MILIK BAPAK
OON FURQON DUSUN BABAKAN DESA NGENEP KARANGPLOSO”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan limpahan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Son Suwasono, MSC, selaku Dekan Fakultas Peternakan
2. Ibu Ir. Sri Susanti, MP, selaku KPS Peternakan
3. Ibu Akhadiyah Afrilia, SPt., MP, selaku dosen pembimbing
4. Bapak OON FURQON yang telah memberikan izin lokasi PKL
5. Orang tua yang telah mensuport dana dan doa
6. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungan moril dan
materi
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya penulisan laporan
PKL
Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Praktek Kerja Lapang ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, November 2007

Penulis

ii
27

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................ 3

II. TUJUAN DAN MANFAAT


2.1............................................................................................................... Tuju
an .......................................................................................................... 4
2.2...............................................................................................................Manf
aat.......................................................................................................... 4

II. KHALAYAK SASARAN......................................................................... 5

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN


4.1. Realisasi Kegiatan............................................................................... 6
4.2. Kondisi Umum..................................................................................... 6
4.3. Pengadaan Bibit................................................................................... 7
4.4. Pemberian Pakan dan Minum.............................................................. 7
4.5. Kandang dan Perlengkapan Kandang serta Sanitasinya...................... 8
4.6. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.............................................. 11
4.7. Pemasaran............................................................................................ 13

V. ANALISA DAN EVALUASI


5.1. Keadaan Umum................................................................................... 14
5.2. Pengadaan Bibit................................................................................... 14
5.3. Pemberian Pakan dan Minum.............................................................. 15
5.4. Kandang dan Perlengkapan Kandang serta Sanitasinya...................... 16
5.5. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.............................................. 19
5.6. Pemasaran............................................................................................ 20

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan.......................................................................................... 21
6.2. Saran.................................................................................................... 21
28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
Tabel 1. Luas Areal Lahan Peternakan............................................................. 7
29

DAFTAR GAMBAR
Halaman

iv
Gambar 1. Bentuk Kandang............................................................................. 9

Anda mungkin juga menyukai