MANAJEMEN PERUBAHAN
DISUSUN OLEH :
Nama : Chintia Tahanora
Nim : 2017-28-081
1. Developmental Change
Developmenntal Change adalah peningkatan terhadap system yang sudah ada.
Developmental Change merupakan perbaikan ketrampilan,metode standar inerja atau kondisi
yang telah ada, karena berbagai alasan, tidak mengukur kebutuhan sekarang atau yang akan
datang. Jika system sat ini tidak sesuai dengan harapan, maka organisasi membuat perubahan
keselarasan agar sesuai dengan harapan.
2. Transitional Change
Transitional Change adalah implementasi keadaan baru yang sudah diketahu sebelumny.
Car-cara dalam bekerja digantikan dengan sistem baru. Kuncinya system lama digantikan
dengan sistem baru dan dikembangkan sebelum implementasi. Perubahan ini contoh nya seperti
desain, pengembangan, uji coba dll.
BAB II
HUKUM DAN PERUBAHAN
1. Pengertian Hukum
Dalam kajian tentang budaya hukum (legal culture), hukum difungsikan sebagai motor
keadilan, sedangkan berbagai kajian laiinya hukum disebut sebagai instituisi social dan sebagai
alat rekayasa social, bahkan Sebagian orang menyatakan hukum sebagai mitos dari kenyataan.
Lawrence M Friedman menyatakan bahwa system hukum terdiri atas struktur hukum (berupa
Lembaga hukum) , subtansi hukum (berupa perundang udangan) , dan kultur hukum atau budaya
hukum. Ketiga komponen itulah yang mendukung berjalannya system huum di suatu negara.
Seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa ke
masa, inovasi yang mampu dihasilkan oleh manusia pun semakin berkembang. Fenomena ini
adalah sebuah konsekuensi logis dari adanya dinamika masalah dan kebutuhan hidup manusia
yang selalu hadir dan semakin meningkat. Dalam rangka menjaga agar proses inovasi dan
pembaharuan itu terus berkembang dan berkesinambungan, dibutuhkan adanya sarana atau
kegiatan yang mampu memfasilitasi setiap individu atau anggota suatu organisasi untuk dapat
menyampaikan gagasan atau idenya. Hasil riset Delphi Group menunjukkan bahwa pengetahuan
atau knowledge dalam organisasi, 42 % tersimpan dan terstruktur di pikiran atau otak karyawan,
26 % pada dokumen kertas, 20 % pada dokumen elektronik dan 12 % berupa knowledge base
elektronik (Bambang Setiarso,2009). Berdasarkan hasil riset ini, 42 % pengetahuan yang masih
berada di pikiran atau otak masing-masing individu organisasi perlu mendapatkan ruang atau
sarana yang baik sehingga dapat disampaikan atau dikomunikasikan kepada orang lain.
Upaya ini, nantinya tidak hanya diharapkan untuk menambah pengetahuan atau informasi
orang tersebut, tetapi juga untuk mendorong lahirnya ide atau gagasan baru untuk menciptakan
produk atau sistem baru dan juga melakukan perbaikan pada produk atau sistem yang lama.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan suatu organisasi adalah dengan manajemen
pengetahuan atau knowledge management.
Dalam operasionalnya, organisasi publik memiliki karakter dan tujuan yang berbeda
dengan organisasi bisnis. Karakteristik dan tujuan utama berdirinya organisasi publik adalah
pelayanan kepada masyarakat. Disini letak keunikan dan keunggulan organisasi publik. Salam
satu keunggulan yang dimiliki organisasi public adalah pengetahuan yang dimiliki oleh pimpinan
maupun anggota organisasi publik tersebut. Pada realitasnya, keunggulan atau potensi ini belum
dirasakan optimal oleh pemangku kepentingan atau pihak yang menerima pelayanan. Masih
begitu sering kita saksikan keluhan dari masyarakat atas layanan organisasi public atau
pemerintah. Tidak bisa dipungkiri bahwa permasalahan yang mendasar yang dihadapi organisasi
publik adalah permasalahan terbatasnya sumber daya manusia (pegawai) yang memadai dan
bersesuaian dengan tugas pokok dan fungsi organisasi, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan pengertian konsep knowledge
management yaitu suatu sistem atau alat untuk mengelola sumber daya (aset organisasi) tidak
berwujud (pengetahuan) untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Esensi Konsep, Fungsi dan Pentingnnya Manajemen Pengetahuan
(Knowledge Management)
c. Processes
Yang terdiri dari menangkap, menyaring, mengesyahkan, mentransformasikan, dan
menyebarkan knowledge ke seluruh perusahaan dilengkapi dengan menjalankan
prosedur dan proses tertentu.
a. Tacit Knowledge
Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman
yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan (Carrillo et al.,2004). Tacit
knowledge tidak dinyatakan dalam bentuk tulisan, melainkan sesuatu yang terdapat
dalam benak orang-orang yang bekerja di dalam suatu organisasi.
Menurut Polanyi (2006) tacit knowledge secara umum dijabarkan sebagai:
1.Pemahaman dan aplikasi pikiran bawah sadar
2. Susah untuk diucapkan
3. Berkembang dari kejadian langsung dan pengalaman
4. Berbagi pengetahuan melalui percakapan (story-telling)
b. Explicit Knowledge
Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan
dan dibagi (Carrillo et al., 2004). Menurut pernyataan Polanyi (1966) pada saat tacit
knowledge dapat dikontrol dalam benak seseorang, explicit knowledge justru harus
bergantung pada pemahaman dan aplikasi secara tacit, maka dari itu semua pengetahuan
berakar dari tacit knowledge. Secara umum explicit knowledge dapat dijabarkan sebagai:
1. Dapat diucapkan secara tepat dan resmi
2. Mudah disusun, didokumentasikan, dipindahkan, dibagi, dan dikomunikasikan
Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam
bentuk tulisan atau pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat
mempelajarinya secara independent.
- Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki wawasan agar
objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang strategis.
Organisasi pembelajaran memerlukan pegawai yang memiliki kompetensi yang
tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan
teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan
fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan. Senge (2002)
1. Desain organisasi
a. Tanpa batas: tidak adanya batasan dalam pembelajaran di organisasi dan
penyebaran informasi yang menyeluruh.
b. Tim merupakan lingkungan yang menunjang dalam penyebaran pembelajaran
baik antar individu, kelompok, dan organisasi.
c. Pemberdayaan: pemberdayaan dalam pengetahuan dan informasi yang baik
membuat individu maupun kelompok organisasi mampu menguasai keadaan yang
berubah.
4. Budaya organisasi
a. Hubungan timbal balik yang kuat: adanya pengaruh timbal balik terhadap apa yang
disampaikan dan hasil yang diterima dalam penyampaian informasi yang telah dilakukan
dalam sebuah organisasi.
b. Rasa kebersamaan: rasa kebersamaan menimbulkan ketercapaian dan ketepatan kinerja
baik dalam penyelesaiaan masalah yang ada karna baik individu maupun kelompok dapat
bekerja bersamaan.
c. Kepedulian kepada orang : dengan kepedulian organisasi mampu saling mengimbangi
kondisi setiap kinerja yang ada dan mempercepat permasalahan terselesaikan.
d. Kepercayaan kepada orang lain: kepercayaan penting untuk dapat mempertahankan
keyakinan atas kemampuan orang lain dalam bekerja.
2. Dimensi Kompetensi
Menurut Wibowo (2013) mengungkapkan bahwa ada tiga hal dimensi kompetensi, yaitu
sebagai berikut:
1. Sifat-sifat Pribadi (personal attributes)
2. Merupakan karakteristik dan kualitas seseorang yang dibawa ketempat kerja, seperti
kejujuran, empati, stamina, dan lain-lain.
3. Keterampilan (skills)
4. Merupakan keterampilan kerja yang dibutuhkan dalam bidang tugas masing-masing,
seperti mengoperasikan mesin, kejelasan dan keberanian dalam menulis,
memaparkan, memeriksa kendaraan, dan lain-lain.
5. Pengetahuan (knowledge)
6. Dibutuhkan seseorang untuk menerapkan atribut/sifat dan keterampilannya secara
efektif, seperti latar belakang kebijaksanaan, pemahaman konteks, persyaratan yang
sah, tujuan bisnis, dan lain-lain.