Mekanisme Timbang Terima Sudah Acc
Mekanisme Timbang Terima Sudah Acc
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami ucapakan pada Allah SWT karena dengan ridhon-Nya kami
dapat menyusun serta dapat meyelesaikan makalah mekanisme timbang terima/ hand
over dengan SBAR. Salawat serta salam tak lupa pula kami ucapkan kepada nabi besar
Muhammad SAW beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, dan hingga hari akhir
nanti.
Ucapan terima kasih tak lupa juga kami ucapkan pada dosen mata kuliah
Manajemen Keperawatan yang telah memberikan kami bimbingan serta pengajaran
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah mekanisme timbang
terima/ hand over dengan SBAR.
Kami berharap selain untuk memenuhi nilai kami harap dalam Makalah ini juga
dapat bermanfaat bagi teman-teman dan seluruh pembacanya.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
iii
D. Manfaat Komunikasi SBAR .................................................................... 21
E. Penggunaan Komunikasi SBAR .............................................................. 21
F. Model Komunikasi SBAR ....................................................................... 22
G. Standar – Standar Komunikasi Efektif SBAR Di Rumah Sakit .............. 23
H. Metode Komunikasi Sebelum Operan Pasien .......................................... 24
I. Model Penerapan Komunikasi SBAR ..................................................... 24
J. Laporan Pasien Antara Perawat Dengan Dokter...................................... 26
A. Kasus ......................................................................................................... 30
B. Analisa Kasus ............................................................................................ 35
C. Kesimpulan Pendapat Analisa Kelompok ................................................. 37
BAB IV (PENUTUP)
A. Kesimpulan ................................................................................................. 38
B. Saran ............................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara aktif, inovatif, dan kreatif serta rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan
koordinasi dan supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan.
Manjemen kepaerawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Keperawatan professional dalam pelayanannya di perlukan adanya pengembangan
keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran dan manajemen
keperawatan perlu adanya strtegi yang salah satunya adalah dengan harapan adanya
faktor pengelolahan yang optimal serta mampu meningkatkan efektifitas dan
efiisien pelayanan keperawatan.
Model praktik keperawatan profesioanal (MPKP) adalah suatu system ( struktur
proses dan nilai nilao profesuianal) yang memungkinkan perawat professional
mengatur peberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat
mendukung asuhan keperawatan. Pada skpek struktur di tetapkan jumlah tenaga
keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuia dengan derajat ketergantungan klien,
jenis tenaga di suatu ruangan rawat yaitu kepala ruangan, clinical care managemen
( CCM ) perawat primer ( PP ) serta standar rencana keperawatan. MPKP sangat
bermanfaat bagi perawat dokter pasien dan profesi lain dalam melaksanakan
asuhan keperawatan dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung
jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi
1
MPKP harus di tunjang dengan sumber daya manusia sarana dan prasarana yang
memadai.
Timbang terima ( hand over ) merupakan cara untuk menyanpaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Timbang terima di
lakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap
tentang Tindakan mandiri perawat, Tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dilakukan dan perkembangan pasien saat itu, informasi yang di
sampikan harus akurat, sehingga kesiambungan asuhan keperawatan dapat berjalan
dengan sempurna. ( nursalam, 2014 )
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan subtansi timbang terima
yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnose medis, doagnosa
keperawatan, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana Tindakan yang
akan dilakukan. Timabang terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian
keliling ke semua pasien. Timbang terima perlu terus di tingkatkan baik tekhnik
maupun alurnya karena timbang terima bagian penting dalam menginformasikan
permasalahan klien sehari-hari.
2
efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat di gunakan secara
efektif untuk meningkatkan serah terima antara shuft dan antara staf di daerah klinis
yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim Kesehatan untuk
memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim Kesehatan atau tim Kesehatan laiinya.
B. Tujuan
Menjelaskan tentang bagimana mekanisme timbang terima/ hand over dengan
SBAR didalam ruang rawat inap.
C. Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami bgaimana cara yang baik dan benar dalam
mekanisme timbang terima/ hand over dengan SBAR di dalam ruang rawat inap.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Timbang Terima
A. Definisi
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat
pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari
handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggungjawab dan
tanggunggugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang
mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,
tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan
yang telah atau belum dilaksanakan.
B. Tujuan Timbang Terima
1. Menyampaikan masalah kondisi dan keadaan klien ( data focus )
2. Meyampaikan hal-hal yang sudah atau yang belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
3. Meyampaikan hal-hal penting yang perlu segera di tindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menngatur rencana kerja dinas untuk berikutnya.
4
untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang
terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
5
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada
perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1. Identitas klien dan diagnosa medis.
2. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
3. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4. Intervensi kolaborasi dan dependen.
5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
1 Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung
jawab.Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga
sebelumnya.
2 Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang
melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang
6
berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang
datang.
3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau
pada pasien langsung.
E. Metode Dalam Timbang Terima
1. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
7
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien
jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one
way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis – written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja
atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1 Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2 informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi
terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantipasi.
3 Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang
atau mengklarifikasi.
8
4 Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5 Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.
3. Timbang terima dengan metode menggunakan SBAR
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).
S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat.
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan utama.
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien
a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap
diagnosis keperawatan.
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasive,
dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
c. Jelaskan engetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi medis.
A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital,
skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,status restrain,risiko jatuh,
pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain-lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation ( rekomendasi )
Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan
(refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien dan
keluarga.
F. Faktor-faktor dalam Timbang Terima
1. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
9
2. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3. Kemampuan menginterpretasi medical record.
4. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5. Pemahaman tentang prosedur klinik.
G. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi
diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari shift
kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur
selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
10
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)
dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua
penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi
pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.
H. Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan
dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
11
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat.(Suarli & Yayan B, 20
12
I. Skema Timbang Terima
13
J. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima
14
Pelaksan 1. PP dinas pagi 20 menit Nurse Karu
aan melakukan timbang station Perawat pelaksana
timbang terima kepda PP dinas
terima sore. Hal-hal yang
perlu di sampaikan PP
pada saat timbang
terima:
a. Identitas klien
dan dioagnosa
medis termasuk
hari rawat
keberapa atau
post op hari
keberapa
b. Masalah
keperawatan
c. Data yang
mendukung
d. Tindakan
keperawatan
yag
sudah/belum
dilaksanakan
e. Rencana umum
yang perlu
dilakukan
:pemeriksaan
penunjang
15
konsul,
prosedur
Tindakan
tertentu.
16
K. Gambaran alur mekanisme hand over dengan SBAR
Situation
Background
Riwayat keperawatan
Recommendation :
tingkatkan yang sudah di
lanjutkan, stop, modifikasi
strtegi yang baru
17
Hal -hal yang di perhatikan yaitu :
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di
dekat klien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.(Nursalam, 2008)
L. Evaluasi dalam Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang
terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan
pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima
pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian
ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup
jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang
belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang
terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
18
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
19
II. Konsep Komunikasi SBAR
A. Definisi
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk
mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara terstruktur
SBAR untuk mencapai keterampilan berfikir kritis serta menghemat waktu. (Rina,
2015).
Komunikasi Situation Background Assessment Recommendation (SBAR)
dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar pasien safety dari Kaiser
Permanente California untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat.
Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi dalam situasi berisiko
tinggi antara perawat dan dokter, tehnik SBAR juga dapat digunakan untuk
berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara perawat. Kaiser tempat
asalnya, tehnik SBAR tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis,
tetapi juga untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan.(
Rina, 2015).
20
komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara yang mudah untuk
berkomunikasi dengan anggota tim, mengembangkan kerja anggota tim dan
meningkatkan keselamatan klien (Triwibowo, 2017).
21
4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter.
6. Mendiskusikan dengan konsultasn professional lain missal terapi respiasi,
fisioterapi
7. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
8. Meningkatkan perhatian shift
F. Model Komunikasi SBAR
Pelaksanaan Komunikasi tool SBAR disaat berkomunikasi secara langsung
berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkahlangkah tersebut dijelaskan
dibawah ini menurut Capital Health (2011) Quality Improvement Tool dan
menurut Rina (2015) konsep SBAR yaitu sebagai berikut
S (Situation ) Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien:
a. Mengidentifikasi diri, unit, pasien dan nomor kamar
b. Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini
c. Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali
d. percakapan dan bahwa telah mengalami perubahan kondisi.
e. Nyatakan masalah singkat: Apa, kapan tingkat keparahan.
B ( background ) sediakan informasi latar belakang yang sesuia dengan situasi
meliputi :
a. Daftar pasien
b. Nomor medical record
c. Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d. Daftar obat terkini, lergi dan hasil labolatorium \
e. Hasil terbaru ttv pasien
f. Hasil labolatorium dengan tanggal dan waktu pengambilan hasil tes sebagai
pembanding
g. Informasi klinik lainnya
22
Jadi, background merupakan informasi penting tentang apa yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini. Menyertakan tanggal, tanggal penerimaan
pasien diagnosanya dan sejarah medias.
A ( Assessment /Pengkajian)
Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini.
Ringkasan kondisi atau situasi pasien. Jelaskan apa yang menjadi
permasalahannya: “Saya tidak yakin apa masalah dari pasien, namun kondisi
pasien gejalah dan suatu tindakan.
R ( Recommendation) Recommendation apa saja hal yang perlu ini.
a. Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil tindakan
(misalnya: tes laboratorium, perawatan).
b. Perawat meromendasikan dokter untuk melakukan kunjungan kepada
pasien dan keluarga pasien.
c. Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG
d. Perawat menyampaikan kepada dokter setiap terdapat
e. pengobatan atau ada dalam
f. perintah diinformasikan doter perawat.
G. Standar Standar Komunikasi Efektif SBAR di Rumah sakit
Situation (kondisi terkini yang terjadi pada Klien)
a. Perawat menyebutkan nama dan umur klien
b. Perawat menyebutkan tanggal klien masuk ruangan dan hari perawatannya
c. Perawat menyebutkan nama dokter yang menangani klien Perawat
menyebutkan diagnose medis klien/masalah kesehatan yang dialami klien
(penyakit).
d. Perawat menyebutkan masalah keperawatan klien yang sudah dan belum
teratasi
Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi klien terkini)
a. Perawat menjelaskan intervensi/tindakan dari setiap masalah keperawatan
klien
23
b. Perawat menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan
c. Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, dan alat bantu lain
seperti kateter dll), serta pemberian obat dan cairan infuse.
d. Perawat menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan klien terhadap
diagnose medis/penyakit yang dialami klien
Assessment (hasil pengkajian dari kondisi klien terkini) Perawat menjelaskan hasil
pengkajian klien terkini Perawat menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung
seperti hasil lab, rontgen dll
Recommendation/Rekomendasi teratasi dan belum teratasi serta tindakan yang
harus dihentikan, dilanjutkan atau dimodifikasi.
H. Metode komunikasi sebelum operan pasien
a. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
b. Kumpulkan data data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan
c. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan
d. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian perawat
shift sebelumnya
e. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian
I. Model penerapan komunikasi SBAR antara lain:
a. Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan
yang berkaitan dengan kondisi klien. Tujuan dilakukan operan adalah untuk
menyampaikan kondisi klien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum
menyampaikan yang ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk
mencapaitujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR. Operan
perawat secara modern dengan teknik SBAR menurut JCI (2010) adalah :
24
1. dengan mempersiapkan format pendokumentasian teknik SBAR pada
masing-masing pasien setiap shift , buku catatan operan, dan rekam medik
pasien.
2. menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan
dan kemajuan keadaan pasien tindakan dilakukan nurse station sesuai
dengan metode SBAR.
3. setelah operan nurse station dilanjutkan dengan melaporkankepada pasien
tentang kemajuan keadaan pasien dan keluhan yang masih dirasakan, dan
pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.
b. Pelaporan Kondisi Klien
Pelapran klien dilakukan oleh perawat ruangan tenaga medis lain termasuk
dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setipap kondisi klien kepada dokter
sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi klien.
Pelaporan kondisi klien yang efektif dapat meningkatkan keselamatan klien.
Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan klien
meningkat.
c. Transfer klien
Transfer klien adalah perpindahan klien dari satu ruangan ke ruangan lain dan
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut. Transfer klien dibagi menjadi transfer klien internal dan external.
Transfer klien internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah antara
rumah sakit. Transfer klien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah
memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur Kemampuan
pengetahuan kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra
transfer, peralatan transfer dan komunikasi saat transfer klien.
25
J. Laporan pasien antara perawat dengan dokter
Laporan serah terima ( hand over ) antara perawat dengan dolter sama halnya
dengan laporan timbnag terima yang dilakukan antara sesama perawat tetapi ada
beberapa hal yang harus di perhatikan Ketika perawat melakukan overan pada
dokter yaitu :
1. Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Perawat mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan
harian.
Situation : ceritakan
1. Identitas pasien (nama, kamar, umur, hari rawatan)
2. Diagnosa medis
3. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau
sebelumnya yang belum dilaporkan (Temuan klinis terbaru)
Background : Ceritakan : Informasi penting latar belakang klinis pasien
1. Riwayat sebelumnya (Boleh data sebelumnya)
2. Riwayat Medis
3. Therapy yang sudah diberikan
4. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang dilakukan sebelumnya
(Lab, radiologi, EKG, dll)
26
Assessment:
1. Sampaikan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah yang
timbul
2. Apa analisa dan pertimbangan perawat
• Saya rasa kondisi pasien saat ini bisa memperburuk kondisi pasien
• Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi kondisi pasien memburuk
• Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi pasiein kelihatannya tidak
stabil
3. Ceritakan tentang kesimpulan masalah pasien
Rekomendasi :
1. Tanyakan apa saran untuk mengatasi masalah pasien
• Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien ini Dokter?
• Sepertinya tindakan ini harus ditunda terlebih dahulu.
2. Tanyakan Adakah pemeriksaan lainnya yang diperlukan
• Apakah ada pemeriksaan lainnya yang harus kita lakukan?
• Apakah ada pemeriksaan laboratorium lagi yang harus kita lakukan
• Adakah pemeriksaan radiologi lainnya yang harus kita lakukan
3. Tanyakan apakah ada perubahan therapy
4. Berikan pendapat perawat untuk menangani masalah
• Apakah pasien perlu di EKG.
• Apakah pasien perlu diperiksa X –Ray
• Apakah hari ini perlu diperiksa darah rutin lagi?
5. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan akan dilakukan.
6. Tanyakan kapan kedatangan dokter.
7. Tanyakan apakah perlu dikonsultasikan ke dokter laninnya
• Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap biasa
(pasien di ruang intensive)
27
• Apakah pasien sudah bisa alih rawat ke bagian penyakit dalam
(pasien bedah rawat bersama dengan penyakit dalam
• Apakah dokter akan memidahkan pasien ke ruang intensive (pasien
di ruang rawat inap).
CATATAN
Jawaban SBAR yang dilakukan pada saat visite maka Dokter akan menulis
hasil visite nya dalam bentuk SOAP di CPPT
Contoh penggunaan sbar pada saat visite dokter (tidak dituliskan tapi
dikomunikasikan)
Tn. B usia 35 tahun dirawat di ruang Mamplam 1 dengan DBDhari rawatan ke
3. Selama rawatan malam pasien tidak mengeluh demam namun terdapat
perdarahan di gusi. Trombosit hasil pemeriksaan Selasa sore (16 Juni 2015)
25.000 g/dl, dan pemeriksaan Rabu Pagi 20.000 g/dl
Situation : Dokter ini Tn. B usia 35 tahun dengan DBD hari rawatan ke 3.
Selama rawatan dari kemaren sore sampai dengan pagi ini pasien tidak demam
lagi namun terjadi perdarahan di gusi. Nilai trombosit pagi ini 20.000 g/dl.
Tanda tanda vital masih stabil (TD : 120/90 mmHg, HR 75 x/menit, RR 20
x/mnt, T = 36,7℃).
Background : Nilai trombosit kemaren sore 25.000 g/dl dan pasien sudah
mendapatkan terapi transamin 1 ampul/8 jam. Terapi lain yang didapatkan
adalah terapi cairan NaCl 0,9 % dan Fimahes 30 tetes /menit.
28
Assasment : Trend trombosit menurun. Perdarahan yang terjadi hanya di gusi
saja, belum ditemukan ptechiae atau perdarahan lainnya
29
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Di ruang rawat inap ruangana kamboja terdapat 4 pasien yang sedang di rawat
perawat PP melakukan kegiatan timbang terima atau hand over dari dinas malam
ke dinas pagi setelah semua perawat mulai dari karu katim dan perawat pelaksana
teerkumpul mereka melakukan kegiatan timbang terima didalam ruangan nurse
station.
Pagi pukul 7.45 wib, tiba lah perawat Sift Pagi beserta Karu,
Detik-detik Proses Operan pun tiba pada jam 08.00 Wib, setelah lengkap Karu,
Katim dan perawat shift pagi datang...
Karu : (melihat jam) sudah jam 08.00 nih, sudah waktunya operan sift
malam dengan shift pagi...
Surya : baik pak,, mari kita mulai saja operan pagi ini
Karu : yasudah, langsung saja...
Assalamualaikum,,, (membuka acara operan)
Sebelum memulai operan ini alangkah baiknya kita berdoa menurut
agama dan kepercayaan masing-masing.. do’a dimulai... selesai...
Baik, untuk Pj malam, bg Surya bisa disampaikan laporan pagi
ini,.silahkan...
30
Surya : baik, terimakasih..
Untuk operan pagi ini ada 4 pasien.. nah dari ke empat ini ada 2 pasien
baru.. di kamar 3 & 4...
Pasien Pertama (PJ surya)
S : - Tn. F (49 Tahun)
- Kamar 1
- Dx: Asma
- Keadaan komposmetis
- Klien masih sesak napas
- Pernapasan cuping hidung
- Pernapasan cepat
- Terdapat sekret yang kental
B : - Telah diberikan terapi O2 2 liter
- Telah diberikan terapi nebulizar
A : - Pemeriksaan TTV
o TD : 130/90 mmHg
o P : 80 x/m
o R : 30 x/m
o T : 37 oC
- Diet M2
- Terapi IVFD RL 20 tts/m
R : - Lakukan pemeriksaan TTV setiap 5 jam
- Lakukan pemberian terapi nebulizer 12 x/j
- Pantau pemberian Terapi O2
31
Muksal : oh iyaa bg..
Pasien Kedua (PJ surya)
S : - Tn. B (40 Tahun)
- Kamar 2
- Dx: GE
- Pasien mengatakan badannya masih lemas
- Turgor kulit jelek
B : - Kekurangan cairan
- Telah diberikan terapi IVFD RL 20tts/m
A : - Pemeriksaan TTV
o TD : 130/80 mmHg
o P : 80 x/m
o R : 22 x/m
o T : 36 oC
- Diet M2
R : - Lanjutkan pemberian terapi IVFD RL 20tts/m
- Diet M2
Ria : bapak ini ada muntah bang?
Surya : ada tadi malam.. pantau intake & output nya yaa..
Pasien Ketiga (Perawat yuli)
S : - Tn. I (48 Tahun)
- Kamar 3
- Dx: Post Ob Debridemen et DM + selulitas pada
lengan atas sebelah kiri.
B : - Hb 10
- KGD 145
A : - Pemeriksaan TTV
o TD : 120/90 mmHg
32
o P : 70 x/m
o R : 22 x/m
o T : 37 oC
- Diet M2
- Urine pekat
R : - Cek Hb
- Kontrol intake & output
- Kontrol TTV setiap 3 jam
- Cek KGD setiap 2 jam
Ria : iya bg,,Hb terakhir berapa td kak yul ?
Yuli : terakhir HB nya 10, cek Hb nya lagi nanti jangan lupa.
Ria : baik kak,,,
Pasien Keempat (perawat yuli)
S : - Tn. S (35 Tahun)
- Kamar 4
- Dx: Hepatitis
- Pasien lemas, kurang nafsu makan
- Kelihatan kuning
B : - Bilirubin 2,1 mg/dl (N= 0,1 – 1,2 mg/dl)
- Tidak memiliki riwayat alergi
A : - Pemeriksaan TTV
o TD : 110/90 mmHg
o P : 60 x/m
o R : 24 x/m
o T : 36,7 oC
- Diet M2
- Terapi IVFD RL 20 tts/m
R : - Cek Bilirubin
33
- Cek Hb
34
B. Analisa Kasus
Pada contoh kasus di atas di dalam ruang rawat inap tersebut semua perawat sudah
menerapkan prosedur mulai dari kehadiran dan ketepatan waktu yang sudah
dilakukan dan di awali dengan doa yang dipimpin oleh karu sendiri. Seperti yang
kita baca dialog yang di atas setiap pasien memiliki perawat penanggung jawab
yang akan merawat hingga pasien tersebut bisa pulang. Pada kasus diatas sudah
menerapkan timbang terima dengan menggunakan metode SBAR
Pada timbang terima atau hand over menggunakan metode atau teknis SBAR
meliputi :
S : situasi Menceritakan
1. Identitas pasien
2. Diagnose medis pasien
3. Masalah keperawatan
4. Data subjektik dan dan data objektifpada pasien hari ini atau sebelumnya yang
belum di laporkan
B : background Menceritakan
1. menceritakan tentang Riwayat sebelumnya
2. Riwayat medis
3. Menceritakan therapy yang sudah diberikan
4. Menceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostic yang sudah dilakukan
A : assessment
1. Menceritakan hasil anailsa masalah atau kesimpulan
R : rekomendasi
1. Rencana Intervensi mandiri/kolaborasi yang perlu di kerjakan
2. Hal-hal khusus yang menjadi perhatian.
Dengan menggunakan metode SBAR ini timbang terima menjadi lebih mudah dan
efektif dan mudah diterima sehingga jarang terjadi mis komunikasi antara perawat
dalam melakukan timbang terima atau hand over.
35
Sebelum melaporkan timbang terima atau hand over perawat harus :
1. Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Perawat mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan
yang harus dilanjutkan
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan rencana perawatan harian
36
C. Kesimpulan Pendapat Analisa Kelompok
Dari kasus yang dijabarkan dan kita lakukan analisa maka dapat ditarik ke
kesimpulan bahwa dengan adanya timbang terima ini, kegiatan perawat dialam
ruangan rawat inap sangat membantu perawat dan staf sehingga membuat
pekerjaan atau perawat, dokter lebih terarah.
Kemudian kegiatan hand over dengan dengan tehnik SBAR sangat mudah dan
terpirinci yang sudah di terapkan pada setiap pelaporan hand over.
Dengan adanya tehnik SBAR pada kegiatan hand over ini maka, dapat mengurangi
kesalahan Tindakan yang di akibatkan oleh komunikasi yang kurang efektiv dan
pemberian informasi yang kurang lengkap dan tidak terarah.
Pada kegiatan hand over ini juga dapat di terapkan antara sesama perawat
maupun perawat dengan dokter. Kegiatan hand over ini bukan hanya bermanfaat
pada staf perawat dan dokter juga pada pasien, dimana dapat menunjang proses
penyembuhan pasien karena perawat melakukan hand over dengan menggunakan
komunikasi teraupetik pasien dapat yakin dan mempercayai kita untuk merawat
karena sebelumnya kita sudah menyampaikan informasi terkait perkembngan, apa
yang dirasakan dan Tindakan berikutnya.
Dengan tehnik SBAR sudah sangat jelas data-data yang di berikan dan
disampaikan sehingga prosesnya tidak bertele-tele dan tidak memakan waktu yang
lama sehingga pekerjaan perawat didalam ruangan lebih banyak waktu merawat
pasien dibandingkan dengan pembuatan laporan.
Jika kita tidak dapat berkomunikasi dengan jelas atau penyampaian informasi
yang kurang efektif maka sangant berbahaya dan dapat mengancam jiwa pasien
sehingga sebagai perawat harus selalu teliti dan berhati-hati dalam mengumpulkan
dan meyampaikan informasi agar dapat membawa manfaat bagi diri kita sendiri
maupun orang lain.
37
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift,dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima adalah satu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002). Timbang terima
bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan klien secara menyeluruh
sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
B. SARAN
38
DAFTAR PUSTAKA
➢ Friesen, A. M., et al. (2008). Handsoff: Implications for nurses. Ed: Hughes
R.G. diakses pada 21 desember 2020.
➢ http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/?report=printable
➢ Kassean HK, Jaggo ZB. Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover — A case study from Mauritius. BMC
➢ Nursing. 2005 (1) diakses 21 desember 2020.
www.biomedcentral.com/1472-6955/4/1
➢ Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
➢ Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
➢ Saksono, A. (1991). Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus Tertulis
Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Depnaker RI, Jakarta
➢ Suarli S dan Bahtiar Yayan. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta:
erlangga
39
40