Anda di halaman 1dari 6

Daftar Isi

Bagian Kelima: Menggagas Kemajuan NU


Nahdlatul Ulama dan Terbentuknya KKNU 317

BAB III SALAHUDDIN DI MATA KERABAT DAN SAHABAT


- Gus Sholah yang Bersahaja dan Terbuka 357
Prof. Dr. Abdul Mu’ti
- Gus Sholah Sang Teknokrat NU 361
Dr. Ali Masykur Musa
- Pemikiran Gus Sholah: NU Sebagai Model Civil Society 366
Ali Zawawi, MA.
- Gerakan Antipolitisi Busuk 374
Romo Benny Soesatyo
- Tak Lelah Merindukan Kemajuan Bangsanya 379
Dr. Burhanuddin Abdullah
- Gus Sholah Sang Moderat dan Penjaga Keseimbangan 386
Prof. Dr. Haedar Nashir
- Mengembangkan Toleransi Aktif 392
KH. Husein Muhammad
- Gus Sholah Negarawan Santun 396
Prof. Ir. Hermawan Kresno Dipojono, MSEE, Ph.D
- Sang Fasilitator Pelembagaan Pancasila 400
Iman PH Sirait, S.Sn., M.Si.
- Keikhlasannya yang Tiada Tara 413
Irfan Asy’ari Sudirman Wahid
- Gus Sholah dan Kelanjutan Proyek-Proyek Sosial 416
Prof. Dr. Kacung Marijan
- Konsistensi Peran Politik Kebangsaan dan Ke-NU-an 421
Dra. Khofifah Indar Parawansa, M.Si.
- Salahuddin Wahid dan Penguatan HAM dan Wawasan 429
Kebangsaan
Prof. Dr. Masykuri Abdillah

Gus Solah Sang Arsitek Pemersatu Umat xv


Bersama Putra Pertama
Irfan Asy’ari Sudirman
Bagian Kelima
Merawat Warisan Sang Kakek

parkir yang sempat retak-retak gara-gara terlalu sering dilewati


bis, dibangun dengan cor beton yang kokoh. Bangunan MCK juga
disediakan di ujung barat tempat parkir.
Walhasil, Pondok Pesantren Tebuireng kini telah menjadi salah
satu tujuan wisata religi dalam paket ziarah Wali Songo. Tak salah jika
Makam Tebuireng oleh para peziarah disebut sebagai Wali Kesepuluh.
Selain pengembangan komplek Makam Tebuireng, karya
monumental yang menjadi visinya, adalah Museum Islam
Nusantara KH. Hasyim Asy’ari (MINHA). Nama ini kemudian
berubah menjadi Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari
(MINHA) ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 18
Desember 2018. Bangunan lima lantai yang berdiri gagah dengan
model bangunan Piramida itu berlokasi 500 meter bagian selatan
dari lokasi Pesantren Tebuireng.

Peresmian
Museum Islam Indonesia
Hasyim Asy’ari
Gus Solah Sang Arsitek Pemersatu Umat 183
Bab I
Biografi Salahuddin Wahid

Selain pengembangan komplek Makam Tebuireng, karya


monumental yang menjadi visinya, adalah Museum Islam
Nusantara KH. Hasyim Asy’ari (MINHA). Nama ini kemudian
berubah menjadi Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari
(MINHA) ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 18
Desember 2018. Bangunan lima lantai yang berdiri gagah dengan
model bangunan Piramida itu berlokasi 500 meter bagian selatan
dari lokasi Pesantren Tebuireng.
Di bawah kepengasuhan Gus Sholah, Pesantren Tebuireng
berkembang meraksasa. Lembaga, infra struktur, personil dan daya
dukung lain meningkat kuantitas dan kualitasnya. Unit-unit dan
bidang baru bermunculan, dengan Pesantren Tebuireng sebagai
sentralnya.
Dalam fase perkembangan yang demikian, sudah barang tentu
Gus Sholah memerlukan keterlibatan banyak pihak yang memiliki
kepedulian terhadap kemajuan Pesantren. Terutama pihak keluarga
besar Mbah Hasyim Asy’ari.
Gus Sholah mewanti-wanti kepada Iqbal Billy Wahid, putra
keduanya, agar ikut terlibat dalam pembangunan untuk memajukan
Pesantren Tebuireng sesuai dengan kapasitasnya.
“Kamu harus ikut berjuang, ikut bercapek-capek, membangun
dan mengembangkan warisan simbah-buyutmu ini. Agar nanti
Mbah Hasyim Asy’ari merasa senang melihat anak, cucu, buyut
dan cicitnya merawat dan mengembangkan warisannya,” ujar Gus
Sholah.
Gus Billy ditugasi oleh ayahnya untuk terus ikut dalam proses
pembangunan Rumah Sakit Hasyim Asy’ari sampai nanti beroperasi.
Gus Sholah mengharapkan kelak Rumah Sakit ini bisa dikelola
secara profesional dan menjadi kebanggaan kita. Rumah Sakit ini
nantinya bisa membantu masyarakat umum yang ingin mendapatkan
pengobatan secara baik dan murah, khususnya warga Jombang yang

184 Gus Solah Sang Arsitek Pemersatu Umat


Bagian Kelima
Merawat Warisan Sang Kakek

tidak mampu, agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik


dan murah.
Gus Billy pernah bertanya kepada ayahnya, “Kenapa sih Papa
kerjakan semua ini. Ya pesantren, ya rumah sakit, ya memproduksi
film. Dan ada kesan Papa buru-buru ingin menyelesaikan semuanya?”
“Semua itu saya tuntaskan, sebab nanti kalau saya meninggal,
ketika saya ketemu Mbah Hasyim, saya bisa sampaikan bahwa tugas
dan tanggung jawab saya sudah saya tunaikan,” ujar Iqbal Billy
Wahid, menirukan ucapan Gus Sholah.
Perihal produksi film, Gus Sholah menyatakan, sejarah itu harus
didokumentasikan agar tidak dilupakan orang.
“Generasi boleh berganti dan orang boleh mati. Tapi sejarah
harus tetap hidup dan diingat oleh orang. Karena itu sejarah harus
didokumentasikan,” ujar Gus Sholah lagi.
Berdasarkan kenangan Mbak Wila terkait kepemiminan
Gus Sholah di Pesantren Tebuireng, ada karakter dan prinsip
kepemimpinan yang kuat dan beda pada diri Gus Sholah. Beliau,
kata Mbak Wila, berhasil meluruskan dan mengubah kondisi atau
ketentuan tidak tertulis yang menurutnya kurang pas bagi kemajuan
pesantren. Dan perubahan itu berlangsung secara smooth. Misalnya,
santri yang sekolah di Tebuireng harus mondok di Tebuireng, yang
tidak mondok di Tebuireng tidak boleh sekolah di Tebuireng. Ada
kondisi seperti itu sebelum Gus Sholah masuk. Masing-masing
dzurriyah punya pesantren, dan para santri yang mondok di sana
tidak boleh sekolah di Tebuireng, dan/atau sebaliknya.
Pada akhirnya oleh Gus Sholah semuanya dijadikan satu. Santri
dari Pondok Gus Irfan, Gus Hakam, Pondok Cukir dan Pondok
Seblak semuanya diperbolehkan sekolah di Tebuireng. “Malah
pembayarannya ditertibkan menjadi satu di Tebuireng. Setiap bulan
dananya dibagikan ke unit-unit pesantren yang ada. Jadi standar
biayanya sama,” ujar Mbak Wila.

Gus Solah Sang Arsitek Pemersatu Umat 185


Bab III
Salahuddin Wahid di Mata Kerabat dan Sahabat

Perjumpaan Demi Perjumpaan


Bersama Gus Sholah
Sabar Mangadu Tambunan
Ketua Gerakan Daulat Desa (GDD)

MENURUT banyak teman, saya ini termasuk orang yang suka pada
gagasan atau ide pembaharuan Gagasan Solutif yang diperjuangkan
oleh seseorang ataupun segelintir orang yang tulus, setia, militan
dan rela berkorban untuk mewujudkannya untuk menjadi fakta dan
kenyataan. Dalam tulisan singkat ini, saya batasi saja pada sosok dan
gagasan dari KH. Salahudin Wahid atau yang lebih dikenal sebagai
Gus Sholah. Kemudian juga saya tahu bahwa Gus Sholah bersahabat
dengan tokoh senior Muhammadiyah Prof. Ahmad Syafi’i Maarif,
atau dikenal sebagai Buya Syafi’i. Juga dengan Bang Sabam Sirait,
politisi senior PDI, kini PDI Perjuangan. Bang Sabam Sirait sendiri
jauh sebelumnya telah bersahabat karib dengan Gus Dur, abang
kandung Gus Sholah.
Sejak saya muda belia, sejak kuliah di Bandung tahun 1980-
an segala gagasan dan kiprah tokoh-tokoh senior ini, Bang Sabam
Sirait, Buya Syafi’i, Gus Dur dan Gus Sholah selalu kucoba ikuti dan
hayati.

Perjumpaan di Gerakan Integritas Nasional (GIN)


Pada tahun 2011 Pdt. Natan Setiabudi, mantan Ketua Umum
Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI) periode tahun 2000-2005

490 Gus Solah Sang Arsitek Pemersatu Umat

Anda mungkin juga menyukai