1
a. Gus Dur menegaskan bahwa “Perbedaan pendapat dirinya dengan Amien
Rais bukan cermin perbedaan pendapat NU dan Muhammadiyah”.
b. “Kita masih dalam taraf belajar demokrasi karena itu wajar saja
perbedaan pendapat itu terjadi,” kata Gus Dur.
3. Huruf kapital digunakan pada nama gelar kehormatan, keagamaan, dan hal-hal
yang berkaitan dengan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
a. Allah Yang Maha Pengasih menyayangi seluruh hamba-Nya.
b. Sesama umat Tuhan, semua pemeluk agama Islam, Kristen, Khatolik,
Budha, dan Hindu harus hidup rukun di bumi Nusantara.
c. Raden Ajeng Kartini, Jenderal Besar Soeharto, Jenderal Wiranto.
d. Semua Nabi, sejak Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW
mengajarkan Tauhid.
4. Huruf kapital digunakan untuk menuliskan unsure singkatan nama gelar,
pangkat, sapaan, dan nama kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan:
a. S.S. (sarjana sastra), S.H. (sarjana hukum), Ir. (insinyur)
b. Kami ucapakan terima kasih atas perhatian Bapak, Ibu, Saudara, Anda
(gunakan salah satu).
c. Namamu siapa Bung? Namamu siapa Nak? Mau ke mana Dik?
5. Huruf kapital digunakan huruf awal nama buku, surat kabar, nama negara,
lambang negara, dokumen resmi, dan nama khas geografi.
a. bacalah buku Cakrawala Bahasa Indonesia karya Prof. Badudu.
b. Berwisata ke danau Toba merupakan [engalaman mengesankan.
c. Tiga bulan ini saya berlangganan Republika dan Pikiran Rakyat.
d. Direktorat Jenderal Pariwisata, Republik Indonesia.
Catatan:
Selain ketentuan di tas, penulisan huruf capital seluruhnya lazim pula digunakan dalam
tata tulis ilmiah seperti penulisan judul KTI: makalah, judul laporan, judul tugas akhir,
dan karya tulis ilmiah lainnya. Penggunaan huruf kapital seluruhnya juga termasuk
dalam penulisan judul bab, judul kata pengantar, judul daftar pustaka, judul daftar isi,
judul grafiuk, judul tabel, judul lampiran.
2
Dalam kaitan itu, penulisan subjudul bab hanya menggunkan huruf kapital untuk
awalnya kecuali unsure seperti: yang, dan, di, dengan, kepada, dalam.
Misalnya:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
3
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
a. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
b. Buatlah kalimat dengan kata duka cita.
c. Jadi, jika kata ubah dilekatkan awalan me- akan muncul kata mengubah,
bukan merubah.
Bentuk baku
a. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.
b. Buatlah kalimat dengan menggunakan kata duka cita.
c. Jadi, jika kata ubah dilekati awalan me- akan muncul kata mengubah bukan
merubah.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah
atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan
dengan ejaannya.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
a. Apakah tidak sebaiknya kita menggunkan kata perantara untuk kata
upgrading.
b. Buha manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mengestana.
c. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
d. Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
e. Ungkapan Wilujeng Sumping dalam bahasa Sunda berarti ‘Selamat datang’.
Kata-kata asing atau bahasa daerah di atas harus dituliskan dengan cetakan
miring seperti berikut ini.
Bentuk Baku
a. Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata perantara untuk kata
upgrading?
b. Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mengestana.
c. Politik devide at impera pernah merajalela di negeri ini.
d. Wetanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
4
e. Ungkapan Wilujeng Sumping dalam bahasa Sunda berarti ‘Selamat datang’.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi garis
di bawahnya. Garis bawah satu itu harus terputus-putus kata demi kata.
C. Penulisan Kata
1. Penulisan kata Dasar, Kata Turunan, Kata Ulang, dan Gabungan Kata
a. Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang
dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai suatu kesatuan yang berdiri
sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulisakan serangkaian dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya
mendapat awalan atau akhiran saja, maka awalan atau akhiran itu dituliskan
serangkai dengan kata yang bersangkutan saja. Kalau gabungan kata sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, maka bentuk kata turunannya itu harus dituliskan
serangkai seluruhnya. Bandingkanlah bentuk tidak bakau dan bentuk baku
berikut.
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
di suruh disuruh
di lebur dilebur
hancurlaburkan hancur leburkan
beritahukan beri tahukan
lipatgandakan lipat gandakan
sebarluaskan sebar luaskan
mempertanggung jawabkan mempertanggungjawabkan
mengkambing hitamkan mengkambinghitamkan
menyebar luaskan menyebarluaskan
mendaya gunakan mendayagunakan
berdayaguna berdaya guna
5
b. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya dibatasi
pada tulisan cepat atau pencatatan informal saja. Pada tulisan-tulisan resmi kata
ulang itu harus ditulis secara lengkap.
Kata ulang, bukan hanya berupa pengulangan kata dasar dan pengulangan
sebagian kata turunan, tetapi mungkin pula berupa pengulangan kata yang
sekaligus mendapat awalan dan akhiran. Kemudian yang lain, salah satu
bagiannya adalah bentuk yang dianggap dari dasar yang sama dengan ubahan
bunyi atau bagian itu sudah agak jauh dari bentuk dasar (bentuk asal). Namun,
apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan.
Bandingkan bentuk tidak baku dan baku berikut ini,
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Jalan2 jalan-jalan
di-besar2-kan dibesar-besarkan
gerak gerik gerak-gerik
sayur mayor sayur-mayur
porak poranda porak-poranda
membolak balikkan membolak-balikkan
berkejar kejaran berkejar-kejaran
didorong dorong didorong-dorong
c. Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya
ditulis terpisah. Kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai
suatu kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi,
gabungan itu haruslah dituliskan serangkai dengan unsur lainnya bandingka
bentuk tidak baku dan bentuk baku berikut ini:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Ibukota ibu kota
Tatabahasa tata bahasa
Kerjasama kerja sama
Bulutangkis bulu tangkis
Rumahsakit umum rumah sakit umum
Olahraga olah raga
6
Jurutulis juru tulis
Lokakarya loka karya
Simpangemapat simpang empat
Duapuluh lima dua puluh lima
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai salah satu kata dituliskan
serangkai. Perhatikan contoh berikut ini:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Mana kala manakala
Sekali gus sekaligus
Bila mana bila mana
Apa bila apabila
Halal bihalal halalbihalal
Sapu tangan saputangan
Mata hari matahari
Bumi putra bumiputa
Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sebagai satu kata yang
mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsure itu harus
dituliskan serangkai dengan unsur lainnya. Bentuk-bentuk tulisan yang disebelah
kanan ialah bentuk yang benar.
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
a moral amoral
antar warga antarwarga
catur tunggal caturtunggal
dasa warsa dasawarsa
dwi warna dwiwarna
ekstra kulikuler ekstrakulikuler
purna wirawan purnawirawan
sub bagian subbagian
pasca sarjana pascasarjana
semi professional semiprofessional
7
Catatan:
(1) Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya
huruf besar/ capital, di antara kedua unsure itu dibubuhkan tanda hubung
(-).
Bentuk Tidak Baku Bentuk baku
NonIndonesia non-Indonesia
PanIslamisme pan-Islamisme
PanAfrikanisme pan-Afrikanisme
(2) Unsur maha dan peri sebagai unsure gabungan kata ditulis serangkai
dengan unsure berikutnya, kecuali jika diikuti oleh kata yang bukan kata
dasar. Perhatikan contoh berikut ini:
Bentuk Tidak Baku
(a) Semoga Yang Maha Kuasa merahmati kita semua.
(b) Semua persoalan kita serahkan kepada yang Maha Tahu.
(c) Kita semua harus memperhatikan peri laku yang baik.
(d) Buatlah peri bahasa dengan menggunkan kata gading.
(e) Marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Mahapenyayang.
(f) Segala tindakan kita harus berdasarkan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
Bentuk Baku
(a) Semoga yang Mahakuasa merahmati kita semua.
(b) Semua persoalan kita serahkan kepada yang Mahatahu.
(c) Kita harus memperhatikan perilaku yang baik.
(d) Buatlah peribahasa dengan menggunakan akata gading.
(e) Marilah kita berdoa kepada Tuhan yang Maha Penyayang.
(f) Segala tindakan kita harus berdasarkan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.
8
ada pertaliannya dengan aku, kamu dan dia- ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Perhatikan contoh berikut:
Bentuk Tidak Baku
a. Sepatu ku ini adalah buatan dalam negeri.
b. Baju mu berwarna merah muda.
c. Kalau mau, kau boleh ambil buku itu.
d. Tas nya masih ada di atas meja.
e. Jika engkau terima cinta ku, semua harta ku boleh kau jual.
Bentuk baku
a. Sepatuku ini adalah buatan dalam negeri
b. Bajumu berwarna merah muda.
c. Kalau mau, boleh kaumbil buku itu.
d. Tasnya masih ada di atas meja.
e. Jika kau terima cintaku, semua hartaku boleh kaujual.
9
d. Mari kita berangkat ke pasar.
e. Si Dadan lebih berpengalaman daripada si Imam.
10
d. Kendati pun hari hujan, ia pergi juga ke sekolah.
e. Biar pun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar kesarjanaan.
Bentuk Baku
a. Sekalipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belum pernah melihat mesjid
Istiqlal.
b. Walaupun ia tidak mempunyai uang, ia tetap gembira.
c. Bagaimanapun beratnya, akan dicobanya mengangkat batu itu.
d. Kendatipun hari hujan, ia pergi juga ke sekolah.
e. Biarpun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar kesarjanaan.
11
Selain itu, angka lazim juga dipakai untuk menandai noor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga untuk menomori
karangan atau bagian-bagiannya.
Misalnya:
Hote Sandi Jaya, kamar 125
Bab XV, pasal 26, halaman 23
Surah Ali Imran, ayat 12
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Cetakan III
b. Penuisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut oini.
Bandingkan bentuk salah dan benar.
Bentuk Tidak Buka Bentuk Baku
Duaratus tigapuluh lima orang dua ratus tiga puluh lima orang
Seratus empatpuluh delapan seratus empat puluh delapan
Satu dua per tiga satu dua pertiga
Delapan tiga per lima deapam tiga perlima
c. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
1) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
2) Abad ke- 20 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
3) Abad ke dua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
4) Selamat Ulang Tahun ke-65 Republik Indonesia.
5) Selamat Ulang Tahun XXV Depkes RI.
Penulisan yang benar adalah sebagai berikut. Jika akan diguna-kan angka
romawi, angka itu tidak perlu didahului kata ke. Sebaliknya, jika kita akan
menggunkaan ke dan angkan arab, setelah ke harus diberi tanda hubung,
misalnya ke-20, kalau dua puluh akan ditulis dengan huruf, kata kedua
dituliskan serangkai.
Bentuk Baku
1) Abad XXI ini dikenla juga sebagai abad teknologi.
2) Abad ke-21 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
3) Abad kedua puluh satu ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
12
4) Selamat Ulang Tahun ke-65 Republik Indonesia.
5) Selamat Ulang Tahun XXV Depkes.
d. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an dan lambang bilangan yang
dapat dinyatakan dengan satu-dua kata, bila ditulis dengan huruf mengikuti cara
sebagai berikut.
1) Angkatan 50-an.
2) Keluaran tahun 70-an.
3) Burham membeli tiga belas ekor ayam jantan.’
4) Perlombaan itu diikuti oleh 250 orang peserta.
5) Konglomerat itu membobol uang negara 850 juta rupiah melalui BNI.
13
1. Tanda Titik (.)
Tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat, singkatan nama orang,
singkatan yang sudah umum dan singkatan gelar, pangkat dan jabatan.
Misalnya:
a. Anak itu terlahir dengan sebelah tangan, tetapi memiliki kecerdasan yang luar
biasa. Dia tampak penuh percaya diri.
b. Kol. Surjono dan Abdul Hakim, S.H. bersaing ketat dalam Pilkada.
c. W.S. Rendra dan Abdul Hadi W.M. merupakan penulis produktif.
d. Sdr. Ketua yang terhormat.
Tanda titik juga digunkan pada penulisan angka menyatakan jumlah untuk memisahkan
angka ribuan, jutaan, dst.
Misalnya:
a. Tebal buku itu 1.255 halaman.
b. Utangnya berjumlah Rp25.250.000,00.
c. Jarak Bandung-Jakarta 150 kilometer atau 150.000 meter.
Tetapi ingat: tanda titik digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal
kata atau suku kata, dan pada singkatan yang dieja seperti satu kata (akronim), serta
pada singkatan lambang kimia dan singkatan mata uang. Tanda titik juga tidak
digunakan pada akhir penulisan alamat, tanggal, ampiran, dan perihal surat.
Misalnya:
a. DPR MPR RI SMUN I Sekjen Dirjen
b. Rp10.000,00 Fe (ferum) Cu (kuprum)
c. Yth. H. Surayuda, Jln. Pajajaran 10, Bandung
d. Perihal : Undangan wawancara
e. Yth. Ibu Rahima Pascautami
Jalan Sarirasa IX/ No.58
Bandung 40151
14
1) Saya menerima hadiah dari Paman berupa sepatu, celana, dan kemeja.
2) Satu dua ... tiga!
3) Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi
Penulisan yang benar adalah sebagai berikut:
1) Saya menerima hadiah dari Paman berupa sepatu, celana, dan kemeja.
2) Atau ungkapan penghubung antarkalimat Satu, dua, ... tiga!
3) Pendidikan Dasar, Menengah, dan Tinggi.
Catatan: jika penggabungan itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan
tidak dibubuhi tanda koma. Akan tetapi, jika penggabungannya terdiri atas lebih
dari dua unsur, di antara unsur-unsurnya ada koma, sebelum unsur terakhir
dibubuhkan kata dan.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan
sedangkan.
Misalnya:
1) Dia bukan mahasiswa Jayabaya, malainkan mahasiswa Atmajaya.
2) Erlin bukan anak saya, melainkan anak Pak Bachtiar.
3) Ayah mau membantu, tetapi kerjakan dahulu tugas itu olehmu.
4) Universitas Trisakti terletak di Grogol, sedangkan Universitas Mercu
Buana terletak di Kebon Jeruk.
5) Ini bukan buku saya, melainkan buku adik saya.
c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya
anak kalimat didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, kalau, agar,
sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya.
Misalnya:
1) Apabila belajar sungguh-sungguh, Saudara akan berhasil dalam ujian.
2) Karena sibuk, ia lupa makan.
3) Karena uangnya habis, ia tidak jadi membeli sepatu.
4) Walaupun hari hujan, ia berangkat juga ke kantor.
15
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam
hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab
itu, sebaliknya, pertama, kedua, misalnya, sebenarnya, bahkan, selain itu, kalau
begitu, kemudian, malah, dan sebagainya.
Misalnya:
1) Pertama, kita harus menguasai maslah itu.
2) Oleh karena itu, kita harus menghargai pendapatnya.
3) Jadi, masalah ini tidak usah dibicarakan lagi.
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
1) Kasihan, dia harus mengganti uang yang hilang itu.
2) Aduh, betulkah saya lulus Sipenmaru?
3) O, kalau begitu, saya setuju.
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:
1) Pak Guru mengatakan, “kamu harus rajin belajar.”
2) “saya sedih sekali” kata Paman, “karena kmu tidak ulus.”
3) Kata Ayah, “Kamu harus berhati-hati.”
4) Murid itu mengatakan, “Kamu harus jujur!”
g. Tanda koma digunakan antara (1) nama dan alamat. (2) bagian-bagian alamat,
(3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:
1) Sdr. Dadan Nurzaman, Jalan Harapan III, Ciledug
2) Anak saya kuliaj di jurusan Perbankan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Perbanas, Jalan Genteng Hijau 12, Kuningan, Jakarta Selatan.
3) Bandung, 10 April 2005.
16
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Badudu, Yus. 1980. Membina Bahasa Indonesia baku. Seri I Bandung:
Pustaka Prima.
2) Tjiptadi, bambang 1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II, jakarta:
Yudistira.
3) Halim, Amran. Editor. 1976. Politik bahasa Indonesia 2. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
i. Tanda koma digunakan diantara nama orang dan gelar akademik yang
mngikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
j. Tanda koma yang digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan
keterangan aposisi.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
1) Si Ali anak Pak Amat sudah lulus ujian.
2) Seorang warga selaku wakil RT 02 mengemukakan pendapatnya.
3) Pada bulan depan kalau saya tidak salah akan diselenggarakan pertemuan
tahunan keluarga kita.
Bentuk Baku
1) Si Ali, anak Pak Amat sudah lulus ujian.
2) Seorang warga, selaku wakil RT 02 mengemukakan pendapatnya.
3) Pada bulan depan, kalau saya tidak salah, akan diselenggarakan
pertemuan tahunan keluarga kita.
k. Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Misalnya:
1) Menteri mengatakan, bahwa pembangunan harus dilanjutkan .
2) Ia lupa makan, karena sibuk.
3) Tenaganya sudah berkurang, sehingga hasil karyanya tidak sempurna
lagi.
Bentuk Baku
17
1) Menteri mengatakan bahwa pembangunan harus dilanjutkan.
2) Ia lupa makan karena sibuk.
3) Tenaganya sudah berkurang sehingga hasil karyanya tidak sempurna
lagi.
18
akhiran –an; dan (e) untuk merangkaikan afiks-awalan dengan kata yang berhuruf awal
huruf kapital atau huruf kapital singkatan.
Misalnya:
a.dua-puluh tiga pertujuh (20 3/7) bandingkan.
b.dua-puluh-tiga pertujuh (23/7)
c.Lomba melukis se-Jawa dan Bali
d.Dia tidak ber-KTP Jawa Barat
e.HUT ke-55 Republik Indonesia
19
Tanda petik tanda kutip tunggal digunakan untuk mengapit kata bahasa
Indonesia yang merupakan padanan kata bahasa asing yang dituliskan bersama-sama.
Kata asingnya dicetak miring kata padanannya diapit oleh dua tanda petik tunggal.
Misalnya:
a. Setiap Ramadhan tiba pasti setiap orang beriman mendambakan bertemu dengan
malam laylatul qadar’malam kemuliaan’.
b. Politik devide et impira ‘memecah belah’ alat ampuh penjajah Belanda.
20
21