Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

OBSERVASI PENGGUNAAN POSISI HIGH FOWLER PADA PASIEN


EFUSI PLEURA DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM FRESIA
2 RSUP DR.HASAN SADIKIN BANDUNG : STUDI KASUS

Alvian Pristy Windiramadhan1*, Asha Grace Sicilia2, Eka Afirmasari3, Sri Hartati4,
Hesty Platini5, Hamidah6
1,2,3,4,5
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia
6
RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia
E-mail: *mr.ianramadhan@gmail.com

Abstrak
Efusi pleura merupkaan penimbunan cairan yang berlebihan pada rongga pleura sehingga menyebabkan seseorang
mengalami sesak nafas. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi sesak nafas dan meningkatkan
oksigenasi agar tidak ketergantungan dengan pemberian oksigen dalam jangka panjang yaitu dengan posisi high
fowler. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus tentang penggunaan posisi high fowler pada
pasien efusi pleura di Ruang Fresia 2 RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilakukan dengan pendekatan
studi kasus pada 3 orang pasien dengan krieria pasien yang di diagnosis efusi pleura pasien yang mengalami sesak
nafas (RR > 24 x/menit), pasien dewasa atau lanjut, pasien dapat berkomunikasi dan bersedia diwawancara,
terpasang CTT atau pigtail dan terpasang oksigen. Setelah dilakukan observasi selama tiga hari ada perbedaan
nilai pernafasan dan saturasi oksigen sebelum dan sesudah posisi high fowler. Rentang nilai pernafasan sebelum
posisi high fowler adalah 24 – 30 kali/menit dengan nilai saturasi oksigen 97 – 98%. Sedangkan rentang nilai
pernafasan sesudah posisi high fowler adalah 22 – 27 kali/menit dengan nilai saturasi oksigen 98 – 99%. Posisi
high fowler merupakan posisi pilihan untuk pasien yang mengalami sesak nafas khususnya pada pasien yang
mengalami efusi pleura.

Kata kunci: efusi pleura ; posisi high fowler; sesak nafas; studi kasus;

Abstract
Observation of Using High Fowler Position in Pleura Efficient Patients in The Medical Ward in Fresia 2 Dr.
Hasan Sadikin Bandung Hospital: Case Study. Pleural effusion is an excessive accumulation of fluid in the pleural
cavity and causing a person to experience shortness of breath. Actions that can be taken to reduce shortness of
breath and increase oxygenation so as not to depend on the provision of oxygen in the long term is by positioning
high fowler. Therefore researchers interested in conducting a case study of the use of high fowler positions in
pleural effusion patients in Fresia Room 2 Dr.Hasan Sadikin Hospital Bandung. The study was conducted with a
case study approach on 3 patients with patients who were diagnosed with pleural effusion of patients experiencing
shortness of breath (RR> 24 x / min), adult or advanced patients, patients can communicate and be willing to be

respiratory values ​ ​ and oxygen saturation before and after the high fowler position. The range of respiratory
interviewed, CTT or pigtail attached and attached oxygen. After observing for three days there were differences in

values ​ ​ before the high fowler position is 24-30 times / minute with an oxygen saturation value of 97-98%. While
the range of respiratory values ​ ​ after the high fowler position is 22-27 times / minute with an oxygen saturation
value of 98 - 99%. The high fowler position is the position of choice for patients who experience shortness of breath,
especially in patients who experience pleural effusion.

Keywords : case study; dyspnea; pleural effusion ; positioning high fowler

87
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

Pendahuluan keberhasilan intervensi keperawatan yang


Efusi pleura merupkaan penimbunan dilakukan.
cairan dalam rongga pleura, akibat jenis Terdapat berbagai penelitian dan
cairan yang transudat, eksudat, atau darah studi yang membahas tentang penggunaan
yang berlebihan pada rongga pleura. Di posisi untuk mengatasi berbagai masalah
Amerika Serikat, setiap tahunnya terjadi 1,5 pernapasan pada pasien dengan bermacam-
juta kasus efusi pleura. Sementara pada macam kasus di luar negeri. Penelitian
populasi umum secara internasional Moaty, Mokadem dan Elhy (2017) tentang
diperkirakan setiap 1 juta orang, 3000 orang efek posisi fowler terhadap oksigenasi dan
terdiagnosis efusi pleura. Di negara-negara status hemodinamik pada pasien dengan
berat, efusi pleura terutama disebabkan oleh cedera kepala menunjukan bahwa posisi semi
gagal jantung kongestif, sirosis hati, fowler dengan elevasi 30° memiliki dampak
keganasan, dan pneumonia bakteri. Di positif terhadap pernapasan dengan hasil
negara sedang berkembang seperti Indonesia, terjadinya peningkatan PaO2, SaO2, dan RR
lazim diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. serta penurunan PaCO2.
(Puspita, Soleha, & Berta, 2015). Safitri dan Andriyani (2008)
Keadaan yang dapat disebabkan efusi menyatakan saat terjadi sesak nafas penderita
pleura antara lain penyakit infeksi, sistemik, biasanya tidak dapat tidur dengan posisi
keganasan, obat-obatan, trauma, dan setelah berbaring, melainkan harus dalam posisi
tindakan operasi. Dengan berbagai keluhan duduk atau setengah duduk untuk
utama penderita seperti sesak napas, batuk meningkatkan ekspansi paru sehingga
tidak produktif, dan lainnya. Pada penderita oksigen lebih mudah untuk masuk ke paru
efusi pleura keluhan semakin meningkat saat dan pola napas kembali optimal. Tindakan
aktivitas, hal ini tergantung dari tingkatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
lesinya (Nasution & Widirahardjo, 2018). oksigenasi, agar tidak ketergantungan
Upaya untuk menurunkan angka dengan pemberian oksigen dalam jangka
kematian akibat sistem pernapasan panjang yaitu dengan positioning high fowler.
memerlukan penangan yang mendasar. Posisi high fowler adalah posisi dimana
Penanganan dasar yang diperlukan berupa tempat tidur di posisikan dengan ketinggian
pengamatan pada penderita sesak nafas 60-90° bagian lutut tidak di tinggikan..
berupa peningkatan usaha napas melalui Kemiringan menggunakan gravitasi
peningkatan RR dan penggunaan otot-otot membantu mengembangkan dada dan
bantu pernapasan guna memenuhi deman mengurangi tekanan abdomen dan diafragma.
doksigen di dalam tubuh. Salah satu tindakan Pada saat gravitasi terjadi akan menarik
keperawatan yang penting adalah positioning diafragma ke bawah serta memungkinkan
yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih
paru sehingga mengurangi sesak (Dean, besar. Posisi ini dibantu penopang sandaran
2014). yang sering digunakan dua bantal yang
Pemilihan posisi untuk penderita diletakkan di punggung dan kepala (Kozier
dengan masalah pernapasan sangat penting dkk, 2011).
untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat. Tujuan tindakan pemberian posisi
Terdapat berbagai macam posisi tidur mulai yang efektif pada penderita sesak nafas
dari supine, pronasi, lateral dan fowler. adalah untuk menurunkan konsumsi O2 dan
Posisi fowler merupakan posisi pilihan untuk ekspansi paru yang maksimal, serta
orang yang mengalami kesulitan pernapasan mempertahankan kenyamanan. Kestabilan
(Kozier, 2011). Oleh karena itu pemilihan pola napas ditandai dengan pemeriksaan fisik
posisi yang tepat sangat menentukan berupa frekuensi pernapasan yang normal,
tidak terjadi ketidakcukupan oksigen

88
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

(hipoksia), perubahan pola napas dan Hasil Penelitian


obstruksi jalan napas (Kozier dkk, 2011). a. Pasien 1
Berdasarkan hasil observasi diruang Ny. W, seorang perempuan berusia 50
Fresia 2 RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung, tahun yang mengalami efusi pleura bagian
tindakan position high fowler merupakan dextra. Pasien di diagnosis Tumor paru
tindakan yang sudah di terapkan pada pasien dextra T4N2M1 dengan metastase pleura dan
yang mengalami sesak nafas. Oleh karena itu para neoplastis. Pasien mengalami sesak
peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus nafas sejak 4 bulan yang lalu disertai dengan
tentang penggunaan posisi high fowler pada batuk berdarah. Berdasarkan hasil
pasien efusi pleura di Ruang Fresia 2 RSUP wawancara pasien statusnya sudah menikah
Dr.Hasan Sadikin Bandung. dan pendidikan terakhirnya SMP. Pasien
merupakan ibu rumah tangga yang bekerja
Metode Penelitian bersama dengan suaminya dirumah
Metode penelitian yang digunakan membuka usaha warung kelontong. Pasien
adalah rancangan penelitian studi kasus. seorang perokok pasif, dimana suaminya
Studi kasus merupakan rancangan penelitian adalah seorang perokok aktif yang
yang mencakup pengkajian satu unit menghabiskan 2 bungkus rokok perhari.
penelitian secara intensif misal klien, Berdasarkan hasil pengkajian di
keluarga, kelompok, komunitas atau institusi. dapatkan, pasien mengalami dispnea tingkat
Rancangan dari suatu studi kasus bergantung III, kesaadarn composmentis E4M6V5,
pada keadaan kasus namun tetap pasien tampak lemah, TD: 120/80 mmHg,
mempertimbangkan faktor penelitian waktu. RR : 28x/menit, HR: 86x/menit, S: 36,1°C,
Keuntungan yang paling besar dari BB 47, kepala dan wajah tidak ada sianosisis,
rancangan ini adalah pengkajian secara mukosa bibir lembab, leher tidak ada
terperinci meskipun jumlah responden pembesaran kelenjar tiroid, terpasang pigtail
sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran pada daerah ICS V posterior bagian dextra
unit subjek secara jelas (Nursalam, 2016). dan dengan mengelurkan cairan pleura
Studi kasus ini bertujuan untuk sebanyak 270 cc berwarna merah dengan
memberikan gambaran tentang penggunaan cara dilakukan aspirasi dengan menggunakan
posisi high fowler pada pasien efusi pleura di spuit. pengembangan dada kanan sama
Ruang Fresia 2 RSUP Dr.Hasan Sadikin dengan kiri, vokal fremitus raba kanan < kiri,
Bandung yang dilakukan selama tiga hari suara perkusi sonor/dullness ICS II, III, ICS
tanggal 25 – 27 November 2019. Penelitian V, VI, suara auskultasi vesikuler/vesikuler
ini tidak menggunakan etik penelitian karena yang menurun ICS II, III, ICS V, VI,
hanya melakukan observasi tanpa ekstremitas terpasang infus NaCl 0,9% 20
memberikan intervensi terhadap tindakan tpm di tangan sebelah kanan, dan terpasang
keperawatan yang sudah lazim dan sering oksigen 2L/menit
digunakan diruangan. Penelitian dilakukan Hasil pemeriksaan penunjang
pada 3 orang pasien dengan krieria Pasien pemeriksaan cairan pleura tanggal 20
yang di diagnosis efusi pleura pasien yang November 2019 di dapatkan LDH cairan
mengalami sesak nafas (RR > 24 x/menit), pleura 832 U/L, albumin cairan pleura 2100
pasien dewasa atau lanjut, pasien dapat mg/dl, protein cairan pleura 4930 mg/dl,
berkomunikasi dan bersedia diwawancara, glukosa cairan pleura 11 mg/dl, rivalta:
terpasang CTT atau pigtail dan terpasang positif, warna: merah, kejernihan: keruh,
oksigen . jumlah sel 1802 sel/uL PMN 16%, MN 84%.
Preparat BTA tidak ditemukan. Sedangkan
hasil pemeriksaan hematologi tanggal 20
November 2019 didapatkan hemoglobin 8,5

89
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

g/dl, hamtokrit 26,7 %, leukosit 10,88 pengembangan dada kanan sama dengan kiri,
10^3/uL, eritrosit 4,15 juta/uL, trombosit 395 vokal fremitus raba kiri < kanan, suara
ribu/uL, MCV 64,3 fL, MCH 20,5 pg, perkusi sonor ICS II, III, ICS V, VI,
MCHC 31,8 %, basofil 0, eosinofil 1, auskultasi terdengar ronhi, Ekstremitas:
neutrofil batang 0, netrofil segmen 79, terpasang infus NaCl 0,9% 20 tpm di sebelah
limfosit 12, monosit 8, PT 1 detik, PT 10,40 tangan kiri., dan terpasang oksigen 2L/menit.
detik, INR 1, INR 0,92, APTT 1 detik, APTT Pasien saat ini terpasang CTT pada ICS V
26,10 detik, glukosa sewaktu 77 mg/dL, posterior bagian sinistra dan terpasang
ureum 26,0 mg/dL, kreatinin 0,59 mg/dL, draignase. Cairan pleura yang dikeluarkan
kalium 4,6mEq/L. sebanyak 340 cc/hari.
Program Terapi yang didapat antara Hasil pemeriksaan penunjang,
lain oksigen nasal kanul 2 liter/menit, diet pemeriksaan cairan pleura tanggal 15
Tinggi kalori Tinggi Protein (TKTP), November 2019 di dapatkan LDH cairan
ceftadizime 26g/6jam, ciprofoloxacin pleura 339 U/L, albumin cairan pleura 1900
400mg/6jam, ketorolac 1g/6jam, omeprazole mg/dl, protein cairan pleura 3740 mg/dl,
40mg/24jam, N-asetilsistein 200 mg/12jam, glukosa cairan pleura 92 mg/dl, rivalta:
codein 20mg 1 tab/8jam, NaCl 0,9% 20 tpm. positif, warna: merah, kejernihan: keruh,
Berdasarkan hasil wawancara pasien jumlah sel 184 sel/uL PMN 65%, MN 35%.
mengatakan sesaknya bertambah apabila Preparat BTA tidak ditemukan. Sedangkan
dengan posisi tidur berbaring dan sesaknya hasil pemeriksaan hematologi tanggal 25
berkurang apabila dengan posisi setengah November 2019 didapatkan hemoglobin 8,5
duduk. Akan tetapi, terasa nyeri pada daerah g/dl, hamtokrit 27,4 %, leukosit 7,04
yang terpasang pigtail sehingga pasien lebih 10^3/uL, eritrosit 2,90 juta/uL, trombosit 234
nyaman dengan posisi tidur high fowler. ribu/uL, MCV 94,5 fL, MCH 29,3 pg,
b. Pasien 2 MCHC 31,0 %, basofil 0, eosinofil 1,
Tn. F, laki-laki berusia 25 tahun yang neutrofil batang3, netrofil segmen 71,
mengalami efusi pleura massif bagian limfosit 11, monosit 14, albumin 2,10 g/dL.
sinistra. Pasien di diagnosis mengalami CAP, Program Terapi yang didapat antara
squamous cell carcinoma sinistra stadium IV lain oksigen nasal kanul 2 liter/menit, diet
dan metastatis pleura pericardium. Sebelum Tinggi kalori Tinggi Protein (TKTP),
sakit, pasien bekerja sebagai karyawan di ceftadizime 26g/6jam, ciprofoloxacin
sebuah pabrik. Pasien mulai merasa sesak 400mg/6jam, ketorolac 1g/6jam, omeprazole
sejak 9 bulan yang lalu. Pasien merupakan 40mg/24jam, paracetamol 500 mg/6jam, N-
seorang perokok aktif dengan menghabiskan asetilsistein 200 mg/12jam, codein 20mg 1
rokok 1 setengah sampai dengan 2 bungkus tab/8jam, NaCl 0,9% 20 tpm.
perhari. Pasien mulai merokok sejak berusia Berdasarkan hasil wawancara, pasien
14 tahun dan masih duduk dibangku SMP. mengatakan sesaknya bertambah apabila
Pasien bekerja sebegai buruh pabrik dan dengan posisi tidur terlentang dan sesaknya
statusnya belum menikah. Pendidikan berkurang bila dengan posisi tidur fowler.
terakhir SMA. Selain fowler pasien, juga merasa nyaman
Berdasarkan hasil pengkajian di dengan posisi fowler bersamaan dengan
dapatkan saat ini masih mengeluh sesak lateral kiri. Hasil observasi setelah dilakukan
nafas, derajat dispnea tingkat IV, kesadaran tindakan posisi fowler RR pasien menurun
composmentis E4M6V5, BB :62 Kg, TD: menjadi 25x/menit.
110/70 mmHg, RR : 32x/menit, HR: c. Pasien 3
92x/menit, S: 36,3°C, kepala dan wajah tidak Pasien ketiga adalah Ny. K, seorang
ada sianosis, mukosa bibir lembab, leher perempuan berusia 44 tahun yang mengalami
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, efusi pleura dextra ec malignancy. Pasien di

90
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

diagnosis mengalami Tumor mediastinum pigtail pada ICS V posterior bagian dextra.
e.c lymphoma dd teratoma metastase KGB Cairan pleura dikeluarkan dengan
dan vena cava superior syndrome grade III. menggunakan spuit sebanyak 120cc/ hari dan
Pasien mengeluh sesak disertai batuk sejak 3 berwarna kuning keruh
bulan yang lalu.Pasien merupakan seorang Hasil pemeriksaan penunjang,
ibu rumah tangga, status sudah menikah dan pemeriksaan cairan pleura tanggal 19
pendidikan terkahir SMA. Pasien seorang November 2019 di dapatkan LDH cairan
perokok pasif, dimana suaminya adalah pleura 119 U/L, albumin cairan pleura 2100
seorang perokok aktif yang menghabiskan 2 mg/dl, protein cairan pleura 4830 mg/dl,
bungkus rokok perhari. glukosa cairan pleura 142 mg/dl, rivalta:
Pasien saat ini masih mengeluh sesak positif, warna: kuning, kejernihan: agak
nafas. Sesaknya bertambah berat apabila keruh, jumlah sel 214 sel/uL PMN 5%, MN
pasien batuk dan melakukan aktivitas terlalu 95%. Preparat BTA tidak ditemukan.
erat. Berdasarkan hasil pengkajian di Sedangkan hasil pemeriksaan hematologi
dapatkan, kesadaran composmentis E4M6V5, tanggal 24 November 2019 didapatkan kadar
derajat dispnea tingkat IV, BB 82 kg, TD: hemoglobin 14,5 g/dl, hamtokrit 43,2 %,
120/80 mmHg, RR : 28x/menit, HR: leukosit 14,54 10^3/uL, eritrosit 4,91juta/uL,
88x/menit, S: 37,0°C, kepala dan wajah tidak trombosit 346 ribu/uL, MCV 88.0 fL, MCH
ada sianosis, mukosa bibir lembab, leher 29,5 pg, MCHC33,6 %.
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, Program Terapi yang didapat antara
pengembangan dada kanan sama dengan kiri, lain oksigen nasal kanul 2 liter/menit, diet
palpasi vokal fremitus raba kanan < kiri , Tinggi kalori Tinggi Protein (TKTP),
suara perkusi sonor ICS II, III, ICS V, VI, ceftadizime 26g/6jam, ciprofoloxacin
suara auskultasi ronhi, Ekstremitas terpasang 400mg/6jam, ketorolac 1g/6jam, omeprazole
infus NaCl 0,9% 20 tpm di sebelah kaki 40mg/24jam, N-asetilsistein 200 mg/12jam,
sinistra dan terpasang oksigen dengan nasal codein 20mg 1 tab/8jam NaCl 0,9% 20 tpm.
canul 2L/menit. Saat ini pasien terpasang

Tabel 1
Demografi dan Status Kesehatan
No Data Pasien I Pasien II Pasien III
1 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan
2 Diagnosa Efusi Pleura Dextra, Efusi Pleura massif Efusi pleura dextra ec
Tumor paru dextra sinistra, CAP, squamous malignancy, Tumor
T4N2M1 dengan cell carcinoma sinistra mediastinum e.c
metastase pleura dan para stadium IV dan metastatis lymphoma dd teratoma
neoplastic pleura pericardium metastase KGB dan
vena cava superior
syndrome grade III
3 Usia 50 tahun 25 tahun 44 tahun
4 Status Menikah Belum menikah Menikah
5 Pendidikan SMP SMA SMA
6 Lama Rawat 7 Hari 9 hari 7 hari
7 Durasi Penyakit 4 Bulan 9 bulan 2 bulan
8 BB 47 kg 62 kg 82 kg
9 Riwayat rokok Perokok pasif, suami 2 Perokok aktif, 1 Perokok pasief, suami
bungkus per hari setengah-2 bungkus & anak 1-2 bungkus
perhari perhari
10 Terapy Ciprofoloxacin Ceftadizime 26g/6jam, Ciprofoloxacin
400mg/6jam, ketorolac ciprofoloxacin 400mg/6jam, ketorolac
1g/6jam, omeprazole 400mg/6jam, ketorolac 1g/6jam, omeprazole
40mg/24jam, N- 1g/6jam, omeprazole 40mg/24jam, N-

91
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

asetilsistein 200 40mg/24jam, N- asetilsistein 200


mg/12jam, codein 20mg asetilsistein 200 mg/12jam, codein
1 tab/8jam NaCl 0,9% 20 mg/12jam, codein 20mg 20mg 1 tab/8jam NaCl
tpm, 1 tab/8jam, NaCl 0,9% 20 0,9% 20 tpm.
tpm
11 Rencana Radioterapy Radioterapy Radioterapy
Tindak lanjut Kemoterapy

Tabel 2
Observasi status pernafasan dan saturasi oksigen pada posisi semi fowler dan fowler
No Pasien Data Hari 1 Hari 2 Hari 3
1 Pasien 1 RR sebelum posisi high fowler 26 x/menit 26x/menit 25x/menit
SpO2 sebelum posisi high fowler 97 98 98
RR posisi sesudah fowler 24 x/menit 22 x/menit 22 x/menit
SpO2 sesudah posisi fowler 98 99 99
2 Pasien 2 RR sebelum posisi high fowler 30 x/menit 28x/menit 28x/menit
SpO2 sebelum posisi high fowler 97 97 98
RR posisi sesudah fowler 27 x/menit 25 x/menit 24 x/menit
SpO2 sesudah posisi fowler 97 98 98
3 Pasien 3 RR sebelum posisi high fowler 28 x/menit 25x/menit 24x/menit
SpO2 sebelum posisi high fowler 96 98 98
RR posis sesudahi fowler 22 x/menit 23 x/menit 22 x/menit
SpO2 sesudah posisi fowler 98 98 99

Pembahasan sebagai ibu rumah tangga dan satu orang


Pada pembahasan ini, peneliti sebagai buruh pabrik. Berdasarkan lama
menjelaskan tiga orang pasien efusi plura rawat, dua orang pasien dirawat pada hari ke
yang sudah ditentukan berdasarkan kriteria tujuh dan satu orang dirawat pada hari ke
inklusi. Semua pasien dalam penelitian ini Sembilan. Rentang durasi lamanya penyakit
adalah pasien mengalami sesak nafas yang adalah dua sampai dengan Sembilan bulan.
peneliti lakukan observasi nilai status Rentang berat badan pasien adalah 47 – 82
pernafasan dan saturasi oksigen terhadap kg. Berdasarkan riwayat merokok, satu
intervensi tindakan pengaturan positioning orang sebagai perokok aktif dengan
yang dilakukan oleh perawat diruangan banyaknya perhari adalah satu setengah
untuk mengurangi sesak nafas. Observasi ini sampai dengan dua bungkus rokok perhari,
peneliti lakukan selama tiga hari berturut- sedangkan dua orang lainnya adalah sebagai
turut pada saat sebelum dan sesudah perawat perokok pasif.
mengatur posisi high fowler. Kemudian Semua pasien dalam studi kasus ini
peneliti membandingkan hasil observasi sudah terpasang CTT dan pigtail. Jumlah
nilai pernafasan dan saturasi oksigen pada cairan pleura yang dikeluarkan saat aspirasi
tiga pasien tersebut dengan teori dan jurnal bervariasi antara 120 sampai dengan
yang ada. 270cc/hari. Berdasarkan hasil pemeriksaan
Secara demografi dua orang pasien cairan pleura, semua pasien mengalami efusi
berjenis kelamin perempuan dan satu orang pleura di sebabkan oleh carcinoma atau
lainnya adalah laki-laki. Rentang usia malignasi. Di tandai dengan terdapatnya
pasien dari 25 sampai dengan 50 tahun. Dua cairan efusi pleura yang berwarna merah dan
orang pasien statusnya sudah menikah, kuning serta diagnose medis yang di tegakan
sedangkan satu orang pasien lainnya belum dokter yaitu : Efusi Pleura Dextra Tumor
menikah. Berdasarkan tingkat paru dextra T4N2M1 dengan metastase
pendidikannya, dua orang pasien pendidikan pleura dan para neoplastic, Efusi Pleura
terakhirnya SMA dan satu orang SMP. Dari massif sinistra, CAP, squamous cell
pekerjaanya, dua orang pasien bekerja carcinoma sinistra stadium IV dan metastatis

92
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

pleura pericardium serta Efusi pleura dextra mengalami kesulitan pernapasan (Kozier,
ec malignancy, Tumor mediastinum e.c 2010).
lymphoma dd teratoma metastase KGB dan Menurut penelitian Najafi, et all
vena cava superior syndrome grade III. (2018) tentang “The Effect of Position
Dari hasil observasi dan wawancara Change on Arterial Oxygen Saturation in
semua pasien mengeluh sesak nafas, batuk, Cardiac and Respiratory Patients: A
bahkan ada satu pasien yang mengeluh Randomised Clinical Trial”. Hasil penelitian
batuk berdarah. Menurut McGrath, (2011) ini menunjukkan persentase saturasi oksigen
pada seseorang yang mengalami efusi pleura, rata-rata memiliki perbedaan yang signifikan
gejala klinis dapat berupa keluhan sesak secara statistik pada posisi semi fowler
nafas, rasa berat pada dada, nyeri bisa timbul dibandingkan dengan posisi pronasi dan
akibat efusi yang banyak berupa nyeri supinasi (p = 0,016). Ditemukan juga bahwa
pleuritik atau nyeri tumpul yang terlokalisir, ada perbedaan yang signifikan antara
pada beberapa penderita dapat timbul batuk- saturasi oksigen rata-rata pada tiga titik
batuk kering. Keluhan berat badan menurun berbeda yaitu ujung jari, daun telinga dan
dapat dikaitkan dengan neoplasma dan ujung jari kaki yang lebih besar (p <0,001).
tuberkulosis, batuk berdarah dikaitkan Pada posisi low fowler, posisi semi
dengan neoplasma, emboli paru dan fowler dan posisi high fowler menunjukkan
tuberkulosa yang berat. Demam subfebris peningkatan posisi badan condong kedepan
pada tuberkulosis, demam menggigil pada dapat meningkatkan fungsi ventilasi paru.
empiema, ascites pada sirosis hepatis. Peningkatan ventilasi paru ini disebabkan
Berdasarkan hasil pengkajian, dari oleh posisi badan yang condong kedepan
ketiga pasien semuanya mengeluh sesak atau keatas mengakibatkan organ abdominal
nafas. Rentang pernafasan pasien adalah 28 tidak menekan diafrgama sesuai dengan
– 32 kali/menit. NANDA (2018) tingkat kenaikan posisi fowler. Dari hasil
mengungkapkan masalah keperawatan yang wawancara dengan ketiga pasien, di
umum terjadi pada penderita sesak nafas dapatkan data bahwa posisi tidur setengah
yaitu salah satunya pola napas tidak efektif duduk atau semi fowler dapat membantu
dan gangguan pertukaran gas. Pola napas mengurangi keadaan sesak nafasnya dari
tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya pada posisi tidur terlentang atau supinasi.
ekspansi paru akibat akumulasi cairan Akan tetapi, posisi semi fowler dianggap
sehingga akan menimbulkan manifestasi masih kurang nyaman karena menimbulkan
klinis seperti peningkatan frekuensi napas, sensasi nyeri pada lokasi pemasangan CTT
kesulitas bernapas (dipsnea), penggunaan dan pigtail.
otot-otot bantu pernapasan, dan kasus-kasus Posisi high fowler adalah posisi
berat muncul seperti sianosis. duduk dimana kepala di tinggikan paling
Intervensi keperawatan yang bisa sedikit 60-90°. Kemiringan menggunakan
dilakukan untuk mengurangi masalah sesak gravitasi membantu mengembangkan dada
nafas salah satunya adalah dengan dan mengurangi tekanan abdomen dan
positioning. Hal ini bertujuan untuk diafragma. Pada saat gravitasi terjadi akan
meningkatkan ekspansi paru sehingga menarik diafragma ke bawah serta
mengurangi sesak (Dean, 2014). Pemilihan memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi
posisi untuk penderita dengan masalah paru yang lebih besar. Posisi ini dibantu
pernapasan sangat penting untuk penopang sandaran yang sering digunakan
memfasilitasi pernapasan yang adekuat. dua bantal yang diletakkan di punggung dan
Terdapat berbagai macam posisi tidur mulai kepala (Kozier dkk, 2011).
dari supine, lateral dan fowler. Posisi fowler Berdasarkan hasil observasi terdapat
merupakan posisi pilihan untuk orang yang perubahan nilai pernafasan dan saturasi
oksigen sebelum dan sesudah dilakukan

93
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

posisi high fowler oleh perawat diruangan. mengurangi sesak nafas dibandingkan semi
Penilaian sebelum posisi high fowler fowler.
dilakukan dengan posisi standar diruangan Hasil studi kasus ini berbanding
pada kasus pasien dengan efusi pleura terbalik dengan penelitian yang di lakukan
dengan menggunakan posisi semi fowler. Ritianingsih tentang Pengaruh Posisi Duduk
Pengukuran nilai pernafasan dan saturasi High Fowler dan Orthopneic Terhadap
oksigen adalah selama satu menit. Fungsi Ventilasi Paru Pada Asuhan
Kemudian setelah dilakukan posisi high Keperawatan Pasien PPOK di Rs Paru Dr.
fowler selama 30 menit, peneliti kembali M. Goenawan Partowidigdo Bogor yang
lagi melakukan pengukuran nilai pernafasan bertujuan untuk menjelaskan perbedaan
dan saturasi oksigen selama satu menit. pengaruh posisi duduk high fowler dan
Rentang nilai pernafasan pasien orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru
sebelum posisi high fowler pada hari pada asuhan keperawatan pasien PPOK di
pertama adalah 26 - 30 kali permenit dengan RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
nilai saturasi oksigen 96 – 98%. Sedangkan Bogor. Metode penelitian yang digunakan
setelah dilakukan posi high fowler selama 30 adalah Quasi eksperimen, Pre & post test
menit, rentang nilai frekuensi pernafasan 22 pada 36 orang pasien PPOK yang dirawat di
– 27 kali permenit dan nilai saturasi oksigen RS Paru Dr.Goenawan Partowidigdo
97 – 98%. Rentang nilai pernafasan pasien Cisarua Bogor yang diambil secara
sebelum posisi high fowler pada hari kedua purposive sampling. Hasil penelitian ini
adalah 26 - 28 kali permenit dengan nilai menunjukkan bahwa frekuensi nafas
saturasi oksigen 97 – 98%. Sedangkan memiliki nilai yang sama. Posisi high fowler
setelah dilakukan posi high fowler selama 30 dan orthopneic dapat meningkatkan nilai
menit, rentang nilai frekuensi pernafasan 22 APE (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic
– 25 kali permenit dan nilai saturasi oksigen dapat meningkatkan nilai APE lebih baik
98 – 99%. Rentang nilai pernafasan pasien dibandingkan high fowler (p=0,0005). Usia
sebelum posisi high fowler pada hari ketiga berhubungan terhadap peningkatan nilai
adalah 24 - 28 kali permenit dengan nilai APE pasien PPOK baik pada posisi high
saturasi oksigen 98 – 99%. Sedangkan fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic
setelah dilakukan posi high fowler selama 30 (p=0,0005). Tinggi badan, berat badan, dan
menit, rentang nilai frekuensi pernafasan 22 jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi
– 24 kali permenit dan nilai saturasi oksigen ventilasi paru baik pada posisi high fowler
98 – 99%. maupun orthopneic.
Hasil studi kasus ini sejalan dengan Penelitian lain yang dilakukan
penelitian Meilirianta, Tohri dan Suhendra Annisa, Utomo, & Utami (2015), pada posisi
(2010) tentang posisi semi-fowler dan posisi telentang individu mengalami dua proses
high fowler terhadap perubahan saturasi fisiologi yang dapat menekan pernafasan
oksigen pada pasien asma bronkial di Ruang yaitu peningkatan volume darah dalam
rawat inap D3 dan E3 Rumah Sakit Umum rongga toraks dan kompresi dada. Akibatnya,
Daerah Cibabat Cimahi. Hasil penelitian ini proses pertukaran udara pada seseorang
menunjukkan bahwa Rerata perubahan yang berbaring telentang tidak berlangsung
saturasi oksigen setelah dilakukan posisi secara maksimal. Sedangkan pada posisi
semi-fowler sebesar 93.20 sedangkan pada semi fowler ini menunjukkan peningkatan
posisi high fowler sebesar 94.60. posisi badan condong kedepan yang dapat
Berdasarkan uji paired t-test diperoleh angka meningkatkan fungsi ventilasi paru. Posisi
signifikan yaitu P =0.001. Artinya Posisi badan yang condong kedepan atau keatas
High fowler lebih efektif dalam inilah yang mengakibatkan organ abdominal
meningkatkan perubahan saturasi dan tidak menekan diafrgama sesuai dengan
tingkat kenaikan posisi fowler. Sehingga

94
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

dengan posisi fowler inilah pasien akan oksigen sebelum dan sesudah dilakukan
merasakan nyaman saat bernapas. posisi high fowler oleh perawat diruangan.
Terdapat perbedaaan peningkatan Penilaian sebelum posisi high fowler
saturasi oksigen pada ketiga pasien. Pada Tn. dilakukan dengan posisi standar diruangan
F saturasi awalnya 97% setelah diberi posisi pada kasus pasien dengan efusi pleura
high folwer naik menjadi 98%, sehingga dengan menggunakan posisi semi fowler.
didapatkan kenaikan sebesar 1%. Sedangkan a. Rentang nilai pernafasan pasien sebelum
pada Ny. W dan Ny.K saturasi awalnya 97% posisi high fowler pada hari pertama
setelah diberi posisi high fowler naik adalah 26 - 30 kali permenit dengan nilai
menjadi 99%, sehingga didapatkan kenaikan saturasi oksigen 96 – 98%. Sedangkan
sebesar 2 %. Perbedaan kenaikan ini setelah dilakukan posi high fowler
disebabkan karena kadar Hemoglobin (Hb) selama 30 menit, rentang nilai frekuensi
dalam darah yang berbeda, pada Tn. F kadar pernafasan 22 – 27 kali permenit dan
Hbnya rendah yaitu 8,5 g/dl sedangkan pada nilai saturasi oksigen 97 – 98%.
Ny.K kadar Hbnya normal yaitu 14,5 g/dl. b. Rentang nilai pernafasan pasien
Kadar Hb yang rendah inilah dapat sebelum posisi high fowler pada hari
mengurangi pasokan oksigen yang sampai kedua adalah 26 - 28 kali permenit
ke jaringan. dengan nilai saturasi oksigen 97 – 98%.
Penurunan nilai status pernafasan Sedangkan setelah dilakukan posi high
dan saturasi oksigen setelah positioning high fowler selama 30 menit, rentang nilai
fowler bisa juga di pengaruhi oleh frekuensi pernafasan 22 – 25 kali
pemberian oksigen. Dari hasil studi kasus di permenit dan nilai saturasi oksigen 98 –
dapatkan data bahwa semua pasien diberikan 99%.
oksigen 2 liter/menit dengan menggunakan c. Rentang nilai pernafasan pasien sebelum
nasal canule. Terapi oksigen merupakan posisi high fowler pada hari ketiga
suatu intervensi medis berupa upaya adalah 24 - 28 kali permenit dengan nilai
pengobatan dengan pemberian oksigen saturasi oksigen 98 – 99%. Sedangkan
untuk mencegah atau memerbaiki hipoksia setelah dilakukan posi high fowler
jaringan dan mempertahankan oksigenasi selama 30 menit, rentang nilai frekuensi
jaringan agar tetap adekuat dengan cara pernafasan 22 – 24 kali permenit dan
meningkatkan masukan oksigen ke dalam nilai saturasi oksigen 98 – 99%.
sistem respirasi, meningkatkan daya angkut
oksigen ke dalam sirkulasi dan Hasil penelitian ini yaitu posisi high
meningkatkan pelepasan atau ekstraksi fowler dapat diaplikasikan perawat yang
oksigen ke jaringan (Widiyanto, 2014). merawat pasien yang mengalami sesak nafas
Selain itu, terapy pemberian obat juga khususnya pada pasien yang mengalami
memungkinkan untuk mengurangi sesak efusi pleura.
nafas. Semua pasien mendapatkan therapy
codein dan N asetilsistein untuk menguragi Referensi
gejala batuk dan mengencerkan dahak yang Annisa, Utomo, & Utami. (2015). Pengaruh
menghalangi saluran pernafasan. Perubahan Posisi Terhadap Pola
Nafas Pada Pasien Gangguan
Simpulan Pernafasan. Program Studi Ilmu
Posisi high fowler merupakan posisi Keperawatan Universitas Riau. 292-
pilihan untuk pasien yang mengalami sesak 303
nafas khususnya pada pasien yang
mengalami efusi pleura. Berdasarkan hasil Dean, E. (2014).Effect of Body Position on
observasi selama tiga hari, terdapat Pulmonary Function. Journal of
perubahan nilai pernafasan dan saturasi American Physical Therapy

95
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 4 No 1, Hal 87-96, Mei 2020 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714 6502

Kozier, B., Erb, G., Berman, Audrey., Nasution & Widirahardjo. (2018).
Snyder, S. J. (2011) Buku ajar Perubahan Faal Paru pada Penderita
Fundamental Keperawatan, Konsep, Efusi Pleura setelah Tindakan
Proses dan Praktik. Ed. 7.Vol. 1. Aspirasi Cairan Pleura. Majalah
Jakarta:EGC Kedokteran Nusantara. Vol 51 No 1
Maret 2018
McGrath E, Anderson PB. (2011) Diagnosis
of Pleural Effusion : a Systematic Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian
Approach. American Journal of Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Critical Care. Vol 20, No. 2. Praktis, Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika
Meilirianta, Tohri. T & Suhendra (2010).
Posisi Semi-Fowler Dan Posisi High Puspita, Soleha, & Berta, 2015. Penyebab
Fowler Terhadap Perubahan Saturasi Efusi Pleura di Kota Metro pada
Oksigen Pada Pasien Asma Bronkial tahun 2015. Journal ArgoMedicine.
Di Ruang Rawat Inap D3 Dan E3 Universitas Lampung.
Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat
Cimahi. Safitri, R. & Andriyani, A.
(2011).Keefektifan Pemberian Posisi
Moaty, A. M. A,Mokadem, N. M dan Elhy, Semi Fowler Terhdap Penurunan
A. H.A. (2017). Effect of Sesak Nafas Pada Pasien Asma Di
Semifowler’s Positions on Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD
Oxygenation and Hemodynamic Dr. Moewardi Surakarta.Prodi S1
Status among Critically III Patients keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
With Traumatic Brain Injur. Kesehatan Aisyiyah Surakarta. Vol.
International Journal of Novel 8, No. 2 Agustus 2011.
Research in Healthcare and Nursing.
Vol 4, Issu 2 WHO,(2017).Monitoring Health For The
Najafi, S., Dehkordi, S. M., & SDGs, Sustainable Development
Basirimoghaddam, M. (2018). The Goals. ISBN 978-92-4-156548-6
Effect Of Position Change On
Arterial Oxygen Saturation In Widiyanto B, Yasmin LS. (2014). Terapi
Cardiac And Respiratory Patients : A Oksigen terhadap Perubahan Saturasi
Randomised Clinical Trial. 33–37. Oksigen melalui Pemeriksaan
Oksimetri pada Pasien Infark
Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Miokard Akut (IM-A). Prosiding
Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Konferensi Nasional II PPNI Jawa
Edisi 11 editor T Heather Herdman, Tengah. 1(1): 138-43.
Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

96

Anda mungkin juga menyukai