Eutrofikasi 1
Eutrofikasi 1
andinurafia85@gmail.com
ABSTRAK
Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,
seperti dalam bidang pertanian dan proses budidaya perikanan khususnya di Sungai Jneberang.
Sepanjang aliran Sungai Jeneberang terdapat area pesrsawahan, pertambangan dan
pemukiman penduduk yang menyebabkan masuknya bahan organik ke badan aliran sungai.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat eurofikasi yang terjadi di Sunagai
Jeneberang dan juga untuk mengetahui pengaruh eutrofikasi terhapdap kualitas air di sungai
tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriktif dengan menggunakan metode
survei, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel air pada lima stasiun yakni, daerah
hulu, tengah dan hilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eutrofikasi telah terjadi di Sungai
Jenebrang dan berada pada status hipertrofik. Selain itu, dari hasil uji regresi diperoleh bahwa
eutrofikasi berpengaruh nyata terhadap kandungan oksigen terlarut dan pH pada sungai
Jeneberang. Namun, eutrofikasi tidak berpengaruh nyata terhadap kelimpahan plankton, dan
suhu.
Kata Kunci: Eutrofikasi, pH, suhu, oksigen terlarut, plankton.
ABSTRACT
The river is one of the natural resources that are beneficial to human life, such as in agriculture and
aquaculture processes, particulary in the Jeneberang River. Along the Jeneberang River flow, be found a
rice fields area, mining and resident settlements which causes the entry of organic matter into river flow
bodies. The purpose of this study was to determine the level of eurofication that occurred in the
Jeneberang River and also to determine the effect of eutrophication on water quality in that river. This
research was descriptive research using survey methods, this research was carried out by taking water
samples at five stations namely, upstream, middle and downstream. The results showed that
eutrophication had occurred in the Jenebrang River and was at the hypertrophic status. In addition, the
results of the regression test showed that eutrophication had a significant take effect on dissolved oxygen
content and Ph on the Jeneberang river. However, eutrophication does no significant effect on abundance
plankton, and temperature.
Keywords : Eeutrophication, pH, temperature, dissolved oxygen, plankton
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
10 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23
ditentukan oleh kualitas air dan ketersediaan mempengaruhi penggunaan air kimia dan
pakan didalamnya. Namun, stabilitas biologis untuk dimanfaatkan oleh manusia
ekosistem di sungai dapat rusak akibat baik secara langsung maupun tidak
beberapa faktor diantaranya adalah aktivitas langsung.
manusia sebagai penggunanya yang dapat Selain di daerah hulu, aktivitas
membuat sungai tersebut tercemar. manusia juga berlangsung di sepanjang
Peningkatan aktivitas manusia pada sungai terutama di daerah pemukiman.
daerah aliran sungai dikhawatirkan akan Limbah pemukiman ada yang langsung
membawa dampak negatif bagi dialirkan ke sungai sehingga juga dapat
keseimbangan ekosistem yang ada di memberikan dampak negatif terhadap
sungai. Hal ini disebabkan seiring kualitas air sungai. Aktivitas masyarakat
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat sehari-hari dapat menyebabkan masuknya
dan banyaknya aktivitas manusia yang bahan pencemar. Menurut Alamsyah (1999)
membuang limbahnya ke sungai. dalam Patang (2009) pencemaran
Pencemaran dan sedimentasi tinggi akibat lingkungan pesisir dan laut dapat
suplai dari daerah aliran sungai terutama diakibatkan oleh limbah buangan kegiatan
oleh aktifitas penambangan, pertanian tau aktivitas di daratan (land based
maupun oleh limbah rumah tangga (Ayyub, pollution) maupun kegiatan atau aktivitas di
et al., 2018). lautan (Sea based poluution)
Salah satu sungai yang terdapat di Masukan bahan organik yang
Sulawesi Selatan yaitu Sungai Jeneberang. terbawa melalui limbah yang dihasilkan
Sungai ini terdapat di Kabupaten Gowa oleh kegiatan manusia akan masuk ke
dengan hulu terdapat di daerah Bili-Bili dan perairan dan pada kondisi tertentu akan
bermuara di laut lepas yakni Tanjung mengganggu existing perairan.
Bayang. Sepanjang aliran Sungai Kandungan bahan organik yang terlalu
Jeneberang terdapat rumah pemukiman dan tinggi akan menyebabkan perairan
banyak aktivitas manusia yang tentunya mengalami eutrofikasi. Eutrofikasi ialah
menghasilkan limbah dan dibuang langsung pencemaran air yang disebabkan oleh
di sungai. Khususnya di daerah hulu sungai munculnya nutrient yang berlebihan ke
tersebut, terdapat area persawahan yang dalam ekosistem air yang berakibat tidak
dalam usaha budidaya menggunakan bahan terkontrolnya pertumbuhan tumbuhan air
kimia yang akan menghasilkan limbah. (Simbolon, 2016). Peningkatan kadar
Lahan pertanian tersebut menggunakan bahan organik ditandai dengan terjadinya
pemupukan yang berat sehingga ketika peningkatan fitoplankton dan tumbuhnya
sebagian dari pupuk ini tercuci oleh air hujan air yang meningkat (blooming algae).
maka air limbah pertanian tersebut masuk Bahan organik dan senyawa nutrisi
ke dalam badan air. Tentunya hal tersebut yang muncul dalam badan air kemudian
akan menyumbangkan limbah atau residu didekomposisi oleh bakteri menggunakan
kimia ke sungai dan dapat berdampak pada oksigen terlarut untuk proses biokimia
kualitas airnya. Menurut Patang (2014), maupun proses biodegradasi. Hal ini akan
kualitas air dapat secara luas didefinisikan mengakibatkan penurunan kadar oksigen
sebagai faktor-faktor fisik, yang terlarut dalam badan air. Oksigen
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23 11
merupakan gas tak berbau, tak berasa dan sudah lama juga belum ada yang mengkaji
hanya sedikit terdapat dalam air. Untuk tentang eutrofikasi. Oleh karena itu, pada
mempertahankan hidupnya, makhluk yang penelitian ini mencoba untuk mengkaji
tinggal di dalam air baik hewan maupun pengaruh eutrofikasi terhadap kualitas air di
tumbuhan bergantung pada oksigen terlarut sungai Jeneberang.
ini. Oksigen dibutuhkan untuk pernapasan Tujuan Penelitian
dan proses metabolisme. Eutrofikasi juga Tujuan yang ingin dicapai dalam
dikhawatirkan akan meningkatkan
penelitian ini adalah untuk menganalisis
kandungan amonia yang bersifat toksik adanya eutrofikasi di Sungai Jeneberang,
bagi biota air. Aktivitas manusia di daerah untuk menegetahui kualitas air Sungai
aliran Sungai Jeneberang telah berlangsung Jeneberang dan untuk mengetahui
cukup lama, sehingga diindikasikan air pengaruh eutrofikasi terhadap kualitas air di
sungai tersebut telah mengalami
Sungai Jeneberang
pencemaran terutama disebabkan air
limbah domestik, industri dan pertanian. METODE PENELTIAN
Perubahan tatahguna lahan ditandai Jenis penelitian ini adalah penelitian
dengan meningkatnya aktivitas domestik, deskriptif dengan menggunakan metode
pertanian dan industri akan survei yang bertujuan untuk mengetahui
mempengaruhi kualitas air sungai pengaruh eutrofikasi terhadap kualitas air di
terutama limbah domestik. Telah dilakukan Sungai Jeneberang. Lokasi pengambilan
beberapa penelitian pada sungai sampel air di Sungai Jeneberang dapat
Jeneberang. dilihat pada Gambar 1.
Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan, selain waktu penelitian yang
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
12 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23 13
1.471 1.473
1.5
1.129
0.878 0.901
(mg/l)
0.5
0
1 2 3 4 5
Stasiun
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
14 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23
L-1. Kandungan Fosfat dalam air merupakan perairan waduk saguling adalah eutrofik
karakteristik kesuburan perairan yang karena berada pada kisaran 0,035- 0,1 mg
bersangkutan. Tingginya kandungan Fosfat L-1.
di Sungai Jeneberang umumnya disebabkan Sama halnya dengan nutrien yang
karena banyaknya unsur hara yang masuk lain, Fosfat di perairan sangat dimungkinkan
ke dalam badan sungai yang berasal dari berasal dari daratan. Sumber utama Fosfat
pemukiman, industri, area persawahan dan adalah pemupukan dari kegiatan pertanian
peternakan masyarakat. Pada umumnya dan pertambakan, limbah industri atau
perairan yang mengandung Fosfat antara bahkan limbah rumah tangga.
0,03-0,1 mg L-1 adalah perairan yang Kualitas Air dan Pengaruh Eutrofikasi
oligotrofik. Kandungan antara 0,11 -0,3 mg terhadap Kualitas Air
L-1 perairan yang mesotrofik dan kandungan pH
antara 0,31 –1,0 mg L-1 adalah perairan
Hasil pengukuran pH pada aliran
eutrofik (Hidayat, 2001). Sejalan dengan Sungai Jeneberang berkisar antara 6,28
peneltian Hariani (2013) menunjukkan sampai dengan 7,98 dapat dilihat pada
bahwa berdasarkan kandungan Fosfat di Gambar 4.
setiap stasiun menunjukkan bahwa status
10
7.44 7.98
8 6.62 6.28 6.64
6
pH
4
2
0
1 2 3 4 5
Stasiun
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23 15
8. Kondisi ini dapat dikatakan baik karena daerah sungai. Hal ini sejalan dengan
masih berada dalam kisaran baku mutu air pendapat Susana (2009) bahwa kenaikan
kelas II. Berdasarkan Peraturan Pemerintah pH yang terjadi dari arah sungai ke arah laut
Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, disebabkan terjadinya pencampuran antara
pH air yang masuk kategori kelas II yaitu 6-9 air tawar bersalinitas rendah yang berasal
artinya kualitas air tersebut dapat digunakan dari daratan dengan air laut yang
untuk prasarana/sarana rekreasi air, bersalinitas lebih tinggi. Menurut Nurdin
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, (2009) dalam Wanna, et al. (2017) pada
air untuk mengairi pertanaman, dan atau umumnya nilai pH di perairan rendah
peruntukan lain yang mempersyaratkan bersamaan dengan rendahnya kandungan
mutu air yang sama dengan kegunaan mineral yang ada atau sebaliknya.
tersebut. Berdasarkan uji regresi berganda
Kandungan pH tertinggi diperoleh hubungan Eutrofikasi dengan pH di Sungai
pada Stasiun 5 dengan nilai 7,98. Tingginya Jeneberang diperoleh F hitung lebih besar
derajat keasaman pada Stasiun 5 diduga dari F tabel 1%. Hal ini menunjukkan bahwa
karena adanya kotoran organisme air eutrofikasi memberikan pengaruh sangat
terutama kotoran ikan yang dibudidayakan nyata terhadap pH. Koefesien korelasi (R)
dalam keramba jaring apung dan buangan pada Sungai Jeneberang yaitu 0,593
dari pemukiman dan industri rumah tangga menunjukkan hubungan variabel bebas (X)
yang ada di daerah sekitar aliran sungai terhadap (Y) adalah positif sedang karena
Jeneberang. Menurut Connel (1995), nilai lebih dari 0,5. Koefesien determinan (R2) =
pH dapat dipengaruhi oleh kotoran 0,352 menunjukkan ketepatan model
organisme air yang mengandung ammonia tersebut baik karena mendekati 50%,
yang dapat meningkatkan derajat keasaman diartikan bahwa pengaruh eutrofikasi yang
(pH) yakni menjadi basa. Perairan yang merupakan variabel bebas terhadap pH di
memiliki kadar pH ideal bagi kehidupan Sungai Jeneberang yaitu sebesar 35,2 %
organisme akuatik pada umumnya berkisar dan sisanya sebesar 64,8 % ditentukan oleh
antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang faktor-faktor lain yang tidak digunakan
asam akan membahayakan kelangsungan dalam analisis ini.
hidup organisme karena menyebabkan Oksigen Terlarut (DO)
terjadinya berbagai gangguan seperti Hasil pengukuran oksigen terlarut
gangguan metabolisme dan respirasi, pada aliran Sungai Jeneberang berkisar
termasuk pada benthos (Barus, 2004). antara 5,4 mg/L samapi dengan 6,84 mg/L
Selain itu pada lokasi ini yaitu daerah muara dapat dilihat pada Gambar 5.
yang memiliki salinitas atau kadar garam
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
16 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23
8 6.7 6.84
Oksigen Terlarut
5.6 5.4 5.42
6
(mg/l)
4
2
0
1 2 3 4 5
Stasiun
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23 17
darat masuk ke peraiaran melalui aliran- ini akan menyebabkan penurunan kadar
aliran air tawar. Dengan demikian banyak oksigen terlarut karena oksigen tidak dapat
oksigen yang diperlukan untuk diproduksi, sementara organisme akuatik
penguraiannya, baik secara biologis tetap mengkonsumsi oksigen.
maupun kimiawi. Menurut Yuliastuti (2011) Fardiaz (1992) dalam Nur, et al
bahwa rendah dan menurunnya konsentrasi (2016), menyatakan bahwa kejenuhan
oksigen terlarut mengindikasikan terjadinya oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu air,
pencemaran bahan-bahan organik terutama semakin tinggi suhu maka konsentrasi
oleh air limbah domestik terutama didaerah oksigen terlarut semakin turun.
pemukiman dan aktivitas peternakan. Berdasarkan uji regresi berganda
Rendahnya kisaran DO tersebut merupakan hubungan Eutrofikasi dengan oksigen
indikasi kuat telah terjadi pencemaran yang terlarut (DO) di Sungai Jeneberang
diduga disebabkan limbah pemukiman dan diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel
berpotensi menyebabkan pencemaran. 5%. Hal ini menunjukkan bahwa eutrofikasi
Hasil pengurkuran DO dari hulu ke memberikan pengaruh nyata terhadap
hilir sungai Jeneberang pada masing- oksigen terlarut. Koefesien korelasi (R) pada
masing stasiun berdasrkan hasil Sungai Jeneberang yaitu 0,529
pengamatan setiap minggunya berkisar menunjukkan hubungan variabel bebas (X)
antara 5,4 – 6,84 mg L-1 yang artinya masih terhadap (Y) adalah positif sedang.
dalam kondisi normal. Dan masih Koefesien determinan (R2) = 0,280
memenuhu syarat baku mutu air kelas II PP menunjukkan ketepatan model tersebut
NO. 82 Tahun 2001. Sejalan dengan baik karena mendekati 50%, diartikan
pendapat Kristanto (2004) bahwa kehidupan bahwa pengaruh eutrofikasi yang
di air dapat bertahan jika terdapat oksigen merupakan variabel bebas terhadap oksigen
terlarut minimal sebanyak 5 ppm atau 5 mg terlarut di Sungai Jeneberang yaitu sebesar
L-1, selebihnya bergantung kepada 28,0 % dan sisanya sebesar 72,0 %
ketahanan organisme, derajat aktif, ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak
kehadiran bahan pencemar dan suhu air. digunakan dalam analisis ini. Dengan
Novotny dan Olem (1994) dalam Effendi demikian, model ini sangat dapat digunakan
(2003) menyatakan bahwa sumber oksigen dalam pendugaan pengaruh eutrofikasi
terlarut dapat berasal dari difusi oksigen terhadap kualitas air khusunya oksigen
yang terdapat di atmosfer. terlarut dalam sebuah perairan.
Oksigen terlarut juga berasal dari Suhu
aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan Hasil pengukuran suhu pada aliran
fitoplankton. Pada saat cuaca mendung atau Sungai Jeneberang berkisar antara 24 oC
hujan dapat menghambat pertumbuhan sampai dengan 29,8oC dapat dilihat pada
fitoplankton, karena kekurangan sinar Gambar 6.
matahari untuk proses fotosintesis. Kondisi
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
18 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23
40
28.6 28.8 28.6 29.2
Suhu (oC)
30 24.2
20
10
0
1 2 3 4 5
Stasiun
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23 19
12000
10000
8000
(ind/L)
6000 5046
3418 3984 3940
4000
2000
0
1 2 3 4 5
Stasiun
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
20 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23
Tabel 4 Nilai koefisien regeresi, korelasi, koefesien determinan dan uji regresi
Koefesien F Tabel
Variabel R R2 F Hitung
Regeresi 5% 1%
Konstanta 2702,331
X1 32,854 0,186 0,035 0,394 3,44 5,719
X2 -55,706
Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian, 2018
Persamaan regresi kelimpahan Annelida, Unidentified Larva Crustacea,
plankton pada Sungai Jeneberang yaitu: Bivalvia, Temora Sp, Calanus Sp.
y = 2702,331 + 32,854X1 - 55,706X2 Kelimpahan plankton pada Sungai
Perubahan kualitas perairan, erat Jeneberang menunjukkan bahwa
kaitannya dengan potensi perairan terutama kelimpahan plankton tertinggi berada pada
ditinjau dari keanekaragaman dan Stasiun 5 yaitu dengan nilai kelimpahan
komposisi fitoplankton. Keberadaan 13.158 ind/L. Hal ini dikarenakan daerah
plankton di suatu perairan dapat tersebut banyak mendapat masukan dari
memberikan informasi mengenai kondisi luar yang berasal dari pemukiman yang
suatu perairan, sehingga plankton sebagai padat sekitar lokasi pengamatan, limbah
parameter biologi yang dapat dijadikan domestik dan buangan pakan KJA.
indikator untuk mengevaluasi kualitas dan Kelimpahan terendah terdapat pada stasiun
tingkat kesuburan suatu perairan. Adanya 1 yaitu 3428 ind/L. Pada lokasi ini
jenis plankton yang hidup dan blooming merupakan daerah hulu yang kandungan
karena zat tertentu. Sehingga dapat nutrisinya lebih sedikit dari kandungan
memberikan gambaran mengenai keadaan nutrisi yang ada. Kelimpahan yang tidak
suatu perairan yang sesungguhnya merata cenderung menyebabkan
(Fachrul, 2005). terdapatnya salah satu jenis fitoplankton
Berdasarkan hasil indentifikasi jenis yang mendominasi. Hal ini berakibat
dan kelimpahan pankton pada masing- terjadinya blooming sewaktu-waktu. Jika
masing stasiun pada lokasi pengamatan di nutrisi berlebih di perairan tersebut. Secara
Sungai Jeneberang menunjukkan bahwa umum berdasarkan kategori kelimpahan
jenis fitoplankton yang ditemukan di stasiun fitoplankton dan zooplankton berdasarkan
1 yaitu Rhizosolenia Sp, Coscinodiscus Sp, kesuburan perairan pada lokasi penelitian
Bidulphia Sp Peridinium Sp. Stasiun 2 yaitu termasuk dalam perairan mesotrofik atau
jenis Coscinodiscus Sp. Stasiun 3 yaitu jenis kesuburannya sedang. Hal ini sesuai
Rhizosolenia Sp, Coscinodiscus Sp, dengan pernyataan Raymont (1963) dalam
Bacillaria Sp. Stasiun 4 yaitu jenis Rahman (2010), yang menyatakan bahwa
Rhizosolenia Sp, Coscinodiscus Sp, perairan oligotrofik memiliki kelimpahan
Bidulphia Sp. Stasiun 5 yaitu jenis fitoplakton antara 0-2000 ind/L dan
Rhizosolenia Sp, Coscinodiscus Sp, perairan mesotrofik memiliki kelimpahan
Bidulphia Sp. Sedangkan jenis zooplankton fitoplankton yang berkisar antara 2000-
yang ditemukan yaitu Unidentified Larva 15000 ind/L serta perairan eutrofik
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23 21
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
22 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 9 - 23 23
p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858