Anda di halaman 1dari 35

PSIKOLOGI PROYEKTIF

TES TAT (THEMATIC APPERCEPTION TEST)

Disusun oleh

Nama Anggota :

1. Wiwin Rizky O (1511414123)


2. Ernawati (1511414129)
3. Novia Betty Aulia (1511414137)
4. Laelatuz Zahro (1511414144)
5. Alifian Mirza Noor S (1511414159)

Rombel 4

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan psikologi proyektif banyak didasarkan sebagai protes
terhadap teori atau aliran lama yang kebanyakan bersifat structuralism,
behaviorism, yang kebanyakan memandang individu bukan suatu whole tetapi
sebagai suatu kumpulan dari berbagai aspek. Aspek psikologis manusia yang
tidak disadari sulit diungkap dalam kondisi wajar (sukar diungkap melalui self
report, inventory). Jadi dalam pendekatan proyektif diperlukan instrument khusus
yang dapat mengungkap aspek-aspek ketidaksadaran manusia, teknik proyektif ini
kemungkinan subjek mau merespon, walaupun teknik proyektif mempunyai arti
interpretatif Teknik ini pendekatannya menyeluruh (global approach).

Salah satu tes proyektif adalah TAT (Thematic Apperception Test), TAT
dikembangkan oleh Murray(1935) dan terus berkembang hingga sekarang. Dalam
makalah ini berisikan mengenai penjelasan-penjelasan mengenai tes TAT beserta
prosedur tes TAT dan bagaimana mengintepretasikan hasil tes TAT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tes TAT (Thematic Apperception Test) ?
2. Bagaimana prosedur melakukan tes TAT (Thematic Apperception Test) ?
3. Bagaimana cara menginterpretasi hasil tes TAT (Thematic Apperception
Test) ?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian dari tes TAT (Thematic Apperception Test).
2. Untuk menjelaskan prosedur melakukan tes TAT (Thematic Apperception
Test ).
3. Untuk mengetahui cara menginterpretasi hasil tes TAT (Thematic
Apperception Test).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
TAT diciptakan oleh seorang psikolog dari Harvard bernama Morgan dan
Murray dan TAT yang lazim dilakukan kepada orang-orang terdiri dari setumpuk
kartu bergambar, yang mengandung ekspresi-ekspresi yang kuat. Kartu TAT ini
juga di kategorikan berdasarkan gender, B untuk boys, G untuk girls dan M-
F untuk male and female, yakni untuk kedua jenis.
Bentuk modifikasi dari TAT adalah CAT (Children’s Apperception Test),
yang menyediakan gambar yang terfokus pada konflik, hubungan orang tua,
permusuhan dengan saudara kandung, dan situasi lain yang sering ditemui pada
anak-anak.
Tes lain yang mirip dengan TAT dan CAT adalah Michigan Picture Story
Test (MPST), terdiri dari material yang menggambarkan anak-anak dalam
hubungannya dengan orang tua, polisi, dan figur otoriter lainnya, juga teman-
teman. Tes ini sangat bermanfaat dalam melihat struktur dari sikap anak-anak
terhadap orang dewasa dan teman-teman sekaligus mengevaluasi masalah yang
mungkin timbul.
Selain itu ada juga tes Make-A-Picture Story (MAPS), yang memiliki
kesamaan dengan MPST dalam hal tujuan dan potensi interpretasi yang dimiliki.
Perbedaan MAPS dengan tes lain yaitu, pada MAPS klien diperbolehkan memilih
karakter yang akan diletakkan pada latar belakang panggung yang kecil, untuk
kemudian klien membuat cerita berdasarkan situasi tersebut.
TAT ini didasarkan pada teori needs Murray yang memandang bahwa
dalam suatu perilaku manusia pasti didorong oleh adanya motivasi internal dan
eksternal, sedangkan lingkungan dipandang sebagai press (tekanan) yang
mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan membentuk suatu interaksi
antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan tema
merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa
disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik (khas) seseorang.
TAT dikembangkan oleh beberapa peneliti secara kontinum. Henry A
Murray lah yang pertama kali memperkenalkan konsep ini dari arsip-arsip
tulisannya pada tahun 1935 dalam buku “A Method of Apperception Test”.
Kemudian Leopold Bellak pada tahun 1947 mengemmbangkan metode intepretasi
dalam buku “A Guide to the Interpretation of the Thematic Apperception Test”.
Penggunaan TAT di Indonesia lebih populer menggunakan metode yang
dikembangkan Leopold Belak.
Setelah perang dunia ke II, penggunaan TAT lebih banyak diaplikasikan
oleh para psikoanalis dan psikolog klinis untuk mengukur gangguan emosi pasien.
Pada tahun 1970, gerakan komunitas yang fokus pada potensi manusia
mendorong para psikolog menggunakan TAT untuk membantu klien dalam
memahami diri sendiri dan memancing pengembangan personal.
Dalam tes-tes kepribadian dengan pendekatan proyektif, klien berespon
terhadap stimulus yang tidak terstruktur dan ambigu sehingga tanpa sadar klien
mengungkap struktur dasar dan dinamika kepribadiannya. Beberapa teknik
proyektif yang terkenal dan digunakan secara luas antara lain
tes Rorschach,Thematic Apperception Test (TAT), ChildrenÂ’s Apperception
Test (CAT), tesDraw-A-Person (DAP), tes Make-A-Picture
Story (MAPS), Michigan Picture Story Test, dan Sentence Completion Test.
2.2 Pengertian
Thematic Apperception Test, disingkat TAT, adalah suatu teknik proyeksi,
yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang menampakkan
diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi (atau interpretasi yang ada
artinya) terhadap lingkungan. Dengan teknik ini seorang interpreter yang mahir
dapat mengungkap dorongan-dorongan emosi, sentiment, kompleks dan konflik-
konflik pribadi yang dominan. TAT diciptakan pertama kali oleh H. A. Murray
dan C. D. Morgan pada tahun 1935.
2.3 Manfaat TAT
a. TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian
seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal,
penyakit psikosomatis, neurose dan dapat digunakan untuk anak minimun
usia 4 tahun kalau dimungkinkan. Ada perangkat pelengkap TAT khusus
untuk anak-anak yaitu CAT.

b. Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan


merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.
2.4 Materi TES TAT
Materi TAT terdiri dari 20 gambar:
11 kartu untuk segala testi; termasuk disini kartu kosong, dan 9 krtu
disesuaikan untuk dewasa/anak dan pria/wanita. Ke 9 kartu ditandai dengan:
a. BM = Boy & Male (untuk pria)
b. GF = Gilr & Female (Untuk wanita)
c. MF = Male & Female (untuk dewasa)
d. GB = Boy & Girl (untuk anak-anak 4 – 14 tahun).
2.5 Deskripsi Kartu Kartu TAT
Berikut ini adalah daftar gambar stimulis TAT:
a. Seorang anak laki-laki sedang memandangi sebuah biola yang terletak di
atas meja di depannya.
b. Pemandangan desa; disebelah depan ada seorang wanita membawa buku;
dilator belakang ada seorng laki-laki sedang bkerja di lading dan seorang
wanita lebih tua dari wanita pertama sedang memandanginya.
c. GM. Dilantai seorang anak kali-laki sedang meringkuk menmpel sofa
dengan kepalanya disandarkan di atas tangan kanannya. Disampingnya di
lantai tergeletak sepucuk pistol.
GF. Seorang wanita sedang berdiri dengan kepala menunduk. Mukanya
ditutupi dengan tangan kanannya. Tangan kirinya direntangkan pada suatu
pintu kayu.
d. Seorang wanita sedang memegang erat-erat bahu seorang pria yang badan
dan wajahnya membelakangi wanita tadi. Pria ini seolah-olah berusaha
menghindar dari wanita tadi.
e. Seorang wanita setengah baya sedang berdiri di ambang pintu yang
setengah terbuka dan mlihat kearah suatu kamar.
f. BM. Seorang wanita tua pendek berdiri membelakangi seorang pria muda
jangkung. Si pria memandang ke bawah dengan ekspresi wajah
kebingungan.
GF. Seorang wanita sedang duduk ditepi sebuah sofa. Ia memandang
kebelakang kea rah seorang pria yang lebih tua yang berpipa di mulutnya.
Pria ini seakan-akan sedang berbicara dengan wanita tadi.
g. BM. Seorng pria ubanan memndang seorang pria muda cemberut yang
sedang melamun.
GF. Seorang wanita agak tua sedang duduk disamping seorang
perempuan, sambil berbicara atau membacakan sesuatu untuk si anak. Si
anak yang sedang memegangi boneka, memandang kearah lain.
h. BM. Seorang pria remaja memandang lurus ke luar gmbar. Di satu sisi
tampak sebuah laras senapan, dan dilator belakang tampak lamat-lamat
seperti bayangan dalam mimpi, pemandangan semacam operasi.
i. Seorang wanita muda duduk bertopang dagu sambil melamun.
j. BM. Empat pria berpakaian kerja sedang tiduran santai di rerumputan.
k. Seorang wanita muda dengan majalah dan dompe di tangan memandang
dari balik sebatang pohon seorang wanita muda lain berpakaian pesta yang
sedang berlari-lari ditepi pantai.
l. Kepala seorang wanita muda bersandar dibahu seorang pria.
m. Suatu jalan menyusuri suatu jurang yang dalam diantara batu-bati cadas
yang terjal. Diatas jalan dikejauhan ada gambaran-gambaran yang tidak
jelas. Dari salah satu dinding cadas menjulur kepala dan leher panjang
seekor naga.
n. M. Seorang pria muda sedang berbaring memejamkan mata diatas dipan.
Seorang pria tua membungkuk, tangannya terbuka diatas muka orang yang
sedang berbaring
o. Gambar seorang wanita muda. Dilatar belakangnya seorang wanita tua
berkerudung dan menyeramkan sedang mengerutkan wajah.
p. Sebuah kapal dayung didaratkan dipinggiran sungai didaerah berhutan.
q. Seorang pria muda sedang berdiri menunduk, mukanya ditutup dengan
lengan. Dibelakangnya ada gambaran seorang wanita sedang berbaring
diatas tempat tidur.
B. Seorang anak laki-laki kecil sedang duduk ditangga sebuah pondok
kayu
F. Seorang anak perempuan sedang memanjat tangga yang berkelok-kelok.
r. Bayangan seorang pria (atau wanita) pada suatu jendela yang terang.
Gambar sisanya seluruhnya gelap.
s. Seorang pria kurus dengan tangan terpadu berdiri diatara batu-batu nisan.
t. Kartu kosong.
u.  BM. Seorang pria tanpa busana sedang bergantung pada seutas tali. Ia
sedang memanjat atau menurun.
GF. Sebuah jembatan diatas air, sesosok wanita bersandar menjulur diatas
pagar jembatan itu. Dilatar belakangnya tampak gedung-gedung tinggi dan
gambar-gambar kecil beberapa pria
v. BM. Seorang pria dipegang erat-erat dari belekang oleh tiga tangan. Tidak
tampak gambar lawan-lawan orang ini.
GF. Seorang wanita tangannya mencekam lehr wanita lain yang tanpaknya
didorong kebelakang kearah pagar tangga.
w. Gambar yang menyeramkan, melukiskan kumpulan awan menyelimuti
pondok yang tertutup salju dipedesaan.
x. Gambar remang-remang seorang pria (atau wanita) bersandar pada tiang
lampu dimalam buta.
2.6 Karakteristik Karakteristik Kartu TAT
Dalam menginterpretasikan tanggapan testi terhadap stimuli yang
disajikan diperlukan pemehaman mengenai karakteristik atau sifat-sifat stimuli
tersebut. Pengenalan karakteristik juga diperlukan untuk memilih kartu-kartu yang
akan disajikan pada penyajian singkat.
Karakteristik kartu dapat digolongkan dalam karakteristik-karakteristik
sebagai berikut:
a. Kejelasan struktur konteks/situasi orang yang terlibt, dan objek yang
terlibat.
Dalam beberapa gambar, situasi, orang dan objek, tampak jelas.
Pada kartu 1, disitu tampak jelas gambar seorang anak laki-laki sedang
instrospeksi yang melibatkan biola yang tampak jelas. Pada kartu 2, jelas
pemandangan pertanian dengan orang-orang yang terlibat ialah seorang
wanita muda, seorang pria dan seorang wanita yang leebih tua. Kartu-kartu
lain yang jelas strukturnya ialah kartu 3 MF, 4, 5, 6 BM, dan 9 GF, 10, 13
MF.
Dari stimuli yang jelas, imajinasi tidak dibutuhkan. Bila testee
menginterpretasikan gambar yang jelas tidak seperti yang seharusnya, maka
dapat dikatakan ada penyimpangan persepsi atau salah interpretasi. Hal ini
dapat digunakan bahan diagnosa.
Namun demikian, dalam kartu-kartu yang tergolong jelas
strukturnya itupun kadang-kadang terdapat objek-objek yang tidak jelas
strukturnya. Ketidakjelasan struktur ini mungkin disebabkan oleh:
1) Objek-objek tersebut bentuknya meragukan, sehingga sukar
ditentukan atau tidak teramati oleh pembuat cerita. Misalnya pada
kartu 1, objek dibawah biola tidak dapat diinterpretasikan sebagai
meja, taplak meja, kertas bungkus, kertas musik, dan sebagainya.
Demikian juga pada kartu 2, latar paling belakang agak kabur.
Disitu ada gambar pria dan kuda lain, ada gedung-gedung, dan ada
“air”. Objek-obej “kabur” semacam ini memberikan kesempatan
testee untuk memproyeksikan diri.
2) Meskipun objek, manusia-manusia, maupun situasi umumnya
cukup jelas, hubungan antara manusia-manusia tersbut, aktivits,
perasaan, jalan ceritanya, dan akhir cerita, tidak sama strukturnya.
Disinilah imajinasi testee dibangkitkan.
Contoh kartu yang tidak jels strukturnya ialah kartu 3 BM. Disini
gambaran orang tidak jelas pria atau wanita, tua atau muda. Juga benda yang
di atas lantai, dapat dikatakan sebagai sepucuk pistol, kunci, mainan, atau
lubang dilantai. Latar belakangnya pun tidak jelas, sehingga dapat
dinterpretasikan di berbagai tempat.
Pada kartu 10, 11, dan 19 ketidakjelasan ini semakin menonjol. Pada
kartu-kartu semacam ini tugas testee semakin rumit. Ia tidak hanya harus
membuat cerita untuk mendasari perasaan dan interaksi antara manusia-
manusia dan objek, tetapi ia juga harus menentukan sendiri situasi
umumnya, macam orang-orangnya, dan kejadian-kejadian yang dibuthkan
untuk membuat ceritanya jalan.
Dari stimulasi macam inilah kita dapat menyimpulkan kesiapan
testee dalam menanggapi hal-hal yang tidak jelas. Ada orang yang siap
menghadapi sesuatu yang tidak jelas, dan ada orang yang goncang dalam
keadaan demikian.
b. Situasi kejadiannya biasa atau luar biasa, ditinjau dari pengalaman manusia
pada umumnya.
Kartu 6 BM, yang menggambarkan wanita setengah umur berdiri
membelakangi pria muda jangkung, dan 7 GF, ialah seorang ibu
dudukdisamping anak perempuan, merupakan contoph gambar yang
strukturnya jelas dan situasinya tidak asing lagi bagi kebanyakan orang.
Juga kartu 10, yang meskipun gambarnya kurang jelas pelakunya, tetapi
kejadiannya masih merupakan pengalaman biasa.
Beberapa orang dapat “terkejut” menghadapi kejadian yang digambarkan
yang diluar jangkauan kehidupan sehari-hari. Kartu 17 BM, meskipun
gambarnya jelas, kartu 18 BM dan 19, merupakan contoh gambar kejadian
yang luar biasa, yang tidak disangka.
Menurut criteria ini kartu-kartu TAT dibagi atas dua set. Set
pertama, gambar 1 sampai 10 dirancang menggambarkan kejadian sehari-
hari. Dan set kedua kartu 11 sampai 20 dirancang menggambarkan kejadian
yang lebih luar biasa dan lebih menantang daya khayal testee.
Keluarbiasaan gamabr biasanya disajikan dalam bentuk unsure yang
menyimpang, bukan adanya sesuatu yang tidak pernah ditemui atau tidak
realistic.
Variasi biasa/luar biasa ini sengaja digunakan untuk mengungkap
kemampuan testee menghadapi hal-hal yang biasa dan luar biasa.
Unsur-unsur yang penyimpangannya menonjol terlihat pada kartu 12
F, 15, 17 GF, dan 18 BM. Stimuli berupa manusia nyata, tetapi dalam
situasi yang aneh disajikan pada kartu 12 F dan 18 BM. Sedang makhluk
yang aneh pada situasi yang aneh, merupakan stimuli kartu 15.
Kartu 11, 17 GF atau 19 menyajikan gambar yang tidak jelas situasi
maupun hubungannya, sehingga benar-benar menantang daya khayal,
adaptasi dan fleksibilitas testee.
c. Bermanusia atau tidak.
Kebanyakan stimuli TAT mengambarkan kejadian yang ada
manusianya, seseorang atau lebih. Beberapa hanya memberikan kesan ada
orangnya, seperti kartu 11. Kartu 12 BG dan 19 sama sekali tidak
menampakan manusianya.
Ditinjau dari karakteristik ini, kertu 16 termasuk kartu yang tidak
bermanusia, bahkan sama sekali tidak ada gambarannya alias kosong. Kartu
ini menantang testee untuk menciptakan sendiri seluruh ceritanya, mencari
sendiri bahan-bahannya, ialah orang-orangnya yang terlibat, hubungan-
hubungannya, kejadiannya, dan lain-lain.
d. Sederhana atau rumitnya bentuk, tanpa memandang sederhana dan rumitnya
isi.
Sekilas dapat diamati adanya perbedaan definit dan tidaknya gambar.
Bandingkan kartu 1 dengan kartu 19. Pada kartu 1, unsur pokok tampak
jelas: anak laki-laki dan biola, atau mungkin ditambah meja. Sebaliknya
pada kartu 19, gambar yang meliuk-liuk tidak menonjolkan bentuk yang
dominan yang dapat menjadi pusat perhatian, dan keseluruhan gambar tidak
meberikan bentuk yang definit sehingga dapat diartikan bermacam-macam.
Testee dipaksa puas mengartikan sebagai benda-benda yang tidak berbentuk
seperti mendung, awan, asap, kekuatan pusaran, dan sebagainya.
Lain lagi bila kita bandingkan kartu 1 dengan kartu 2, ialah pemandangan
daerah pertanian. Pada kartu 1, unsurnya hanya 2 atau 3, sedang pada kartu
2, tampak bahwa disini terdapat lebih banyak gambar orang, sehingga lebih
banyak interprestasi hubungan antara orang-orang ini. Demikian juga, pada
kartu 2 ini, terdapat begitu banyak perincian. Buku, bajak, kuda. Lading,
bangunan , kehamilan wanita yang leboh tua, dan sebagainya.
Sebenarnya, kartu-kartu masih dapat digolongkan dalam karkteristik-
karakteristik lainnya. Namun kiranya variasi yang disebutkan diatas telah
cukup menjadi sebagai dasar interpretasi dan pemilihan kartu. Adanya
variasi karakteristik ini memungkinkan testar menyajikan stimuli yang tepat
untuk mendapatkan tanggapan tadi yang dapat di interprestasikan dengan
cermat mengenal segi-segi yang ingin diungkap.
Sedangkan pembagian kartu untuk masing-masing jenis adalah
sebagai berikut :
a. 11 kartu untuk semua subjek adalah :
Nomor 1, 2, 4, 5, 10, 11, 14, 15, 16, 19 dan 20
b. 9 kartu untuk laki-laki adalah :
Nomor 3BM, 6BM, 7BM, 8BM, 9BM, 12BG, 13G, 17GF dan 18GF.
c. 9 kartu untuk anak perempuan adalah :
Nomor 3GF, 6GF, 7GF, 8GF, 9GF, 12BG, 13G, 17GF dan 18GF.
d. 9 kartu untuk laki-laki dewasa adalah :
Nomor 3BM, 6BM, 7BM, 8BM, 9BM, 12M, 12MF, 17BM dan
18BM.
e. 9 kartu untuk wanita dewasa adalah :
Nomor 3GF, 5GF, 7GF, 8GF, 12F, 13MF, 17GF dan 18GF.
Berikut keterangan kartu dan stimulus latent. Stimulus latent merupakan tema
yang ada pada setiap kartu.

No
Keterangan kartu Stimulus yang dihasilkan
Kartu
Gambar anak sedang Keinginan untuk berprestasi,
1
memandangi biolanya Hubungan dengan orang tua
Gambar wanita sedang
Ambisi klien , sikap terhadap
2 membawa buku dan melihat
orang tua.
ke arah lain
Seorang anak laki-laki &
3BF & Putus asa, Kesedihan, Depresi,
anak perempuan sedang
3GF konflik.
menutupi wajahnya.
Seorang wanita sedang
Situasi konflik dalam rumah
memegang tubuh laki-laki,
4 tangga, Sikap terhadap jenis
tetapi laki-laki tersebut
kelamin lain (aspek seksual)
melihat ke arah lain.
Sikap terhadap tokoh ibu,
Seorang wanita tua melihat
5 terutama dari segi larangan atau
ke arah dalam ruangan.
pengawasan.
Gambar laki-laki muda dan Konflik antara ibu dan anak laki-
6BM
wanita tua. laki.
Sikap ayah terhadap anak laki-laki
Gambar pria tua
atau terhadap sesama jenis.
memandang pria muda.
7BM
& 7GF Sikap Ibu terhadap anak
Gambar wanita tua
perempuan atau terhadap sesama
memandang wanita muda
jenis.
8BM Gambar pria & wanita Ambisi positif (kemampuan
& 8GF muda sedang melamun. merancang masa depan)
Gambar 4 pria muda sedang Hubungan teman sesama jenis
9BM
tidur di atas rumput. Sikap terhadap kehidupan seksual.
Gambar kepala seorang
Hubungan antara lawan jenis atau
10 wanita muda bersandar
Hubungan dengan orang tua.
dibahu seorang pria.
Gambar suatu jalan
Ketakutan terhadap agresi atau
menyusuri jurang yang
rasa ingin tahu klien yang besar
11 dalam diantara batu cadas
terhadap hal-hal yang
terjal. Diatas jalan ada
berbahaya/mengancam.
gambaran yang tidak jelas.
Gambar wanita muda dan Hubungan antara wanita yang
12 F
wanita tua. berbeda umur.
Gambar laki-laki dan
13 MF Masalah seksual
wanita.
Gambar anak laki-laki Perasaan kesepian dan tidak
13B
duduk di pintu berarti.
Gambar bayangan seorang
pria (atau wanita) pada
Ambisi dan pengaturan rencana
14 jendela yang terang.
menghadapi masa depan.
Gambar sisanya seluruhnya
gelap.
Gambar seorang pria kurus
Ide-ide mengenai kesusahan,
15 dengan tangan terpadu
kematian, dan permusuhan.
berdiri diantara batu nisan.
Pantulan dari timbunan kecemasan
16 Blank Card atau ambisi yang telah menumpuk
pada cerita sebelumnya.
Gambar laki-laki sedang Tingkat masalah/konflik yang
17 BM
bergelayut di seutas tali. belum dapat diatasi
Seorang pria dipegang erat
18BM dari belakang oleh tiga Perasaan tidak berdaya.
tangan.
Gambar yang
Keinginan akan rasa aman, cara-
menyeramkan, melukiskan
cara yang dapat mengatasi frustasi
19 kumpulan awan
yang ditimbulkan oleh
menyelimuti pondok yang
lingkungan.
tertutup salju di pedesaan.
Gambar remang-remang Kesepian, keragu-raguan, agresi,
seorang pria (atau wanita) masalah/konflik yang sedang
20
bersandar pada tiang lampu dipikirkan, masalah dengan lawan
di malam buta. jenis.

2.7 Prosedur
Seperti umumnya penyajian tes, raport tester – testi diperlukan. Suasana
hendaknya sedemikian rupa sehingga testi merasa akan mendapatkan simpati dan
merasa akan mendapatkan penerimaan. Niat baik dan dihargai oleh tester,
sehingga testi dapat mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas sendiri sulit
berkembang pada suasana yang kaku,dingin, formal, terlalu menuntut dan terlalu
ilmiah.
Prosedur penyajian yang dianggap baku ialah penyajian individual dalam
bentuk lain. Dalam prosedur ini tester memberikan petunjuk pelaksanaan tugas
dan menyajikan gambar satu demi satu. Testi menanggapi secara verbal setiap
gambar yang disajikan. Tester mencatat/merekam semua tanggapan terhadap
gambar sampai tes berakhir.
Sebaiknya disediakan tempat duduk tegak, tester dan testi duduk
berhadapan, sehingga komunikasi lancar.
Dalam tes ini, klien diminta membuat cerita dari beberapa kartu bergambar
yang disajikan satu persatu. Klien dapat menulis sendiri ceritanya atau tester yang
menulis cerita klien. Tugas klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat
ini, sebelumnya (situasi apa yang menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana
pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari
cerita yang dibuat klien. Ini berarti mendeskripsikan apa yang tergambar saja
belum cukup. Cerita adalah serentetan kejadian yang berkembang mengikuti
waktu. Ada permulaan, pertengahan dan akhir cerita.

Dalam membuat cerita ini, ia diminta menggunakan imajinasinya. Ini


berarti ia harus menerangkan dengan interpretasinya sendiri gambar yang
disajikan. Orang berbeda dalam membuat interpretasi gambar. Minat tester adalah
pada ide testee sendiri.

Ia diminta mendeskripsikan situasi yang dilukiskan dalam gambar


(menurut interpretasinya) dan ia diminta membuat saran mengenai perasaan-
perasaan, ide-ide, watak dan lain-lain untuk melengkapi pelukisan sitiasu tersebut.
Testee diminta menceritakan empat hal pokok dalam menyusun cerita,
yaitu:
a. Peristiwa yang terjadi sebelumnya.
b. Peristiwa yang terjadi sekarang.
c. Perasaan dan pikiran para pelaku.
d. Akhir cerita (out come).
Murray menyarankan disajikan ke 20 kartu dalam 2 sidang (session).
Sidang pertama menyajiikan seri pertama (kartu 1 – 10) terlebih dahulu. Selang
minimal satu hari atau lebih disajikan seri kedua (kartu 11 - 20). Testee tidak
diberi tahu bahwa akan ada penyajian sidang kedua, agar ia tidak mempersiapkan
diri sebelumnya. Penyajian seluruh kartu dalam sidang tunggal, akan melelahkan
testee yang produktivitas tengahan. Kelelahan dapat berakibat cerita menjadi datar
dan tidak berisi. Namun pada pelaksanaan dengan menggunakan sistik skoring
Bellak, disarankan untuk menggunakan 10 kartu dasar untuk pria dan wanita. 10
kartu tersebut adalah kartu 1, 2, 3BM, 4, 6BM, 7GF, 8BM, 9GF, 10, dan 13MF.
Peran tester pada dasarnya memberi semangat testee untuk menanggapi
dengan bebas stimuli yang disajikan. Ini dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mengarahkan atau tidak mempengaruhi testee untuk memilih respon
tertentu. Jadi peran tester adalah member dorongan, tetapi netral. Tester
hendaknya menunjukkan minat akan cerita testee, tetapi tidak menunjukkan
menyetujui cerita tersebut.
Untuk jelasnya, testee disarankan untuk:
a. Tidak memberi sugesti mengenai isi cerita. Misalnya tidak meminta
penjelasan mengenai bagian gambar yang tidak dimengertinya, tester harus
menjawab bahwa terserah pada interpretasi/pendapat testi sendiri. Ini
diberi tahukan dengan ramah, sehingga memberi kesan tester memberikan
kebebasan, bukan memaksa testi berpendapat.
b. Tidah usah banyak menyela. Bila perlu bertanya, hendaknya tidak
menggangu jalan pikiran testi dan tidak membuat testi merasa diinterogasi
atau tidak dipercayai.
Pada situasi klinis, orang yang berbicara terlalu cepat, bila terjadi karena
terjadi tekanan kecemsan, atau karena keengganan/agresi terhadap tester.
Sebaliknya, orang yang lambat responnya, menunjukkan adanya keragu-raguan
atau memang alot dalam mengeluarkan pendapat.
Ada testee yang menolak membuat cerita, disebabkan karena kesukaran
memobilisasikan ide, bersifat sangat kaku (objektif), depresi, terlalu berhati-hati
atau terlampau cermat karena paranoid. Dalam kasus-kasus semacam ini tester
disarankan memberi bimbingan dengan mengajukan pertanyaan langkah demi
langkah. “Katakanlah apakah yang sedang terjadi dalam gambar ini?”. Kemudian
“Bagaimana mulanya, maka terjadi demikian?”. Lalu “menurut pendapatmu
bagaimanakah kesudahannya?”. Dan akhirnya “bagaimana perasaan dia?”.
Komentar-komentar juga digunakan untuk member pujian bagi testee pada
kesempatan yang tepat.
Pertanyaan-pertanyaan dapat diajukan pada akhir cerita, bila ada bagian
penting yang terlampaui. Misalnya, tidak ada persitiwa seblumnya, atau akhir
ceritanya tidak dikatakan.
Juga bila ceritanya menjadi bertele-tele, tester dapat memberi komentar:
“bagaimana kesudahannya?”. Tester dapat juga mengatakan bahwa, yang menjadi
hal utama adalah jalan ceritanya, bukan perincian-perinciannya.
Sering pada kasus-kasus kompulsi dan paranoid, testee disibukkan dengan
mendeskripsikan detail gambar. Kesibukan ini dapat dihentikan dengan meminta
ia mulai membuat cerita.
Sebaliknya, pada kasus obsesi sering terjadi testee membuta cerita yng
bermacam-macam dari satu gambar. Di sini disarankan bahwa untuk menghemat
energy, testei diminta mmilih satu ceritera saja yang paling menarik
Komentar-komentar tester hendaknya dicarat, untuk menunjukkan adanya
intervensi, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan pada proses interpretasi.
2.8 Pencatatan
Berkas TAT hendaknya dilengkapi data pribadi testi untuk kepentingan
identifikasi maupun interpretasi. Selain nama, jenis kelamin, umur, pendidikan,
alamat, status keluarga (anak keberapa dari berapa bersaudara), status perkawinan,
juga perlu dicatat tanggal tes, keperluan, dan nama tester.
Karena penting bagi interpretasi, tester hendaknya mencatat semua
tanggapan testi terhadap gambar maupun terhadap suasana penyajian. Jadi catatan
juga berisi semua ucapan-ucapan testi dan catatan observasi tingkahlaku testi.
Pada catatan yang berbentuk langsung, adanya salah ucap, salah kata,
ulangan kata, susunan kalimat yang tidak teratur, dan kalimat-kalimat yang aneh,
hendaknya digrisbawahi, untuk membedakan dengan kesalahan pencatatan.
Untuk memudahkan pencatatan dapat digunakan tape recorder. Transkrip
dalam bentuk tertulisnya hendaknya juga selengkapnya mungkin.
Bahan lain yang perlu dicatat untuk interpretasi ialah tingkah laku testi
selama tes berlangusng. Sebab sering kali tingkah laku ini adalah akibat langsung
dari perasaan, sentiment, kecemasan dan lain-lain yang timbul karena stimuli yang
disajikan, atau cerita yang dibuatnya.
Tingkah laku terbuka yang perlu dicatat ialah:
a. Berhenti atau macet selagi bercerita, ini dapat ditandai dengan garis (---)
yang banyaknya sesuai dengan lamanya.
b. Mendehem.
c. Gelisah.
d. Menggosok-gosok atau memegang bagian-bagian badan, seperti mengusap
hidung, menarik telinga dan sebagainya.
e. Berkeringat.
f. Berhenti untuk menyulut rokok.
g. Meminta diri untuk pergi ke WC.
h. Ragu-ragu.
i. Adanya Tics (saradan).
Reaksi testi terhadap tester dan suasan tes pada umumnya, juga perlu
dicatat. Misalnya komentar-komentar mengenai kompetisi testeer, kritik terhadap
gambar, terhadp penyajian ataupun ruangan, dan lain-lain.
Demikian juga perlu dicatat perubahan suasana hati dan perubahan sikap
yang ditunjukkan oleh testi.
2.9 Interpretasi
Secara untung-untungan orang awam yang memiliki intuisi empati dapat
membuat kesimpulan yang penting dan valid mengenai kepribadian seorang
pengarang.
Untuk dikatakan mahir, seorang ahli interpretasi TAT pun harus mampu
menggunakan intuisi interpretasi ini secara terarah. Disamping itu ia juga harus
memiliki latar belakang pengetahuan klinis, memahami dinamika kepribadian,
terlatih melakukan wawancara dan observasi, dan terampil dalam menangani
berbagai tes.
Stein memperingatkan agar interpreter (terutama yang masih baru) tidak
membuat dua macam kekeliruan:
a. Kecenderungan untuk memproyeksikan kebutuhan dan
kepribadiannya sendiri kedalam interpretasi yang dibuatnya.
Kekeliruan ini sering terjadi pula pada interpretasi teknik-teknik
proyeksi lain. Untuk menghindari hal ini, perlu pendekatan objektif
materi interpretasi. Antara lain diusahakan agar interpretasi
dikenakan baru bila terbukti adanya paling tidak dua kali
permunculan cerita, dan dengan mengenal diri sendiri sehingga
menyadari pada hal apa proyeksi cenderung terjadi.
b. Kecenderungan membuat interpretasi cerita seperti ada adanya.
Misalnya, cerita kartu 1, bahwa anak laki-laki itu ingin mahir
memainkan biola, belum dapat diinterpretasikan bahwa testi
berminat terhadap musik. Yang penting disini dinamikanya, ialah
adanya aspirasi menguasai kemahiran, tetapi kesempatan
memproyeksikan terbatas pada stimulus, ialah biola. Interpretasi
berminat pada musik ini baru dapat dikenakan bila didukung cerita
lain yang menunjukkan minat musik, yang muncul tanpa
disarankan oleh stimulinya.
Teknik analisi TAT yang paling sederhana ada dua, yaitu teknik analisis
kesan/pengamatan dan teknik analisis murray.
a. Teknik Analisis Kesan/Pengamatan
Cara paling sederhana untuk membuat kesimpulan dari data TAT ialah
dengan melakukan pengamatan sepintas. Cara ini kadang-kadang cukup memadai
untuk keperluan-keperluan tertentu (misalnya screening).
Cerita-cerita testi dibaca semuanya dengan anggapan cerita-cerita ini
merupakan komunikasi tingkat psikologis. Hal-hal yang tampaknya berarti,
spesifik dan unik digaris bawahi. Pada saat membaca yang kedua kalinya,
interpreter yang berpengalaman dapat menarik kesan, dapat menemukan pola-pola
yang terulang, atau menemukan bagian-bagian yang bertebaran terangkum
menjadi kesimpulanyang utuh dan berarti. Makin berpengalaman seorang
interpreter, makin mudah ia memperoleh kesan dan kesimpulan.
b. Teknik Analisis Murray
Interpretasi menggunakan perincian needpress mempunyai keeunggulan
tersendiri, terutama bila digunakan pada penelitian-penelitian yang memerlukan
perincian ini, dan bila tidak ada tuntutan untuk selesai dengan cepat.
Cara ini kurang populer, karena konsep need dan press bukanlah konsep
yang mudah dipahami. Selain itu cara ini dapat menyita waktu 4 sampai 5 jam
untuk menganalisis 20 cerita.
Banyak konsep diajukan oleh Murray, yang jargonnya sering berbeda
dengan konsep sehari-hari. Ia menyarankan agar setiap kejadian dalam cerita
dianalisis ke dalam: (a) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal dari tokoh
pahlawannya (the hero), dan (b) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal
dari lingkungannya (yang disebut press oleh Murray).
1) Pahlawan
Pertama untuk menganalisis suatu cerita ialah menentukan pahlawan yang
diidentifikasikan oleh diri pengarangnya. Pahlawan ini biasanya adalah:
a) Tokoh yang paling diminati oleh pengarangnya, yang paling akrab
digambarkan perasaan dan motif-motifnya.
b) Tokoh yang paling menyerupai keadaan pengarang: jenis kelamin, umur,
status dan perannya, dan yang paling serupa pula sentimen dan sasarannya.
(Murray mengartikan sentimen sebagai kecenderungan seseorang untuk
tertarik atau tidak tertarik/tidak menyukai suatu objek).
c) Orang atau orang-orang yang dilukiskan dalam gambar.
d) Orang yang memainkan peran utama dalam drama, yang muncul pada
permulaaan cerita dan yang paling terlibat pada akhir cerita.

Tokoh pahlawan mungkin sulit ditemukan dalam hal-hal berikut ini:


a) Tokoh pahlawan berubah-ubah dalam satu cerita.
b) Dua segi kepribadian yang sama kuat tetapi berlawanan arah diwakili oleh
dua tokoh, misalnya dorongan antisosial dan hati nurani, masing-masing
diwakili oleh penjahat dan polisi.
c) Adanya cerita dalam cerita. Misalnya tokoh pahlawan mengamati atau
mendengar kejadian mengenai tokoh lain yang juga mendapat simpati dari
pengarangnya.
d) Jenis kelamin pahlawan yang diidentifikasikan berlawanan. (pada wanita
ini berarti memiliki komponen pria dengan kadar tinggi, dan pada pria
memiliki komponen wanita pada kadar tinggi).
e) Kepahlawanan terbagi rata pada beberapa tokoh atau kelompok orang
f) Pahlawan berkedudukan sebagai objek dalam situasi cerita subjek-subjek.
Watak kepahlawanan ini kemudian dapat ditinjau dari beberapa
klasifikasi: superioritas (kekuasaan, kemampuan), inferioritas, kriminalitas,
penyimpangan mental, soliter, belonginess, kepemimpinan, dan kecenderungan
bertengkar.
2) Motif, Kecenderungan, dan Perasaan Tokoh Pahlawan
Tugas interpreter kemudian mengamati perincian cerita megnenai
pahlawan ini. Perasaan, pikiran, dan tindakannya, sambil memperhatikan adanya
kenyataan-kenyataan yang menandai tipe kepribadian atau kelainan mental, juga
hal-hal yang khusus, spesifik, atau hal-hal yang biasa tetapi dengan intensitas atau
frekuensi luar biasa tinggi atau luar biasa rendah.
Dalam merumuskan reaksi-reaksi tokoh pahlawan, interpreter dapat
menggunakan variabel-variabel yang dipilih sesuai dengen kebutuhannya:
ekstraversi-introversi, maskulinitas-feminitas, ascendence-submission (meang-
menangan-ngalahan); tanda-tanda kecemasan, meras berdosa, atau rendah diri,
melacak sumber-sumber sentimen yang berakar, atau merencanakan untuk
memperhatikan semua itu.
Murray menggunakan daftar klasifikasi 28 need (atau drive) yang
didasarkan pada arah atau sasaran langsung suatu aktivitas.
Suatu need dapat memperlihatkan diri sebagai suatu impulse, suatu
keinginan, atau niat, atau suatu kecenderungan tingkah laku yang dapat diamati.
Need dapat berpadu sehingga satu tindakan memuaskan sekaligus dua
need atau lebih (disebut fused need).
Need dapat hanya berfungsi sebagai kekuatan instrumental yang
membantu terpenuhinya need yang lebih dominan (yang pertama tadi disebut
subsidiary need).
Kekuatan need diskor 1 sampai 5. Skor 5 adalah skor tertinggi bagi suatu
variabel dalam suatu cerita. Kriteria kekuatan ialah intensitas, lama berlangsung,
frekuensi, dan pentingnya need tersebut dalam jalan cerita.
Adanya sedikit tanda-tanda munculnya suatu variabel (misalnya sekilas
kejengkelan) mendapat skor 1, sedang bentuk yang intens (misalnya marah
sampai mengamuk) atau bentuk-bentuk lain yang lebih lunak (misalnya selalu
bertengkar) tetapi terus-menerus atau berulang-ulang, medapat skor 5. Skor 2, 3,
dan 4 disediakan untuk antara kedua skor di atas.
Bila ke-20 cerita telah diskor demikian untuk masing-masing variabel,
jumlahnya dibandingkan dengan skor standar menurut jenis kelamin dan umur
(bila ini tersedia Manual TAT Murray hanya menyajikan satu norma untuk
sampel mahasiswa pria, dan untuk 9 need, konflik, perubahan emosi dan dejeksi).
Kemudian variabel-variabel yang diatas atau dibawah rata-rata dicatat dan diteliti
lebih lanjut kaitannya satu dengan lainnya.
Daftar need yang disarankan Murray (diolah kembali oleh Sanford) adalah
sebagai beerikut:
Need (disingkt n) yang dapat disimpulkan dari tindakan tokoh pahlawan
yang berhubungan dengan objek atau situasi:
a) N-Echievement. Mengerjakan sesuatu yang penting dengan tenaga dan
kegigihan. Berusaha keras untuk melaksanakan sesuatu yang berharga.
Ambisi yang tertuang dalam bentuk tindakan.
b) N-Accuisition.
1) Sosial. Bekerja untuk uang, kekayaan atau hak milik. Mencoba untuk
mendapatkan barang yang berharga. Melakukan barter, perdagangan,
atau perjudian. Tamak, rakus, atau keinginan memperoleh kekayaan
yang ditampilkan dalam bentuk tindakan.
2) Asosial. Mencuri, menipu, menyelundupkan, memalsu cheque.
c)  N-Change, Travel, Adventure. Gelisah, dan selalu berpindah-pindah.
Haus akan pemandangan baru, tempat baru. Mencari petuangan.
Memimpikan kunjungan ke negeri jauh atau negeri asing. Bepergian, pergi
melakukan eksplorasi, mencari harta karun.
d) N-Cognizance. Ingin tahu. Memandang sesuatu dengan intens.
Mengawasi, mengintip, berusaha ingin tahu lebih banyak, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyelidiki. Mencari sesuatu,
meneliti, melakukan eksplorasi, atau bertindak seperti detektif. Voyurism.
e) N-Construction. Mengorganisasikan, mengatur, membangun, atau
menciptakan sesuatu.
f) N-Counteraction. Berjuang untuk mendapatkan kembali atau
mempertahankan kehormatan diri. Kebanggan yang dilukai atau terancam
yang menggugah kembali tokoh pahlawan untuk menambah usahanya
sesudah kegagalan, atau mencoba dan mencoba lagi, atau mati-matian
menaklukkan hambatan yang besar. Mengatasi kelemahan, inferioritas,
malapetaka turun-temurun,atau rasa malu, dengan melakukan hal-hal yang
suka, yang tidak disukai atau ditakuti. Membalas dendam atas penghinaan.
g) N-Excitence, dissipation. Mencari rangsang emosional dengan berbagai
cara: berpergian, berpetualangan dengan wanita, judi, menyampret-
nyampret bahaya.
h) N-Nutriance. Mencari dan menikmati makanan dan minuman: merasa
lapar dan haus. Minum-minuman keras dan obat-obatan. Melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan makanan dan minuman.
i) N-Passivity. Menikmati ketenangan, kesantaian, istirahat, tidur, berbaring.
Merasa apatetik (masa bodoh), letih sesudah sedikit usaha atau tanpa
melakukan usaha. Menikmati pikiran-pikiran pasif atau mengabsorbsi
kesan-kesan rangsangan. Mengalah pada orang lain karena apati atau masa
bodoh.
j) N-Playmirth. Bermain. Meluangkan meluangkan waktu hanya untuk
bersenang-senang, pergi ke pesta. Melucu, tertawa, berolok-olok.
Menghadapi situasi dengan cara santai, atau main-main.
k) N-Retantion. Memgang teguh suatu obyek. Menolak meminjamkannya,
berusaha menghindarkan dari pencurian, menyembunyikan dari orang
banyak, menimbun, membuat koleksi, melestarikan. Hemat dan kikir.
l) N-Sentience.
1) Epicurean. Mencari dan menikati kenyamanan, kemewahan,
kemudahan, rasa senang, makan dan minum enak.
2) Aesthatic. Sensitif terhadap aspek rangsangan alam. Menikmatiseni,
musik, sestra. Menciptakan, membuat, dan komposisi, menulis
karangan.
m) N-Understanding. Berjuang unutk memperoleh pengetahuan dan
kebijaksanaan. Giat belajar disekolah, mendapatkan pendidikan, membaca
agar memperoleh pengetahuan mengenai sesuatu. Berpikir, berspekulsi
untuk memcahkan persoalan. Berpergian atau mencari pengalaman unutk
memperoleh kebijaksanaan.

Need yang dapat disimpulkan dari tindakan tokoh pahlawan yang


berhubungan dengan orang lain :
a) N-Affiliation.
1) asosiatif. menjalin atau memelihara hubungan persahabatan :
a) Memusat. Menikmati kehadiran teman setia. Bekerja dan bermain
bersama. Merasamemiliki kecintaan yang dalam (dinyatakan atau
tidak dinyatakan) kepada orang tertentu.
b) Difus. Menyukai berbagai orang. Mengolompok dan
bermasyarakat. Bekerja atau bermain dengan suatu kelompok.
2) Emosional. Terikat oleh kecintaan yang mendalam, simpati atau
kehormatan pada orang lain: Jatuh cinta, menikah, dan tetap setia.
b) N-Aggression.
1) Emosional, verbal. Marah atau menbenci seseorang (meskipun
perasaan ini tidak dinyatakan dalam bentuk kata-kata). Bertengkar.
Mengutuk, mengkritik, memperingatkan, menyalahkan,
mempertawakan. Mencetuskan agresi melawan seseorang atau suatu
kelompok dengan kritik masyarakat.
2) Fisik, sosial. Berkelahi atau membuat dalam membela diri atau
membela seseorang yang dicintai. Membalas dendam terhadap
penghinaan tanpa pancingan(tanpa alasan), atau terhadap perlakuan
tidak adil. Berjuang untuk negaranya sendiri atau negara sahabat
dalam suatu perang. Meghukum tindakan tercela.
3) Fisik, asosial. Menodong, menyerang, melukai, atau membunuh
manusia (melawan hukum). Tindakan kejahatan. Memulai berantam
tanpa tanpa alasan yang mapan, atau membalas perasaan disakiti
dengan kekjaman dan pengrusakan yang berlebihan. Berjuang
melawan wewenang yang syah (orang tua, atasan, pemerintah).
Mengkhianati, dan berjuang melawan negaranya sendiri. Sadisme.
4) Destruktif. Menyerang atau membunuh binatang. Memecah,
menghancurkan, membakar, atau merusak sesuatu.
c) N-Dominance. Mencoba mempengaruhi tingkah laku, sentimen, atau ide
orang lain.bekerja untuk mendapatkan kedudukan eksekutif.
Membimbing, mengelola, memerintah. Sardiskusi atau berdebat untuk
mempengaruhi orang lain. Menyerang pandangan yang berbeda.
Menangkap dan memenjarakan musuh atau penjahat.
d) N-Exposition. Memberi informasi, berita, menerangkan, memberi
petunjuk, mengajar.
e) N-Nurturance. Menyatakan simpati dalam bentuk stindakan, mengasihi
dan menghibur seseorang. Baik hati dan penuh pengertianterhadap
perasaan orang lain.
f) N-Recognition. Mencari tepuk tangan, pujian, prestise, nama. Menikmati
dukungan, mencari penghargaan dari orang lain. Membanggakan diri.
Menonjolkan diri, menarik perhatian. Melakukan sesuatu atau berpidato di
depan umum, mendramatisasikan diri di depan oranglain.
g) N-Rejection. Menyatkan ketidak puasan, ketidak senangan atau kemarahan
dalam bentuk tindakan. Menghidari dari sesuatu, seseorang, suatu
pekerjaan, atau ide-ide yang asing dari minatnya.
h) N-Sex. Mencari dan menikmati lawan jenisnya. Melakukan hubungan sex.
i) N-Succorance. Mencari bantuan atau simpati. Meminta bantuan;
tergantung pada orang lain untuk mendapatkan dorongan, perlindungan,
pemeliharaan. Menikmati simpati dari orang lain, makanan atau pemberian
yang bermanfaat. Merasa kesepian bila sendirian, rindu bila pisah dari
orang yang dinginkan, tidak berdaya menghadapi krisis. Melarikan diri ke
minumam keras atau obat-obatan.
Need yang dapat disimpulkan dari reaksi tokoh pahlawan terhadap
aktivitas yang berasal dari orang lain:
a) N-Abasement
Mengalah (submission). Menurut dengan enggan kemauan orang lain,
untuk memperoleh atau terpeliharanya hubungan baik dengan orang yang
dingini, atau untuk menghindari disalamkan atau menghindari hukuman,
atau menghindari penderitaan atau kematian. Menyerah pada penghinaan,
kesakitan, dipersalhakan, hukuman, atau kekalahan tanpa melakukan
perlawanan. Mengakui kesalahan, meminta maaf, berjanji, untuk lebih
baik, untuk memperbaikan kelaikuan, untuk kembali kejalan yang benar.
Pasrah dan menerima nasib secara pasif. Menderita cobaan yang luar biasa
tanpa usaha melawan. Masochisme.
b) N-Autonomy
1) Kebebasan. Membebaskan dri atau menghindari lingkungan yang
mengekang atau memaksa. Membebaskan diri dari lingkup yang
terbatas, lari dari penjara, melarikan diri dari rumah, meninggalkan
sekolah, keluar dari pekerjaan, atau membelok dari ketentaraan karena
adanya larangan-larangan, kewajiban dan keharusan. Meninggalkan
atau melepaskan diri dari seseorang untuk membebaskan diri dari
kewajiban ikatan. Tekad untuk tetap bebas, mengindari persekutuan
yang menjerat, atau larangan-larangan yang membatasi. Pergi
melaksanakan sesuatu yang sah neski tidak direstui orang tua.
2) Bertahan (resistance). Menolak paksaan. Menolak melakukan atau tidak
dilakukan apa yang dituntut orang. Mendebat pertimbangan atasan.
Berpikir kontra, negativism, pendebat, tidak mau mundur, tidak patuh.
3) Asocial. Melakukan sampai taraf yang membahayakan, sesuatu yang
dilarang, dikritik, atau dapat dikenai hukuman, kelakuan jelek,
tidak menurut aturan, melanggar tata tertib. Melanggar standar moral
dan social. Menipu, curang, berjudi, mabuk, kepelacuran. Melakukan
kejahatan yang bukan mencuri.
c) N-Blameavoidance. Takut diperingatkan, dipersalahkan, atau dihukum,
dan menghindari kekeliruan. Menahan diri dari keinginan melakukan
sesuatu yang unconventional atau dapat dikritik. Mengakui kesalahan,
meminta ma’af, berjanji memperbaiki diri, menyesal, agar terhindar dari
dipersalahkan lebih lanjut. Kembali ke jalan yang benar dan menjadi
orang baik.
d) N-Deference
1) Patuh (compliance). Menyerah pada keinginan, saran, paksaan orang
sekutunya. Siap untuk menyenangkan, siap untuk menyetujui, bekerja
sama, menuruti dengan senang kepemimpinan seseorang yang
dikagumi.
2) Hormat (respect). Menyatakan kehormatan dan kekaguman dalam
bentuk tindakan, kultus individu. Mengakui jasa atau bakat, memuji
prestasi yang baik.
e) N-Harmavoidance. Menunjukkan ketakutan, kecemasan, kebingungan,
malu, menghindari perkelahian/bahaya sebab takut luka, sakit atau mati.
Melarikan diri ketika dikejar binatang, musuh (takut dilukai), atau polisi
(takut dipenjarakan atau mendapat hukuman fisik).
Need mengenai reaksi terhadap diri sendiri :
N-integression. Menyalahkan, mengkritik, memarahi, atau memperkecil
diri sendiri karena kesalahan, kebodohan, atau kegagalan. Menderita rasa rendah
diri, merasa berdosa, menyesali diri. Menghukum diri sendiri. Bunuh diri.
Cathexes
Ada hubungannya dengan need ialah objek, aktivitas, orang, dan ide yang
menarik atau menolak tokoh pahlawan. Objek, aktivitas, orang, dan ide-ide yang
tampak membuat pahlawan merasa tertarik disebut hal-hal yang di-cathested-kan
secara positif. Sebaliknya hal-hal yang menyebabkan rasa tidak senang pada tokoh
pahlawan di-cathested-kan secara negative.
Keadaan batin (inner states) dan emosi
Variasi lain yang digunakan oleh Murray ialah inner states dan emosi.
a. Konflik : suatu keadaan tidak menentu, tidak terputuskan. Oposisi
sementara atau terus-menerus antara impuls-impuls, need,
keinginan, dan sasaran yang saling berlawanan. Konflik moral.
Penahanan diri yang melumpuhkan.
b. Perubahan emosi : mengalami perubahan perasaan yang kentara
terhadap seseorang. Berubah-ubah, tidak stabil, tidak konsisten
dalam memberikan afeksi. Menampakkan perubahan suasan hati
dan temperamen. Terjadinya rasa senang luar biasa (exaltasi) dan
depresi pada satu cerita. Tidak toleran terhadap tiadanya perubahan
atau kestatisan. Mencari orang-orang baru, minat baru, pekerjaan
baru.
c. Dejection : mengalami perasaan kecewa, harapan tidak terpenuhi,
depresi, menyesal, sedih, tidak bahagia, melankolic, putus asa.
Keadaan batin yang lain : kecemasan, excitasi, curiga, cemburu.
3)  Kekuatan-Kekuatan Dilingkungan Tokoh Pahlawan
Dengan mengamati para testi menyusun lingkungan sebagai latar belakang
cerita, interpreter dapat menyimpulkan sebagaimana pandangan testi terhadap
lingkungannya.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat dijawab:
“Apakah lingkungan mendukung atau menghambat perkembangan,
keinginan, tindakan-tindakan tokoh pahlawan?”
“Apakah tokoh pahlawan merasa lingkungannya menyenangkan,
memuaskan, atau tidak menyenangkan/menegecewakan? Subur/gersang?, apakah
ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya?”
Juga manusia-manusianya: apakah mereka ramah? Bagaimana karakter
tokoh ibu digambarkan? Tokkoh bapak?
Murray menyediakan daftar press (disingkat p) yang klasifikasinya
berdasarkan pengaruhnya (atau yang akan berpengaruh atau mengancam)
terhadap tokoh pahlawan. (Press menurut Murray ialah kekuatan lingkungan atau
situasi-situasi lingkungan).
Cara penyekoran press serupa dengan cara penyekoran need. Skor 1
sampai 5 diberikan berdasar intensitas, lama berlangsung, frekuensi, dan arti
pentingnya press tersebut dalam jalan cerita.
Sesudah ke-20 cerita diskor, skor masing-masing variabel dikonsultasikan
dengan norma jenis kelamin dan umur. Skor yang dibawah atau diatas rata-rata
dicatat dan diteliti lebih lanjut.
Press yang sering terlibat dalam cerita:
a) P-Accuisition. Seseorang pengusaha merebut, merampok, menggelapkan
milik (uang, kekayaan) tokoh pahlawan. Atau seorang saingan dalam
bisnis mengancam keamanan finansialnya.
b) P-Afiliation
1) Assosiatif. Tokoh pahlawan mempunyai seorang teman atau lebih,
atau sahabat. Ia adalah anggota kelompok keakraban.\
2) Emosional. Seseorang (ayah, ibu, saudara kandung, sanak, pacar)
memiliki dedikasi pada tokoh pahlawan. Ia bercintaan (dicintai dan
mencintai) atau menikah.
c) P-Aggresion
1) Emosional, verbal. Seseorang marah atau membenci tokoh pahlawan.
Ia dikritik, dihina, dimarahi, ditertawakan, seseorang memfitnahnya.
2) Fisik, sosial. Tokoh pahlawan dalam posisi bersalah (ia penyerang,
penjahat), dan seseorang mempertahankan diri, membalas,mengejar,
memenjarakan atau membunuhnya. Pemerintah, polisi, ayah atau ibu
menghukum tokoh pahlawan mempertahankan diri.
3) Fisik, asosial. Seorang penjahat atau suatu geng penyerang, melukai,
atau membunuh tokoh pahlawan. Seseorang memulai perkelahian dan
tokoh pahlawan mempertahankan diri.
4) Destruktif. Sesuatu milik tokoh pahlawan dirusak atau dihancurkan.
d) P-Cognizance. Seseorang ingin tahu mengenai tokoh pahlawan, apa yang
sedang dilakukannya, ia dimata-matai. Seseorang menggeledah,
menyelidiki, atau menginterogasinya.
e) P-Deference
1) Patuh. Seseorang atau sekelompok orang dengan senang hati
mengikuti kepemimpinan atau permintaan tokoh pahlawan. Seseorang
ingin menyenangkannya, bekerja sama, dan menuruti perintahnya.
Kepatuhan ini mengkin bersifat pasif.
2) Hormat. Tokoh pahlawan dikagumi oleh seseorang atau sekelompok
orang. Bakat dan jasanya diakui, ia dihargai dan dipuji oleh
masyarakat.
f) P-Dominance
1) Paksaan. Seseorang mencoba memaksa tokoh pahlawan melakukan
sesuatu. Ia mendapat perintah, suruhan, atau paksaan dari ayah atau
ibu, atau yang berwenang.
2) Larangan. Seseorang mencoba mencegah tokoh pahlawan dari
melakukan sesuatu. Ia dikenai pengawan, larangan, atau hambatan.
3) Ajakan (inducement). Seseorang mencoba membuat tokoh pahlawan
melakukan sesuatu, dengan jalan meminta, mempengaruhi, memberi
dorongan, menggunakan strategi yang cerdik, atau menawan hatinya.
g) P-Example
1) Pengaruh baik. Seseorang, suatu kelompok, atau suatu sebab,
mempengaruhi tokoh pahlawan secara konstruktif. Seseorang yang
berbakat dijadikan contoh kearah kebaikan.
2) Pengaruh jelek. Tokoh pahlawan menjadi jahat karena pengaruh
pergaulan. Atau,perilaku idealnya merosot karena mengikuti saran
atau ajakan orang-orang yang dapat dipercaya atau tidak bertanggung
jawab.
h) P-Exposition. Seseorang mengatakan, menerangkan,
menginterpretasikan, atau mengajarkan sesuatu pada tokoh pahlawan.
i) P-Nurturance. Seseorang memberi makan minum, memberi dorongan,
perlindungan atau perawatan pada tokoh pahlawan. Ia mendapatkan
simpati, terlipur dan dikasihani.
j) P-Rejection. Seseorang menolak, memarahi, tidak hormat lagi, tidak
mengakui, tidak sudi, atau meninggalkan tokoh pahlawan.
k) P-Retention. Seseorang mempertahankan sesuatu yang diingini tokoh
pahlawan. Tidak mau meminjami atau memberi, kikir, hemat, atau
posesif.
l) P-Sex. Objek heterosex jatuh cinta pada tokoh pahlawan, atau afeksinya
disambut oleh seorang penggoda. Tokoh pahlwan menikah.
m) P-Succorance. Seseorang mencari simpati, bantuan, perlindungan dari
tokoh pahlawan. Ada objek yang tidak berdaya, sengsara, memelas yang
mengandung reaksi tokoh pahlawan. Seseorang menolongnya.
n) P-Lack, Loss
1) Kekurangan. Tokoh pahlwan tidak memiliki apa yang dibutuhkan
untuk hidup, untuk berbahagia, atau untuk berhasil. Ia miskin.
Keluarganya melarat. Ia tidak memiliki martabat, pengaruh, teman.
Tidak adanya kesempatan bersuka ria, atau maju.
2) Kehilangan. Seperti pada kekurangan, tetapi disini tokoh pahlawan
kehilangan sesuatu atau seseorang.
o) P-Physical Danger
1) Aktif. Tokoh pahlwan terkena bahaya fisik yang bukan manusiawi,
binatang buas, tabrakan kereta api, petir, angin ribut dan sebagainya.
2) Tidak adanya dukungan. Tokoh pahlawan dalam bahaya: jatuh atau
tenggelam. Mobilnya terbalik, kapalnya rusak, kapal terbangnya tidak
beres, atau ia ada diujung tebing.
p) P-Physical Injury. Tokoh pahlawan dilukai oleh seseorang (p-
Aggression), dilukai binatang, atau luka karena kecelakaan (p-Physical
Danger). Badannya terpotong atau rusak.
Dari contoh diatas dapat dimengerti bahwa satu kekuatan lingkungan
mungkin dapat berpengaruh sebagai beberapa press.
4) Akhir Cerita
Dari cerita (out come), interpreter dapat menilai dan memperbandingkan
antar kekuatan yang dimiliki tokoh pahlawan dengan kekuatan yang ada
dilingkungan (perbandingan antara need dan press). Kekuatan manakah yanhg
menang? Adakah jalan pemecahan bila ada konflik? Bagaimanakah bentuk
pemecahannya?
5) Thema
Interaksi antara need (atau perpaduan need) tokoh pahlawan dengan press
(atau perpaduan press) dari lingkungan, ditambah dengan akhir cerita
(keberhasilan dan kegagalan tokoh pahlawan) merupakan apa yang disebut
Murray “Thema”. Kombinasi thema-thema sederhana, yang saling berkaitan atau
berurutan disebut “”Complex Thema. Menurut Murray arti thema ini secara tepat
adalah struktur dinamika abstrak suatu episode, sedang arti secara lebih longgar
ialah jalan/liku-liku cerita, motif, pokok pembicaraan (tema), atau penampilan
pokok dramanya suatu cerita.
Dari cerita-cerita testi, interpreter akan mendapatkan thema-thema, baik
mayor maupun minor. Dari kumpulan thema ini dapat dilihat issue, konflik, atau
dilema apa yang paling dipikirkan oleh pengarangnya.
Beberapa themaumum ialah thema mengenai prestasi, persaingan,
percintaan, deprivasi, paksaan atau larangan, pelanggaran dan hukuman, konflik
keinginan, ekplorasi, perang dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tes TAT (Thematic Apperception Test) adalah suatu teknik proyeksi,
yang digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang
menampakkan diri dalam hubungan interpersonal dan dalam apersepsi
(atau interpretasi yang ada artinya) terhadap lingkungan.
2. Prosedur tes TAT (Thematic Apperception Test) adalah :
a. Building raport.
b. Menyediakan tempat yang nyaman bagi testee.
c. Tester menyiapkan materi tes.
d. Memberikan petunjuk tes.
e. Tester mencatat dan merekam segala tindakan dan perkataan testee.
3. Interpretasi tes TAT adalah :
a. Tokoh atau Hero, tester perlu mengetahui siapa tokoh dalam cerita
dengan berasumsi bahwa kisah yang diceritakan testee adalah kisah
mengenai dirinya.
b. Need, tester perlu memperhatikan tingkah laku tokoh dalam cerita dan
menyimpulkan kebutuhan tokoh berdasarkan Kebutuhan dari Murray.
c. Press, tester perlu mengetahui situasi umum atau lingkungan yang
dapat mempengaruhi tokoh (misalnya seseorang, objek tidak hidup,
tekanan sosial)
d. Akhir cerita, tester perlu mengetahui apakah tokoh bahagia atau tidak,
sukses atau gagal, masalah tokoh dapat dipecahkan atau tidak,
keinginan terpenuhi atau tidak, konflik masih berlangsung atau sudah
selesai.
e. Thema, tester perlu mengetahui inti cerita per kartu (need + press +
akhir cerita).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Contoh Gambar Kartu Tes TAT

Anda mungkin juga menyukai