Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA PROFESI

PERBANDINGAN ANTARA KODE ETIK AHLI GIZI DI


INDONESIA DENGAN KANADA, AMERIKA, DAN AFRIKA
SELATAN

Disusun Oleh:

Annisa Nafilata Ruchaina

165070301111034 / 2A2

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kode etik merupakan aturan tertulis dan harus dipatuhi oleh profesi yang
terkait. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 374/MENKES/SK/III/2007, dikatakan bahwa ahli gizi
adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas,
tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan
funsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di
masyarakat, individu atau rumah sakit. Oleh karena itu kode etik ahli gizi
adalah peraturan yang harus dilakukan ahli gizi dalam berinteraksi dengan
orang lain baik itu klien, masyarakat, maupun kolega teman seprofesi.
Sebagai ahli gizi sudah sepatutnya kita harus memahami kode etik profesi ahli
gizi agar mengetahui batas-batas serta kewajiban dan tanggung jawab sebagai
seorang tenaga gizi.
Setiap negara memiliki kode etik ahli gizi masing-masing dan tentunya
berbeda berdasarkan iklim, budaya, ekonomi, maupun gaya hidup
masyarakatnya. Oleh karena itu, masing-masing ahli gizi harus bisa
memahami kode etik negaranya sendiri dan senantiasa berusaha mempelajari
kode etik dari negara lain dengan maksud apabila suatu saat ditugaskan di
suatu negara, ahli gizi akan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan
negara tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kode etik di negara Indonesia?
2. Bagaimana kode etik di negara Kanada?
3. Bagaimana kode etik di negara Amerika?
4. Bagaimana kode etik di negara Afrika Selatan?
5. Bagaimana perbandingan antara kode etik negara Indonesia dengan
Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan?
1.3 Tujuan Masalah
2. Untuk mengetahui kode etik di negara Indonesia
3. Untuk mengetahui kode etik di negara Kanada
4. Untuk mengetahui kode etik di negara Amerika
5. Untuk mengetahui kode etik di negara Afrika Selatan
6. Untuk mengetahui perbandingan antara kode etik negara Indonesia
dengan Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik Ahli Gizi di Indonesia


Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,
pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi
dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh
falsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik
profesinya (Persagi, 2010).
a. Kewajiban Umum
1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam
meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap,
perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 3.
Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan.
4. Menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil.
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini,
dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa
membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama
dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan.
7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan
berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi
masyarakat yang sebenarnya.
8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun
lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang
sebaikbaiknya.
b. Kewajiban terhadap Klien
1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup
institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada
saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah
klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian
hukum.
3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai
kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan
budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras,
status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual.
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat.
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut.
6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban
senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang
mempunyai keahlian.
c. Kewajiban terhadap Masyarakat
1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan
pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan
dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat
mencegah masalah gizi di masyarakat.
4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah
gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat.
5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang
seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik.
6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi
berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,
dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi
tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.
7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu
berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan
salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat.
d. Kewajiban terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja
1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status
gizimasyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan
menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.
2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua
organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya
meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru
kepadasesama profesi dan mitra kerja.
e. Kewajiban terhadap Profesi dan Diri Sendiri
1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan
oleh profesi.
2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang
diperlukandalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan
teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan.
3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan
beranimengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan
hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.
4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi
olehkepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang
layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan
klien/masyarakat
(tempat dimana ahli gizi diperkerjakan).
5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa
oranglain untuk melawan hukum.
6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja denganbaik.
7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan
perseoranganatau kebesaran seseorang.
8. Selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi
f. Prinsip-prinsip kode etik Profesi Gizi mengabdikan diri dalam
upayakesejahteraan dan kecerdasan bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan
dan mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan
dan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi
profesional, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-
tugasnya atas dasar :
1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap
bangsa dan negara.
2. Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur
penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat.
3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi
tercapainya masyarakat adil, makmur dan sehat sentosa.
Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan
tugasnya perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan
nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik
profesi, baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara,
masyarakat, profesi maupun dengan diri sendiri. Dengan melihat cakupan
dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa profesi gizi berperan dalam
kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik dan mengintervensi
individu, kelompok, masyarakat serta meneliti dan mengembangkan demi
menjaga mutu pelayanan. Oleh karena itu, perlu disusun standar
kompetensi ahli gizi dan ahli madya gizi Indonesia yang dilandasi dengan
peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku praktek kegizian
yang bekerja secara profesional dan etis.
2.2 Kode Etik Ahli Gizi di Kanada
Kode Etik adalah struktur yang memungkinakan individu untuk mengubah
pribadi dan nilai profesionalnya menjadi tindakan dan menyediakan jaminan
masyarakat yang praktek professional dalam kepentingan masyarakat. Pada
tahun1987 Kode Etik dikembangkan oleh Canadian Dietetic Association
(nantinya Dietitian of Canada) dan diadopsi oleh College of Dietitian of
Ontario pada tahun 1996, menggambarkan kesesuaian professional tingkah
laku bagi dietisien di Kanada.
Tanggung Jawab kepada Klien
1. Untuk menjaga integritas dan empati dalam praktek professional.
2. Untuk berusaha untuk obyektivitas penilaian dalam hal-hal seperti
kerahasiaan dan konflik kepentingan.
3. Untuk bekerja secara kooperatif dengan rekan kerja, profesional lain dan
orang awam.
4. Untuk mendapatkan izin diberitahukannya, bagi infasif kami atau prosedur
eksperinmental.
Tanggung Jawab kepada Masyarakat
1. Untuk mempertahankan standar yang tinggi dari kompetensi perseorangan
melalui melanjutkan pendidikan dan evaluasi kritis berkelanjutan dari
pengalaman profesional
2. Untuk melindungi anggota masyarakat terhadap perilaku yang tidak etis
atau tidak kompetennya rekan kerja atau sesama profesional kesehatan
lainnya.
3. Untuk memastikan bahwa masyarakat kita diberitahu tentang sifat dari
setiap perawatan gizi atau saran dan pengaruh yang mungkin terjadi.
4. Untuk mendukung kemajuan dan penyebaran nutrisi dan terkait
pengetahuan dan keterampilan.
Tanggung Jawab untuk Profesi
1. Untuk mendukung orang lain dalam mengejar tujuan profesional 2.
Untuk mendukung pelatihan dan pendidikan calon anggota profesi.
3. Untuk melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang mempromosikan vital
dan progresif profesi.
2.3 Kode Etik Ahli Gizi di Amerika
Kode Etik Ahli Gizi di Amerika American Dietetic Association (ADA) dan
badan kepercayaan, Commission on Dietetic Registration (CDR),
mempercayai kepentingan profesi dan pelayanan masyarakat yang memiliki
Kode Etik di tempat yang menyediakan pedoman praktisi dietetik pada
praktek profesional dan tingkah lakunya. Para praktisi dietetik memegang
adopsi terhadap Kode Etik ini untuk mencerminkan nilai-nilai dan prinsip etik
yang memandu profesi dietetik dan kumpulan komitmen serta kewajiban dari
praktisi dietetik kepada masyarakat, klien, profesi, rekan kerja dan profesional
lainnya.
Kode Etik Berlaku untuk Praktisi berikut :
1. Anggota American Dietetic Association yang Terdaftar ahli gizi (RDS)
atau Teknisi Dietetik, Terdaftar (DTR).
2. Kecuali untuk bagian yang semata-mata berhubungan dengan
kepercayaan, untuk semua anggota American Dietetic Association yang
tidak RDS atau DTR, dan
3. Kecuali untuk aspek yang semata-mata berhubungan dengan keanggotaan,
semua RDS dan DTR yang bukan anggota dari American
Dietetic Association (ADA).
Prinsip-prinsip Mendasar
1. Para praktisi melakukan dietetik dirinya dengan kejujuran, integritas dan
keadilan
2. Para praktisi dietetik mendukung dan mempromosikan standar praktek
profesional. Praktisi menerima kewajiban untuk melindungi klien,
masyarakat dan profesi dengan menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Diet
dan dengan melaporkan pelanggaran yang dirasakan melalui proses yang
ditetapkan oleh American Dietetic Association dan badan kepercayaan
Komisi Registrasi Dietetik.
Tanggung Jawab Kepada Masyarakat
1. Praktisi memperhatikan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan
masyarakat setiap saat.
2. Para praktisi dietetik mematuhi semua hukum dan peraturan yang berlaku
atau terkait dengan profesi atau kewajiban etis praktisi seperti yang
dijelaskan dalam Kode Etik ini
3. Para praktisi dietetik menyediakan pelayanan profesional secara objektif dan
menghormati kebutuhan yang unik dan nilai-nilai individu
4. Para praktisi dietetik tidak terlibat dalam praktik palsu atau menyesatkan
5. Para praktisi dietetik menarik diri dari praktek profesional ketika tidak
mampu memenuhi tugas profesionalnya dan tanggung jawab kepada klien.
Tanggung Jawab kepada Klien
1. Jika praktisi dietetik tidak mampu untuk menangani dan melakukan
pertimbangan secara profesional dalam sebuah kasus yang bukan
keahliannya maka dapat bekerja sama dengan orang lain, mencari nasihat,
atau membuat rujukan yang sesuai.
2. Para praktisi dietetik memperlakukan klien dan pasien dengan hormat dan
pertimbangan.
3. Para praktisi dietetik merahasiakan informasi mengenai klien dan membuat
pengungkapan penuh tentang segala keterbatasan pada kemampuannya untuk
menjamin kerahasiaan penuh.
4. Para praktisi dietetic, dalam menangani dan memberikan layanan kepada
klien dan lain-lain, sesuai dengan prinsip yang sama yang ditetapkan di atas
dalam “Tanggung Jawab Kepada Publik”
Tanggung Jawab untuk Profesi
1. Para praktisi dietetik mempraktekan diet berdasarkan prinsip berbasis fakta
dan informasi saat ini
2. Para praktisi dietetik menyajikan informasi yang handal dan didukung
menafsirkan informasi kontroversial tanpa prasangka perorangan, dengan
menyadari bahwa perbedaan pendapat yang sah
3. Para praktisi dietetik mengasumsikan tanggung jawab seumur hidup dan
akuntabilitas terhadap kompetensi perorangan dalam praktek, konsisten
dengan standar profesional yang berlaku, terus berjuang untuk meningkatkan
pengetahuan profesional dan keterampilan serta menerapkannya dalam
praktek
4. Para praktisi dietetik adalah waspada terhadap terjadinya konflik nyata atau
konflik kepentingan yang potensial dan mengambil tindakan yang tepat bila
terjadi konflik
5. Para praktisi dietetik mengijinkan penggunaan nama yang bersangkutan
untuk kepentingan sertifikasi bahwa layanan dietetik telah diberikan hanya
jika dia telah memberikan atau mengawasi penyediaan layanan tersebut.
6. Para praktisi dietetik menyajikan kualifikasi professional yang akurat dan
terpercaya
7. Para praktisi dietetik tidak mengundang, menerima atau menawarkan hadiah,
insentif moneter, atau pertimbangan lain yang mempengaruhi atau
memberikan penampilan layak yang mempengaruhi pertimbangan
profesionalnya.
Tanggung Jawab untuk Kolega dan Profesional Lain
1. Praktisi menunjukkan penghormatan terhadap nilai-nilai, hak, pengetahuan
dan keterampilan rekan serta profesional lainnya.
2.4 Kode Etik Ahli Gizi di Afrika Selatan
Kompetensi profesional
1. Mempraktekkan ilmu-ilmu dietetik berdasarkan manajemen ilmiah dan
prinsip-prinsip yang dipegang
2. Memikul tanggung jawab dan akuntabilitas untuk kompetensi pribadi
dalam praktek untuk mengenali dan melakukan penilaian profesional
dalam batas-batas kualifikasi serta mencari nasihat atau membuat rujukan
yang sesuai.
Hubungan dengan Kolega
1. Membuat semua upaya yang wajar untuk menghindari bias dalam setiap
jenis evaluasi profesional, serta mengakui perbedaan pendapat.
2. Tidak berkompromi mengenai standar perawatan mandiri untuk
memenuhi target komersial.
Hubungan dengan Klien
1. Memberikan layanan profesional dengan objektif dan menghormati
kebutuhan yang unik serta nilai-nilai individu tanpa diskriminasi dan
sesuai dengan Konstitusi Republik Selatan Afrika 1996 (UU 108 tahun
1996).
2. Menjaga kerahasiaan informasi klien
3. Menerima tanggung jawab untuk memberikan standar pelayanan yang
terbaik bagi klien dengan sumber daya yang tersedia.
4. Tidak berkompromi mengenai standar perawatan pribadi untuk memenuhi
target komersial.
5. Memberikan informasi yang cukup untuk memungkinkan klien untuk
membuat keputusan mereka sendiri dan bertindak sebagai advokat klien
atau agen jika sesuai.
6. Melakukan segala sesuatu dengan kejujuran, integritas dan keadilan dan
bertindak untuk mencegah konflik kepentingan.
7. Tidak mengiklankan secara palsu atau menyesatkan.
Hukum dan Sosial Tanggung Jawab
1. Menjunjung tinggi pedoman profesional Profesi Kesehatan Dewan Afrika
Selatan (HPCSA)
2. Memperpanjang pendaftaran sebagai ahli diet dengan HPCSA setiap
tahunnya.
3. Mematuhi pedoman CPD dari HPCSA.
2.5 Perbedaan Kode Etik di Indonesia, Kanada, Amerika Serikat, dan
Afrika Selatan
Indonesia:
- Seluruh kewajiban ahli gizi dalam setiap bidang dijelaskan secara rinci
dan jelas, sehingga tidak menimbulkan kebingungan
- Lebih mengatur sikap ahli gizi terhadap klien, masyarakat, mitra kerja,
profesi dan bahkan diri sendiri, dengan tujuan agar ahli gizi dapat
dipercaya dan menjadi panutan di kalangan masyarakat.
- Tanggung jawab dan dasar-dasar dari ahli gizi dalam kode etik adalah
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945
serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi
Indonesia
Kanada:
- Penjabaran mengenai kewajiban ahli gizi haanya ada pada klien,
masyarakat, dan profesi
- Berbeda dengan Indonesia, pada kode etik profesional ahli gizi di Kanada
tidak terdapat tanggung jawab terhadap teman seprofesi dan mitra kerja
serta pada diri sendiri
- Penjelasan setiap poin pada kode etik sudah jelas namun kurang rinci
- Kode etik di Kanada banyak mengatur hal-hal mengenai pentingnya
peningkatan pengetahuan ahli gizi Amerika Serikat:
- Kode etik berlaku bagi seluruh Ahli Gizi Terdaftar (RDS) maupun Ahli
Gizi Teknisian (DTR) baik yang terdaftar di American Dietetic
Association (ADA) maupun yang tidak terdaftar
- Kode etik ahli gizi di Amerika menekankan tentang tanggung jawab ahli
gizi dan diberlakukan untuk mendukung dan mempromosikan standar
praktek professional.
- Kode etik ahli gizi di Amerika telah mengatur hubungan antara ahli gizi
dengan masyarakat, klien, serta kolega dan profesional lain
- Penjabaran tanggung jawab sudah jelas dan rinci Afrika Selatan:
- Kode etik ahli gizi di Afrika Selatan hanya mengatur tanggung jawab
seorang ahli gizi kepada klien dan masyarakat saja.
- Penjelasan tanggung jawab ahli gizi masih secara singkat, belum secara
rinci
- Banyak penekanan pada bagian “Tidak berkompromi mengenai standar
perawatan pribadi untuk memenuhi target komersial” yang bertujuan agar
ahli gizi bersikap profesional dan mengesampingkan keinginan pribadi

BAB II PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kode etik profesi pada ahli gizi dibentuk agar Ahli Gizi dapat
mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi,
kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi,
pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu
terkait. Di Indonesia, kode etik profesi ahli gizi dijelaskan secara rinci dengan
pembagian yang jelas serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha
Esa, Pancasila, serta UUD 1945. Sedangkan di Kanada penjelasan mengenai
kewajiban ahli gizi kurang lengkap, namun sudah jelas. Kode etik di Kanada
banyak mengatur hal-hal mengenai pentingnya peningkatan pengetahuan ahli
gizi. Lalu di Amerika Serikat, lebih mengutamakan tanggung jawab ahli gizi
dan mempromosikan standar praktek profesional. Penjelasan mengenai
tanggung jawab terhadap klien, masyarakat, serta kolega dan profesi lain
sudah jelas dan rinci. Sedangkan di Afrika Selatan, kode etik ahli gizi hanya
mengatur tanggung jawab ahli gizi kepada klien dan masyarakat saja, serta
lebih menekankan pada profesionalisme ahli gizi. Penjelasan mengenai
tanggung jawab sudah jelas namun kurang rinci.
DAFTAR PUSTAKA

American Dietetic Association. 2009. Commission on Dietetic Registration


Code of Ethics for the Profession of Dietetics and Process for
Consideration of Ethics Issue. Journal of American Dietetic
Association
Association for Dietetics in South Africa. 2008. ADSA Code of Ethics for the
Profession of Dietetics in South Africa
Dietitians of Canada. 1996. The Code of Ethics for the Dietetics Profession in
Canada.

Menteri Kesehatan. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 374/MENKES/SK/III/2007

Anda mungkin juga menyukai