Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL SKRIPSI

PENELITIAN KUANTITATIF

HUBUNGAN MINAT DAN PERHATIAN TERHADAP HASIL BELAJAR

Dipersembahkan oleh:
Weebo

Kunjungi Website Weebo dan Subscribe Weebo di Youtube

dengan Mengeklik Link / Gambar di Bawah ini:

Website: Youtube:
TERM OF SERVICES, READMORE, AND RELATED LINKS

A. Terms of Services
1. Segala hak cipta penulisan skripsi ini adalah milik penulis asli skripsi. Weebo
hanya membagikan skripsi ini dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang
lain.
2. Sebagian besar skripsi yang diperoleh Weebo berasal dari internet yang dapat
dicari dengan mesin pencarian, kemudian diupload ulang oleh Weebo.
3. Silahkan subscribe youtube Weebo Corner dengan mengeklik link/gambar
pada halaman cover untuk mendukung program-program dari Weebo.
4. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

B. Readmore and Related Links


1. Tips dan Trik Menulis Skripsi Youtube Playlist
Playlist youtube yang berisi video pedoman penulisan skripsi, tips dan
trik penulisan skripsi, cara membuat judul skripsi penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan penelitian tindakan kelas, dan lain sebagainya.
2. Ide Proposal Skripsi
Blog yang berisi artikel panduan cara menulis skripsi, contoh judul
skripsi, download contoh skripsi penelitian kualitatif, kuantitatif, dan penelitian
tindakan kelas, dan lain sebagainya. Contoh artikel:
a. Panduan Cara Menyusun Skripsi dari Awal sampai Akhir
b. Contoh Judul Penelitian Kualitatif Terbaik dan Terlengkap
c. Contoh Judul Penelitian Kuantitatif Terbaik dan Terlengkap
d. Contoh Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Terbaik dan Terlengkap
e. Download Proposal Skripsi dan Skripsi Penelitian Kualitatif
f. Download Proposal Skripsi dan Skripsi Penelitian Kuantitatif
g. Download Proposal Skripsi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
h. Ejaan dan Tanda Baca dalam Penulisan Karya Ilmiah
i. Cara Penulisan Daftar Pustaka dalam Karya Ilmiah
j. Dan lain sebagainya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ...................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori ................................................................................. 5
B. Kerangka Berfikir........................................................................... 24
C. Hipotesis Tindakan.......................................................................... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 26
B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 26
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 27
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 28
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………...……..…….....31
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan
dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada
kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan bermasyarakat
dimulai dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu orang tua harus mampu
menjadi tauladan bagi putra-putrinya. Keluarga adalah lingkungan pertama yang
dikenal oleh anak sebelum anak itu mengenal lingkungan luar. Maka orang tua
harus memberikan perhatian yang cukup kepada anaknya agar memiliki kesiapan
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelajar. Orang tua yang terdiri dari Bapak
dan Ibu, memiliki tanggung jawab yang besar dalam membesarkan dan mendidik
anak-anaknya.
Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka
harus tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh
kasih sayang dan pengertian.
Keluarga menurut Departemen Kesehatan RI (1998) : Keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.

Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas
ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah
memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencakup
pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu : Potensi fisik,
potensi nalar, dan potensi nurani.
Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas
kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara
menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya manusia ( SDM ) yang demikian
sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni kualitas
sumberdaya manusia yang meliputi ; kreatifitas yang kuat, produktifitas yang
tinggi, kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial yang besar, keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kehangatan dan rasa aman merupakan dasar berkembangnya hubungan
emosional yang baik antara orang tua dan anak. Selain itu juga hubungan yang
penuh perhatian dan stimulasi sangat dibutuhkan oleh perkembangan yang sehat
bagi anak. (Siti Rahayu Haditono, 1999: 98).
Perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap anak sangat diperlukan
karena orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. (Zakiah
Daradjat, 1986: 56). Perhatian yang cukup dari orang tua terhadap anak-anaknya
dapat menghasilkan sebuah perilaku yang positif karena segala tingkah lakuknya
selalu mendapat arahan dari orang tua. Timbulnya minat untuk belajar pada
individu berasal dari dalam diri individu, kemudian individu mengadakan
interaksi dengan lingkungan yang menimbulkan dorongan sosial dan dorongan
emosional, juga adanya pengaruh perhatian orang tua. Anak-anak akan
berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan keluarga
segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan
yang nyata dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati
oleh anak baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak
yang akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya.
Pada kenyataannya masih ada orang tua yang menganggap ketika
menyerahkan anaknya ke sekolahan maka tanggung jawab sepenuhnya terletak
pada sekolahan yang bersangkutan dan orang tua sudah tidak lagi memberikan
perhatian yang cukup kepada anak-anaknya. Pendapat seperti itulah yang
menyebabkan anak kurang mendapatkan perhatian berupa bimbingan
dilingkungan keluarganya, Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk meneliti adakah” Hubungan Antara Tingkat Perhatian Orang Tua Dan
Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas III SD Se-
Kecamatan Bayan”.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tingkat Perhatian Orang Tua Siswa SD Se-Kecamatan Bayan


?
2. Bagaimana Minat Belajar Siswa Kelas III SD Se-Kecamatan Bayan ?
3. Apakah ada hubungan antara Tingkat Perhatian Orang Tua dan
MinatBelajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas III SD Se-
Kecamatan Bayan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Tingkat Perhatian Orang Tua dan Minat belajar Pada
Siswa Kelas III SD Se-kecamatan Bayan.
2. Untuk mengetahui Minat Belajar Pada Siswa kelas III SD Se-Kecamatan
Bayan.
3. Untuk Mengetahui ada tidaknya Hubungan Antara Tingkat Perhatian
Orang Tua dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas III
SD Se-Kecamatan Bayan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan proposal ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk Mengetahui secara nyata hubungan antara tingkat perhatian orang
tua dan minat belajar dengan prestasi belajar matemtika pada siswa kelas
III.
b. Untuk mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan
prestasi belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
Sebagai masukan bagi orang tua agar lebih memperhatikan perkembangan
anaknya.
b. Bagi Siswa
Memberi pengetahuan kepada siswa bahwa perhatian orang tua, minat
belajar sangat berpengaruh dalam meraih dan mencapai prestasi belajar.
c. Bagi Guru dan Sekolah
Sebagai masukan agar lebih memperhatikan faktor – faktor yang
mempengaruhi minat belajar terhadap prestasi belajar.
d. Bagi Peneliti
Dapat untuk menambah wawasan sekaligus hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan kegiatan
belajar nantinya.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTEIS

A. Landasan Teori
1. Karakteristik Siswa Kelas III
Karakter kelas III Piaget dalam Noehi Nasution (1996:60) mengemukakan
fase perkembangan kognitif sebagai berikut :
umur Fase
0-2 Sensorimotor
2-7 Intuitif atau praoperasional
7-11 Operasi konkret
11-16 Operasi formal

Sebagai pendidik kitahendaknya mengetahui “isi” tiap fase itu. Hanya dengan
demikian kita akan dapat berusaha mengetahui apa yang kita hendak ajarkan dan
bagaimana cara mengajarnya. Tetapi perlu diingat bahwa tiap fase untuk tidak
“murni”, pasti ada unsur dari fase tedahulu dan fase yang akan menyusul terdapat
dalam tiap fase.
a. Fase sensiomotor (umur 0-2 tahun)
Aktifitas kognitif selain sensorimotor didaaaasarkan atas pengalaman
langsung melalui panca indra. Aktiftas dalam interaksi antara panca indera
anak terikat pada pengalaman langsung, ia melihat sesutu terjadi.
Merasakannya tetapi ia belum dapat mengelompokkan atau mengkategorikan.
Responnya tergantung situasi. Pengalaman dalam fase sensorimotor yang
kualitatif baik yang disediakan lingkungan mempersiapkan anak menuju ke
fase berikut yakni, fase intuitif, fase operasional, dan merupakan operasional
dan merupakan cara yang terbaik untuk membantu perkembangan intelegensi
anak.
b. Fase intuitif atau praoperasional (2-7 tahun)
Fase ini untuk perkembangan bahasa dianjurkan orang dewasa banyak
bercakap-cakap dengan anak, membacakan cerita-cerita, mengajarkan

8
nyanyian dan sjak. Pada masa intuitif anak gemar meniru, anak telah mampu
menerima khayalan yang tidak logis, ini dapat mempunyai teman khayalan,
dapat bercerita tentang hal-ahal yang fantatis, ia tidak terikat pada realitas
sehingga dia dapat berbicara dengan kursi, anjing dll.
c. Fase operasi konkret (7-11 tahun)
Fase ini menurut piaget menunjukkan suatu reorganisai dalam struktur
mental anak. Dalam fase operasional konkret, tidak menentukan pilihan yang
mana saja boleh, karena isinya sangat banyak. Dalam banyak hal pengajaran
di sekolah dasar dapat dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif para
murid. Bila sekolah memperhatikan keterampilan dan aktifitas seperti
menghitung, mengelompokkan, membentuk, dan sebagainya, maka semua itu
membantu perkembangan kognitif. Karyawisata ke objek-objek sejarah, ilmu
pengetahuan alam melalui percobaan dan melakukan sendiri, menambah
kesempatan perkembangan kognitif. Aktifitas anak pada fase ini dapat
dibentuk dengan peraturan-peraturan. Anak prasekolah tunduk pada peraturan
tanpa mengerti maknanya; anak sekolah dasar menaati peraturan (kaerana
peraturan dasar menaati perrturan), karena peraturan itu mempunyai nilai
fungsional. Anak berpikir harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan. Tidak
jarang ada orang tua yang marah dan mengalami frustasi bila mereka ingin
membantu anak dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
d. Fase operasi formal (11-16)
Dalam fase terakhir ini, yang kira-kira jatuh bersamaan dengan masa
pubertas, anak-anak dapat mengembangkan pola-pola berpikir formal
sepenuhnya. Mereka mampu memperoleh “Strategi” yang logis, rasional, dan
abstrak. Mereka dapat menangkap arti simbolis, arti kiasan, kesamaan dan
perbedaan, mereka dapat menyimpulkan moral suatu cerita. Pengembangan
operasi formal mamerlukan aktifitas di pihak anak, menulis sajak lebih efektif
dari pada membaca sajak , turut serta bermain dalam suatu pementasan lebih
berguna daripada menontonnya, semua itu untuk membantu anak dalam
proses pengembangan kognitif.
Noehi Nasution (1996:45) menyatakan beberapa sifat khas anak-anak
pada masa kelas rendah adalah :
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan
jasmani dan prestasi sekolah.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peratura-peraturan permainan
yang tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu
dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya
tidak penting.
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6,0-8,0) anak menghendaki nilai (angka
rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi
nilai baik atau tidak.
Anak kelas III SD berusia antara 8-9 tahun. Pada usia ini anak berada pada
fase operasional konkrit. Anak aktif bergerak dan mempunyai perhatian yang
besar pada lingkungannya. Teori Piaget tentang perkembangan anak mengatakan
bahwa fase operasional anak memperoleh kecakapan untuk menunjukkan logika
operasional dasar, tetapi hanya melalui pengertian konkrit. Anak telah mampu
berfikir logis, fleksibel, mengorganisasi dalam aplikasi terhadap benda konkrit.
Anak belum mampu berfikir secara abstrak. Dengan demikian, sia-sia belaka
memberikan pengalaman abstrak pada anak usia operasional konkrit (Y.
Padmono, 1999).
Pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing tapat diterapkan pada
anak masa usia operasional konkrit, karena metode ini menekankan pada
pengalaman konkrit siswa dalam menemukan suatu konsep pembelajaran. Siswa
diajak berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep pembelajran melalui
pengalaman konkrit. Hal ini juga sesuai dengan karakteristik anak kelas III yang
aktif bergerak dan mempunyai perhatian lebih terhadap lingkungan Belajar.
2. Belajar

a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat, bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
semua kegiatan siswa dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Kata “belajar” itu ada pengertian yang terkandung di dalamnya. pengertian
dari kata “belajar “ itulah yang perlu diketahui dan dikhayati.
Garry & Kingsley dalam Sunaryo Kartadinata, dkk (2002:47)
menyatakan bahwa “belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Moh Surya (1997) menyatakan bahwa “belajar dapat diartikaan sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan
perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu
sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan”.
Dari definisi di atas nampak bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku yang disebabkan oleh individu mengadakan interaksi dengan
lingkungan.
Hilgard (1962) menyatakan bahwa “belajar adalah proses dimana suatu
perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu
situasi”.
Di Vesta dan Thomson (1970) menyatakan bahwa “belajar adalah
perubahan perilaku yang relative menetap sebagai hasil dari pengalaman “.
Menurut James O. Wittaker (1970)menyatakan bahwa “belajar dapat
didefinsikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman”.
Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern
diungkapkan Morgan, dkk dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana
(2001: 13) :
Belajar sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Definisis yang kedua ini
memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah
perubahan tingkah laku dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi
karena latihan atau pengalaman.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah


suatu usaha seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan ke arah yang lebih baik. Perubahan tingkah laku
tersebut bersifat relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman.
b. Ciri-ciri Belajar
Dari beberapa pengertian belajar tersebut di atas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh. Surya (1997) mengemukakan
ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:
1) Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan.
2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperolehh sebelumnya.
3) Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan
masa sekarang maupun masa mendatang.
4) Perubahan yang bersifat positif
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan ke
arah kemajuan.
5) Perubahan yang bersifat aktif
Untuk memperoleh perilaku yang baru, individu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan.
6) Perubahan yang bersifat permanen
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap
dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
7) Perubahan yang bertujuan dan terarah
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
8) Perubahan perilaku secara keseluruhan
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya.

3. Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Djalal (1986: 4) bahwa “prestasi belajar siswa adalah gambaran


kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran”. Sedangkan menurut Kamus bahasa Indonesia
Millenium (2002: 444) ”prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau
dikerjakan”. Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar
yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran
atau setelah mempelajari sesuatu. Ada banyak pengertian tentang prestasi belajar.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksudkan dengan prestasi belajar
adalah hasil belajar/ nilai pelajaran sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan
kemampuannya/usahanya dalam belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses
belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan
berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. “Pengukuran adalah proses
penentuan luas/kuantitas sesuatu” (Nurkancana, 1986: 2). Dalam kegiatan
pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan
yang harus dipecahkan/dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor
mentah yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat
memberikan informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan
penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan
memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar.
Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.
Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu ”kognitif, afektif dan
psikomotorik”. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang
meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan


nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan
tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan
keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.

Prestasi belajar sebagai hasil dari proses belajar siswa biasanya pada setiap
akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku laporan prestasi
belajar siswa atau raport. Raport merupakan perumusan terakhir yang diberikan
oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar (Suryabrata, 1984). Prestasi
belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi anak didik,
pendidik, wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang diberikan
merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan berguna dalam pengambilan
keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun sekolah.
Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.

Benyamin S. Bloom (dalam Nurman, 2006 : 36), prestasi belajar


merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri
atas : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Melihat
dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu
pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara
aktual sebagai hasil dari proses belajar.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang
mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat
untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam
kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang
perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998 : 233) dan Shertzer dan
Stone (Winkle, 1997 : 591), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.:

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :

1). Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang
berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu


memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik
yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan
fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk
memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk
memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan
fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu


berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara
pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata
dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari
oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan
demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat
mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi


belajar siswa, antara lain adalah :

a) Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa


mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997 :529) hakikat
inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai
keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat
mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang
memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar
untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya,
siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan
juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah
suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi
rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .
b) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan
prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap
adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap
hal-hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran
di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar
mengajar di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak


perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk
belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-
kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar
karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991 : 39)
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa
tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat
non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau
semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,
antara lain adalah :

1). Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi keluarga


Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik,
mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b). Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi


cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c). Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat


berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara
langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak
langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2). Faktor lingkungan sekolah

a). Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan


membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain
bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah
juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar

b). Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi,


kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari
para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa
kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi,
misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang
berkualitas , yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan
dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa
akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian,
ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi
belajarnya.

c). Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi


tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif
sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1994:122) mengatakan
bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru
mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes
dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka
prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut
tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

3). Faktor lingkungan masyarakat

a). Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan


mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat
yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan
anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan
guru/pengajar

b). Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan


pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran)
sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai
dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

4. Minat

1) Pengertian Minat

Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,


1997 : 370). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan
sikap.Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga
penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang
giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya.
(Gunarso,1995 : 68). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih
(Hurlock, 1995 : 144). Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995 :
117):
a). Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari
baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media
massa.
b). Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam
sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari
pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru
dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut
dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media
massa terhadap kegiatan itu.
c). Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.
Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan
keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

3) Macam minat
Minat dibedakan menjadi 2 yaitu: (Witherington, 1999 : 26)
a) Minat primitif
Disebut pula minat biologis, yaitu minat yang berkisar soal
makanan dan kebebasan aktifitas.
b) Minat kultural
Disebut juga minat sosial yaitu minat yang berasal dari perbuatan
yang lebih tinggi tarafnya.

4) Kriteria Minat
Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi
a) Rendah
Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat
b) Sedang
Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam
waktu segera.
c) Tinggi
Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera.

5) Kondisi yang mempengaruhi minat


a) Status ekonomi
Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat
mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan.
Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung
jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk
mempersempit minat mereka.
b) Pendidikan
Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki
seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang
dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green
mengatakan bahwa “Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan
yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih
aman baginya”. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan
kesehatan akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada
sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka.
c) Tempat tinggal
Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa
mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau
tidak.
6) Faktor – faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang menurut
(Yuwono, 2001 : 40)
a) Kondisi pekerjaan
Tempat kerja yang memiliki suasana yang menyenangkan dengan
didukung oleh kerja sama yang profesional, saling bantu dapat
meningkatkan produksi.
b) Sistem pendukung
Dalam bekerja sangat diperlukan sistem pendukung yang memadai bagi
para pekerjanya sehingga diperoleh hasil produksi yang maksimal
misalnya fasilitas kendaraan, perlengkapan pekerjaan yang memadai,
kesempatan promosi, kenaikan pangkat/kedudukan.
c) Pribadi pekerja
Semangat kerja, pandangan pekerja terhadap pekerjaannya, kebanggan
memakai atribut bekerja, sikap terhadap pekerjaannya.
7) Cara menimbulkan minat
Minat dapat ditimbulkan dengan cara: (Effendi dan Praja, 1993 : 72)
a) Membangkitkan suatu kebutuhan.
b) Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c) Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik.

5. Tingkat Perhatian Orang Tua


a. Pengertian tingkat Perhatian siswa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Tingkat adalah susunan yang
berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek”. (Depdiknas, 2001: 1197). Dan “Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang
ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek.” (Bimo Walgito,1986: 53).
Sedangkan orang tua dalam pengertiannya adalah ayah, ibu kandung (orang tua),
orang yang dianggap tua. (Depdiknas, 2001: 802).
Dapat disimpulkan bahwa tingkat perhatian orang tua adalah tingkat
sejauh mana orang tua dalam membimbing dan bertanggungjawab mendidik anak
agar mempunyai sikap keagamaan yang baik. Orang tua adalah seorang yang
dewasa yang mempunyai tanggung jawab atas putra-putrinya dan ia sebagai
panutan serta tauladan dalam bertingkah laku. Suatu kesalahan besar apabila
orang tua tidak memberikan perhatian kepada pertumbuhan dan perkembangan
anak, sebab anak yang tumbuh tanpa perhatian orang tua akan menjadi anak yang
jauh dari kasih sayang. Tidak lazim apabila orang tua membiarkan anaknya
tumbuh dan berkembang tanpa ada dukungan dan motivasi walaupun secara
materiil anak tidak membutuhkan namun dalam jiwa ia selalu mengharapkan
kehadiran pendorong dan pemberi semangat. Tidak sedikit orang tua yang
meninggalkan kesenangan pribadinya untuk membahagiakan atau menyenangkan
anak-anaknya, bahkan terkadang seorang ibu rela mengorbankan dirinya demi
kepentingan anaknya. (Ahmad Amin, 1995: 15).
Menurut Hasan Langgulung, kewajiban orang tua dalam memberikan
perhatian bagi anak diantaranya yaitu memberi bimbingan yang baik bagi anak-
anaknya dalam berpegang teguh kepada akhlak mulia. Disamping itu memberi
tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa bebas
memilih dalam tindak-tanduknya. Orang tua juga harus dapat memanfaatkan
waktu dengan menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan
sadar dan bijaksana, diantaranya yaitu menjaga mereka dari teman-teman yang
menyeleweng dan tempat-tempat kerusakan. (Hasan Langgulung, 2004: 312).
Abu Ahmadi mengemukakan bahwa tugas orang tua diantaranya ialah
menstabilisasi situasi keluarga dalam arti stabilisasi situasi ekonomi rumah
tangga. Orang tua juga mempunyai tugas mendidik anak dan melakukan
pemeliharaan psikis keluarga, termasuk disini kehidupan beragama. (Abu
Ahmadi, 2002: 247).
a. Proses timbulnya perhatian
1) Adanya rangsang yang menonjol dari obyek.
2) Rangsang diterima oleh indra.
3) Dibawa masuk oleh syaraf ke dalam otak.
4) Didalam otak diserap oleh persepsi kita.
5) Obyek tersebut mempunyai arti sesuai dengan persepsi yang ada
pada diri kita.
6) Arti tersebut dipengaruhi pula oleh:
a. jenis kelamin,
b. umur,
c. latar belakang yang bersangkutan,
d. ada tidaknya prasangka,
e. ada tidaknya keinginan tertentu,
f. ada tidaknya sikap batin tertentu,
7) Terjadilah perhatian yang berbeda-beda. (Dakir, 1993: 114).
b. Bentuk Perhatian
1) Mengingatkan anak-anak terhadap kewajibannya.
2) Mengadakan kompetisi (persaingan) yang sehat.
3) Menginsyafkan anak-anak terhadap kebutuhan mereka.
4) Sanjungan jika melaksanakan kewajibannya.
c. Macam Perhatian
1. Perhatian spontan
Bagi anak kecil mencurahkan perhatiannya terhadap hal-hal yang
disukai. Sebab anak kecil belum memiliki kesadaran atau keinsyafan akan
kebutuhan terhadap agamanya. Anak kecil menjalankan perintah orang tua
atau guru bukan karena kesadaran, tetapi hanya karena memenuhi
kesenangan.
2. Perhatian tidak spontan
Bagi anak yang sudah besar (dewasa) sudah memiliki perhatian
dengan sengaja. Sebab mereka telah sadar atau insyaf. Selain
memperhatikan hal-hal yang disukai, harus memperhatikan pula hal-hal
yang tidak disukai atau kurang disukai.
3. Perhatian yang sempit
Perhatian yang sempit yaitu dimana orang tua hanya mampu
memberikan perhatian sedikit terhadap keadaan anak.
4. Perhatian yang luas
Yaitu perhatian dimana orang tua dapat memberikan perhatian
menyeluruh kepada anak. (Bimo Walgito, 1986: 69).

5. Matematika

a. Pengertian Matematika
Aristoteles dalam septiana hikmawati (2009) Ia memandang matematika
sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan fisik, matematika, dan teologi. Matematika didasarkan atas
kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen,
observasi, dan abstraksi.
Matematika menurut Wahyudi (2008:3) menyatakan bahwa :
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak
dan dibangun melalui penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah yang
diterima, sehingga kebenaran antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas.

Berdasarkan pengertian matematika menurut para ahli yang telah


dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika disebut juga
sebagai ilmu deduktif sebab dalam matematika tidak menerima kesimpulan
yang berdasarkan observasi, eksperimen, coba-coba seperti halnya ilmu
pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan umumnya.
b. Fungsi Matematika
Dalam kurikulum pendidikan Dasar Tahun 2004, matematika berfungsi
untuk menentukan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikkan,
eksplorasi dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir
dan model matematika serta senagai alat komunikasi melalui simbol, tabel,
grafik, diagram dalam menyelesaikan masalah.
Wahyudi (2008:3) menyatakan bahwa :
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat
pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta
sebagai alat komunikasi melalui symbol, tabel, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.

Sedangkan dalam GBPP 1994, matematika berfungsi sebagai salah satu


unsur masukan instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan
berdasarkan kebenaran konsistensi disini adalah kebenaran (suatu pernyataan
tertentu yang didasarkan pada kebenaran).
c. Tujuan Matematika
Tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum pendidikan Dasar
Tahun 2004 adalah “melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis,
kreatif dan konsisten”.
Sedangkan menurut GBPP 1994, ada dua tujuan dalam pembelajaran
matematika yaitu:
1) Tujuan Umum
a) Mempersiapkan agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional kritis, cermat,
jujur dan efektif.
b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2) Tujuan Khusus
a) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan, melalui
kegiatan matematika.
c) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal
belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
d. Ruang Lingkup Matematika
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 2004, Standar
Kompetensi Matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika
yang dibakukan dan harus dicapai oleh siswa pada akhir periode
pembelajaran. Standar ini dikelompokkan dalam kemahiran matematika,
bilangan, pengukuran dan geometris, aljabar, statistika dan peluang,
trigonometri dan kalkulus.

B. Kerangka Berfikir

Tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek”.


(Depdiknas, 2001: 1197). Dan “Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi
dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan
obyek.” (Bimo Walgito,1986: 53). Sedangkan orang tua dalam pengertiannya
adalah ayah, ibu kandung (orang tua), orang yang dianggap tua. (Depdiknas,
2001: 802).
Dapat disimpulkan bahwa tingkat perhatian orang tua adalah tingkat
sejauh mana orang tua dalam membimbing dan bertanggungjawab mendidik anak
agar mempunyai sikap keagamaan yang baik.
minat adalah gejala psikologis yang menunjukan bahwa minat adanya pengertian
subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik
perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada obyek
tersebut.
Perhatian yang cukup dari orang tua terhadap anak-anaknya dapat
menghasilkan sebuah perilaku yang positif karena segala tingkah lakuknya selalu
mendapat arahan dari orang tua. Timbulnya minat untuk belajar pada individu
berasal dari dalam diri individu, kemudian individu mengadakan interaksi dengan
lingkungan yang menimbulkan dorongan sosial dan dorongan emosional, juga
adanya pengaruh perhatian orang tua.
Prestasi belajar adalah hasil belajar/ nilai pelajaran sekolah yang dicapai
oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam belajar.

C. Hipotesis Tindakan
“Ada hubungan yang signifikan antara tingkat perhatian orang tua dan minat
belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas III SD seKecmatan Bayan”.
1. HI( Hipotesis Alternatif )
Ada hubungan antara Tingkat Perhatian Orang Tua dengan Minat Belajar
terhadap Prestasi Belajar siswa kelas III SD seKecamatan Bayan.
2. H0 ( Hipotesis Nihil )
Tidak ada hubungan antara Tingkat perhatian orang tua dengan minat belajar
terhadap prestasi belajar siswa kelas III SD seKecamatan Bayan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan


Bayan, Kabupaten Purworejo. Dalam penelitian ini melibakan beberapa sekolah
yang berada di wilayah UPT Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Bayan
Kabupaten Purworejo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Januari
2011 sampai dengan bulan Juni 2011 yang dimulai dengan pengajuan judul sampai
dengan penyelesaian penulisan laporan penelitian. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut: (1) Persiapan penelitian. Kegiatan ini meliputi pengajuan judul,
penyusunan proposal, persetujuan proposal, permohonan perijinan penelitian,
membuat instrument; (2) Pelaksanaan penelitian di lapangan. Kegiatan ini meliputi
memperbanyak instrumen, mengadakan try-out atau uji coba, memperbaiki
instrumen, menetapkan subyek penelitian dan pengisian instrumen lalu
menganalisis data, membuktikan hipotesis serta mengambil kesimpulan; (3)
Penyelesaian penulisan laporan penelitian. Kegitan ini peneliti melakukan
penyelesaian penyusunan laporan hasil penelitian dari Bab I sampai Bab V.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2002:57), Populasi adalah wilayah generalisasi yang


terdiri atas: objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Sedangkan menurut Toha Anggoro, 2008 Populasi adalah

i
himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau individu – individu yang
karakteristiknya kita ketahui. Dari pengertian diatas populasi adalah semua
individu yang akan diselidiki dan paling sedikit mempunyai kesamaan sifat.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri se Kecamatan
Bayan.

2. Sampel

Sampel adalah “Bagian dari populasi sebagai contoh yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu”. (Margono, 2004: 121). Sedangkan sample
menurut Arikunto (2006:131) adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Dengan
kata lain bahwa metode sampel yaitu metode penentuan subyek dengan cara
mengambil beberapa subyek sebagai sampel dari populasi yang ada.

C. Variabel Penelitian

Variable merupakan konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai


(M. Nazir, 2005:122). Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variable , yaitu
variable bebas dan variable terikat. Variabel terikat merupakan suatu akibat yang
keadaannya dipengaruhi oleh variable bebas. Sedangkan variable bebas adalah
variable yang secara sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variable terikat.

Dalam penelitian ini variable penelitiannya adalah :

a. Variable bebas

1. Perhatian Orang Tua (X1)

2. Minat belajar (X2)

b. Variabel terikat

Prestasi belajar siswa yang diadakan berupa nilai tes yang diperoleh
setelah proses pembelajaran sebagai pencapaian prestasi belajar (Y)
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Observasi
Metode observasi adalah biasa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. ( Sutrisno
Hadi,1995: 136). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi
fisik yang meliputi: lokasi gedung, ruang kelas, ruang guru dan fasilitasfasilitas
lainnya.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu cara menghimpun data-data yang
bersumber dari buku-buku, arsip, bagan dan lain sebagainya.
3. Metode Angket
Metode ini digunakan untuk mengungkap data tingkat perhatian orang tua
dan tingkat pengamalan agama Islam siswa. Angket yang dipakai merupakan
angket berstruktur yaitu jawaban yang diajukan sudah disediakan dengan
pertanyaan bersifat tertutup. (M. Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajad, 2000: 31).

E. Teknik Analisis Data


1. Analisis Instrumen

Analisis instrument adalah analisis untuk menguji apakah instrument


tersebut layak atau tidak sebagai alat ukur penelitian.

a. Analisis Tingkat Kesukaran

Suatu tes tidak boleh terlalu sulit dan tidak boleh terlalu mudah. Tingkat
kesukaran butir soal merupakan proporsi peserta tes yang menjawab benar
terhadap butir tersebut. Hasan (1992) menyatakan tingkat kesukaran soal
dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p (berarti soal tersebut makin
mudah) dan makin kecil nilai p (berarti butir soal makin sulit).

Jumlah yang menjawab benar


p=
Jumlah seluruh peserta tes
b. Analisis daya beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan


antara murid yang berkemampuan tinggi dengan murid yang berkemampuan
rendah.

WL - WH
DB 
n

Keterangan:

DB = Daya Beda

WL = Jumlah individu kelompok bawah yang menjawab salah pada butir soal
tersebut.

WH = Jumlah individu kelompok atas yang menjawab benar pada butir soal
tersebut.

n = Jumlah kelompok atas atau kelompok bawah.

c. Analisis Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau


kesahihan suatu instrumen sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006 : 158). Teknik yang
digunakan dalam analisis ini yaitu dengan menggunakan rumus Biserial.

y pbi

M p p
q
St

Keterangan:

Pbi = Koefisien Korelasi Biserial

Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal


Mt = rata-rata skor total

St = standart deviasi skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

d. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan atau ketetapan suatu tes dapat dikatakan

mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil

yang tetap (Arikunto, 2003 : 86 ) rumus yang digunakan adalah rumus

Flanagan:

2
s 1 S2
2

r11  2 (1 - 2
)
s t

Keterangan :

r11
= Reliabilitas tes
2
s 1
= Varians belahan pertama
2
s 2
= Varians belahan kedua
2
s t
= Varians total

2. Analisis Data
N xy - ( x) ( y)
r xy 
N X 2
- ( X ) 2 .N Y 2  Y 2 
Keterangan :

r xy
=Koefisien Korelasi

N = Jumlah responden
X = Skor

 xy = Jumlah hasil perkalian tiap butir skor


DAFTAR PUSTAKA

Moh. Surya. 1997. http://cafestudi061.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-


belajar-dan-perubahan-perilaku-dalam-belajar/. diakses pada tanggal 22
Oktober 2011.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar.


Bandung: CV. Maulana.

Noehi Nasution, dkk. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Tinggi.

. 2006. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Padmono Y. 2002 . Evaluasi Pengajaran . Surakarta: FKIP-UNS

Ridwan. 2008. Ketercapaian Hasil Belajar. Diakses melalui


http://ridwan202.wordpress.com./2008/05/03/ketercapaian-prestasi-
belajar/ pada tanggal 28 September 2011

Septiana hikmawati.2009.Memahami Definisi dan Deskripsi Matematika. Diakses


melalui
http://blog.math.uny.ac.id/septianahikmawati/2009/10/07/memahami-
definisi-dan-deskripsi-matematika/ pada tanggal 5 Oktober 2011

Sugiyono.2009. Metode Penelitian .Bandung: Alfabeta

Sunaryo Karta Dinata, dkk. 2005. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV.
Maulana

Wahyudi.2008. Pendidikan Matematika SD.Surakarta: FKIP-D2 PGSD.

_____ 2003. Kurikulum Sains 2004 SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidkan


NasionaL.

Anda mungkin juga menyukai