Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR

PABRIK GULA REJO AGUNG BARU MADIUN


Environmental Health Risk Factor in the Community Around of Rejo Agung Baru Sugar
Factory Madiun

Inta Hestya dan Corie Indria Prasati


Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Email: ihestya@gmail.com

Abstrak: Emisi partikel debu berupa bagasse dan arang ke udara dalam proses produksi gula merupakan salah satu
pencemaran terhadap lingkungan yang perlu diwaspadai. Bahan pencemar ini bisa masuk ke dalam rumah melalui
ventilasi maupun pintu yang terbuka. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan faktor risiko kesehatan lingkungan
kaitannya dengan besarnya risiko pajanan PM2,5, perilaku masyarakat dan kondisi rumah. Penelitian ini bersifat
deskriptif dengan desain cross sectional dan jumlah sampel 14 orang ibu rumah tangga. Data yang dikumpulkan
adalah kadar PM2,5 dalam ruangan yang kemudian dianalisis dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL), berat badan, perilaku responden dan kondisi rumah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 3 orang responden
mempunyai risiko tidak aman terhadap pajanan PM2,5 untuk berat badan dan konsentrasi yang ada dengan lama
berada di rumah 24 jam/hari dan pajanan 350 hari/tahun selama 30 tahun kedepan. Faktor risiko dari perilaku
yang berkaitan yaitu kebiasaan merokok anggota keluarga dan penggunaan obat nyamuk bakar, sedangkan faktor
lingkungan (kondisi rumah) yaitu suhu, kelembapan dan jarak rumah dari pabrik gula. Sehingga dapat disimpulkan
responden yang mempunyai risiko tidak aman terhadap pajanan PM2,5 adalah responden dengan jarak rumah < 300
meter, mempunyai anggota keluarga yang merokok, menggunakan obat nyamuk bakar dan suhu serta kelembapan
tidak memenuhi syarat. Diperlukan peningkatan kesadaran anggota keluarga responden untuk tidak merokok di dalam
rumah, tidak menggunakan obat nyamuk bakar dan memaksimalkan fungsi ventilasi yang ada.

Kata kunci: Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL), PM2,5, perilaku masyarakat, kondisi rumah, pabrik gula

Abstract: Emissions of dust particles (baggase and charcoal) into the air by a sugar factory in the production was
pollution to the environment that need to be watched. These pollutants materials get into the house through vents
or open doors. The purpose of this research was to describe the risk factor of environmental health relation to the
amount of risk exposure PM2,5, the community behaviour and home condition. This research is descriptive research
with cross sectional design and the number of samples 14 housewife. Data was collected is PM2,5 levels in a room
(analyzed with environmental health risk assessment), weight, behavior of respondents and the condition of the house.
The results showed there were 3 people respondents at risk of unsafe exposure to PM2,5 weight and concentration by
long in the home 24 hours/day and exposure of 350 days/year for 30 years. Risk factors of behavior related to the habit
of smoking family members and the use of insect repellent fuel, while environmental factors (condition of the house)
was temperature, humidity and the distance of the house from the sugar factory. Concluded that the respondents have
a risk of unsafe exposure to PM2,5 was the respondent with a distance of home < 300 meters, have family members
who smoke, use insect repellent and fuel temperature and humidity were not eligible. Required increased awareness
of family members of the respondents not to smoke in the house, do not use insect repellent and maximize existing
ventilation function.

Keywords: Environmental Health Risk Assessment, PM2,5, behavior community, home condition, sugar factory

PENDAHULUAN gula merupakan industri yang potensial untuk


dikembangkan (Sugiyanto, C.2007).
Jawa Timur merupakan penghasil gula
Pabrik Gula Rejo Agung Baru Madiun
terbesar di Indonesia. Selain itu Jawa Timur
adalah pabrik gula yang terletak di Kelurahan
memiliki jumlah Pabrik Gula (PG) terbanyak,
Patihan Kecamatan Manguharjo Kota Madiun dan
yaitu 33 PG dengan total kapasitas produksi
dikelilingi oleh pemukiman padat penduduk. PG
sebesar 883 ribu ton per tahun. Adanya kebijakan
Rejo Agung Baru saat ini tercatat sebagai pabrik
penolakan impor gula rafinasi oleh Pemerintah
gula terbesar kedua di Jawa Timur setelah PG
Provinsi Jawa Timur menyebabkan industri

81
82 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 81–91

Jatiroto. Kapasitas produksi pabrik tahun 2007 dengan PM 10. Debu PM 10 ini bersifat sangat
adalah 5000 ton tebu/hari dengan produk gula mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru
bermutu Super High Sugar (SHS). PG Rejo Agung sehingga akan mengganggu sistem pernapasan
Baru Madiun memproduksi gula secara terus- bagian atas maupun bagian bawah (alveoli).
menerus selama 24 jam. Selain PM10, PM2,5 juga akan mengganggu sistem
Proses produksi gula secara umum yaitu pernapasan karena mengendap di alveoli dan
tebu melewati stasiun penggilingan (milling terutama mengakibatkan pneumokoniosis. PM2,5 di
station), stasiun pemurnian (purification station), luar ruangan berasal dari segala jenis kendaraan
stasiun penguapan (evaporation station) dan bermotor seperti motor, mobil, truk, bus, kereta
stasiun kristalisasi, puteran dan penyelesaian api, peralatan konstruksi, dan penggunaan
(cystallyzation & finish station). bahan bakar seperti kayu, batubara, minyak, dan
Proses produksi gula tidak terlepas dari kebakaran hutan. Debu PM2,5 juga terbentuk dari
limbah (waste) dan produk samping (by-product) reaksi kimia gas di udara. Reaksi kimia ini dapat
yang dihasilkan selama proses berjalan. Limbah terjadi beribu mil jauhnya dari sumber emisi. Hal
yang dihasilkan pabrik gula merupakan limbah ini disebabkan, debu PM2,5 dapat terbawa jauh
yang didominasi oleh bahan organik, walaupun dari sumber emisinya. Sumber debu PM2,5 di
tidak menutup kemungkinan menghasilkan limbah dalam ruangan berasal dari asap rokok, lilin atau
anorganik (persentasenya kecil). Jenis limbah lampu minyak, tungku pembakaran, dan perapian
yang dihasilkan pada produksi gula ini berupa Partikel yang mempunyai diameter antara 0,1–1
limbah cair, limbah padat, limbah udara, dan mikron terutama merupakan produk-produk
limbah B3. pembakaran dan aerosol fotokimia. Partikel yang
Walaupun menghasilkan limbah padat, mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron
cair, udara, dan B3, masalah lingkungan utama belum diidentifikasi secara kimia, tetapi diduga
yang dihadapi pabrik gula adalah yang berkaitan berasal dari sumber-sumber pembakaran (Fierro,
dengan limbah udara dan limbah padat. Bagasse 2000).
yang merupakan limbah padat yang dihasilkan Klasifikasi ukuran diameter aerodinamik debu
pada unit penggilingan tebu atau dikenal ini berhubungan dengan dampak kesehatan yang
pula sebagai ampas tebu. Bagasse biasanya timbul jika partikel tersebut masuk kedalam tubuh.
dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada unit Semakin kecil ukuran partikel debu partikulat yang
pengadaan uap (ketel) di pabrik gula. Bagasse terhirup, maka akan dapat masuk kedalam paru
yang dibakar di dalam ketel akan menghasilkan semakin dalam hingga ke jaringan. Berdasarkan
abu yang disebut abu ketel atau abu bagasse. sumbernya, debu partikulat dibedakan menjadi
Abu bagasse yang keluar dari ketel dibedakan dua, yaitu partikel primer adalah emisi bahan yang
menjadi dua macam, yaitu: abu terbang (Bagasse berasal dari alam atau manusia secara langsung
Fly Ash = BFA) yang keluar lewat bagian atas dan partikel sekunder berasal dari emisi bahan
cerobong dan abu dasar yang keluar lewat kimia dari alam atau manusia yang berinteraksi
bagian bawah ketel (Bagasse Bottom Ash = BBA). dengan bahan kimia lainnya di atmosfer dengan
Apabila abu bagasse tersebut banyak menumpuk bantuan sinar matahari.
di areal pabrik gula, hal ini dapat menimbulkan Kelurahan Patihan Kota Madiun adalah
pencemaran lingkungan, terutama sebagai salah satu kelurahan di sekitar kawasan PG Rejo
penyebab pencemaran udara karena debu. Agung Baru yang merupakan pabrik gula dengan
Berdasarkan diameter erodinamiknya, debu kapasitas produksi terbesar kedua di Jawa Timur.
partikulat dibedakan menjadi PM 10 (coarse Semakin besar kapasitas produksi tentunya akan
particulate matter), PM 2,5 (fine particulate semakin besar pula jumlah limbah yang dihasilkan.
matter), dan PM0,1 (ultrafine particulate matter). PG Rejo Agung Baru menerapkan teknologi yang
Klasifikasi ukuran diameter aerodinamik debu ini baik untuk pengendalian pencemaran udara
berhubungan dengan dampak kesehatan yang seperti penggunaan Mechanical Dust Collector
timbul jika partikel tersebut masuk ke dalam tubuh. dan penghijauan di sekitar area pabrik.
Semakin kecil ukuran partikel debu partikulat yang Pemantauan kualitas udara emisi dan udara
terhirup, maka akan dapat masuk ke dalam paru ambien juga dilakukan secara teratur. Hasil
semakin dalam hingga ke jaringan (Fierro, 2000). pemantauan kualitas udara ambien oleh PG Rejo
Sekitar 50–60% dari partikel melayang Agung Baru pada tahun 2013 diketahui kadar
merupakan debu berdiameter 10 μm atau dikenal partikulat masih di bawah baku mutu Peraturan
I Hestya and C I Prasati, Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Masyarakat 83

Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009 kapan, siapa populasi berisiko, dan bagaimana
tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi kepedulian masyarakat (populasi berisiko).
Sumber Tidak Bergerak di Jawa Timur karena Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengukuran kualitas udara ambien hanya faktor risiko yang merupakan sumber PM2,5 dari
dilakukan sebelum dan sesudah masa giling perilaku (kebiasaan merokok anggota keluarga,
sehingga sumber pencemar hanya berasal dari penggunaan obat nyamuk) dan kondisi rumah
lalu lintas kendaraan dan aktivitas lain di sekitar serta menganalisis risiko kesehatan lingkungan
tempat pemantauan. kadar PM2,5 dalam ruangan pada pemukiman
Hasil uji emisi masing-masing cerobong saat sekitar PG Rejo Agung Baru Kota Madiun.
giling menunjukkan total partikulat pada cerobong
Cheng chen sebesar 222 mg/Nm3, cerobong
METODE PENELITIAN
Yoshimine sebesar 225 mg/Nm3 dan cerobong
Babcock sebesar 222 mg/Nm3 hampir mendekati Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
baku mutu yang ditetapkan yaitu 250 mg/Nm3. dengan desain cross sectional. Sampel
Meskipun kualitas udara ambien dan emisi penelitian sebesar 14 orang responden dengan
masih memenuhi baku mutu, dari hasil wawancara menggunakan teknik purporsive sampling.
kepada petugas kesehatan dan beberapa warga Responden diambil dari 7 RT yang terletak pada
diketahui adanya keberadaan debu yang cukup jarak antara 100–500 meter arah barat (arah angin
banyak pada waktu musim giling. Debu ini dominan) dari lokasi pabrik, merupakan ibu rumah
berupa abu ketel (langes) yang mempunyai sifat tangga yang tidak bekerja, bukan perokok aktif,
berserat dan mudah hancur serta debu lembut berdomisili > 5 tahun, berumur 20–50 tahun dan
yang berasal dari bagasse (ampas tebu). Debu tidak mempunyai riwayat penyakit pernapasan.
tersebut beterbangan di luar rumah warga dan Variabel dalam penelitian ini yaitu konsentrasi
banyak masuk ke dalam rumah warga sehingga PM 2,5 dalam ruangan yang terukur kemudian
menyebabkan kondisi rumah dan pakaian yang dianalisis dengan metode ARKL, faktor perilaku
dijemur di luar rumah menjadi kotor serta timbul yang meliputi kebiasaan merokok anggota
keluhan bersin dan pilek. keluarga, penggunaan obat nyamuk, dan kondisi
ARKL merupakan pendekatan yang rumah (suhu, kelembapan, ventilasi, jarak rumah,
digunakan untuk melakukan penilaian risiko jenis lantai, keberadaan plafon dan kepadatan
kesehatan di lingkungan dengan output adalah hunian).
karakterisasi risiko (dinyatakan sebagai tingkat Penelitian dilakukan dengan wawancara
risiko) yang menjelaskan apakah agen risiko/ (untuk mengetahui lama domisili, kebiasaan
parameter lingkungan berisiko terhadap kesehatan merokok anggota keluarga, penggunaan obat
masyarakat atau tidak. Selanjutnya hasil ARKL nyamuk dan kondisi rumah) dan pengukuran
akan dikelola dan dikomunikasikan kepada berat badan dengan timbangan bathroom scale.
masyarakat sebagai tindak lanjutnya. Pengukuran kadar PM2,5 dengan menggunakan
Ada dua jenis ARKL yang dapat digunakan HAZ-DUST Model EPAM 5000 oleh petugas dari
yaitu, kajian ARKL cepat atau kajian di atas Laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas
meja (desktop study) dan kajian lapangan (field Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
study) tergantung sumber data yang digunakan. Data yang diperoleh diolah dengan metode
ARKL diatas meja tidak menggunakan data ARKL untuk memperkirakan tingkat risiko
lapangan tetapi menggunakan nilai-nilai default, kesehatan akibat paparan udara ambien dan
rekomendasi dan/atau asumsi, sedangkan kajian udara indoor yang mengandung partikukat
lapangan dilakukan dengan pengukuran langsung dari populasi berisiko. Data paparan partikulat
kualitas lingkungan, pajanan (frekuensi, durasi), diperoleh dari hasil pengukuran PM2,5 dari udara
dan data antropometri (berat badan) dalam ruangan rumah di wilayah penelitian.
Pelaksanaan ARKL meliputi empat langkah Pengukuran PM2,5 dilakukan selama satu
yaitu identifikasi bahaya, analisis dosis - respons, jam pada tiap rumah kemudian dicatat kadar
analisis pemajanan, dan karakterisasi risiko. minimal, rata-rata dan maksimal yang diperoleh.
Perumusan masalah juga perlu dilakukan sebelum Hasil pengukuran kemudian dikonversi dengan
memasuki langkah-langkah ARKL untuk dapat menggunakan rumus persamaan model Konversi
menjawab pertanyaan apa, di mana, berapa besar, Canter (Sutra, 2009):
84 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 81–91

Karakterisasi risiko kesehatan dinyatakan


sebagai Risk Quotient (RQ, tingkat risiko) untuk
⎛ t2 ⎞p
C1 = C2⎜ ⎟ efek non karsinogenik dan Excess Cancer Risk
⎝ t1 ⎠ (ECR) untuk efek karsinogenik. Dihitung dengan
rumus (Purnama,2012):
Dengan keterangan:
C1 = konsentrasi udara rata-rata dengan waktu
I
pengambilan sampel selama 24 jam (μg/m3) RQ =
C2 = konsentrasi udara rata-rata hasil pengukuran RfD / RfC
dengan lama pengambilan sampel selama t2
jam. Dalam hal ini, C2= [C]. (μg/ m3) I = Intake, mg/kg X hari
t1 = 24 jam RfD = Reference doses (untuk pajanan melalui
t2 = lama pengambilan sampel (jam) ingesti)
p = faktor konversi dengan nilai antara 0,17 dan RfC = Reference concentration (untuk pajanan melalui
0,2, diambil 0,17. inhalasi)
RQ = Risk Quotient/tingkat risiko untuk efek non
Hasil konversi pada kadar rata-rata kemudian karsinogen
dibandingkan dengan baku mutu dan konversi
kadar maksimal dinyatakan sebagai konsentrasi Risk agent dari udara belum memiliki
risk agent yang masuk ke tubuh manusia melalui Carsinogenic Slope Factor (CSF), oleh karena itu
inhalasi karena analisis risiko digunakan untuk hanya bisa dihitung risiko non karsinogeniknya
memperkirakan risiko sehingga perlu diambil saja (RQ). RQ < 1 berarti pemajanan risk agent
kadar yang tertinggi. masih relatif aman bagi kesehatan tapi bila RQ >
Pengolahan data menggunakan perhitungan 1, maka pemajanan risk agent bisa menimbulkan
analisis risiko yaitu dengan menghitung asupan dampak berbahaya/ gangguan kesehatan bagi
(intake), untuk mengetahui tingkat risiko risk agent kesehatan masyarakat yang terpajan. Apabila
(RQ) terhadap konsumen. Perhitungan asupan hasil RQ >1 maka perlu dilakukan manajemen
(intake) diperoleh berdasarkan data konsentrasi risiko dengan pengelolaan risiko.
partikulat di dalam rumah sebagai risk agent Manajemen risiko dilakukan dengan strategi
dalam udara (mg/m³), laju asupan paparan (m³/ manajemen risiko dan cara manajemen risiko.
hari), frekuensi paparan tahunan (hari/tahun), Strategi manajemen risiko meliputi penentuan
durasi paparan (real time) dalam tahun, berat batas aman yaitu konsentrasi agen risiko (C),
badan (kg), periode waktu rata-rata (30 tahun x dan/atau jumlah konsumsi (R), dan/atau waktu
365 hari/tahun untuk nonkarsinogen) (Purnama, pajanan (tE), dan/atau frekuensi pajanan (fE),
2012). Data asupan konsentrasi partikulat dalam dan/atau durasi pajanan (Dt). Cara manajemen
udara diperoleh dengan menggunakan persamaan risiko dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu
berikut (Purnama, 2012): pendekatan teknologi, pendekatan sosioekonomi
dan pendekatan institusional. Strategi
C R tE fE Dt manajemen risiko yang mungkin dilakukan di
I =
Wb tavg lokasi pemukiman yaitu penentuan batas aman
konsentrasi agen risiko dan pembatasan durasi
I = Intake (asupan), jumlah risk agent yang masuk, pajanan. Cara penentuan batas aman (Cnk(aman)
(mg/kg/hr) diperoleh dari perkalian referensi konsentrasi agen
C = Konsentrasi risk agent, mg/m3 untuk medium risiko yang aman (RfC) dengan berat badan (Wb)
udara, mg/L untuk air minum, mg/kg untuk dan periode waktu rata-rata (tavg) kemudian dibagi
makanan atau pangan
dengan perkalian volume udara yang masuk tiap
R = Laju (rate) asupan, 20 m3/hr atau 0.83 m3/jam
jam (R), lama pajanan tiap hari (tE) dan lama
(udara), 2 L/hr (air minum)
tE = Waktu pajanan harian, 24 jam/hari (hanya untuk jumlah hari terjadinya pajanan (fE) dan lamanya
pajanan inhalasi) tahu terjadi pajanan (Dt) yang dapat di gambar.
fE = Frekuensi pajanan tahunan, 350 hari/tahun
Dt = Durasi pajanan, real time atau 30 tahun
proyeksi
Wb = Berat badan,(55 kg untuk orang asia)
Tavg = Periode waktu rata-rata, 30 tahun x 365 hari/
tahun (non karsinogenik)
I Hestya and C I Prasati, Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Masyarakat 85

Durasi pajanan aman non karsinogenik (Dt) Tabel 1.


diperoleh dari perkalian referensi konsentrasi Hasil Pengukuran Risk Agent (PM2,5) di Rumah Sekitar
agen risiko yang aman (RfC) dengan berat badan PG Rejo Agung Baru Madiun Juni 2014
(Wb) dan periode waktu rata-rata (tavg) kemudian Kadar
dibagi dengan perkalian konsentrasi agen risiko Kadar minimal Kadar rata-rata
maksimal (mg/
(mg/m3) (mg/m3)
(C) dengan volume udara yang masuk tiap jam m3)
(R), lama pajanan tiap hari (tE) dan lama jumlah 0,027 0,050 0,171
hari terjadinya pajanan (fE) yang dapat di ringkas 0,017 0,058 0,217
dengan rumus berikut: 0,011 0,019 0,045
0,009 0,019 0,041
0,022 0,034 0,067
0,044 0,077 0,143
0,034 0,040 0,051
0,029 0,034 0,040
Penelitian ini telah mendapat persetujuan 0,037 0,041 0,059
dari komisi etik kesehatan Fakultas Kesehatan 0,027 0,033 0,047
Masyarakat Universitas Airlangga dengan no. 0,029 0,045 0,083
0,018 0,023 0,044
sertifikat 213-KEPK.
0,027 0,049 0,080
0,009 0,017 0,041
HASIL DAN PEMBAHASAN Keterangan: Baku Mutu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1077/MENKES/PER/V/2011
Konsentrasi PM2,5 dalam Ruangan (Risk sebesar 0,035 mg/m3
Agent)
Hasil pengukuran konsentrasi PM2,5 yang 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman
diukur selama 1 jam pada 14 rumah responden Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, yaitu
dicantumkan pada Tabel 2. Hasil pengukuran sebesar 35 μg/m3 (0,035 mg/m3) selama 24 jam.
selama 1 jam dikonversi untuk pengukuran 24 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
jam untuk dibandingkan dengan kadar maksimal diketahui dari 7 responden yang kadar PM2,5 rata-
yang dipersyaratkan menurut Peraturan Menteri rata dalam ruangan rumahnya melebihi baku mutu
Kesehatan Republik Indonesia No.1077/MENKES/ terdapat perilaku anggota keluarga mempunyai
PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara kebiasaan merokok, menggunakan lantai keramik,
dalam Ruang Rumah yaitu 35 μg/m 3 selama menggunakan obat nyamuk bakar, suhu ruangan
24 jam atau 0,035 mg/m3. melebihi baku mutu, kelembapan melebihi baku
Pada pengukuran 14 rumah di sekitar PG mutu, jarak rumah < 300 meter dan mempunyai
Rejo Agung Baru diketahui bahwa terdapat 7 plafon. Peningkatan kadar bahan polutan di dalam
rumah dengan konsentrasi rata-rata PM2,5 di udara ruangan selain berasal dari penetrasi polutan luar
dalam ruang ternyata melampaui kadar maksimal ruangan dapat juga dari sumber polutan dalam
yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri ruangan seperti asap rokok, asap yang berasal
Kesehatan Republik Indonesia No. 1077/MENKES/ dari dapur atau pemakaian obat anti nyamuk.
PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Sumber lain bahan polutan di dalam ruangan
dalam Ruang Rumah. Hasil Pengukuran Risk adalah perlengkapan pekerjaan seperti
Agent (PM2,5) di udara ruang 14 Responden dapat pakaian, sepatu atau perlengkapan lainnya
dilihat pada Tabel 2. yang dibawa masuk ke dalam rumah dari tempat
Tabel 1 menunjukkan pada hasil pengukuran kerja. Perbedaan bahan polutan di dalam dan luar
kadar minimal kadar PM 2,5 dalam ruangan ruangan tergantung faktor gaya hidup individu,
seluruhnya masih memenuhi baku mutu, sosial ekonomi, struktur gedung, kondisi bahan
sedangkan pada hasil pengukuran kadar polutan di dalam dan luar ruangan, ventilasi
rata-rata dan kadar maksimal terdapat responden dan sistem pendingin ruangan, geografi dan
yang kadar PM2,5 melebihi baku mutu Peraturan meteorologi serta lokasi sumber polutan di luar
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. ruangan (Mukono, 2008).
86 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 81–91

Sumber pencemar partikulat dari luar antara inhalasi atau banyaknya volume udara yang
lain lokasi pemukiman yang dekat dengan pabrik masuk tiap jam, frekuensi pajanan, berat badan,
gula. Meskipun dari hasil pengukuran udara emisi lama pajanan setiap harinya, lama terjadinya
cerobong pada tahun 2013 kadar partikulat dari pajanan dan periode waktu rata-rata untuk efek
ketiga cerobong yang dimiliki PG Rejo Agung non karsinogenik. Laju asupan dihitung dengan
Baru yaitu cerobong Cheng Cen, Yoshimine, menggunakan rumus:
dan Babcock masih di bawah baku mutu dan
ketinggian cerobong sudah sesuai dengan C R tE fE Dt
persyaratan yang ada dan sudah dilengkapi dust I=
fall collector pada semua cerobong, berdasarkan Wb tavg
wawancara dengan masyarakat sekitar diperoleh
informasi masih terdapat keluhan adanya debu Laju inhalasi dalam penelitian ini yaitu 0,83
pabrik yang mengganggu. Jika dilihat dari mg/m3 yang merupakan nilai default untuk orang
bahan bakar yang digunakan untuk ketel yaitu dewasa. Lamanya jam terjadi pajanan setiap
ampas tebu atau bagasse dari sisa produksi saja, harinya menggunakan pajanan pada pemukiman
kondisi asap yang dihasilkan akan berwarna yaitu 24 jam/hari dan jumlah hari terjadinya
putih bersih tanpa residu, namun jika kapasitas pajanan setiap tahunnya yaitu 350 hari/tahun,
produksi besar dan bahan tersebut jumlahnya sedangkan
tidak mencukupi maka digunakan alternatif bahan untuk lamanya atau jumlah tahun terjadinya
bakar lain seperti batok kelapa, daun tebu dan paparan yaitu 30 tahun dengan periode waktu
sekam padi. Bahan bakar alternatif ini lebih sering rata-rata untuk efek non karsinogenik yaitu 10.950
menimbulkan keluhan pada masyarakat karena hari. RfC yang digunakan yaitu 0,035 mg/m3.
menimbulkan warna hitam pekat pada asap yang Karena ARKL digunakan untuk memprediksi
keluar dari cerobong dan residu pembakaran risiko yang kemungkinan akan timbul nantinya
yang jatuh di pemukiman semakin banyak bahkan maka yang digunakan dalam perhitungan intake
sampai masuk ke dalam rumah saat memasuki hingga karakterisasi risiko menggunakan hasil
masa giling. Residu berupa Bagasse Fly Ash pengukuran PM 2,5(maksimal). Hasil perhitungan
(serbuk-serbuk putih yang sangat lembut) dan intake dapat dilihat pada Tabel 2.
langes (arang) ini lebih banyak dikeluhkan saat Nilai intake adalah nilai yang menunjukkan
kapasitas produksi berjalan maksimal oleh warga dosis sebenarnya yang diterima oleh individu
yang tinggal < 300 meter dari Pabrik Gula. setiap hari per kilogram berat badan. Dalam
penelitian ini, perhitungan intake atau asupan
Analisis Dosis Respons dilakukan dengan menggunakan durasi pajanan
Penentuan dosis respons dengan jalur masuk lifetime. Pajanan lifetime yaitu durasi pajanan
melalui inhalasi, ingesti maupun skin contact seumur hidup. Pada pajanan non karsinogenik
bertujuan untuk memperkirakan jumlah paparan periode waktu rata-rata selama 30 tahun untuk
setiap harinya atau dalam waktu tertentu yang orang dewasa pada tabel 3. Hasil penelitian
dapat diterima manusia tanpa menimbulkan efek menemukan bahwa terdapat 50% responden
berbahaya selama masa hidupnya (Purnama, yang terpajan PM2,5 melampaui dosis referensi
2012). Berdasarkan berbagai literature diketahui harian yang diperbolehkan. Pengukuran kadar
partikulat masuk ke dalam tubuh manusia melalui PM2,5 dilakukan selama 1 jam. Pengukuran ini
jalur inhalasi (sistem pernapasan). Partikulat belum dapat mewakili pengukuran rata-rata 24 jam
tidak mempunyai implikasi terhadap kasus sehingga harus melalui perhitungan menggunakan
kanker sehingga efek yang akan digunakan faktor konversi. Pada saat pengukuran
dalam analisis adalah efek sistemik atau efek berlangsung, dilakukan pencatatan terhadap
non karsinogenik. Agent PM2,5 mempunyai dosis segala situasi yang berpotensi mempengaruhi
respon 35 μg/m3 atau 0,035 mg/m3 dengan efek konsentrasi PM2,5 dengan mengamati fluktuasi
kritis gangguan saluran pernapasan menurut monitor EPAM 5000. Berdasarkan hasil observasi,
referensi EPA/PMNAAQS 2012. sumber-sumber pencemar PM2,5 yang ada di
rumah responden berasal dari asap rokok, debu
Analisis Pemajanan sekitar, asap rokok, jenis lantai, plafon atap, jenis
Analisis pajanan dilakukan dengan kasur, korden dan karpet.
memasukkan nilai dari variabel kadar agen, laju
I Hestya and C I Prasati, Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Masyarakat 87

Tabel 2.
Analisis Pemajanan pada 14 Responden di Sekitar PG Rejo Agung Baru Madiun Juni 2014

C
tE fE Dt Tavg
Konsentrasi R Wb I
Waktu Frekuensi Durasi Periode
maksimal Laju Asupan Berat badan Intake
pajanan pajanan pajanan waktu rata-
risk agen (m3/hari) (kg) (mg/kh/hr)
3 (jam/hari) (hari/tahun) (tahun) rata
(mg/m )
0,050 0,83 24 350 30 59 10950 0,0160
0,058 0,83 24 350 30 65 10950 0,0171
0,019 0,83 24 350 30 55 10950 0,0067
0,019 0,83 24 350 30 57 10950 0,0064
0,034 0,83 24 350 30 41 10950 0,0157
0,077 0,83 24 350 30 63 10950 0,0233
0,040 0,83 24 350 30 60 10950 0,0128
0,034 0,83 24 350 30 112 10950 0,0058
0,041 0,83 24 350 30 49 10950 0,0159
0,033 0,83 24 350 30 50 10950 0,0127
0,045 0,83 24 350 30 53 10950 0,0162
0,023 0,83 24 350 30 60 10950 0,0074
0,049 0,83 24 350 30 62 10950 0,0151
0,017 0,83 24 350 30 63 10950 0,0053

Umumnya, kegiatan yang dapat langsung Semakin besar berat badan individu, semakin
meningkatkan dan menurunkan konsentrasi PM2,5 kecil dosis yang diterima (Rahman, 2007).
adalah adanya aktivitas merokok yang dilakukan Responden yang memperoleh RQ > 1 yaitu
oleh anggota keluarga responden saat dilakukan responden 1, responden 2 dan responden 6.
pengukuran serta adanya aktivitas menyapu Ketiga responden tersebut ditemukan kesamaan
pekarangan oleh tetangga sekitar terutama pada dari faktor lingkungan yaitu mempunyai kadar
waktu pengukuran pagi dan sore hari.

Karakterisasi Risiko Tabel 3.


Karakteristik risiko dinyatakan sebagai RQ Karakterisasi Risiko pada 14 Responden di Sekitar PG
(Risk Quotien) untuk efek non karsinogenik. Proses Rejo Agung Baru Madiun Juni 2014
karakterisasi risiko merupakan hasil perbandingan
antara dosis paparan/intake dengan RfC atau Intake Konsentrasi
Maksimal RQ(mak) Keterangan
NAB (RQ = I/Rfc). Rfc yang digunakan dalam (mg/kg × hari)
penelitian ini yaitu 0,035 mg/m3. Tingkat risiko
0,0553 1,5790 Tidak aman
dinyatakan aman jika RQ ≤ 1dan dinyatakan tidak
0,0637 1,8197 Tidak aman
aman jika RQ > 1.
0,0156 0,4451 Aman
Tabel 3 menunjukkan terdapat 3 responden
0,0137 0,3905 Aman
dengan RQ (maksimal) > 1 atau tidak aman
0,0312 0,8918 Aman
dengan intake tersebut untuk proyeksi 30 tahun 0,0435 1,2415 Tidak aman
mendatang. Besarnya nilai intake atau asupan 0,0163 0,4663 Aman
berbanding lurus dengan nilai konsentrasi bahan 0,0069 0,1959 Aman
kimia, laju asupan, frekuensi pajanan dan durasi 0,0229 0,6554 Aman
pajanan yang artinya, semakin besar nilai tersebut 0,0178 0,5087 Aman
maka akan semakin besar asupan seseorang 0,0298 0,8519 Aman
(Gertrudis, 2010). Berdasarkan hasil perhitungan, 0,0139 0,3974 Aman
dapat dilihat bahwa berat badan responden sangat 0,0246 0,7026 Aman
berpengaruh terhadap hasil intake atau asupan. 0,0124 0,3533 Aman
88 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 81–91

PM2,5 terukur melebihi baku mutu, mempunyai pemukiman saat telah melewati batas durasi
anggota keluarga dengan kebiasaan merokok aman.
dan menggunakan obat nyamuk bakar. Jika dilihat Batas aman konsentrasi PM 2,5 menurut
dari jarak rumah dengan sumber pencemar, 2 EPA yaitu 0,035 mg/m3 selama 24 jam sehingga
responden yang jarak rumahnya < 300 meter konsentrasi aman untuk responden 1 menurut
mempunyai RQ > 1. Tingginya RQ dipengaruhi perhitungan yaitu 0,1081 mg/m 3 dan durasi
oleh adanya intake yg masuk di mana intake pajanan aman yaitu 19 tahun, konsentrasi aman
sangat dipengaruhi oleh berat badan responden untuk responden 2 menurut perhitungan yaitu
dan kadar agen risiko. ini dapat dilihat dari 0,1191 mg/m3 dan durasi pajanan aman yaitu 16
perhitungan yang ada di mana dari 7 responden tahun, dan konsentrasi aman untuk responden
yang kadar PM2,5 melebihi baku mutu ternyata 6 menurut perhitungan yaitu 0,1154 mg/m3 dan
terdapat 3 orang yang RQ nya dinyatakan tidak durasi pajanan aman yaitu 24 tahun.
aman. Faktor yang paling dominan mempengaruhi Strategi manajemen risiko yang dapat
hal ini adalah berat badan di mana semakin besar diterapkan hanya pada penurunan konsentrasi
berat badan responden maka jumlah paparan pada batas aman sedangkan untuk durasi pajanan
polutan yang diterima akan semakin kecil. aman akan cukup sulit diterapkan mengingat
Besarnya nilai intake atau asupan berbanding biaya yang besar untuk relokasi rumah.
lurus dengan nilai konsentrasi bahan kimia, laju Pada ketiga responden dengan kadar rata-
asupan, frekuensi pajanan dan durasi pajanan rata yang terukur melebihi baku mutu diketahui
yang artinya, semakin besar nilai tersebut maka mempunyai kesamaan karakteristik yaitu terdapat
akan semakin besar asupan seseorang (Gertrudis, anggota keluarga yang merokok, menggunakan
2010). Berdasarkan hasil perhitungan, dapat obat nyamuk bakar dan tidak terdapat pohon/
dilihat bahwa berat badan responden sangat tanaman di sekitar rumah responden sehingga
berpengaruh terhadap hasil intake atau asupan. cara manajemen risiko dilakukan dengan cara
Semakin besar berat badan individu, semakin pendekatan teknologi, pendekatan sosio-
kecil dosis yang diterima (Rahman et al., 2008). ekonomis dan pendekatan institusional.
Pendekatan teknologi dilakukan dengan
Manajemen Risiko modifikasi cerobong asap PG, penanaman
Manajemen risiko bukan termasuk langkah tanaman penyerap polutan di sekitar rumah
ARKL melainkan tindak lanjut yang harus responden dan memaksimalkan penggunaan
dilakukan bilamana hasil karakterisasi risiko ventilasi rumah serta memberikan filter pada
menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman lubang angin agar jumlah debu yang masuk dapat
ataupun unacceptable. Manajemen risiko pada berkurang.
dasarnya adalah melakukan manipulasi nilai Pendekatan sosio-ekonomis dilakukan
asupan (intake) agar sama dengan nilai (RfC) dengan mengikutsertakan pihak lian, efisiensi
sehingga I/RfC = 1. Agar nilai asupan intake proses, substitusi dan penerapan kompensasi.
sama dengan nilai RfC maka dapat dilakukan Pendekatan sosio-ekonomi sudah dilakukan
dengan cara penurunan konsentrasi risk agent oleh PG Rejo Agung diantaranya 3R limbah,
(C), dengan waktu pajanan tetap seperti saat penggunaan zero bahan bakar fosil untuk produksi
dilakukan survey untuk proyeksi waktu 30 tahun dan kompensasi pada masyarakat yang terkena
kedepan atau memperpendek waktu pajanan dampak dengan memberikan lapangan pekerjaan
(tE dan fE) dengan konsentrasi risk agent tetap pada masyarakat sekitar selama berlangsung
seperti saat dilakukan survey (Junaidi, 2007). proses produksi (masa giling).
Manajemen risiko pada daerah pemukiman Pendekatan institusional dilakukan dengan
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu strategi law enforcement baku mutu udara ambien dan
manajemen risiko dan cara manajemen risiko. baku mutu kualitas udara dalam rumah serta
Strategi manajemen risiko yang dapat digunakan edukasi PHBS di lingkungan rumah.
yaitu penurunan konsentrasi hingga ke batas
Komunikasi Risiko
aman (konsentrasi aman) dan pembatasan durasi
pajanan hingga ke batas aman misalnya dengan Komunikasi risiko yang dilakukan adalah
membatasi masa tinggal masyarakat pada suatu kepada Dinas Kesehatan Kota Madiun mengenai
pemukiman dengan cara melakukan relokasi perlunya pemantauan kesehatan kepada
I Hestya and C I Prasati, Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Masyarakat 89

masyarakat dan penegakan program larangan seperti partikel ultrafine. Selain itu asap rokok
merokok di dalam rumah, Badan Lingkungan yang dibuang di lingkungan jumlahnya lebih
Hidup Kota Madiun mengenai perlunya pemetaan banyak daripada asap yang masuk kedalam
sebaran pencemaran di sekitar area industri di tubuh perokok karena asap akan terus menerus
wilayah Kota Madiun, PG Rejo Agung Kota Madiun dihasilkan selama rokok menyala walaupun tidak
mengenai perlunya peningkatan pengawasan sedang dihisap. Kegiatan merokok tidak saja
kualitas udara ambien dan udara emisi dan menyebarkan asap ke udara tetapi juga partikel-
masyarakat atau populasi terdampak. partikel non asap dan juga mengotori udara dalam
rumah (indoor pollution). Sisa hasil pembakaran
Faktor Risiko Perilaku Responden rokok yang bersifat partikulat tetap berada di
Sumber PM 2,5 dalam penelitian ini dilihat dalam rumah apabila rumah tidak dibersihkan
dari faktor perilaku dalam rumah yaitu kebiasaan (Gertrudis,2010).
merokok anggota keluarga dan penggunaan obat Responden terbanyak menggunakan
nyamuk. obat nyamuk bakar sebanyak 6 orang dengan
Tabel 4 menunjukkan bahwa responden persentase 28,6%. Obat nyamuk bakar biasanya
paling banyak mempunyai anggota keluarga dipasang di ruangan dari pukul 18.00 sampai
dengan kebiasaan merokok dan menggunakan pagi hari. Penggunaan obat nyamuk ini dinilai
obat nyamuk bakar. Meskipun responden dalam lebih efektif dalam mengusir nyamuk dan lebih
penelitian ini bukan perokok aktif tetapi adanya murah. Berdasarkan riset University of Medicine
anggota keluarga yang merokok di dalam and Dentistry of New Jersey (UMDNJ) and Rutgers
rumah dapat meningkatkan kadar PM2,5 dalam University, ditemukan bahan organik ringan dalam
ruangan rumah. Rokok yang dikonsumsi anggota jumlah banyak berupa bahan carcinogens dan
keluarga responden rata-rata berjenis kretek di bahan diduga karsinogen, sedangkan secara
mana rokok kretek tidak dilengkapi dengan filter ukuran partikel, asap tersebut sangat halus dan
yang berfungsi mengurangi asap yang keluar halus. Asap dari obat nyamuk akan memberikan
dari rokok seperti yang terdapat pada jenis filter. risiko kesehatan yang kronis dan sangat akut.
Penelitian Lolivianda (2013) menunjukkan bahwa Obat anti nyamuk bakar mengandung
nilai konsentrasi partikel dan faktor emisi pada insektisida yang disebut d-aletrin 0,25%.
merk rokok jenis non filter baik produk nasional Apabila dibakar akan mengeluarkan asap yang
maupun lokal (Malang) lebih besar dari pada mengandung d-aletrin sebagai zat yang dapat
merk rokok jenis filter karena pada pangkal rokok mengusir nyamuk, tetapi jika ruangan tertutup
filter terdapat gabus yang berfungsinya untuk tanpa ventilasi maka orang di dalamnya akan
menyaring atau menyerap partikel dan bahan keracunan d-aletrin. Selain itu, yang dihasilkan dari
baku lainnya yang dihasilkan pada asap rokok pembakaran juga CO dan CO2 serta partikulat-
partikulat yang bersifat iritan terhadap saluran
pernapasan. (Wardani, 2012).
Tabel 4.
Faktor Risiko Perilaku Responden Sekitar PG Rejo Faktor Risiko Kondisi Rumah
Agung Baru Madiun Juni 2014
Kondisi rumah meliputi jarak rumah dengan
Faktor Risiko Perilaku Total n (%) PG, suhu, kelembapan, ventilasi, jarak rumah,
Kebiasaan Merokok Anggota jenis lantai, keberadaan plafon dan kepadatan
Keluarga hunian.
Ada 12 (85,7%) Terdapat 13 responden (92,9%) mempunyai
Tidak ada 2 (14,3%) suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Total 14 (100%)
Republik Indonesia Nomor 1077/MENKES/
Penggunaan Obat Nyamuk PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan
Tidak menggunakan 1 (7,1%)
Udara dalam Ruang Rumah yaitu berkisar antara
Obat nyamuk bakar 6 (42,9)
16–30°C. Suhu bergantung pada musim dan
Obat nyamuk elektrik 4 (28,6%)
Lotion anti nyamuk 3 (21,4%) kondisi geografis setempat. Suhu dalam rumah
dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan
Total 14(100) udara, dan kelembapan ruangan. Suhu udara
yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi
90 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 1 Januari 2015: 81–91

Tabel 5. Kelembapan udara merupakan salah satu


Kondisi Rumah Responden Sekitar PG Rejo Agung indikator yang digunakan untuk mengukur
Baru Madiun Juni 2014 kualitas udara dalam ruang, di mana ventilasi
Kondisi Rumah Total n (%) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
Jarak Rumah dari PG (meter) tingkat kelembapan. Ventilasi yang kurang dapat
< 300 menyebabkan kelembapan bertambah (Mukono,
300–500 6 (42,9%) 2011). Kelembapan di luar rumah secara alami
8 (57,1%) dapat mempengaruhi kelembapan di dalam
Total 14(100) rumah. Ruang yang lembab memungkinkan
Suhu Ruangan tumbuhnya mikroorganisme patogen. Untuk
Memenuhi syarat 1 (7,1%) mendapatkan tingkat kelembapan yang baik
Tidak memenuhi syarat 13 (92,9%) hendaknya mengatur agar pertukaran udara selalu
Total 14(100) lancar serta sinar matahari dapat masuk yaitu
Kelembapan Ruangan
dengan perbaikan ventilasi (Khairiah, 2012).
Memenuhi syarat 5 (35,7%)
Responden paling banyak menggunakan
Tidak memenuhi syarat 9 (64,3%)
lantai keramik yaitu 7 responden (50%). Jenis
Total 14(100)
lantai keramik adalah lantai yang kedap air dan
Jenis Lantai
Semen 3 (21,4%) tidak menghasilkan debu serta mudah dibersihkan.
Ubin 4 (28,6%) Mayoritas responden yang menggunakan
Keramik 7 (50%) lantai keramik juga sudah menggunakan
Total 14(100) plafon sebanyak 9 responden (64,3%) yang
Keberadaan Plafon menggunakan plafon pada atapnya. Penggunaan
Ada 9 (64,3%) plafon pada dasarnya bertujuan untuk mencegah
Tidak ada 5 (35,7%) cuaca panas atau dingin serta kotoran agar tidak
Total 14(100) langsung masuk ke dalam rumah setelah melewati
Kepadatan Hunian atap tetapi tujuan tersebut tidak akan berjalan jika
< 3,5 m2/orang (tinggi) 3 (21,4%) kebersihan dan keutuhan plafon tidak terjaga.
> 3,5 m2/orang (rendah) 11 (78,6%)
Sebanyak 11 responden (78,6%) mempunyai
Total 14(100)
tingkat kepadatan hunian yang rendah/ideal. Di
lihat dari bentuk rumah yang ada di sekitar Kota
Madiun, rata-rata memiliki rumah yang cukup
luas dan jumlah anggota keluarga yang sedikit.
partikel debu di udara. Hal ini ditunjukkan dari
Keadaan ini membuat frekuensi pembersihan
hasil penelitian yang menyatakan bahwa suhu
rumah menjadi lebih sedikit. Keadaan hunian yang
udara sebesar 33,1°C berpengaruh kuat dengan
padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam
meningkatnya konsentrasi partikel debu di udara.
rumah yang telah ada.
(Putri, 2012).
Pe n g u k u r a n m e n u n j u k k a n 5 o r a n g
responden (35,7%) tinggal di rumah yang KESIMPULAN DAN SARAN
memiliki kelembapan memenuhi kadar maksimal Kesimpulan dari penelitian ini adalah Kadar
yang dipersyaratkan menurut Peraturan Menteri rata-rata PM2,5 yang memenuhi kadar maksimal
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/ yang dipersyaratkan menurut peraturan Menteri
MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah yaitu MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman
berkisar antara 40–60% Rh. Seluruh responden penyehatan Udara dalam Ruang Rumah sebanyak
yang kelembapan ruangannya melebihi baku 7 responden. Hasil ARKL pada konsentrasi
mutu juga mempunyai kadar PM2,5 yang melebihi PM2,5(maksimal) terdapat 3 responden mempunyai
baku mutu. Kebanyakan responden mempunyai tingkat risiko pajanan tidak aman bagi ibu rumah
rumah yang menghadap kearah timur dan barat tangga dengan berat badan dan konsentrasi yang
sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari ada dengan lama berada di rumah 24 jam/hari
yang cukup sepanjang hari. Adanya sinar matahari dan frekuensi pajanan 350hari/tahun selama 30
yang cukup menyebabkan suhu dan kelembapan tahun kedepan, sehingga dilakukan manajemen
naik secara bersamaan. risiko kesehatan dengan mengurangi konsentrasi
I Hestya and C I Prasati, Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan Masyarakat 91

hingga ke batas aman dengan menentukan Mukono.2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya
konsentrasi aman dan durasi pajanan aman untuk terhadap Gangguan Saluran Pernapasan. Surabaya:
Airlangga University Press.
mengurangi risiko timbulnya gangguan kesehatan.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2009
Faktor perilaku yang merupakan sumber PM2,5 Tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber
dalam rumah responden paling banyak berasal Tidak Bergerak di Jawa Timur.
dari asap rokok, penggunaan obat nyamuk bakar, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
sedangkan dari faktor kondisi rumah yaitu jarak 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah.
rumah yang < 300 meter dari pabrik gula, suhu
Purnama, D. 2012. Modul Bahan Ajar Pelatihan Analisis
dan kelembapan yang tidak memenuhi syarat. Risiko Kesehatan Lingkungan. Cikarang: Balai
Untuk mengurangi kadar pencemar yang Pelatihan Kesehatan Cikarang.
masuk ke dalam rumah sebaiknya di depan Purwaningsih, E. 2011. Polusi Udara dan Pengaruhnya
rumah responden diberi tanaman yang dapat terhadap Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus Pabrik
Gula Mojo Sragen).T esis. Universitas Gajah Mada.
menyerap polutan (misalnya tanaman lidah
Putri, E. 2012. Konsentrasi PM2,5 di Udara Dalam Ruang
mertua), responden sebaiknya memaksimalkan dan penurunana Fungsi Paru pada Orang Dewasa
penggunaan ventilasi dengan selalu membuka di Sekitar Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta
jendela tiap pagi dan siang hari agar sirkulasi Timur Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
udara berjalan dengan baik, sebaiknya jika ada http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20319881-S-
PDF-Eky%20Pramitha%20Dwi%20Putri.pdf (sitasi
anggota keluarga yang merokok kegiatan merokok
4 Juli 2014)
dilakukan di luar rumah dan puntung rokok Rahman, A. 2007. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
tidak dibuang di dalam rumah dan responden (Program Intensif Tingkat Dasar), Kajian Aspek
tidak menggunakan obat nyamuk bakar untuk Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal dan Kasus-
digunakan di dalam ruangan tertutup. Kasus Pencemaran Lingkungan, Depok: FKM-UI.
Rahman. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Pertambangan Kapur di Sukabumi, Cirebon,
DAFTAR PUSTAKA Tegal, Jepara dan Tulung Agung. Jurnal Ekologi
Kesehatan Vol.7 No.1, April 2008: 665-677. http://
Fierro, M. 2000. Particulate Matter. Arizona: Pima County. ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/
http://www.airinfonow.org/pdf/Particulate_Matter.pdf download1643/pdf (sitasi 15 Agustus 2014)
(sitasi tanggal 22 November 2013). Sucipto, E. 2007. Hubungan Pemaparan Partikel Debu
Gertudris, 2010. Hubungan Antara Kadar Partikulat Pada Pengolahan Batu Kapur terhadap Penurunan
(PM10) Udara Rumah Tinggal dengan Kejadian ISPA Kapasitas Fungsi Paru (Studi Kasus di Desa Karangdawa,
pada Balita di Sekitar Pabrik Semen PT Indocement, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal). Tesis.
Citereup, Tahun 2010. Skripsi. Universitas Indonesia. Universitas Diponegoro http://eprints.undip.
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20313307-T%20 ac.id/17469/1/EDY_SUCIPTO.pdf (sitasi 9 Juli
31721-Hubungan%20antara-full%20etxt.pdf (sitasi 2014)
29 Juni 2014) Sutra, D., 2009. Hubungan antara Pemajanan Particulate
Junaidi. 2007. Analisis dan Manajemen Risiko Matter 10 (PM10) dengan Gejala Infeksi Saluran
Pencemaran Sulfur Dioksida (SO2) Udara Ambien Pernapasan Akut (ISPA) pada Pekerja Pertambangan
pada Pedagang Kaki Lima di Terminal Bus Pasar Kapur Tradisional (Studi di Pertambangan Kapur
Senen, Jakarta Pusat 2007. Skripsi. Universitas Tradisional Gunung Masigit Kabupaten Bandung
Indonesia. Barat. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Khairiah. Analisis Konsentrasi Debu dan Keluhan Universitas Indonesia.
Kesehatan pada Masyarakat di Sekitar Pabrik Semen Sugiyanto, C. Permintaan Gula di Indonesia. Jurnal
di Desa Kuala Indah Kecamatan Sei Suka Kabupaten Ekonomi Pembangunan Vol. 8, No.2, Desember
Batu Bara Tahun 2012. Jurnal Lingkungan dan 2007, hal 113-127.http://publikasiilmiah.ums.ac. id/
Kesehatan Kerja Vol 2 No.1 Tahun 2013. http://jurnal. bitstream/handle/123456789/159/1.%20Catur%20
usu.ac.id/index.php/lkk/article/download/1162/607 Sugiyanto(Permintaan%20Gula).pdf?sequence=1
(sitasi 16 Agustus 2014) (sitasi 15 Agustus 2014)
Lolivianda, E. 2013. Pengukuran Faktor Emisi Partikel U.S. EPA. 2003. Particle Pollution and Your Health.
Ultrafine pada Asap Rokok yang Beredar di Indonesia. Washington, DC: U.S. EPA.
Physic Student Journal Vol. 01 No. 01 2013. Malang. Wardani, T.2012. Perbedaan Tingkat Risiko Kesehatan
Universitas Brawijaya. http://physics.studentjournal. oleh Pajanan PM10, SO2 dan NO2 pada Hari Kerja,
ub.ac.id/index.php/psj/article/download/38/35 sitasi Hari Libur dan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di
20 Juli 2014 pukul 01.35. Bundaran HI Jakarta. Skripsi. Universitas Indonesia
Mukono. 2011. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20318132-S-
Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Tri%20Kusuma%20Wardani.pdf sitasi 28 Juni 2014
puku

Anda mungkin juga menyukai