Anda di halaman 1dari 20

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN GANGGUAN JIWA


(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa)

Dosen Pembimbing :
Ns. Tri Setyaningsih, M.Kep,Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Alviah Khoiriyyah (181003)
Asri Agustina (181128)
Ida Rosida (181059)
Intan Fabiola (181143)
Mutiara Oktavia (181150)
Nopiyati (181069)
Santika Agustiani Pratiwi (181034)

Tingkat: 3C
Program Studi : D3 Keperawatan

2020
FORMAT PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Pengkajian Psikososial Identitas Klien
I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 12 Oktober 2020
RuangRawat : Melati
TanggalDirawat : 10 Oktober 2020
No.Reg : 270200050700
Diagnosa Medis : Fraktur terbuka os patela dan os tibia

II. Identitas Klien


Nama : Ny. S
Umur : 24 Tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jakarta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl Mangga Besar VII
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga Klien

III. Alasan Masuk RS


Klien jatuh dari motor saat pulang kerja dan terdapat luka pada kakinya yang
harus di amputasi. Klien merasa sedih dan kecewa karena sebagai tulang punggung
keluarga, klien merasa sudah tidak bisa apa – apa lagi, klien khawatir akan dipecat
di tempat bekerjanya, klien merasa tidak bisa dapat pekerjaan lainnya, klien merasa
tidak mampu membatu anggota karang taruna lainnya jika ada kegiatan
nanti,keluarga klien mengatakan klien selalu mengurung diri, dan merasa malu
untuk bertemu teman kerja dan anggota karang taruna lainnya.

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Tanda – Tanda Vital : TD : 100/80 mmHg, S : 37oC, N : 20 x/menit
RR : 80 x/menit
2. Ukur :TB: 160 cm, BB: 50 kg
3. KeluhanFisik :(Ya) (Tidak)
Jelaskan : Klien mengatakan keluhan fisiknya sakit di area kaki sebelah kiri,
dan ada luka terbuka sepanjang 15 cm tertutup verband.
Masalah Keperawataan : Nyeri akut, kerusakan integritas jaringan, risiko
infeksi.

V. Genogram

Jelaskan:
Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, klien tinggal serumah
bersama ibunya dan kedua adiknya, ayah klien sudah meninggal dan klien harus
bekerja sebagai tulang punggung keluarga. Tidak ada yang menderta penyakit
yang sama dengan klien.

VI. Psikososial
1. Konsep Diri
a. Gambaran Diri :
Klien mengatakan bagian tubuh yang ingin dirubah adalah bagian kakinya.
b. Identitas Diri:
Klien mengatakan dirinya anak ke-1 dari 3 bersaudara. Klien merasa puas
sebagai wanita mandiri yang dapat bekerja untuk keluarga.
c. Peran Diri:
Klien mengatakan dirumah sebagai anak pertama dan tulang punggung
keluarga.
d. Ideal Diri:
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang. Klien mengatakan ingin
bekerja kembali ditempat kerjanya dan ingin membahagiakan ibunya.
e. Harga Diri :
Klien mengatakan malu dan sedih karena kakinya akan di amputasi, klien
mengatakan merasa tidak bisa berbuat apa – apa lagi untuk keluarganya,
klien mengatakan khawatir akan dipecat dari tempat kerjanya, tidak dapat
pekerjaan lagi, dan klien merasa tidak dapat membantu anggota karang
taruna lainnya dalam kegiatan nanti.
Masalah Keperawatan : Ketidakberdayaan
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti:
Klien mengatakan ibunya sangat berarti untuk dia.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien mengatakan tidak pernah ikut serta dalam kegiatan masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan denganorang lain:
Setelah jatuh sakit klien mengatakan malu bertemu dengan teman
kerjanya, ibu klien mengatakan klien tampak sedih, sering menyendiri, dan
menangis.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah situasional
3. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan belum menerima keadaan sekarang.
b. Kegiatan Ibadah:
Klien mengatakan sering sholat tetapi sholatnya tidak sampai full 5 waktu,
jika klien sholat klien sering berdoa untuk kesembuhannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan.
4. Sistem Pendukung
Ya Tidak
Keluarga :(√ ) ( )
Teman sejawat :(√ ) ( )
Profesional/terapis : ( √ ) ( )
Kelompok sosial :( ) (√ )
Jelaskan :
Keluarga selalu mengantarkan klien untuk berobat. Teman memberikan
dukungan walau klien tertutup, dokter dan tenaga kesehatan lainnya membantu
penyembuhan, klien tidak tergabung dalam kelompok sosial saat ini.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan.
5. Mekanisme Koping
Adaptif: Maladaptif:
() Bicara dengan oranglain ( ) Minum alkohol
() Mampu menyelesaikan masalah (√) Reaksi lambat/berlebih
() Tekhnik relaksasi ( ) Bekerja berlebihan
() Aktivitas konstruktif (√) Menghindar
() Lain – lain: ……….. ( ) Mencederai diri
Jelaskan:
Klien mengatakan merasa tidak bisa apa – apa lagi untuk keluarganya, klien
mengatakan khawatir akan dipecat dari tempat kerjanya, keluarga klien
mengatakan klien malu dan tidak mau berbicara dengan teman kerjanya karena
terdapat luka pada kakinya yang harus, keluarga klien mengatakan klien
tampak sedih dan sering menangis di kamar.
Masalah Keperawatan : Ketidakberdayaan, harga diri rendah.

VII.Aspek Medik
Diagnosa Medik : Fraktur terbuka os patela dan os tibia
Terapi medik : Ketorolac 3x30 mg
Ceftriaxone 1x1gram

VIII. Resume
Ny. S berusia 24 tahun, belum menikah dirawat di RS Umum. Klien masuk
pada tanggal 10 Oktober 2020 dengan keluhan klien mengatakan sedih karena
akan diamputasi kakinya, klien mengatakan merasa tidak bisa berbuat apa – apa
lagi, dan klien mengatakan tidak mungkin dapat bekerja lagi. Keluarga klien
mengatakan klien sering menangis sendiri dikamarnya, keluarga klien mengatakan
klien merasa malu dengan kondisi kaki seperti ini, keluarga klien mengatakan
klien tidak mau menemui teman kerja. Klien tampak sedih, klien tampak sering
menangis, klien tampak menyendiri, TTV klien didapatkan TD : 110/80 mmHg,
S : 36,8 oC, N : 88 x/menit, RR : 19 x/menit. Tindakan yang telah dilakukan
perawat adalah mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam, memberikan motivasi, membantu mengatur posisi, melakukan
perawatan luka dengan teknik aseptik, klien diberikan terapi obat ketorolac 3x1
mg, ceftriaxone 1 x 1 gram. Diagnosis medik klien Fraktur terbuka os patela dan
os tibia.

Jakarta, 12 Oktober 2020


Mahasiswa

Kelompok 2
Data Fokus
Data Subjektif Data
- Klien mengatakan sedih dan malu karena akan di amputasi kaki. - TTV klien :
- Klien tidak mau melihat bagian kaki yang akan di operasi. TD : 100/80 mmHg
- Klien mengatakan khawatir akan dipecat dari tempat kerjanya. S : 37 oC
- Klien mengatakan merasa tidak mungkin dapat pekerjaan lain N : 80 x/menit
dengan kondisi seperti ini. RR : 20 x/menit
- Klien merasa kecewa dan mengatakan tidak bisa berbuat apa – apa - Klien tampak sedih.
lagi untuk keluarganya, sedangkan klien tulang punggung keluarga. - Klien tampak murung.
- Klien mengatakan sakit pada area kakinya yang terdapat luka. - Klien tampak khawatir.
- Klien mengatakan bagian tubuh yang ingin dirubah adalah bagian - Klien tampak menyendiri, me
kakinya. - Terdapat luka yang ditutup
- Keluarga klien mengatakan klien tampak bersedih dan menyendiri. kanan klien.
- Keluarga klien mengatakan klien sering menangis - Cara bicara klien lambat
- Klien mengatakan belum menerima keadaan sekarang.
- Klien mengatakan sulit untuk mengambil keputusan
- ibu klien mengatakan klien malu dan tidak mau berbicara dengan
teman kerjanya dan dengan anggota keluarga yang lain

Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS : Ketidakberdayaan Program yang terk
- Klien mengatakan merasa tidak mungkin dapat penyakit (amp
pekerjaan lain dengan kondisi seperti ini.
- Klien mengatakan belum menerima keadaan
sekarang.
- Klien merasa kecewa dan mengatakan tidak bisa
berbuat apa – apa lagi untuk keluarganya,
sedangkan klien tulang punggung keluarga.
- ibu klien mengatakan klien malu dan tidak mau
berbicara dengan keluarga dan tenaga medis.
- Klien mengatakan khawatir akan dipecat dari
tempat kerjanya.
DO :
- Klien tampak menyendiri, menghindar dari
teman-temannya.
- Cara bicara klien lambat
- Klien tampak murung
- Klien tampak sedih.
2. DS : Koping individu tidak Krisis situasi
- Klien tidak mau berbicara dengan teman- efektif
temannya.
- Klien mengatakan sulit untuk mengambil
keputusan.
- Klien merasa kecewa dan mengatakan tidak bisa
berbuat apa – apa lagi untuk keluarganya,
sedangkan klien tulang punggung keluarga.
- Klien tidak mau melihat bagian kaki yang akan
di operasi.
-
DO :
- Cara bicara klien menjadi lambat
- Klien tampak murung.
- Klien tampak khawatir.
- Klien tampak menghindar dari teman-temannya.

Pohon Masalah

Ketidakberdayaan

Koping Individu
Tidak Efektif

Gangguan Sehat Sakit


(Fraktur terbuka os
patela dan os tibia)
Format Rencana Tindakan
(Meliputi tindakan keperawatan independent dan interdependet)
Tgl No. Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Rencana Tindakan
Keperawatan
Senin, 1. Ketidakberdayaan TUM : setelah
10 Okt b.d program yang dilakukan
2020 terkait dengan tindakan
penyakit keperawatan klien
(amputasi). mampu
mengontrol
ketidakberdayaan
nya.

- TUK 1 : klien Setelah 2 x 30 menit 1. Bina hubungan saling -


dapat membina melakukan interaksi, percaya.
hubungan klien mampu : a) Mengucapkan salam
saling percaya 1. Klien dapat terapeutik, memperkenalkan
berinteraksi diri, panggil klien sesuai
denga perawat nama panggilan yang
2. Ekspresi wajah disukai
klien bersahabat b) Menjelaskan tujuan
3. Klien mau interaksi: melatih
menyebutkan pengendalian
namanya ketidakberdayaan agar
4. Klien bersedia proses penyembuhan lebih
mengungkapkan cepat
-
masalah yang di 2)Membuat kontrak untuk
m
hadapi latihan pengendalian
j
ketidakberdayaan.

- TUK 2 : klien Setelah 1 kali


1. Bantu klien mengenal A
dapat pertemuan, klien
ketidakberdayaan: y
mengenali dan dapat :
a) Bantu klien untuk b
mengekspresik 1. Mengenali
mengidentifikasi dan
an emosinya ketidakberdayaan
menguraikan
nya
perasaannya.
2. klien mengetahui
penyebab b) Bantu klien mengenal
ketidakberdayaan penyebab
nya ketidakberdayaan
3. klien dapat c) Bantu klien menyadari
mengetahui perilaku akibat
akibat dari ketidakberdayaan
A
ketidakberdayaan 2) Bantu mengidentifikasi
t
situasi kehidupan yang
m
tidak mampu dikontrol oleh
k
klien.
- TUK 3 : klien Setelah 1 kali
A
dapat pertemuan, klien 1) Diskusikan pemikiran
b
memodifikasi dapat : negatif klien yang dapat
m
kognitif yang 1. memikirkan hal- menurunkan kondisi klien
A
negatif hal yang positif 2) Bantu klien untuk
k
2. menyebutkan meningkatkan pemikiran
kemampuan yang positif, logis dan rasional
A
dimiliki 3) Latih mengembangkan
d
pikiran dan harapan positif
(latihan afirmasi positif)
-TUK 4 : Klien Setelah 1 kali
dapat pertemuan, klien 1) Pertahankan rasa
A
berpartisipasi dapat : percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan k
dalam 1. menunjukan
memberi motivasi
pengambilan penolakan/ b) Asesmen ulang
keputusan yang persetujuan ketidakberdayaan dan
kemampuan
berkenaan dengan terhadap tindakan
mengembangkan pikiran
dirinya sendiri yang aka dan harapan positif
dilakukan 2) Bimbi
ng cara distraksi dengan
2. melakukan
cara :
kegiatan yang Berikan pilihan mengenai
telah di setujui hal yang di sukai
3) Anjurk
an pasien untuk melakukan
-TUK 5 : Klien Setelah dilakukan 1 tindakan yang telah di
setujui
dapat memotivasi kali pertemuan, klien
diri untuk aktif dapat :
mencapai tujuan 1. memiliki 1. Diskusikan dan latih m
kondisi tubuh yang dapat
yang realistis. semangat
dikontrol oleh pasien dan
kembali kegiatan yang masih dapat
2. klien tidak dilakukan walaupun sedang A
sakit
murung lagi s
2. Beri penguatan positif
b
A
3. Sampaikan kepercayaan d
diri terhadap kemampuan
klien untuk menghadapi
situasi.
Senin, 2 Ketdakefektifan TUM : setelah
10 Okt koping individu b.d melakukan
2020 krisis situasional. tindakan
keperawatan klien
mampu
meningkatkan
koping dan dapat
menggunakan
koping yang
adaptif.

TUK 1 : klien Setelah melakukan 1. Bina hubungan saling -


dapat membina interaksi, klien percaya.
hubungan saling mampu : a) Mengucapkan salam
percaya 1. Klien dapat terapeutik,
berinteraksi memperkenalkan diri,
denga perawat panggil klien sesuai nama
2. Ekspresi wajah panggilan yang disukai
klien bersahabat b) Menjelaskan tujuan
3. Klien mau interaksi
menyebutkan 2. Membuat kontrak yang
-
namanya jelas.
m
4. Klien bersedia
j
mengungkapkan
masalah yang di
hadapi

TUK 2 : klien Setelah melakukan


1. Identifikasi penyebab A
mampu tindakan, klien dapat
ketidakefektifan koping. y
mengidentifikasi :
2. Hargai dampak situasi A
kekuatan diri 1. Klien mengetahui
kehidupan pasien pada m
yang berkaitan penyebab
peran dalam hubungan.
denan koping ketidakefektifan
3. Ajarkan penyelesaian A
koping
Format Strategi Keperawatan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPEWRAWATAN

A. Proses Keperawata
1. Kondisi Pasien :
Ny. S usia 24 tahun, belum menikah dirawat di RS Umum. Pengkajian
ditemukan pasien sedih dan kecewa karena akan diamputasi kakinya,
menangis, tidak mau melihat bagian kaki yang akan dioperasi. Pasien
mengatakan tidak mungkin dapat bekerja lagi, khawatir dipecat dari temapat
kerjanya, mengatakan tidak bisa berbuat apa – apa lagi untuk keluarganya,
sedangkan klien tulang punggung keluarga. Pasien ketidakberdayaan.
2. Diagnosa Keperawatan :
a. Ketidakberdayaan b.d program yang terkait dengan penyakit
(amputasi).
b. Koping individu tidak efektif b.d krisis situasional.
3. Tujuan Khusus :
a. Mengenali dan mengekspresikan emosinya.
b. Memodifikasi pola kognitif yang negatif.
c. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan
perawatannya sendiri.
d. Memotivasi diri untuk aktif mencapai tujuan yang realistis.
4. Tindakan Keperawatan :
a. Mendiskusikan ketidak berdayaan yang dirasakan pasien: penyebab,
proses terjadinya masalah, tanda dan gejala dan akibat.
b. Mendiskusikan kondisi kesehatan yang tidak dapat dikontrol oleh
pasien.
c. Mendiskusikan pemikiran negatif tentang kesehatan yang dapat
menurunkan kondisi pasien.
d. Melatih meningkatkan pemikiran positif, logis, dan rasional.
e. Melatih mengembangkan pikiran dan harapan positif (latihan afirmasi
positif).
f. Melatih kegiatan yang masih dapat dilakukan walau dalam kondisi
sakit.
B. Strategi Komunikasi SP 1
SP1 Pasien : Assesmen ketidakberdayaan dan latihan berpikir positif serta
afirmasi.
Pertemuan : Pertama
Hari/Tanggal : Senin/12 Oktober 2020
Nama Klien : Ny. S
Ruangan : Jantung

1. Orientasi :
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya suster Intan Fabiola, ibu bisa
memanggil saya suster Intan. Saya berdinas pagi ini dari jam 07.00 –
14.00 nanti. Sebelumnya saya ingin tau, siapa nama ibu? Ibu lebih
suka dipanggil apa? Oke baik, saya panggil (sesuai kemauan pasien,
contoh pasien suka dipanggil “kakak”).”
b. Kontrak
“Kita ngobrol sebentar ya kak, kaka mau ngobrol dengan suster Intan
berapa menit? Bagaimana kalau 30 menit? Oke, 30 menit yah. Kita
akan membicarakan tentang ketidakberdayaan dan latihan berpikir
positif. Tujuannya untuk melatih mengendalikan ketidakberdayaan
kaka agar proses penyembuhannya bisa lebih cepat. Apa kaka
bersedia? Kalau bersedia kaka ingin kita ngobrol dimana? Oke, disini
yah. Baik kalau begitu kita akan ngobrol selama 30 menit disini.”
2. Tahap Kerja :
“Saya perhatikan tadi kaka terlihat sedih dan menangis, memangnya apa yang
dirasakan kaka saat ini? Oh begitu, kaka merasa tidak mampu lagi melakukan
berbagai kegiatan. Apa yang menyebabkan kaka merasa tidak mampu dengan
diri sendiri? Apa yang kaka rasakan ketika kaka merasa tidak mampu lagi
melakukan apa – apa? Apa yang kaka lakukan ketika kaka sedang merasa
tidak mampu melakukan apa – apa? Menurut kaka cara itu rugi tidak? Kaka
mau saya ajari berfikir dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk menghilangkan perasaan tidak mampu pada diri
sendiri. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Yaitu berpikir hal – hal
positif tentang kemampuan apa saja yang kaka miliki.”
“Begini ka, kalau kaka sudah mulai merasakan pikiran negatif muncul dan
merasa tidak mampu melakukan apapun, kaka pikirkan hal – hal positif yang
ada di diri kaka, lalu sebutkan apa saja kemampuan yang kaka miliki. Ayo,
dicoba yah!”
“Nah, sebaiknya latihan ini kaka lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa tidak mampu untuk melakukan apapun itu muncul, kaka sudah
terbiasa. Ayo ka, kita masukkan cara ini ke dalam jadual kegiatan sehari-
hari.”
3. Tahap Terminasi :
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
1) ES : “Bagaimana perasaan kaka setelah tadi kita memikirkan
hal – hal positif dan menyebutkan kemampuan apa saja yang
kaka miliki?”
2) EO : “Coba kaka ulangi lagi cara berpikir positif dan
menyebutkan kemampuan yang kaka miliki.” “Berapa kali
sehari kaka mau latihan berpikir positif dan menyebutkan
kemampuan apa saja yang kaka miliki? Jam berapa saja
kaka?”
b. Rencana tindak lanjut klien :
“Baik kaka, coba selama suster tidak ada, kaka ingat – ingat lagi
penyebab kaka merasa tidak mampu melakukan apapun lagi, apa yang
kaka lakukan kalau merasa tidak mampu melakukan apapun yang
belum kita bahas, dan jangan lupa latihan berpikir positif dan
menyebutkan kemampuan apa saja yang kaka miliki, yah ka.”
“Coba tadi berapa kali sehari kaka mau latihan berpikir positif dan
menyebutkan kemampuan apa saja yang kaka miliki? Jam berapa saja
kaka?”
“Baik, sehari sekali yah ka, jam 11.00.”
c. Kontrak yang akan datang :
“Besok saya akan kembali dan kita akan bersama-sama latihan cara
kedua untuk mencegah dan mengontrol perasaan ketidakberdayaan,
yaitu cara distraksi atau pengalihan. Kaka mau ketemu kapan?
Bagaimana kalau jam 10.00 saja? Kaka mau bercakap-cakap dimana?
Bagaimana kalau disini lagi?”
“Baik, kita bertemu besok pagi jam 10.00, kita akan berbicang lagi
disini yah, kak.”

C. Srategi Komunikasi SP 2
SP2 Pasien: Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan pikiran dan
harapan positif dan latihan afirmasi mengontrol perasaan ketidakberdayaan
serta latih kegiatan yang masih dapat dilakukan walaupun sedang sakit.
Pertemuan : Kedua
Hari/Tanggal : Selasa/13 Oktober 2020
Nama Klien : Ny. S
Ruangan : Jantung

1. Orientasi :
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi kak, masih ingat tidak dengan suster Intan, seperti biasa
saya akan dinas disini dari pukul 07.00 – 14.00. Sesuai kontrak
kemarin pertama kali bertemu, pagi ini suster Intan akan memberikan
latihan cara yang kedua.”
b. Evaluasi Validasi
“Sebelumnya, bagaimana keadaan kaka hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin? Bagus kalau begitu” “Nah apa saja yang kaka lakukan
kemarin? “Coba saya lihat buku kegiatan kaka? “Wah bagus ka, kaka
sudah melakukan latihan berpikir positif dan menyebutkan
kemampuan apa saja yang kaka miliki secara mandiri.”
c. Kontrak
“Baik ka, sesuai janji yang kita sepakati kemarin yah. Hari ini kita
bertemu untuk membicarakan latihan teknik distraksi atau pengalihan
yang bertujuan untuk mencegah dan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan kaka. Apa kaka bersedia? Kalau kaka bersedia, kaka
mau berapa lama kita berbincang-bincang? Tempatnya disini saja
sesuai janji kemarin?”
“Oke baik, kita akan berbincang-bincang selama 30 menit, disini yah
ka.”
2. Tahap Kerja
“Nah, ka. Teknik pengalihan ini ada beberbagai cara, misalnya membaca
buku, menonton TV, menggambar/melukis, mendengarkan musik, dan masih
banyak lainnya.”
“Kaka boleh pilih pengalihan seperti apa yang kaka suka? Coba sebutkan
satu!”
“Menggambar? Wahh, kaka hebat sekali bisa menggambar!”
“Mau suster ajarkan bagaimana teknik menggambar ini dapat mencegah
perasaan ketidakberdayaan atau perasaan kaka yang merasa tidak mampu
melakukan apapun?”
“Baik, suster ajarkan yah. Nih, suster sudah siapkan kertas kosong dan
pensilnya. Pertama jika perasaan tidak mampu melakukan apapun kembali
muncul kaka langsung ambil kertas kosong dan pensil, lalu kaka gambar
apapun yang kaka suka, kaka tuangkan kesukaan kaka ke dalam gambar yang
akan kaka buat. Ayo, coba yah sekarang!”
“Wahh, bagus sekali gambar kaka. Tuhkan kaka mampu melakukan sesuatu
yang bisa. Bagus sekali lagi.”
“Nah, sebaiknya latihan ini juga kaka lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa tidak mampu untuk melakukan apapun itu muncul, kaka
sudah terbiasa. Ayo ka, kita masukkan cara ini ke dalam jadual kegiatan
sehari-hari.”
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :
1) ES : “Bagaimana perasaan kaka setelah tadi kaka menggambar
apapun yang kaka suka?”
2) EO : “Coba kaka ulangi pengalihan apa yang harus kaka
lakukan saat perasaan tidakmampu melakukan apapun kembali
muncul?”“Coba contohkan sedikit saja yang sederhana! Wahh,
bagus yah.” “Berapa kali kaka mau latihan pengalihan
menggambar yang kaka suka? Jam berapa kaka?”
b. Rencana tindak lanjut klien :
“Baik kaka, coba selama suster tidak ada, kaka bisa melakukan
pengaliahan saat perasaan tidak mampu melakukan apapun kembali
muncul, yaitu menggambar apapun yang kaka suka di kertas kosong,
kaka tuangkan semua kesukaan kaka di dalam gambar itu, yah”
“Cob tadi berapa kali kaka mau latihan pengalihan menggambar yang
kaka suka? Jam berapa kaka?”
“Baik, 2 hari sekali yah ka, jam 13.00.”
c. Kontrak yang akan datang :
“Besok saya akan kembali dan kita akan bersama-sama latihan cara
distraksi atau pengalihan yang lainnya untuk mencegah dan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan. Kaka mau ketemu kapan?
Bagaimana kalau jam 10.00 saja? Kaka mau bercakap-cakap
dimana?”
“Baik, kalu begitu kita bertemu besok siang jam 13.00, kita akan
berbicang lagi di taman depan yah, kak.”

Anda mungkin juga menyukai