Anda di halaman 1dari 20

PENUGASAN PADA PERTEMUAN KE 4

UNTUK DIBAHAS DAN DISEMINARKAN PADA PERTEMUAN KE 5

MODUL 4
MANUSIA DAN AGAMA
Kompetensi Manusia dan Agama
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hubungan manusia dengan agama menurut ilmu pengetahuan dan
menurut agama Islam serta eksistensi manusia dan agama menurut ilmu pengetahuan dan menurut agama Islam,
sehingga mahasiswa mampu membedakan kebenaran agama Islam dan agama lainnya, bahwa agama Islam adalah
agama Allah yang duturunkan-Nya kepada manusia sejak mausia pertama diciptakan Allah SWT, Nabi Adam as. sampai
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia melaksanakan tugas kekhalifahannya dalam rangka
mengabdi beribadah kepada Allah SWT. Sehingga Agama Islam dijaga Allah SWT. kemurnian kitab sucinya dan
ajarannya sampai hari kiamat. Maka mahasiswa perlu mengetahui dan memahami ruang lingkup ajaran agama Islam
untuk dipelajari secara utuh pada pembahasan materi berikutnya.

Hubungan manusia dengan agama secara historis, teoritis dan faktual, dapat ditinjau dari dua
sudut pandang, yaitu pandangan ilmu pengetahuan dan pandangan agama Islam.
1. Manusia dan Agama Menurut Ilmu Pengetahuan
1.1. Manusia Menurut Ilmu Pengetahuan
Menurut Ilmu pengetahuan manusia berasal dari hewan, didasarkan kepada teori desedensi
(keturunan) atau teori evolusi. Teori evolusi menganggap bahwa jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang
ada sekarang tidak lahir menurut ujudnya seperti yang sekarang ini, manusia berasal dari bangsa yang
lebih rendah, yakni hewan. Teori ini didasarkan kepada penemuan Lamark (1744-1829) dan
diilmiahkan oleh Charles Darwin (1809-1882) dengan memberikan dasar data-data. Teori itu
beranggapan, bahwa tiap jenis makhluk tumbuhan dan hewan berasal dari jenis yang paling rendah,
ialah amuba atau makhluk satu sel di dalam air, yang paling tinggi atau akhir sekali ialah manusia.
Jenis-jenis yang lahir dalam proses evolusi dari bangsa hewan menjadi manusia antara lain:
1.1. Manusia adalah makhluk yang paling tua, bentuknya mirip atau lebih hampir dengan manusia,
diistilahkan Australopithecus, Kera Australia, fosilnya + berumur 500-600 ribu tahun.
1.2. Manusia Pithecanthropus Erectus, manusia kera berdiri tegak, yang fosilnya berumur + 400 ribu
tahun.
1.3. Ketiga, Manusia Homo Neanderthalensis, manusia Neanderthal yang fosilnya berumur + 100 ribu
tahun.
Teori evolusi itu makin lama, makin terbukti kelemahannya, seperti pengakuan Darwin
sendiri, adanya missing link (putusnya) rantai hubungan atau tidak ditemukannya hubungan jenis dari
bangsa hewan kepada jenis manusia, karena ilmu pengetahuan hanya melihat segi-segi persamaan dari

1
aspek pisik antara manusia dengan jenis hewan yang memang hampir mirip dengan manusia. Namun
tidak dilihat perbedaannya dari aspek psikhis (rohaniah) atau perkembangan kejiwaannya. Demikianlah
asal usul kejadian manusia menurut ilmu pengetahuan. Lihat di You Tube: Runtuhnya teori Darwin
oleh: Harun Yahya atau baca dalam buku Runtuhnya Teori Darwin oleh Harun Yahya.
1.2. Agama Menurut Ilmu Pengetahuan
1.2.1. Pengertian Agama menurut Ilmu Pengetahuan
Terdapat perbedaan pendapat tentang pengertian agama menurut ilmu pengetahuan. Pendapat
pertama: kata agama berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari a dan gama. a berarti tidak, gama
berarti kacau, jadi agama adalah sesuatu yang tidak kacau.
Pendapat kedua: Membantah pendapat pertama, jika kata agama diartikan sesuatu yang tidak
kacau adalah tidak ilmiah, sebab jika pernyataan agama adalah sesuatu yang tidak kacau, kalau dibalik
susunannya menjadi sesuatu yang tidak kacau adalah agama, maka semakin kacau hasilnya. Jika suatu
permainan judi tidak kacau, komplek pelacuran tidak kacau, karena punya dokter dan dijaga oleh
satpam, apakah dapat dikatakan sebagai agama? Yang benar menurut endapat kedua “agama” berasal
dari kata a dalam bahasa kita dibaca pendek, yaitu a berarti tidak, contohnya aneka, a berarti tidak, eka
berarti satu, aneka berarti tidak satu atau serba-serbi. Yang benar adalah bahwa a itu dibaca panjang,
yaitu â-gama, maka â berarti cara, jalan, the way, sedangkan gama mulanya berasal dari gam bahasa
Indo Germani dan bahasa Inggris to go (pergi) yang berarti jalan, jadi berarti cara menuju kepada
sesuatu, maka agama ialah segala cara yang dilakukan utuk menuju kepada Tuhan.
Pengertian agama secara terminologis ialah pengakuan manusia tentang adanya yang suci
secara insyaf (sadar), bahwa ada satu kekuatan yang memungkinkan melebihi segala yang ada.
Kekuatan inilah yang dianggap sebagai asal, atau sang pencipta (khâliq) segala yang ada. Tentang
kekuatan ini bermacam-macam bayangan yang terdapat pada diri manusia, demikian pula cara
membayangkannya. Demikianlah tuhan dianggap oleh manusia sebagai tenaga gaib di seluruh dunia.
Menurut anggapan manusia tenaga gaib ini dapat menjelma antara lain dalam alam (animisme) atau
dalam diri manusia (Yesus Kristus).
Kata agama dalam bahasa ekwivalen (semakna) dengan kata asing, yaitu religi. Dalam bahasa
Inggris ditulis religion dan dalam bahasa Belanda religie. Di samping religie ada lagi godsdien. Secara
etimologi, religi mungkin sekali berasal dari bahasa latin, yaitu religere atau religare yang berarti
berhati-hati, dan pengertian asalnya observasi yaitu berpegang kepada kaedah-kaedah atau aturan-
aturan yang ketat.

2
Dalam kamus The Hold Intermediate Dictionary of America English, religion didefinisikan:
religion is belief in and worship of God or the Supernatural yang berarti kepercayaan dan
penyembahan kepada Tuhan atau kepada yang Maha Mengatasi.
Berdasarkan kepada pengertian religi, religion di atas dapat dipahami bahwa religi atau
religion adalah hubungan manusia dengan sesuatu. Sesuatu itu adalah kudus (yang dianggap suci, yang
disucikan atau yang dikuduskan), sifatnya yang berbeda dari pada manusia yang menganut religi itu.
Sesuatu itu mungkin tenaga, gejala, yang tidak mempunyai wujud materi atau berbentuk pribadi yang
dikultuskan atau didewakan, atau dewa-dewa, atau Tuhan Allah SWT. (Tuhannya umat Islam). Apa
dan siapa sesuatu itu tergantung pada tujuan kepercayaan masing-masing.
Jadi antara agama dan religi terdapat kesamaan arti dan makna. Secara umum pengertian
agama atau religi ialah kepercayaan kepada yang dianggap suci atau yang disucikan (kudus), yang
menyatakan diri dalam bentuk ritus (upacara suci), kultus (pemujaan) dan permohonan, yang
membentuk sikap hidup manusia penganutnya berdasarkan doktrin (ajaran) tertentu.
Berdasarkan analisis tersebu dapat dipahami, bahwa agama menurut ilmu pengetahuan ialah
keyakinan manusia akan adanya Tuhan dan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan yang
diyakininya itu, maka ajaran agama menurut ilmu hanyalah ajaran yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan saja secara spritual. Karena agama hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya, maka agama tidak ikut mengatur hubungan manusia dengan dirinya, hubunag manusia
dengan manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam lingungannya, seperti pemenuhan
kebutuhan biologis makan/minum dan hubungan sex, kebutuhan emosional; seperti seni dan kesenian,
kebutuhan intelektual; seperti pengembangan ilmu pengetahuna, kebutuhan jasmaninya; seprti oleh
raga dan berpakaian, dan kebutuhan ekonomi, sosial, politik, serta kebutuhan kebutuhan lainnya yang
terkait dengan setiap aspek kehudupan manusia. Dari pengertian inilah munculnya filsafat hidup
sekulerarisme yang memisahkan antara kehidupan agama dengan kehidupan lalinnya, antara kehidupan
dunia dan kehidupan akhirat.
1.2.2. Eksistensi Agama Menurut Ilmu Pengetahuan
Agama muncul sebagai jawaban dari cara berfikir manusia dan masyarakat yang cenderung
mencari jawaban pasti (absolut) dari berbagai masalah alam dan kehidupan manusia itu sendiri, yang
tidak terpecahkan oleh manusia, karena keterbatasan kemapuna berfikir manusia, yang melahirkan
agama budaya (natural religion), yaitu agama hasil ciptaan manisia melalui daya cipta, rasa dan karsa
manusia. Agama budaya adalah agama yang diciptakan oleh manusia yang didasarkan kepada
pemikiran manusia semata yang terbatas, tidak berdasarkan wahyu Tuhan.Yang termasuk agama

3
budaya antara lain adalah kepercayaan Animisme, Dinamisme Agama Majusi, Agama Mesir Kuno,
Agama Brahma dan Hindu, Agama Budha, Agama Sinto, Agama Kong fu The, Agama Kong Hu Cu,
Agama Hindu Bali, Agama Yauhdi, Agama Kristen Katolik, Agama Kristen Protestan, dan lain-lain
sebagainya selain Agama Islam.
Agama Yauhdi awalnya adalah Agama Wahyu yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi
Musa AS., yaitu agama tauhid (Islam) yang mengakui tiada Tuhan selain Allah Tuhan Yang Maha Esa,
Agama Kristen Katolik dan Agama Kristen Protestan pada awalnya adalah Agama Wahyu yang
diturunkan Alah SWT. kepada Nabi Isa AS., yaitu agama tauhid (Islam), yang mengakui tiada Tuhan
selain Allah Tuhan Yang Maha Esa, kemudian musuh-musuh Nabi Nabi Musa AS. Dan Nabi Isa AS.
menodai Agama yang suci itu, dengan merubah keimanannya yang bertuhan kepada Allah SWT semata
(monotheisme), menjadi bertuhan kepada Tuhan lebih dari satu (politeisme). Maka Agama Yauhdi,
Agama Kristen Katolik, Agama Kristen Protestan termasuk ke dalam kategori agama budaya. Nama
agama Nasrani mereka ambilkan dari nama bangsa mereka sendiri, yaitu bangsa nashrani, dan nama
agama Yahudi mereka ambilkan dari nama bangsa meraka sendiri, yaitu bangsa Yahudi. Kesucian
akidah dan kitab suci Agama Islam Kitab Taurat yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Musa AS.
dan Kitab Injil kepada Nabi Isya AS. telah dirusak dan dikotori oleh musuh Nabi Musa AS. dan musuh
Nabi Nabi Isya AS. Setelah keduannya tiada. Sebagai bukti bahwa kedua agama tersebut tidak Agama
wahyu dapat dilihat pada konsep keimanan meraka yang syirik, sebegaimana diisyaratkan Alah dalam
QS.9-30 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Kitab suci Taurat dan Injil tidak murni
lagi, karena telah banyak diubah oleh Tokoh penganut agama masing-masing, Taurat diubah menjadi
kitab Perjanjian Lama dan Injil diubah menjadi Perjanjian Baru sebagaimana yang ada sekarang.
1.2.3. Sejarah Agama dalam Kehidupan Manusia Menurut Ilmu Pengetahuan
Berdasarkan kepada teori evolusi Darwin, manusia berasal dari makhluk hidup (hewan satu
sel dalam air), maka sejarah pertumbuhan dan perkembangan agama menurut ilmu pengetahuan sejalan
dengan pertumbuhan dan perkembangan alam pikiran manusia, semenjak dari tingkat purba, primitif,
tradisional dan modern. Di saat manusia memaksakan kehendaknya dengan kemampuan akal dan
perasaan semata untuk memecahkan pertanyaan: Siapakah Tuhan? Sebagai sebab pertama dari segala
sebab dan akibat-akibat selanjutnya, yang difahami dengan faham kausalitas (sebab akibat), semenjak
itu pula manusia membuat agamanya, berawallah sejarah pertumbuhan aliran kepercayaan yang
kemudian menjadi agama dalam kehidupan manusia.
1.2.3.1. Aliran Dinamisme

4
Aliran dinamisme ialah liran kepercayaan yang pertama mucul. Dinamisme berasal dari
dynamo, ialah kekuatan ghaib/tesembunyi. Aliran Dinamisme awalnya kepercayaan manusia kepada
setiap benda-benda yang berada di sekitarnya mempunyai dinamo, yang rahasianya tidak diketahui,
yaitu kekuatan yang misterius. Orang Melaniesia menyebutnya mana, orang Jepang menebutnya kami,
orang India menyebutnya hari, sakti dan sebagainya, yang kemudian disebut dengan Aliran
Dinamisme.
1.2.3.2. Aliran Animisme
Aliran animisme kelanjutan dari kepercayaan yang dianut oleh Aliran Dinamisme Animisme
berasal dari animo ialah kepercayaan bahwa semua benda mempunyai animo (ruh gaib). Ruh itu
mempunyai bentuk dan mempunyai umur, kekuatan dan kehendak, merasa senang, benci dan marah,
kalau ia marah dapat membahayakan kehidupan manusia. Oleh sebab itu kesenangan ruh itu harus
dijaga oleh manusia, diusahakan supaya ruh itu jangan marah. Dengan cara memberi ia makan,
memberikan sesajian/korban kepadanya dan mengadakan pesta-pesta khusus untuk ruh itu.
1.2.3.3. Aliran Polyteisme
Dari kepercayaan kepada serba ruh berkembang menjadi kepercayaan kepada banyak tuhan,
dimana ruh-ruh berwujud menjadi Dewa yang disebut dengan Aliran polyteisme (banyak tuhan),
muncullah agama Hindu yang meganut kepercayaan kepada serba dewa.
1.2.3.4. Aliran Teisme
Dari kepercayaan serba dewa (polyteisme), karena diantara Dewa-Dewa ada pemimpinnya,
yaitu Dewa Brahma sebagai ketua Dewa, Lahirlah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Teisme) yang disebut dengan Sang Hyang Widi), kemudian dari sini lahirlah agama Budha.
1.2.3.5. Aliran Deisme
Aliran deisme meyakini bahwa tuhan itu jauh berada di luar alam (trancendent), tidak di
dalam alam (immanent). Setelah Tuhan menciptakan alam, Ia tidak diperlukan lagi oleh alam. Alam
berjalan dengan peraturan-peraturan yang paling sempurna, seperti pembuat jam. Peraturan ini yang
disebut oleh Belanda Natuurswet. Orang Inggris menyamakannya: a law of nature. Akibatnya Tuhan
tersingkir dari kehiduoan manusia setelah menciptakan alam.
1.2.3.6. Aliran Naturalisme.
Aliran naturalisme meyakini bahwa alam ini berdiri sendiri serba sempurna secara kebetulan,
beredar dan beroperasi menurut sifat-sifat yang terdapat pada dirinya secara natural, menurut hukum
sebab dan akibat, yang disebut hukum alam. Aliran naturalisme timbul setelah ilmu pengetahuan alam
berkembang maju, dan ahli ilmu melihat, bahwa alam ini berevolusi dan bergerak menurut peraturan-

5
peraturan yang tetap, berdasakan mekanisme tertentu (ingat terori evolusi Darwin yang sangat
menyesatkan). Dengan dijumpainya hukum alam, menurut Naturalisme, tidak ada misteri lagi di alam
ini. Aliran naturalisme awal dari atheisme. Seorang Natrualis di abad ke 19 menyatakan, bahwa telah
menyelidiki seluruh langit dengan teleskop dia tidak menemui Tuhan. Di satu pihak orang mungkin
mengalami naturalis tersebut, tetapi di lain pihak alangkah bodohnya orang ini yang mencoba mencari
Tuhan dengan teleskopnya.
1.2.3.7. Aliran Atheisme.
Aliran atheisme kelanjutan dari aliran naturalisme yang meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada.
Alam yang luas dan serba lengkap ini terjadi menurut hukum-hukum tertentu yang terdapat pada
dirinya, sebab itu Tuhan tidak ada dan tidak perlu ada. Maka Atheisme puncak dari pada aliran
naturalisme.
1.2.3.8. Aliran Pantheisme.
Pantheisme berarti seluruhnya Tuhan. Pantheisme meyakini bahwa seluruh kosmos ini Tuhan.
1.2.3.9. Aliran Theisme.
Theisme berarti meyakini adanya Tuhan. Theisme sefaham dengan Deisme, bahwa Tuhan
adalah transendent, yaitu berada di luar alam, tetapi sefaham pula dengan pantheisme, yang
menyatakan bahwa sungguhpun Tuhan berada di luar alam, tetapi dekat dengan alam. Berbeda dengan
Deisme, maka Theisme menyatakan, bahwa alam setelah diciptakan tetap berhajat kepada Tuhan.
Tuhan adalah sebab dari segala yang ada di alam ini. Segala-galanya yang ada di alam ini bersandar
kepada sebab ini. Tuhan adalah sebab/dasar dari segala yang ada dan segala apa saja yang wujud/terjadi
di alam ini. Alam ini tidak berwujud dan tidak berdiri sendiri tanpa Tuhan walaupun untuk sementara,
Tuhanlah yang terus-menerus mengatur alam ini. Dialah yang menggerakkan.
1.2.3.10. Aliran Agnotisisme
Agnotisisme faham yang terletak antara faham yang mengatakan, bahwa Tuhan ada dan tidak
ada Atau lebih tepat merupakan faham yang mengatakan bahwa manusia tidak sanggup dan tidak
mampu memperoleh tentang Tuhan. Faham ini disebut juga skeptisisme (ragu-ragu).
Demikianlah kalau soal agama terutama yang menyangkut dengan soal yang Tuhan Maha
Ghaib diserahkan kepada kemampuan akal manusia yang serba terbatas, maka berbagai faham dan
aliran bisa timbul, sehingga menusia membuat agama, yang disebut dengan agama budaya.
2. Manusia dan Agama Menurut Agama Islam
2.1. Manusia Manurut Islam

6
Menurut Islam manusia ialah makhluk ciptakaan Allah SWT. yang dilengkapi oleh Allah
SWT. dengan sifat-sifat ke-tuhanan yang mengaliri dirinya, disebabkan karena ruh manusia berasal dari
Ruh Allah SWT. Yang Maha Hidup yang membawa sifat-Nya ke dalam diri manusia. Manusia
dihidupkan Allah SWT. setelah ruh ditiupkan-Nya ke dalam tubuh manusia ketika ia berusia 120 hari
dalam rahim ibunya. Definisi ini mengandung tiga unsur pokok, yaitu:
2.1.1. Manusia diciptaan Allah SWT. dari awalnya adalah manusia; tubuh manusia berasal dari tanah,
dan ruh manusia berasal dari ruh Allah SWT. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya
QS.32: 7-9 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
2.1.2. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab atas segala perbuatannya kepada Allah SWT,
maka manusia dilarang Allah SWT. mengerjakan sesuatu perbatan tanpa ilmu pengethuan,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS. 17 :36 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya).
2.1.3. Manusia diciptakan Allah dengan sifat-sifat ke-tuhanan-Nya yang mengalir pada dirinya,
sebagaiaman dijelakan dalam firman Allah SWT. dalam QS. 7:180 (Baca artinya dalam al-
Qur‟an dan Terjemahannya). Allah SWT memiliki sifat 99 sesuai dengan nama sifatnya. Ke 99
sifat Allah SWT. tersebut mangalir melaui ruh manusia yang berasal dari Ruh Allah SWT.,
Seperti, Sifat Allah Maha Pengasih, maka manusia memiliki sifat pengasih. QS. 32:9. (Baca
artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Manusia diciptakan Allah SWT. berasal dari dua unsur, yaitu unsur ketuhanan yaitu ruh
manusia dan unsur kealaman yaitu tubuh (jasad) manusia, maka keberadaan manusia berada diantara
semua makhluk, yaitu berada pada posisi tengah antara makhluk ghaib dan makhluk nyata,
sebagaimana dapat dilihat pada bagan berikut ini:
1 Malaikat
I. Makhluk 2 Ruhani Manusia
Ghaib
3 Iblis
(Metafisika) Manusia
4 Jin
Makhluk
1 Jasmani Manusia
2 Hewani
II. Makhluk
nyata 3 Nabati
(fisika) 4 Bumi,air, batu, dll
5 Planet-planet

7
Pada bagan ini dapat difahami bahwa eksistensi manusia berada di antara makhluk ghaib dan
makhluk nyata dari makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Maka manusia merupakan gabungan makhluk
gaib (ruhani) dan makhluk nyata (jasmani), dalam hubungan secara vertikal dengan Allah SWT,
manusialah yang diperintahkan-Nya secara khusus untuk menembah/mengabdi kepada-Nya,
sebagaiamana dijelaskan dalam firman-Nya dalam QS:2:21(Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya).
Dalam hubungannya secara horizontal dengan makhluk lainnya maka manusia diberi
tugas/amanah (tanggung jawab) oleh Allah SWT. untuk menyelamatkan melestarikan Sumber Daya
Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) sebagaiamana dijelaskan dalam firman-Nya dalam
QS:2:29 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
2.1.4. Tugas Manusia
Manusia diberi tugas oleh Allah SWT. sebagai khalifah Allah SWT. (wakil Allah SWT.
penguasa di bumi) untuk memakmurkan bumi, menyelamatkan melestarikan Sumber Daya Manusia
(SDM), maka tugas kekhalifahan manusia itu merupakan konsekwensi logis dari eksistensi manusia
makhluk gabungan dari makhluk nyata dan makhluk ghaib, untuk menguasai, mengurus dan
melestarikan SDA dan kehidupan di bumi ini, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya QS: 6:165
dan QS.35:39 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Berkaitan dengan tugas manusia sebagai khalifah, maka manusia bertanggung jawab penuh
kepada Allah SWT untuk melaksanakan tugas dan fungsinya itu, sebagaimana dapat dipahami dari
firman Allah SWT. dalam QS. 3:72 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Firman Allah
SWT. ini mengingatkan manusia agar jangan sombong dan angkuh dalam melaksanakan tugas
kekhalifahan dalam kehidupannya, karena tugas kekhalifahan manusia bertujuan untuk menyembah
Allah SWT. sebagai Abdullah (hamba Allah) di bumi ini.
2.1.5. Fungsi Manusia
Pelaksanaan tugas manusia sebagai khlaifah Allah SWT. di bumi ini berfungsi pengabdian
kepada Allah SWT. sebagai ‘abdullah (hamba Allah SWT) untuk menyembah Allah SWT.,
sebagaimana diisyaratkan dalam QS:2:21, QS.51:56 dan QS.1:5 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya).
Sebelum ruh ditiupkan Allah ke dalam tubuh manusia, Allah SWT. telah memanggil setiap
ruh manusia untuk bersyahadat (bersaksi) mengakui bahwa Allah SWT. Tuhannya, agar manusia tahu
tentang fungsinya diciptakan Allah SWT. untuk menyembah Allah SWT.. Manusia pun telah

8
menyatakan kesaksiannya kepada Allah SWT. bahwa Tuhannya adalah Allah SWT. sebagaimana
dalam QS:7:172-173 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Dari firman Allah SWT. ini dapat dipahami bahwa ruh setiap manusia sewaktu akan ditiupkan
ke dalam tubuhnya, telah mengadakan perjanjian (bersyahadat) dengan Allah SWT. bahwa Tuhannya
adalah Allah SWT. Konsekwensi dari perjanjian ini, setiap manusia akan dimintai pertanggungan
jawab oleh Allah SWT. di akhirat kelak. Setiap perjanjian mempunyai konsekwensi, yaitu hak dan
kewajiban dari kedua belah pihak yang berjanji. Karena perjanjian itu terjadi antara manusia (makhluk)
dengan Allah SWT. (Khalik), maka hak pada manusia dan kewajiban pada Allah SWT diganti dengan
wewenang pada Allah SWT., karena Allah SWT. itu Maha Berdiri Sendiri (qiyamu binafsihi), tidak
terikat dengan sesuatu pun. Adapun wewenang Allah SWT. ialah memberi manusia segala
perlengkapan dasar untuk hidup, agar manusia mampu melaksanakan kewajibannya kepada Allah
SWT. dan wewenang manusia ialah menerima segala pemberian Allah SWT. . Maka pada Allah SWT.
hanya ada hak yaitu Hak untuk disembah oleh makhluk-Nya, dan Hak untuk mengatur manusia dengan
syri’atNya Agama yang diturunkan-Nya.
Pada manusia hanya ada kewajiban yaitu kewajiban untuk menyembah Allah SWT.
Konsekwensi perjanjian antara manusia dengan Allah SWT. itu ialah bahwa manusia wajib mematuhi
segala perintah Allah SWT. dan menghentikan segala larangan-Nya. Dengan demikian jelaslah, bahwa
eksistensi (status keberadaan) manusia adalah sebagai hamba Allah yang wajib menyemba-Nya dan
mematuhi Allah SWT..
Setelah manusia lahir ke dunia ini, sebagian besar telah lupa kepada perjanjian tersebut,
disebabkan karena godaan iblis, jin dan manusia kafir, fasik dan munafik, sebagaimana diingatkan
Allah SWT dalam QS.114:1-6 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Maka Allah SWT.
mengutus Rasul-Nya kepada manusia untuk mengingatkan manusia agar ingat akan perjanjianya
dengan Allah SWT., sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.88:21 (Baca artinya dalam al-
Qur‟an dan Terjemahannya). Maka dengan demikian, fungsi manusia sebagai ‘abdullah (hamba Allah)
akan memotivasi manusia memaksimalkan pelaksanaan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT, dan
pengabdiannya sebagai hamba Allah, sebab setiap aktivitas manusia dalam mengelola SDA, apabila
sesuai dengan petunjuk yang diberikan Allah SWT. kepada manusia dalam al-Qur‟an dan Hadits, Allah
SWT. berjanji memberikan keselamatan dan kebagiaan hidup manusia di dunia dan pahala yang
setimpal di akhirat, karena apa saja yang diciptakan Allah SWT. di langit dan bumi ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia) dalam beribadah menyembah Allah SWT. pada setiap aspek

9
kehidupannya, sebagaimana pernyataan Allah dalam QS.51:56 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya).
Setiap pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia akan bernilai ibadah kepada Allah SWT.
wajib dilandasi dengan niyat yang ikhlas untuk menyembah Allah SWT. semata, sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam QS.6:162 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya) dan dalam
Hadis Rasulullah SAW., artinya: Setiap amal (perbuatan) tergantung kepada niyatnya, setiap orang
akan memperoleh balasan dari apa yang diniyatkannya... (HR. Muslim).
2.1.6. Fungsi Makhluk Ghaib dalam Kehidupan Manusia
2.1.6.1. Fungsi Malaikat dalam Kehidupan Manusia
Malaikat adalah makhluk ghaib ciptaan Allah SWT. yang selalu bertasbih memuji Allah SWT.
dan patuh kepada perintah Alah SWT, sebagamana diisyarakan dalam QS.2:30 (Baca artinya dalam al-
Qur‟an dan Terjemahannya). Fungsi Malaikat diciptakan Allah SWT. terhadap manusia, antara lain
untuk mengawal dan menjaga manusia, , sebagamana diisyarakan dalam QS.13:11 (Baca artinya dalam
al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Allah SWT. menempatkan dua Malikat pada setiap manusia untuk mencatat setiap amal
perbuatan manusia, Malaikat Raqib di sebelah kanan dan Malaikat „Atid di sebalah kiri sebagamana
diisyarakan dalam QS.50:16-17 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Allah SWT.
mengutus malaikatnya kepada manusia yang istiqamah (tetap) meneguhkan imannya dalam
melaksanakan ajaran Islam, agar mereka tidak takut dan tidak gentar dalam hidupanya, sebagmana
diisyaratkan dalam QS.41:30 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
2.1.6.2. Fungsi Iblis dalam Kehidupan Manusia
Iblis berfungsi menggoda, mengganggu dan menyesatkan manusia dari kebenaran, karena iblis
sejak di dalam surga bersama malaikat, Adam dan Hawa, telah menyatakan keengkarannya kepada
Allah SWT., sebagaimana diisyaratkan dalam QS.2:34, 169 dan 208, dan QS.7:11-17 (Baca artinya
dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
2.1.6.3. Fungsi Jin dalam Kehidupan Manusia
Fungsi Jin diciptakan Allah SWT. adalah untuk menyembah Allah SWT sebagaimana
diisyaratkan dalam QS.51:65 sama dengan manusia. Akan tetapi dalam kenyataannya dalam kehidupan
manusia ada Jin berfungsi menyesatkan manusia dalam kehidupannya, sebagamana diisyarakan dalam
QS:72:6 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya). Oleh karena itu manusia diperintahkan
Allah ST. untuk berlindung kepada-Nya dari gangguan iblis, gangguan jin dan manusia jahat,
sebagamana diisyarakan dalam QS,114:1-6 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).

10
2.1.7. Fungsi Makhluk Nyata dalam Kehidupan Manusia
Semua makhluk nyata berupa sumber daya alam (SDA) diciptkan Allah SWT. berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia, sebagamana diisyarakan dalam QS.2:22, 29 (Baca artinya dalam
al-Qur‟an dan Terjemahannya). Sedangkan manusia diciptalan Allah SWT untuk saling bekerjasama
dalam memakmurkan bumi ini, menciptakan kehidupan yang sejahtera, harmonois, damai dan bahagia,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.49:13 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya). Agar manusia saling tolong menolong dalam berbuat baik dan ketakwaan,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.5:2 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
2.2. Agama Menurut Islam
2.2.1. Pengertian Agama Menurut Islam
Kata “agama” atau “religi” dalam al-Qur‟an dan Hadits, tidak dijumpai, dan tidak satu
katapun yang sepadan dengan kata “agama” atau “religi” tersebut, dilihat dari segi luas cakupan

pengertiannya. Islam memakai istilah ‫( الدين‬al-dîn) yang terdapat dalam al-Qur‟an yaitu 

(al-dîn al-Islam) dalam Q.S. 3:19 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).

Kata  (al-dîn) yang diartikan dalam bahasa Indonesia dengan agama kurang tepat,

sebaba arti kata al-dîn secara bahasa ialah kemenangan, kekuasaan, paksaan dan peribadatan. Menurut
Abul A‟laa al-Maududi kata al-dîn memilki empat arti, yaitu paksaan dan tekanan dari yang
mempunyai kekuasaan yang tertinggi, mematuhi dan menghambakan diri dari pihak yang tunduk
kepada yang mempunyai kekuasaan, ketentuan hukum, undang-undang dan tata cara yang mesti
dipenuhi dan perhitungan, pelaksanaan hukum, balasan dan siksaan.

Kata al-Islam berasal dari bahasa Arab:  artinya berserah diri, akar katanya ialah

salam dan salamah, berarti selamat, sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dalam al-Qur‟an ditemui
kata-kata aslama dalam bentuk masdar, dalam berbagai ungkapan kalimat, dalam QS.3:67: musliman,
artinya berserah diri kepada Allah. Dalam QS. Q.S. 2:133:muslimûn artinya tunduk patuh kepada
Allah. Dalam QS. Q.S. 6:163: a-lmulimîn artinya menyerahkan diri kepada Allah.
Berdasarkan kepada pengertian al-dîn dan al-Islam dapat dirumuskan pengertian dîn al-Islam,
ialah hukum-hukum Allah SWT. dalam al-Qur‟an yang diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya Nabi
Muhammad SAW. dan dalam Sunnah Rasul-Nya untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia agar
mencapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia di dunia dan di akhirat, bebas dari azab neraka, sesuai
11
dengan do‟a yang Allah ajarkan dalam QS:2:201-202 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya). Maka agama Islam adalah Agama wahyu yang diturunkan Allah SWT. kepada para
Nabi dan Rasul-Nya. sejak dari manusia pertama Adam AS. dan berakhir pada Nabi Muhammad SAW.
2.2.2. Sejarah Agama Menurut Islam
Kehidupan manusia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan agama yang dianutnya,
karena agama merupakan salah satu hak asasi fundmental manusia dari hak asasi manusia (HAM)
yang telah diberikan Allah SWT. kepada manusia sejak mansia pertama Adam dan Hawa diciptakan
Allah SWT., dan ketika penciptaan keturunan Adam dan Hawa, sebagaimana diisyaratkan dalam
QS.2:37 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Kebebasan beragama diakui secara internasional. Dalam ajaran Islam agama adalah kebenaran
mutlak sebagai hak asas manusia, sehingga keyakinan agama tidak bisa dipaksakan kepada seorang
manusia, sebagaimana diisyaratkan dalam QS.2:256 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan
Terjemahannya).
Wewenang menetapkan agama bagi manusia sebagai pedoman dan petunjuk dalam menjalani
hidupnya merupakan Hak Asasi Allah SWT. Karena manusia adalah produk ciptaan Allah SWT., maka
Allah SWT.-lah yang berwenang secara mutlak mengeluarkan pedoman dan petunjuk bagi manusia
untuk menjalani kehidupannya.
Di zaman industri yang berbasis teknologi modern ini, tidak sulit oleh akal sehat untuk
menerima konsep ini, karena setiap produk teknologi pasti ada petunjuk penggunaannya, yang
dikeluarkan oleh industri yang meproduksinya. Begitu pula manusia, karana manusia adalah produk
ciptaan Allah SWT. maka Allah SWT-lah yang berwenang mengeluarkan petunjuk menggunakan
produk-Nya, yang diberinya nama manusia itu. Petunjuk itu adalah al-Qur‟an dan sunnah Rasul-Nya,
sebagaimana dalam firman Allah SWT., dalam QS.2:185, QS.10: 57 dan QS.4:59 (Baca artinya dalam
al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Dilihat dari sudut sejarah agama wahyu, bahwa fungsi wahyu diturunkan Allah kepada
manusia adalah petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di bumi ini, bahwa seluruh
Agama yang diturunkan Allah SWT. adalah Din-al-Islam, sebagaimana diisyaratkan dalam QS. 3:19,
QS. 3:85, QS. 21:92, QS. 23:51-52 dan QS.21:92 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Berdasarkan kepada ayat al-Qur‟an tersebut, jelaslah bahwa semua Agama yang dianut oleh para Nabi
dan Rasul Allah SWT. memiliki konsep keimanan yang sama, yaitu akidah Tauhid, beriman kepada
Allah Tuhan Yang Maha Esa dan hari akhirat. Maka agama wahyu yang murni akidahnya, ajarannya,
dan kesucian Kitab sucinya sampai sekarang adalah Agama Islam (dîn al-Islam) yang diturunkan Allah

12
SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.3:19 dan QS.3:
85 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).Nama agama yang diberikan Allah SWT.
kepada manusia sebagai petunjuk penggunaan produk-Nya. ini adalah Dîn al-Islam (Agama Islam),
sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam firman-Nya, QS 3:19, QS 3:85 (Baca artinya dalam al-
Qur‟an dan Terjemahannya).
Fakta sejarah membuktikan bahwa hidup manusia selalu berada di bawah suatu sistim
keyakinan yang dipercayainya, sebagai suatu tabi‟at yang merata pada setiap manusia, karena manusia
memiliki potensi spritual (mengenal Tuhan) yang dibawa oleh ruh (jiwa) manusia sebagai fitrah
(tabi‟at) beragama semenjak manusia itu diciptakan Allah SWT. (Adam dan Hawa), atau semenjak
lahir pada keturunan Adam dan Hawa. Manusia yang pertama beragama di dunia ini adalah Adam AS.
dan Hawa Istrinya.
Potensi spritual inilah yang menyebabkan manusia mampu menangkap tentang kebenaran
adanya Allah SWT. Sang pencipta alam semesta, menangkap dan menerima kebenaran ajaran Islam
dalam wahyu-Nya (al-Qur‟an) dan adanya utusan-Nya Nabi dan Rasul-Nya, yang menyampaikan
wahyu-Nya kepada manusia sebagai petunjuk bagi manusia dalam memakai seluruh potensi hidupnya.
Selain potensi spiritual (beragama), manusia juga memiliki potensi emosional (merasa), intelektual
(berfikir) dan nafsu (dorongan biologis makan/minum dan sex) sebagai akibat bersatunya jiwa (rohani)
dengan jasad (jasmani). Agama berfungsi menuntun manusia dalam memenuhi kebutuhan potensi
spritual, potensi emosional, potensi intelektual dan potensi nafsunya.
Manusia selalu berusaha memenuhi kebutuhan dorongan nafsu biologis makan/minumnya
untuk mempertahankan hidup agar dapat melaksakakan tugas kekhalifahannya untuk menyembah
Allah SWT, serta memenuhi kebutuhan dorongan nafsu seksual untuk mempertahankan kelanjutan
keturunannya. Manusia selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan spritual, emosional dan
intelektualnya guna mencari kebenaran sebatas yang mampu ditangkap oleh potensi dan indera
manusia. Maka dengan demikian manusia adalah makhluk yang selalu mencari kebenara Tuhan.
Pengalaman manusia dalam mencari kebenaran diabadikan Allah SWT. dalam QS.6:74-83,
yaitu pengalaman Nabi Ibrahim AS. yang berawal dari pertanyaannya yang tidak terjawab oleh ayah
dan ibunya, ketika Ibrahim telah menginjak usia remaja, ia berdialog dengan ayah/ibunya dengan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: Tanya Ibrahim: Siapakah yang meciptakan diriku?Jawab
Ayah/Ibu Ibrahim: Yang menciptakan kamu adalah kami berdua. Karena engkau ada di dunia ini
disebabkan kami berdua. Tanya Ibrahim: Siapa yang menciptakan ayah dan ibu? Jawab Ayah/Ibunya :
Yang meciptakan kami adalah nenek dan kakekmu, karena kami lahir disebabkan mereka. Tanya

13
Ibrahim:Siapakah yang menciptakan manusia pertama? Jawab Ayah/Ibunya:Kami tidak tahu! (Baca:
Qishashul-Ambiya (Sejarah 25 Rasul:40-42)
Untuk mencari jawaban dari pertanyaannya itu Ibrahim melakukan riset, yaitu observasi
(pengamatan) terhadap fenomena alam yang terjadi di langit dan di bumi, sebagaimana dujelaskan
Allah SWT dalam firman-Nya Q.S.6:74-83 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Akibat dari proses berpikir manusia yang selalu dinamis, telah terjadi perpindahan pemikran
agama dalam kehidupan manusia, yang mengakibatkan manusia keluar dari fitrah agamanya yang suci
(agama Islam), sehingga manusia menciptakan agama dengan anggapannya dan pikirannya sendiri
yang membuat kepercayaannya sendiri, atau tidak beragama sama sekali, disebabkan karena manusia
hanya semata-mata menggunakan potensi emosional dan intelektualnya secara bebas berdasarkan
dorongan hawa nafsunya, tanpa dituntun oleh wahyu Tuhan, bahkan ada manusia yang menjadikan
hawa nafsunya sebaga tuhannnya, sebagaimana diisyaratkan dalam Q.S. 45:23-24 (Baca artinya dalam
al-Qur‟an dan Terjemahannya).
Manusia diciptakan Allah SWT. lengkap dengan fitrah beragama, yang menyebabkan
manusia itu mampu mengatakan realitas secara benar apa adanya. Sikap konsistensi seorang terhadap
agamanya terletak pada penerimaan dan pengakuannya terhadap ajaran Agama Islam sebagai satu-
satunya Agama yang di ridhai Allah Allah SWT., sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.3:19,
artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Untuk membentuk sikap
konsisten dalam meyakini ajaran Agama Islam diperlukan usaha mengenal konsep ajaran Islam secara
utuh dan sempurna, menyeluruh dan total tentang ajaran Agama Islam, sebagaimana diisyaratkan
dalam QS.2:208 (Baca artinya dalam al-Qur‟an dan Terjemahannya).
2.2.3. Syarat Agama Menurut Islam
Berdasarkan definisi agama menurut Islam yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan syarat-
syarat Agama Menurut Islam yaitu:
2.2.3.1. Ajarannya bersumber kepada Wahyu (Firman Tuhan) yang diwahyukan-Nya kepada Rasul
(utusan-Nya) agar disampaikannya kepada manusia sebagai pertunjuk bagi manusia dalam
menjalani kehidupannya di dunia.
2.2.3.2. Meyakini adanya Tuhan bersifat monoteisme mutlak (tauhid), yaitu beriman kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa.
2.2.3.3. Meyakini adanya Rasul yang diutus Tuhan untuk menyampaikan ajaran Agama itu kepada
manusia. Allah SWT. telah mengutus Nabi dan rasul-Nya kepada setiap umat terdahulu, dan

14
terakhir Allah SWT. mengutus Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul-Nya, kepada seluruh
manusia di bumi ini.
2.2.3.4. Ajarannya Mengandung undang-undang atau hukum-hukum tentang semua aspek kehidupan
manusia.
2.2.3.5. Visi ajarannya menyatakan bahwa manusia hidup di dunia hanyalah untuk menyembah Allah
SWT., dan bertanggung jawab hanya kepada Allah SWT saja. Meyakini bahwa kehidupan di
dunia hanyalah bersifat sementara, namun setiap manusia berhak memperoleh keselamatan
dan kebahagiaan hidup di dunia sesuai dengan ajaran Tuhan, sedangkan kehidupan akhirat
adalah kehidupan yang kekal abadi yang penuh dengan kebahagiaan yang tiada tara, sebagai
tujuan akhir dari segala aktifitas keghidupan di dunia ini.
2.2.3.6. Misi ajarannya menyatakan bahwa manusia hidup di dunia sebagai khalifah Allah di bumi,
bertugas unuk memakmurkan bumi, bersama-sama membangun kehidupan yang sejahtera dan
bahagia di bumi, semua aktivitas manusia dinilai oeh Allah SWT. untuk beribadah
menyembah Allah SWT.
2.2.3.7. Ruang lingkup pokoknya ajarannya mencakup keimanan sebagai pondasi keyakinannya
(iman), hukum-hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, (syari’ah/hukum)
dan akhlak mulia (akhlak al-karimah) yang mengatur seluruh sikap dan tingkah laku manusia.
2.3.3. Fungsi Agama dalam Kehidupan Menurut Islam
Fungsi Agama dalam kehidupan manusia menurut Islam adalah:
2.3.3.1. Pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk melaksanakan semua aktivitas kehidupannya di
dunia.
2.3.3.2. Mengetahui hekekat dan tujuan hidup manusia.
2.3.3.3. Mengetahi perjalanan kehidupan manusia dari awal diciptakan sampai akhir dari dunia sampai
ke akhirat.
2.3.3.4. Mengetahui visi dan misi hidup manusia di muka bumi ini.
2.3.3.5. Mengetahui hak dan kewajiban manusia dan tanggung jawab manusia.
2.3.3.6. Mendidik potensi SDM agar menjadi cerdas, sehingga manusia dapat membuktikan dirinya
sebagai khalifatullah untuk mengelola SDA di bumi.
2.3.3.7. Mengetahui kepada siapa manusia beriman, menyembah, berhukum dan berakhlak di dalam
kehidupannya.

15
3. Ruang Lingkup Agama Islam
Secara garis besar ruang lingkup Agama Islam itu terbagi kepada ‘Aqidah Islamiyah, Syari’ah
Islamiyah dan akhlak Islamiyah yang saling berhubungan, sebagaimana dalam bagan berikut:
Ruang Lingkup Agama Islam (Dînul-Islam)

1. Iman kepada Allah I 1. Syahadatain


b
2. Iman kepada Malaikat Allah a 2. Shalat
d
3. Iman kepada Kitabullah a 3. Zakat
a. a. h
„Aqidah 4. Iman kepada Rasulullah K 4. Puasa
Islamiyah a. h
5. Iman kepada hari akhirat yang 5. Haji
1. u
ditetapkan Allah s
A u
6. Iman kepada qadha yang telah 1.Sosial
G s
ditetapkan Allah dan Qadar
A baik dan bruk pada setiap akhir 1. 2. Ekonomi
M usaha manusia
A 3. Politik
2.
I Syari’ah Islamiyah 4. Hukum
S 2 Ibadah Mu‟amalah
L 5. Filsafat
A
M 1) Akhlak terhadap Akhlak terhadap Rasul 6. IPTEK
Khaliq (Allah)
3.
7.Pendidikan
Akhlak
Islamiyah Nilai sikap/tingkah laku dari pelaksanaan 8. Olah Raga
Aqidah, syari‟ah ibadah dan Mu‟amalah
9. Seni
Akhlak terhadap makhluk Akhlak terhadap
2 2.
manusia 10. Pakaian
1
Akhlak terhadap bukan Ayah/ibu,diri sendiri, karib/ 11. Pergaulan
manusia: kerabat, keluarga,jiran,
12.Makanan/
1. Makhluk gaib:Malaikat, sesama,lawanjenis,pergaulan
minuman
jin dan iblis berpakaian, makan/minuman
bermasysrakat, berbangsa 13. Perumahan
2. Makhluk nyata: Flora, dan bernegara.
fauna,dan alam lingkungan

16
TUGAS DAN LATIHAN
Tugas Pilihan 1
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan pemahaman anda tentang materi yang dibahas dalam bab ini?
1. Jelaskan manusia menurut Ilmu pengetahuan, dan majurut Agama Islam ?
2. Jelaskan dua pendapat tentang pengertian asal usul kata agama, dan pendapat yang manakah yang
benar, apa alasannya?
3. Jelaskan perbedaan definisi agama/religi dan dinul-Islam?
4. Jelaskan keberadaan agama menurut ilmu pengetahuan dan manurut Islam?
5. Jelaskan bahwa agaman Yahudi dan agama Nasrani (Kristen) termasuk ke dalam agama budaya
berdasarkan dalilal al-Qur‟an?
6. Jelaskan sejarah Agama dalam Kehidupan Manusia Menurut Ilmu Pengetahuan, dan manurut
Agama Islam?
7. Jelaskan eksistensi (keberadaan) manusia diciptakan Allah SWT. diantara makhluk ciptaan-Nya,
dengan menganalisis bagan makhluk?
8. Jelaskan tugas dan fungsi manusia diciptakann Allah SWT. berdasarkan analisis dalil arti ayat al-
Qur‟annya?
9. Jelaskan, kenapa setelah manusia lahir ke dunia, banyak yang lupa akan perjanjiannya dengan
Allah SWT.?
10. Jelaskan apa yang harus dilakukan manusia agar setiap pelaksanaan tugas kekhalifahannya bernilai
pengabdian kepada Allah SWT., berdasarkan analisis arti dalil Hadis Nabi?
11. Jelaskan fungsi masing-masing makhluk ghaib diciptakan Allah SWT., terhadap kehidupan
manusia, berdasarkan analisis arti dalil ayat al-Qur‟an?
12. Jelaskan fungsi masing-masing makhluk nyata diciptakan Allah SWT., terhadap kehidupan
manusia, jelaskan berdasarkan analisis arti dalil ayat al-Qur‟an?
13. Jelaskan pengertian agama menurut Islam, dan pengertian dîn al-Islam ( ‫ )دين االسالم‬berdasakan
analisis arti dalil ayat al-Qur‟an?
14. Jelaskan agama apa yang diturunkan Allah SWT. kepada semua para Nabi dan Rasul-Nya?
Bagimana dengan agama Yahudi dan Nashrani (Kristen) ? jelaskan berdasarkan analisis arti dalil
ayat al-Qur‟an?
15. Jelaskan Agama wahyu yang masih murni hingga saat ini, berdasakan analisis arti dalil ayat al-
Qur‟an?
16. Jelaskan syarat agama menurut Islam, berdasakan analisis arti dalil ayat al-Qur‟an?

17
17. Jelaskan fungsi Agama dalam kehidupan menurut Islam, berdasakan analisis arti dalil ayat al-
Qur‟an?
18. Jelaskan pengalaman Nabi Ibrahim dalammencari kebenaran, berdasakan analisis arti dalil ayat al-
Qur‟an?
19. Jelaskan penyebab terjadinya perpindahan (transformasi) agama dalam kehidupan manusia, yang
mengakibatkan diantara manusia ada yang keluar dari fitrah agamanya yang suci (Dînul-Islam),
sehingga manusia meciptakan agama, berdasakan analisis arti dalil ayat al-Qur‟an?
20. Jelaskan apa yang harus dilakukan untuk membentuk sikap konsisten dalam meyakini Agama
Islam yang dianut, sehingga dapat membedakan Agama Islam dengan agama lain, berdasakan
analisis arti dalil ayat al-Qur‟an?
21. Buatlah ruang lingkup Agama Islam dalam bagan secara unum dan secara khusus pada masing-
masing aseknya?

Tugas Pilihan 2
Buatlah makalah dengan judul:
FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Batasan Masalah:
1. Manusia dan Agama Menurut Ilmu dan Filsafat
2. Manusia dan Agama Menurut Islam
3. Sejarah Agama dalam Kehidupan Manusia Menurut Ilmu dan Filsafat
4. Sejarah Agama dalam Kehidupan Manusia Menurut Islam
5. Syarat Agama Menurut Islam
6. Fungsi Agama dalam Kehidupan Manusia

18
BUATLAH KONTROL DISKUSI/SEMINAR, SEBAGAI BUKTI ANDA TELAH MEMBUAT
TUGAS BERDASARKAN HASIL BACAAN ANDA TERHADAP SELURUH MATERI
KULIAH DALAM MODUL INI.
SESUAI DENGAN FORMAT DI BAWAH INI

INTRUKSI:
TULIS PERTANYAAN ANDA TERHADAP MATERI KULIAH YANG BELUM ANDA
PAHAMI PADA MODUL INI DI KOLOM PERTANYAAN SAYA TERHADAP MATERI
MODUL KULIAH YANG BELUM SAYA PAHAMI. MINIMAL 3 PERTANYAAN
MAKSIMAL 5 PERTANAYAAN
KEMUDIAN DISKUSIKAN PERTANYAAN TERSEBUT DENGAN TEMAN ANDA DALAM
KELOPOK SEMINAR/DISKUSI ANDA PADA MINGGU INI MELALUI DISKUSI DARING
YANG DIPIMPIN OLEH SALAH SEORANG ANGGOTA KELOMPOK SECARA BERGILIR.
KEMUDIAN BUAT PERTANAYAAN TEMAN ANDA RINGKASAN JAWABANYA PADA
KOLOM YANG TERSDIA
ANGGOTA KELOMPOK SEMINAR/DISKUSI MAKSIMAL 10 ORAMG, MINIMAL 5
ORANG YANG DIBAGI OLEH KETUA KOMTING
LAPORAN KONTROL DISKUSI/SEMINAR INI DALAM LEMBARAN TERPISAH DENGAN
TUGAS DAN DITEMPATKAN PADA HALAMAN TERAKHIR SETELAH HALAMAN
TUGAS

JUDUL:
KONTROL DISKUSI/SEMINAR TGL......... NAMA:............... BP..............

PERTANYAAN SAYA TERHADAP MATERI MODUL KULIAH


YANG BELUM SAYA PAHAMI
1.
2.
3. MINIMAL
4.
5. MAKSIMAL
PERTANYAAN PESERTA SEMINAR DAN JAWABANNYA
Moderator Diskusi/Seminar: Nama:.........................................BP...........................
No NAMA NO. BP ISI PERTANYAAN IRINGKASAN JAWABAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

19
KEPUSTAKAAN
Agus, Bustanuddin, MA., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Pustaka Univ. Andalas,
1984
-------------------------------, Prof, DR., Sosiologi Agama, Unand Press, Padang, 2003
Al-Syaibani, Omar Muhammad, Al-Toumy, Prof. DR., Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1978
nshari, H. Saifuddin (ESA), MA., Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu Surabaya, 1985
Ash-Shiddieqy, T. Hashby, Prof. DR., al-Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977
Ali, Maulana Muhammad, MA., LLB. Islamologi, Mutiara Medan, Jakarta, 1980
Buchaille, Maufiche, DR., Bibel, al-Qur’an dan Sains Modern, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
Daud, Ma‟mur, Terjemahan Shahih Muslim, Widjaya Jakarta, 1993
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Bahan Penataran P 4 Pola 100 Jam dan 45 Jam, Jakarta
1989/1990
Farid, Miftah, Drs., Pokok-pokok Ajaran Islam, Salman ITB, Bandung, 1982
Gazalba, Sidi, Drs., Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
________________., Ilmu, Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, Bulan Bintang, Jkarta,
1978
Kusumamihardja, Supan, Drh. M.Sc. dkk. Studia Islamica, Rajawali, Jakarta, 1985
Muhaimin, et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Kencana, Jakarta, 2005.
Mulia TGS. Prof. DR. dkk., Ensiklopedia Indonesia, Jakarta, 1976
Oesen, Ahmad Amin, DR., Filsafat Islam, Jakarta, 1976
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976
Poejawiyatna, Ir. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta, 1978
Rasyidi, Prof. DR., Filsafat Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1983
Subhi al-Shaleh, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, (terjemahan, Tim Pustaka Firdaus), Pustaka Firdaus,
1996.
Surachmad Winarno Prof. DR., Pengantar Penyelidikan Ilmiah, Dasar-dasar dan Metode, Jammers,
Bandung, 1985
Syari‟ati, Ali, DR., Ideologi Kaum Intelektual, Wawasan Islam, Mizan, Bandung, 1984
Tem Departemen Agama RI., Dasar-dasar Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984
Zaini, Syahminan, Drs. Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’a, Bina Ilmu, Surabaya, 1980.

20

Anda mungkin juga menyukai