ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.R USIA 28 TAHUN AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 1 BULAN
DI PUSKESMAS MENTENG
Disusun Oleh :
Nama : Nor Rahmi
NIM : PO.62.24.2.20.346
Prodi : Profesi Bidan
HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.R USIA 28 TAHUN AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 1 BULAN
DI PUSKESMAS MENTENG
Disusun Oleh :
Nama : Nor Rahmi
NIM : PO.62.24.2.20.346
Prodi : Profesi Bidan
Pembimbing Institusi
Tanggal : 21 febuari 2021 Noordiati, SST., MPH
Di: Poltekkes Kemenkes Palangka NIP. 1978006082001122001
Raya
DAFTAR ISI
SAMPUL HALAMAN
DAFTAR ISI.................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
D. Manfaat............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana..................................................................... 3
1. Definisi Keluarga Berencana....................................................................... 3
2. Tujuan Keluarga Berencana......................................................................... 3
3. Konseling Keluarga Berencana.................................................................... 4
4. Metode Keluarga Berencana........................................................................ 9
a. Kontrasepsi Non Hormonal................................................................... 10
b. Kontrasepsi Hormonal........................................................................... 10
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).............................................. 11
d. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)................................................ 11
e. Kontrasepsi Mantap............................................................................... 12
B. Evidence Based Practice Pada Akseptor KB...................................................... 13
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................................... 18
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................ 29
A. Analisa Masalah................................................................................................... 29
B. Prioritas Masalah.................................................................................................. 29
C. Alternatif Pemecahan Masalah............................................................................. 29
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 30
A. Kesimpulan........................................................................................................... 30
B. Saran..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga Berencana merupakan suatu program yang membantu pasangan suami
istri untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera dengan cara
perencanaan kehamilan dan sebaliknya menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Ade Ayu Prawita & Aneka Sastrawati
Gulo, 2018)
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh
lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi
305,6 juta pada tahun 2035. Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun
penduduk Indonesia selama periode 2010-2035 menunjukkan kecenderungan terus
menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2030-2035 laju pertumbuhan penduduk turun
dari 1,38 persen menjadi 0,62 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini
ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian (Badan Pusat Statistik, 2013).
Masih tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh karena masih
besarnya jumlah pasangan usia subur yang melakukan pernikahan di usia dini sehingga
membuat pemerintah merasa perlu melakukan program penekanan angka kelahiran.
Salah satu diantara program tersebut berupa penyuluhan yang mengenalkan alat
kontrasepsi, yakni alat kontrasepsi suntikan. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan
upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Ade Ayu
Prawita & Aneka Sastrawati Gulo, 2018)
Kontrasepsi suntikan mengandung suatu cairan berisi zat berupa hormon estrogen
dan progesteron ataupun hanya progesteronnya saja untuk jangka waktu tertentu yang
dapat mencegah terjadinya kehamilan. Metode suntikan KB telah menjadi gerakan
keluarga berencana nasional serta peminatnya semakin bertambah oleh karena suntik KB
sangat aman, sederhana, efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak
menimbulkan gangguan dan dapat digunakan paska persalinan. Salah satu efek samping
yang sering terjadi akibat dari penggunaan alat kontrasepsi KB suntik pada umumnya
1
adalah pertambahan berat badan. Pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi
antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, dan Penyebabnya tidak jelas,
tetapi tampaknya terjadinya pertambahan lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan
tubuh. Oleh karena hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, sehingga menyebabkan
akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Ade Ayu Prawita & Aneka Sastrawati Gulo,
2018)
B. Rumusan Masalah
Berdasaran latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan
masalah, yaitu bagaimana asuhan kebidanan pada akseptor lama KB suntik 1 bulan
terhadap Ny.R usia 28 tahun di Puskesmas Menteng?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB secara holistik
dengan pendekatan manajemen kebidanan dan melakukan dokumentasi SOAP
berdasarkan Evidence Based Pratice.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan teori dasar kontrasepsi
b. Menjelaskan Kontrasepsi suntik 1 bulan
c. Menjelaskan beberapa terapi berdasarkan Evidance Based Practice
D. Manfaat Penulisan
1. Penulis
Praktik kebidanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi ini untuk
melaksakan asuhan kebidanan, menerapkan teori, konsep dan prinsip kebidanan serta
melakukan dokumentasi secara SOAP dengan pendekatan holistik berdasarkan
Evidence Based.
2. Klien
Klien akan mendapatkan edukasi tentang keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi terutama tentang jenis-jenis, keuntungan dan kerugian dari program
keluarga berencana, serta bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi.
2
3. Bagi Profesi Bidan
Seminar kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan panduan bagi tenaga
kesehatan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan serta meningkatkan
profesionalisme tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan kebidanan secara holistik
berdasarkan Evidence Based.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
3. Konseling Keluarga Berencana
Konseling merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi
efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan
antara pemberi dan penerima, sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan
umpan balik seimbang, dan melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Konseling merupakan unsur yang penting dalam pelayanan keluarga berencana
dan kesehatan reproduksi karena melalui konseling klien dapat memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya serta
meningkatkan keberhasilan KB. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu
dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang
diberikan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Teknik
konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan
secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya
yang ada.
Berdasarkan PMK No 97 2014 Pelayanan KIA Pasal 18 ayat (2) yaitu tentang
pemberian atau pemasangan kontrasepsi sebagaimana dimaksud harus didahului
oleh konseling dan persetujuan tindakan medik (Informed Consent). Penggerakan
pelayanan kontrasepsi sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 Ayat 1 tentang
Konseling Keluarga Berencana, dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
atau tempat pelayanan lain, berupa komunikasi, informasi, dan edukasi tentang
metode kontrasepsi yang harus dilakukan secara lengkap dan cukup sehingga pasien
dapat memutuskan untuk memilih metoda kontrasepsi yang akan digunakan
(informed choise).
a. Tujuan Konseling Keluarga Berencana
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
1) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
2) Memilih metode KB yang diyakini.
3) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.
4) Memulai dan melanjutkan KB.
5) Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang
tersedia.
6) Memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan
keputusan secara tepat
5
7) Membantu pemenuhan kebutuhan klien meliputi menghilangkan perasaan
yang menekan/mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang positif
8) Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif dan yang
merugikan klien menjadi menguntungkan klien.
9) Meningkatkan penerimaan
10) Menjamin pilihan yang cocok
11) Menjamin penggunaan cara yang efektif
12) Menjamin kelangsungan yang lama.
b. Manfaat Konseling Keluarga Berencana
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya
adalah:
1) Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
2) Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
3) Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
4) Membangun rasa saling percaya.
5) Menghormati hak klien dan petugas.
6) Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
7) Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
c. Prinsip Konseling Keluarga Berencana
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri, Tidak memaksa, Informed
consent (ada persetujuan dari klien); Hak klien, dan Kewenangan. Kemampuan
menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah keterampilan yang digunakan
seseorang sesuai dengan profesinya yang meliputi :
1) Pengajaran
2) Nasehat dan bimbingan
3) Pengambilan tindakan langsung
4) Pengelolaan
5) Konseling
d. Hak Klien
Dalam memberikan pelayanan kebidanan bidan harus memahami benar hak
calon akseptor KB. Hak-hak akseptor KB adalah sebagai berikut:
1) Terjaga harga diri dan martabatnya.
2) Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
6
3) Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
5) Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
6) Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.
e. Peran Konselor
Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada
pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang
konselor adalah sebagai berikut:
1) Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang
paling sesuai dengan kebutuhannya.
2) Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai
metode kontrasepsi yang tersedia.
3) Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan
Persetujuan Tindakan Medik.
f. Jenis Konseling
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
1) Konseling Umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga
berencana atau PLKB. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari
berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi,
tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
2) Konseling Spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter/bidan/konselor.
Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan,
alternatif, keuntungan keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
3) Konseling Pra dan Pasca Tindakan
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator atau
konselor atau dokter atau bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik
tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta
penjelasan lisan atau instruksi tertulis asuhan mandiri.
7
g. Pemberi dan Tempat Melakukan Konseling
Kenyataan yang ada dilapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat
dijangkau oleh klien. Oleh karena itu tempat pelayanan konseling untuk melayani
masyarakat yang membutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat
pelayanan konseling, yaitu:
1) Konseling KB di lapangan (non klinik)
Konseling ini dilaksanakan oleh para petugas dilapangan yaitu PPLKB,
PLKB, PKB, PPKBD, SU PPKBD, dan kader yang sudah dapat pelatihan
konseling dan berstandar. Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi
KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perorangan. Adapun informasi
yang dapat diberikan mencakup:
a) Pengertian manfaat perencanaan keluarga.
b) Proses terjadinya kehamilan/ reproduksi sehat.
c) Informasi berbagai kontrasepsi yang lengkap dan benar meliputi cara kerja,
manfaat, kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan,
kontraindikasi, tempat kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan, serta biaya.
2) Konseling KB di klinik
Konseling ini dilaksanakan oleh petugas medis dan para medis terlatih
diklinik yaitu dokter, bidan, perawat, serta bidan di desa. Pelayanan konseling
di klinik dilakukan agar diberikan secara perorangan diruangan khusus.
Layanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai
pemantapan hasil konseling dilapangan, sebagai berikut :
a) Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.
b) Memastikan bahwa kontasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi
kesehatannya.
c) Membantu klien memilih kontrasepsi lain, seandainya yang dipilih ternyata
sesuai dengan kondisi kesehatannya.
d) Merujuk klien seandainya kontrsepsi yang dipilih tidak tersedia diklinik
atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya
pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain.
e) Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa
klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.
8
h. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan:
1) Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi:
a) Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu
klien.
b) Menggunakan komunikasi satu arah.
c) Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
2) Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan
sebagai berikut:
a) Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia.
b) Menyediakan informasi terkini dan isu.
c) Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah.
d) Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa.
e) Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
3) Konseling KB
Konseling KB antara lain:
a) Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan.
b) Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi.
c) Membantu klien membuat pilihan sendiri.
4. Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan oleh satu pihak
atau kedua belah pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang sudah matang.
Manfaatnya yaitu mencegah terjadinya kematian, mengurangi angka kesakitan ibu
dan anak, mengatur kelahiran anak sesuai yang diinginkan dan dapat menghindari
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (Laode Muhamad Sety, 2014).
9
a. Kontrasepsi Non Hormonal
Tabel 1. Jenis-Jenis Kontrasepsi Non Hormonal
Jenis Pengertian
Metode Lendir Serviks : Metode KB dengan cara menghindari senggama pada
masa subur
Metode Amenorea Laktasi (MAL) : Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi
yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.
MAL merupakan suatu metode kontrasepsi sementara
yang cukup efektif, selama klien belum mendapat
haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan
pascapersalinan, efektifitas bisa mencapai 98% bila
menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat
cukup asupan per laktasi.
b. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan hormon progesteron atau kombinasi
estrogen dan progesrteron, prinsip kerjanya mencegah pengeluaran sel telur dari
kandung telur. Mengentalkan cairan dileher rahim sehingga sulit ditembus sperma,
membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak untuk tumbuh hasil
konsepsi, sehingga sel telur berjalan lambat sehingga mengganggu waktu
pertemuan sperma dan sel telur (Rodiani & Chania Forcepta, 2017).
Tabel 2. Jenis-Jenis Kontrasepsi Hormonal
Jenis Pengertian
Pil KB
Pil Progestin (Mini Pil) : Pil Progesterin terbagi menjadi 2 jenis, yaitu dalam
bentuk kemasan isi 35 pil (300 μց levonogestrel / 350 μց
norentindron) dan kemasan isi 28 pil (75 μց norgestrel).
10
tanpa hormon aktif.
Trifasik : tablet mengandung hormon estrogen dan
progesteron dengan tiga dosis berbeda, dan 7 tablet
tanpa hormone aktif.
Suntik KB
Suntik Progestin (3 bulan) : Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA),
mengandung 150 mg DMPA yang diberikan secara
injeksi I.M setiap 3 bulan (daerah bokong).
Depo Noretisteron enantat (Depo Noristerat),
mengandung 200 mg noretindron enantat.
11
7) Timbul keluhan, seperti nyeri kepala, BB naik turun, nyeri payudara, perasaan
mual, kepala pusing, perubahan mood.
8) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
e. Kontrasepsi Mantap
1) MOW (Medis Operatif Wanita)
MOW (Medis Operatif Wanita) / tubektomi atau juga dapat disebut
dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua
saluran telur kanan dan kiri yang menyebabakan sel telur tidak dapat melewati
saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma
laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wanita
tidak akan turun. Kontrasepsi MOW memiliki angka kegagalan yang paling
kecil (baik secara teoritis maupun praktek) dibandingkan dengan alat
kontrasepsi lainnya. Secara teoritis angka kegagalan kontrasepsi MOW yaitu
mencapai 0,04 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan dan dalam praktek angka kegagalan kontrasepsi MOW yaitu 0,1
0,5 kehamilan per 100 wanita dalam tahun pertama penggunaan (Rodiani &
Chania Forcepta, 2017).
2) MOP (Medis Operatif Pria)
MOP (Medis Operatif Pria) / vasektomi adalah pemotongan vas deferens
(saluran yang membawa sperma dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli
bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit. Pria yang menjalani
vasektomi sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karen
biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi (Dr.
Jeini Eser Nelwan, 2019).
Dengan kontrasepsi vasektomi, seorang pria tidak bisa lagi menghamili
wanita karena saat ejakulasi air mani pria tidak mengandung sel sperma. air
mani pria yang terpancar ke dalam vagina saat berhubungan intim bukan
hanya mengandung sel sperma, tetapi juga terdapat cairan seminal dan getah
yang dihasilkan oleh prostat. Percampuran ketiga cairan tersebut menjadikan
air mani berbentuk kental dan memiliki volume yang banyak. Saat ejakulasi
seorang pria pada umumnya menghasilkan 5 cc air mani, volume air sperma
bisa bertambah atau berkurang tergantung kesehatan pria tersebut. Dari 5 cc
12
air sperma tersebut yang berisi sel sperma hanya 5 persen saja. Artinya, hanya
0.15 cc saja air sperma yang mengandung sel sperma. Setelah dilakukan
vasektomi, testis masih bisa memproduksi hormon testosteron yang akan
beredar ke seluruh tubuh sehingga gairah seks pada pria yang sudah
melakukan vasektomi tidak akan luntur/menurun (Iim Fahimah, 2017).
13
f.Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik.
g. Pemberian aman, efektif dan relatif mudah.
14
8. Kontraindikasi pemakaian KB Suntik 1 Bulan
a. Hamil atau di duga hamil.
b. Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
c. Pendarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. Penyakit hati akut (virus
hepatitis).
d. Umur > 35 tahun yang merokok.
e. Ibu mempunyai riwayat kelainan tromoboemboli atau dengan kencing manis > 20
tahun.
f. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala ringan atau migrain.
g. Keganasan pada payudara.
15
j. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan asal
diyakini ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tanpa perlu menunggu
datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain
tidak perlu digunakan.
16
2. Menurut Ismi Faizah & Lailatul Muniroh (2018), dalam penelitiannya menyatakan
bahwa diet south beach merupakan salah satu strategi yang dapat membantu dalam
menurunkan berat badan. Diet ini menerapkan pola makan dengan karbohidrat baik
dan lemak baik. Karbohdirat baik yang dimaksud yakni karbohidrat kompleks dan
tinggi serat. Lemak tak jenuh disebut dengan lemak baik. Diet south beach ini juga
membantu dalam peningkatan kualitas kimia darah dan mengurangi berat badan
sehingga dapat terhindar dari penyakit jantung dan kardiovaskuler yang disebabkan
obesitas. Diet south beach ini diterapkan berdasarkan tiga fase. Prinsip dari masing-
masing fase yakni fase 1 tidak menyajikan karbohidrat seperti nasi, kentang dan
cenderung tinggi serat dan tinggi protein. Fase 2 mulai mengonsumsi karbohidrat baik
dengan memperhatikan indeks glikemik seperti nasi merah dan kentang panggang.
Fase 3 mulai mengonsumsi makanan secara beragam. Pola makan diet south beach
dapat menurunkan berat badan antara 4-7 kg dalam 2 minggu pertama. program
penurunan berat badan dilakukan melalui gizi seimbang dengan melakukan
pengurangan kalori sebesar 500-1000 kkal/hari. Penelitian sebelumnya menunjukkan
terjadinya penurunan berat badan 7,2 kg setelah menjalani diet south beach selama 3
minggu. Efek samping individu yang menjalani diet ini yakni dehidrasi, sakit kepala,
konstipasi, hipoglikemia dan kekurangan vitamin. Berdasaran hasil penelitian
pemberian diet south beach dapat menurunkan BB, IMT dan PLT klien My Meal
Catering pada hari ke 14 dan dapat terus menurun hingga hari ke 28.
17
tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan. Teh hijau dapat
membantu mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang
berakibat pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang termasuk
dalam senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi caffein dan
catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2 jam. Catechins
ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar kalori dan
mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah minum teh hijau
dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan dengan 690 mg/hari catechin selama 12 minggu, dapat
mengurangi total berat badan ±3 kg, mengurangi lingkar pinggang hingga ±3,3 cm,
serta mengurangi persentase lemak tubuh ± 1,5 kg.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan pada Ny.R usia 28 tahun akseptor lama KB suntik 1 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Menteng
B. Pelaksanaan Kasus
Hari / Tanggal Pengkajian : Selasa / 2 Februari 2021
Waktu : 11.45 WIB
Tempat : Puskesmas Menteng
Oleh : Nor Rahmi
C. Data Subjektif
1. Identitas/Biodata
Ibu Hamil Suami
Nama : Ny. R Nama : Tn. S
Umur : 28 Tahun Umur : 37 Tahun
Agama : Kristen Protestan Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Dayak/WNI Suku/Bangsa : Dayak/WNI
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl............... Alamat : Jl...............
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 Tahun
b. Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut / hari
c. Lamanya : 4-5 hari
d. Siklus : Teratur 28 hari
e. Warna : Merah
18
4. Status Perkawinan
a. Kawin/tidak Kawin : Kawin
b. Usia Kawin : 24 Tahun
c. Lama kawin : 12 Tahun
d. Perkawinan ke :I
5. Riwayat Psikososial
a. Perasaan tentang keadaan ibu saat ini : Stabil
b. Emosional klien pada saat pengkajian : Stabil
19
h. Apakah suami pernah mengkonsumsi Narkoba (Narkotika dan bahan/ obat
berbahaya) ? : Tidak
9. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah diderita
Penyakit Klien Suami
Jantung Tidak ada Tidak ada
Tekanan darah tinggi Tidak ada Tidak ada
Hepar Tidak ada Tidak ada
Diabetes melitus Tidak ada Tidak ada
IMS Tidak ada Tidak ada
Campak Tidak ada Tidak ada
Malaria Tidak ada Tidak ada
TBC Tidak ada Tidak ada
HIV/AIDS Tidak ada Tidak ada
Impoten Tidak ada
Kista/mioma Tidak ada
Tumor Payudara Tidak ada
TORCH Tidak ada
Gangguan Haid Tidak ada
b. Penyakit lain yang berkaitan dengan sistem reproduksi , Sebutkan : Tidak ada
c. Kalau ibu/suami menderita salah satu penyakit tersebut diatas, apakah sudah
melakukan pengobatan : Ya/Tidak
Berapa lama pengobatan ..............................
Berobat dengan ................................................
d. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita ibu/suami : -
20
- Apakah ada pantangan makanan : Tidak
- Suplemen Tidak ada
- Jamu : Tidak ada
b. Pola eliminasi
Pola BAB : teratur
Pola BAK : 7 - 8 x / hari
c. Pola istirahat dan tidur istri
Istirahat siang : Ya, berapa lama : 1 jam
Tidur malam : 7 jam sehari
d. Pola istirahat dan tidur suami
Istirahat siang : Tidak , berapa lama : - jam
Tidur malam : 7 jam
e. Pola personal hygiene
Mandi : 2 x / hari
Sikat gigi : 2 x / hari
Keramas : 1 x / hari
Ganti pembalut saat haid : 4 - 5 x / hari
Ganti pakaian dalam : 3 x / hari
f. Pola latihan dan aktivitas
Sebutkan aktivitas di rumah yang rutin dikerjakan setiap hari :
Apakah melakukan olahraga rutin : Tidak
Sebutkan jenis olahraga yang dilakukan rutin ? ...........................................
g. Seksualitas
Apakah aktif melakukan hubungan seksual? Ya
Frekuensi : 2 kali seminggu
h. Riwayat imunisasi TT
TT : pernah berapa kali : 5 kali
Tanggal Pemberian TT :
I Lupa II............. III............. IV............. V.............
i. Binatang peliharaan : Tidak ada
D. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran umum : Baik
b. Tanda-tanda Vital
21
Respirasi : 19 x/menit Nadi : 80 x/menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg Suhu : 36,7°C
c. BB sebelumnya : 50
BB sekarang : 58 kg
TB : 155 cm
d. Rambut : Hitam tidak mudah rontok
e. Muka : Tidak odem , tidak pucat
f. Mata : Conjungtiva tidak anemis, Skelera tidak ikterus, kelopak mata
normal, fungsi penglihatan normal.
g. Telinga : Tidak ada serumen , tidak ada cairan
h. Mulut : Bibir tidak pucat, caries gigi tidak ada, sariawan tidak ada
i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limpe, jugularis dan vena
j. Dada : Simetris, retraksi dinding dada normal
k. Mammae : Simetris kanan kiri, tidak ada benjolan, putting menonjol, tidak ada
pengeluran cairan
l. Abdomen : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan dan benjolan, hepar
tidak teraba massa, tidak ada bekas luka operasi.
m. Genetalia : Tidak ada pengeluaran keputihan, tidak odem, tidak ada kondiloma,
tidak ada lecet.
n. Integumen : Kuku tidak pucat, kulit tidak kuning, tidak ada benjolan, tidak
sakit,ruam tidak ada, tidak gatal
o. Anus : Tidak ada haemoroid, tidak luka
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : dilakukan pemeriksaan/ tidak diperiksa
Tanggal : ............................................
Darah HB : -...................................
Golongan darah : -...................................
Rhesus : -...................................
22
HIV AIDS : - ............................................
HBs Ag : - ............................................
Thalasemia : - ............................................
TORCH : - ............................................
(...........................................) (…………………………….)
NIP.......................................... NIM…………………………….
Mengetahui
Pembimbing Institusi
(.......................................)
NIP...........................................
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.R USIA 28 TAHUN AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 1 BULAN
DI PUSKESMAS MENTENG
23
maupun menular.
- Riwayat Kebiasaan sehari hari : nutrisi ibu dan suami baik, eliminasi normal,
istirahat dan tidur ibu cukup, tidur suami kurang karena bekerja seharian,
personal hyhiene baik, latihan aktivitas baik ibu dan suami tidak pernah berolah
raga rutin.
24
Evaluasi : Pasien lega mendengar kondisinya normal
3. Berikan KIE tentang cara mengatasi kenaikan berat badan, yaitu seperti :
a. Konsumsi Teh Hijau (Camelia sinensis)
Rasionalisasi :
- Teh hijau berdasarkan hasil penelitian memiliki kandungan katekin yang
merupakan golongan polifenol. Senyawa ini diketahui efektif dalam
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, penurunan berat badan,
sebagai antiinflamasi, antivirus dan antibakteri. Mengkonsumsi teh hijau
kemasan sehari dua kali yaitu saat pagi dan sore hari selama 30 hari. Konsumsi
teh dilakukan satu jam sebelum atau sesudah makan. Teh yang diberikan
kepada subyek berupa teh celup kemasan dengan netto 2 g per kantong. Teh
celup ini kemudian diseduh dengan air panas sebanyak 150 ml selama kurang
lebih 3 menit. Tidak diperkenankan menambahkan gula pada hasil seduhan teh
(Nia Lukita Ariani & Ani Sutriningsih, 2017).
b. Diet South Beach
25
Rasionalisasi :
- Diet south beach ini diterapkan berdasarkan tiga fase. Prinsip dari masing-masing
fase yakni fase 1 tidak menyajikan karbohidrat seperti nasi, kentang dan
cenderung tinggi serat dan tinggi protein. Fase 2 mulai mengonsumsi karbohidrat
baik dengan memperhatikan indeks glikemik seperti nasi merah dan kentang
panggang. Fase 3 mulai mengonsumsi makanan secara beragam. Pola makan diet
south beach dapat menurunkan berat badan antara 4-7 kg dalam 2 minggu
pertama. Apabila ditinjau dari prinsip diet, penerapan diet south beach ini
cenderung konsumsi makan dengan prinsip rendah karbohidrat. Apabila
dibandingkan gizi seimbang, diet ini tidak menyediakan karbohidrat pada fase 1
dan penyediaan karbohidrat tidak beragam pada fase 2. Buah dan sayur yang
disajikan juga tidak beragam. Kalori yang disajikan diet south beach ini berbeda-
beda setiap fasenya. Durasi penerapan diet fase 1 maupun fase 2 masing-masing
14 hari. Hasil tersebut nantinya akan dibandingkan antara sebelum diet dengan
hari ke 14 (fase 1) dan hari ke 28 (fase 2) dibandingkan dengan hari ke 14 (fase
1). Recall 2x24 jam dengan masingmasing dilakukan recall satu kali pada setiap
fase, kemudian asupan energi dan zat gizi makro dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi yaitu dinyatakan inadekuat jika <77% AKG dan kategori adekuat
>77% AKG
c. Ekstrak Teh Hijau
Rasionalisasi :
- Teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen/bahan
utamanya, yaitu epigallocatechin gallate (EGCG) Caffein, dan L-theanine.
EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh kita. Kita
dapat membakar lemak hanya dengan duduk dan minum teh. Jadi, dengan
minum teh dapat meningkatkan gelombang otak neurotransmitter dan
metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan energi dan menurunkan nafsu atau
selera makan. Dengan 690 mg/hari catechin selama 12 minggu, dapat
mengurangi total berat badan ±3 kg, mengurangi lingkar pinggang hingga ±3,3
cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh ± 1,5 kg (Soraya Rahmanisa &
Riska Wulandari, 2016).
Evaluasi : Klien mengatakan tertarik untuk mencoba mengkonsumsi teh hijau dan
melakukan diet south beach, karena selama ini klien jarang melakukan aktivitas
fisik dan tidak pernah mengontrol makanan.
26
4. beritahu klien untuk tindakan yang dilakukan.
Rasionalisasi :
- Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan, yaitu melakukan suntik KB 1 bulan
secara IM pada bokong
Evaluasi : Klien menandatangani inform consent
Cacatan implementasi
Waktu Kegiatan
16.00 WIB Pemeriksaan KU dan TTV telah dilakukan Hasil Normal
Tanda tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmhg Nadi : 80 x/m
Respirasi : 19 x/m Suhu : 36,7˚C
BB sebelumnya : 50 kg
BB sekarang : 58 kg
TB : 155 cm
Penunjang : Lab :-
27
ada keluhan
Mendokumentasikan Asuhaan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Masalah
Setelah melakukan pengkajian pada akseptor KB baru, maka di dapatkan masalah yang
muncul yaitu :
1. Klien khawatir dengan kondisi berat badannya yang semakin bertambah
2. Klien jarang melakukan aktifitas fisik dan tidak pernah mengontrol makanan
3. Kurangnya pengetahuan klien dan suami tentang cara mengatasi kenaikan berat
badan.
B. Prioritas Masalah
Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
kemampuan sumber daya manusia ,biaya, tenaga, teknologi dan lain-lain. Untuk itu
dilakukan penilaian prioritas masalah dari yang paling mendesak hingga tidak terlalu
mendesak. Dalam menentukan prioritas masalah kami lakukan dengan menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG merupakan salah satu cara
menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring 1-5 dan dengan
mempertimbangkan tiga komponen dalam metode USG.
No Prioritas masalah U S G Total Ranking
1 Klien khawatir dengan kondisi berat badannya 5 5 5 15 I
yang semakin bertambah
2 Klien jarang melakukan aktifitas fisik dan tidak 4 3 3 10 III
pernah mengontrol makanan
28
3 Kurangnya pengetahuan klien dan suami tentang 3 4 4 11 II
cara mengatasi kenaikan berat badan.
Dari table diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masalah kesehatan yang akan
diselesaikan yaitu masalah klien yang khawatir dengan kondisi berat badan yang
semakin meningkat.
29
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk
menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Peserta keluarga berencana
(KB) adalah pasangan usia subur dimana dimana salah satunya menggunakan cara atau
alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan baik melalui program KB maupun
non-program KB (Rodiani & Forcepta, 2017).
Kontrasepsi suntikan mengandung suatu cairan berisi zat berupa hormon estrogen
dan progesteron ataupun hanya progesteronnya saja untuk jangka waktu tertentu yang
dapat mencegah terjadinya kehamilan. Metode suntikan KB telah menjadi gerakan
keluarga berencana nasional serta peminatnya semakin bertambah oleh karena suntik KB
sangat aman, sederhana, efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak
menimbulkan gangguan dan dapat digunakan paska persalinan. Salah satu efek samping
yang sering terjadi akibat dari penggunaan alat kontrasepsi KB suntik pada umumnya
adalah pertambahan berat badan. Pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi
antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama, dan Penyebabnya tidak jelas,
tetapi tampaknya terjadinya pertambahan lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan
tubuh. Oleh karena hormon Depo Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) yang
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, sehingga menyebabkan
akseptor makan lebih banyak dari biasanya (Ade Ayu Prawita & Aneka Sastrawati Gulo,
2018).
B. Saran .
1. Bagi Bidan
30
Dapat mengaplikasikan ilmu terkait informasi dalam pelayanan asuhan kebidanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi berdasarkan evidance based praktik.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kepada
pasien akseptor KB baru maupun lama.
3. Bagi Institusi
Dapat menyiapkan referansi maupun jurnal teks book yang lebih mudah di akses bagi
mahasiswa untuk meningkatkan proses pembelajaran.
31
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Nia Lukita & Ani Sutriningsih. 2017. Peran Konsumsi Teh Hijau
(Camelia Sinensis) Terhadap Penurunan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Mahasiswa Keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Jurnal
Care Vol .5, No.2,Tahun 2017
Darmayanti, Rofik & Indah Nurul Hidayat. 2016. Hubungan Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) Dengan Minat
Melakukan Metode Amenorea Laktasi (MAL). Jurnal Kebidanan
Dharma Husada Vol. 5, No.2 Oktober 2016
Faizah, Ismi & Lailatul Muniroh. Analisis Perubahan Berat Badan, Indeks Massa
Tubuh dan Persentase Lemak Tubuh Klien Pasca Pemberian Diet
South Beach pada My Meal Catering Surabaya. Faizah dan Muniroh.
Amerta Nutr (2018) 52-58
Panjaitan Betti Iriyanti Br et al. 2017. Hubungan Antara Jenis Kontrasepsi Suntik
Dan Lama Pemakaian Dengan Kenaikan Berat Badan Pada Akseptor
KB. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume X No 1 Edisi Juni
2017
Prawita, Ade Ayu & Aneka Sastrawati Gulo. 2018. Hubungan Penggunaan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan Ibu Di
Klinik Linez Kota Gunungsitoli. Jurnal Bidan Komunitas Vol. I1 No. 3
Hal. 153-159
Prijatni, Ida & Sri Rahayu. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan
Rahmanisa, Soraya & Riska Wulandari. Pengaruh Ekstrak Teh Hijau terhadap
Penurunan Berat Badan pada Remaja. Majority | Volume 5 | Nomor 2
| April 2016
32
33