Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

DINAMIKA POPULASI HEWAN


(KURVA LULUS HIDUP KUMBANG BERAS)

Oleh:
Kelompok 2

1. Abdul Roni (12222002)


2. Ayu Pujiastuti (12222017)
3. Bunga Pertiwi (12222018)
4. Asia Astuti (12222013)
5. Desi Ratnasari (12222023)
6. Eli Apriana (12222032)
7. Fini Eka Pramitha (12222037)
8. Fitri Astriawati (12222038)
9. Gestri Rolahnoviza (12222040)

Dosen Pembimbing:
Irham Falahudin, M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG 2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Dalam
penyebarannya individu-individu tersebut dapat berada dalam kelompok-
kelompok, dan kelompok tersebut terpisah dari organisme satu dengan lainnya.
Pemisahan ini dapat disebabkan oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca dan
lain-lain.
Populasi dapat tersebar secara merata atau tidak merata, hal ini tergantung
dari kepadatan, pertumbuhan populasi pada suatu daerah. Pertumbuhan suatu
populasi dapat dilihat dari dinamikanya dalam suatu komunitas. Pertumbuhan
populasi adalah kemampuan populasi untuk meningkat jumlah individunya yang
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti angka kelahiran.
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya
individu lain yang berasal dari daerah lain (migrasi) dan karena adanya kelahiran
kelahiran (natalis). Pengurangan terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena
kematian (mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi tersebut.
Dinamika populasi berada pada wilayah kajian antara biologi populasi dan
matematika populasi. Biologi populasi lebih banyak membutuhkan dasar
keilmuan biologi dan sedikit atau kurang memanfaatkan matematika. Sedangkan
matematika populasi lebih banyak atau dominan dalam matematika dan sedikit
memanfaatkan biologi (Saputra, 2007).
Setiap individu adalah bagian atau anggota dari suatu populasi, suatu spesies.
Sehingga, individu tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya kemudian mengatasi setiap perubahan dan tuntutan yang ada
dalam lingkungan jenis dan populasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum
dinamika populasi dengan menghitung kurva lulus hidup kumbang beras. Supaya
diketahui tingkat natalis dan mortalitas dari individu-individu pada setiap kondisi
yang berbeda.
1.2 Tujuan
Kegiatan praktikum ini bertujuan:
1. untuk mengetahui cara penghitungan populasi dan dinamika populasi
2. mengetahui laju pertumbuhan populasi kumbang beras pada berbagai
makanan.

1.3 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum, antara lain: toples 5 buah, kain
kasa, karet gelang, dan termommeter.
Bahan-bahan yang dgunakan dalam praktikum, antara lain: kumbang beras,
beras, jagung, kacang hijau, gandum, dan serbuk kayu.

1.4 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Siapkan 5 toples dengan masing-masing toples diisi dengan bahan-bahan
yang telah disiapkan sebanyak seperempat dari toples tersebut.
3. Pada masing-masing toples tersebut diisi dengan 20 ekor kumbang beras.
4. Amati jumlah natalis dan mortalitasnya serta suhunya dari tiap sampelnya
setiap harinya selama 30 hari.
5. Catatlah hasil pengamatan,
6. Hitunglah laju pertumbuhan ketiga perlakuan kumbang beras tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Populasi


Populasi adalah sekelompok individu sejenis yang terdapat di suatu daerah
tertentu. Populasi dapat didefinisikan pada berbagai skalaruang. Bahkan seluruh
individu sejenis dapat di pandang sebagai sebuah populasi. Beberapa populasi
lokal atau deme yang dihubungkan oleh individu-individu yang menyebar disebut
metapopulasi. Populasi sementara yang terdiri atas tahap tertentu dari daur hidup
suatu organisme membentuk hemipopulasi. Beberapa karakteristik populasi
diantaranya adalah kehidupan, ukuran, dispersi, rasio kelamin, struktur atau
komposisi umur, dan dinamika (Campbell, 2010).
Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu
disebut populasi. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran
dalam populasi ini disebut dinamika populasi. Perubahan ini dihitung dengan
menggunakan rumus oerubahan jumlah dibagi waktu,. Hasilnya adalah kecepatan
perubahan dalam populasi. Penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada
berbagai hal. Dari alam mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebakaran,
serangan penyakit, sedangkan dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun,
pada dasarnya populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya
yang tidak dimiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik antara
lain kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalis), laju kematian (mortalitas),
potensi biotic, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalis dan mortalitas
merupakan penentu utama pertumbuhan populasi (Waluya, 2011).

2.2 Dinamika Populasi


Dinamika poulasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi. Hal ini
khususnya untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya hewan dan manusia
hewan dan manusia. Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme
kedaerah lain atau peristiwa yang didatanginya. Imigrasi ini akan meningkatkan
populasi (Waluya, 2011).
Penambahan terhadap populasi dapat disebabkan oleh karena masuknya
individu lain yang berasal dari daerah lain (imigrasi). Pengurangan terhadap suatu
populasi dapat disebabkan karena kematian (mortalitas) atau karena keluarnya
individu dari populasi tersebut ke luar wilayah (Campbell, 2010).
Sebagai obyek kajian, dinamika populasi berada pada wilayah kajian antara
biologi populasi dan matematika populasi. Biologi populasi lebih banyak
membutuhkan dasar keilmuan biologi dan sedikit atau kurang memanfaatkan
matematika. Sedangkan matematika populasi lebih banyak atau dominan dalam
memanfaatkan ilmu matematika dan sedikit memanfaatkan biologi (Campbell,
2010).
Semua populasi dengan data jangka panjang yang tersedia menunjukkan
sejumlah fluktuasi dalam hal jumlah. Fluktuasi-fluktuasi dari tahun ke tahun atau
dari tempat ke tempat ini mempengaruhi panen musiman atau tahunan ikan dan
berbagai spesies lain yang penting secara komersial. Fluktuasi juga memberikan
wawasan kepada para ahli ekologi mengenai apa yang mengatur ukuran populasi.
Penelitian terhadap dinamika populasi (population dynamics) berfokus pada
interaksi-interaksi komplek antara faktor biotik dan abiotik yang menyebabkan
variasi dalam hal ukuran populasi (Campbell, 2010).
a. Stabilitas dan fluktuasi
Populasi mamalia besar dulu diduga tetap stabil sepanjang masa,
namunberbagai penelitian jangka panjang telah menantang gagasan tersebut.
Jumlah domba soay di Pulau Hirta berfluktuasi sangat besar, naik atau turun lebih
dari separuh dari satu tahun ke tahun berikutnya. Faktor terpenting adalah cuaca.
Cuaca yang tidak bersahabat, terutama musim dingin yangmembekukan dan
basah, memperlemah domba dan menurunkan ketersediaan makanan,
menyebabkan penurunan populasi. Faktor-faktor lain misalnya peningkatan
densitas parasit juga menyebabkan populasi menyusut. Sebaliknya, sewaktu
jumlah domba rendah dan cuaca sedang, makanan mudah diperoleh dan populasi
tumbuh dengan cepat(Campbell, 2010).
b. Siklus populasi ( Penyelidikan ilmiah)
Sementara banyak populasi berfluktuasi pada interval yang tidak dapat
diprediksi, populasi-populasi lain mengalami siklus ledakan dan penurunan yang
teratur. Beberapa mamalia herbivora kecil, misalnya tikus ladang dan leming,
cenderung memiliki siklus 3 sampai 4 tahunan. Sementara beberapa jenis burung,
misalnya ruffed grouse dan ptarmigan, memiliki siklus 9 sampai 11 tahunan
(Campbell, 2010).
c. Imigrasi, Emigrasi, dan Metapopulasi
Sejauh ini, pembahasan kita tentang dinamika populasi telah difokuskan
terutama pada kontribusi dari kelahiran dan kematian. Akan tetapi, imigrasi dan
emigrasi juga dapat memengaruhi populasi-populasi, terutama ketika sejumlah
populasi-populasi lokal tertaut, sehingga membentuk metapopulasi. Sebagai
contoh, imigrasi dan emigrasi menautkan populasi bajing tanah belding yang kita
bahas sebelumnya dengan populasi-populasi lain dari spesies tersebut, yang
semuanya membentuk sebuah metapopulasi (Campbell, 2010).

2.3 Metode “Total Count”


Ukuran populasi suatu spesiesprimata akan diketahui bila
dilakukanpenghitungan secara langsung dan menyeluruh(total counts / direct
counts) terhadapsemua individu (anggota populasi) yangada dalam suatu kawasan.
Metode inimerupakan teknik paling akurat dalammenentukan ukuran populasi
(primata);sehingga bila masih memungkinkan untukditerapkan merupakan metode
terbaikuntuk dipilih (Tobing, 2008).
Menurut Tobing (2008), penerapan metode ini umumnyadilakukan dengan 2
(dua) cara, yaitu :
1. Membagi kawasan menjadi beberapablok (block counts), dan
menghitungjumlahindividu yang ada pada setiapblok secara berurutan. Cara
lain jugadapat dilakukan dengan menghitung diblok berbeda secara
bersamaan olehbeberapa observer.
2. “Menyisir” kawasan (memerlu-kanbanyak observer) dengan berbarisdalam
posisi “shaf” dan berjalanserentak menelusuri seluruh kawasanuntuk
mendeteksi dan menghitunganggota populasi.
Metode ini dapat digunakansekaligus untuk mengetahui pola sebaranpopulasi
dalam kawasan serta sebaranumur dan sex dari populasi tersebut;namundemikian,
metode total countshanya akan akurat bila selama pelaksanaantidak ada individu
yang berpindah ataubersembunyi sehingga tidak terdeteksiterhitung.Total counts
akan baik dan cepatbila diterapkan di daerah terbuka;sebaliknyaakan banyak
kendala (dalammendeteksi populasi) bila diterapkan dikawasan hutan, sehingga
akan mempunyaibias yang besar. Selanjutnya, jika arealyang diamati luas maka
relatif akan susahdilaksanakan dalam suatu waktu yangbersamaan (Tobing, 2008).
Bila kendala-kendala tersebutdiprediksi akan ditemukan dalam
pelaksanaan,sangat tidak dianjurkan untuk menggunakanmetode ini; carilah
metode lainyang lebih sesuai dan dapat diterapkanuntuk tercapainya tujuan
(Tobing, 2008).

2.4 Interaksi Serangga dan Lingkungan


Telah banyak usaha-usaha para ahli untuk melihat lebih jauh tata cara atau
upaya untuk mendapat cara yang mantap atau sebaik mungkin guna dapat
mengendalikan dan mengatasi gangguan hama baik pada kondisi tanaman masih
berada di lapangan maupun pada saat pasca panen (periode penyimpanan).
Keberhasilan para ahli dalam kegiatan dan usaha ini harus ditunjang oleh
pengetahuan tentang urgensinya memahami ekologi suatu serangga hama (Yasin,
2009).
Kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika serangga memilih
sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau dalam proses
perkembangbiakan keturunannya. Sebagai contoh, kandungan protein, lemak dan
P yang tinggi pada komoditas sorgum dibanding beras dan jagung, ternyata
sorgum lebih cocok untuk perkembangbiakan serangga Sitophilus sp.Fenomena
tersebut memberikan indikasi bahwa kualitas makanan suatu bahan mempunyai
arti yang sangat dalam kaitannya dengan percepatan perkembangbiakan serangga
yang pada akhirnya berpengaruh pada tingkatan serangan yang dilakukannya
(kualitas dan kuantitas serangan).
Kualitas makanansangat berpengaruh terhadap perkembangbiakan serangga
hama. Pada kondisi makanan yang berkondisi baik dengan jumlah yang cukup dan
cocok bagi sistem pencernaan serangga hama akan menunjang perkembangan
populasi, sebaliknya makanan yang berlimpah dengan gizi jelek dan tidak cocok
akan menekan perkembangan populasi serangga (Andrewartha dan Birch, 1954).
Ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal sebagai berikut a)
kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya kadar air
bahan, c) permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi,
misalnya beras lebih disenangi dari pada gabah.

2.5 Estimasi BerdasarkanDensitas


Estimasi ukuran populasi dapatdilakukan (berdasarkan densitas
yangdiperoleh) dengan hanya mengamatisebagian dari kawasan yang hendak
diduga;namundemikian daerah contoh harus dapatmewakili seluruh kawasan.
Beberapasumber menyarankan agar areal (contoh)yang diamati mencapai 10 – 15
% dari luastotal kawasan yang hendak diduga; tetapibeberapa berpendapat bahwa
estimasiukuran populasi sudah cukup akurat hanyadengan mengamati areal
contoh seluas 5 %dari luas total kawasan yang hendakdiduga. Namun demikian,
yang palingpenting dijadikan sebagai patokanpersyaratan agar data yang diperoleh
berlaku umum untuk seluruh kawasanadalah bahwa areal contoh harus
dapatmewakili seluruh kondisi kawasan studi;seperti tipe habitat, kualitas habitat,
ketinggian dan topografi, serta parameterparameter lain (yang terjadi di dalam
kawasan) yang dapat mempengaruhi keberadaan / kehadiran dan/atau
kelangsungan hidup spesies yang hendak diduga (Tobing, 2008).
Densitas yang akan digunakanuntuk penghitungan / pendugaan
populasididapatkan dengan melakukan pengamatandi areal contoh berupa jalur
(transek) yangsudah ditentukan sebelumnya. Jumlah danpanjang jalur tidaklah
begitu penting(asalkan telah terwakili semua kondisi)karena data yang akan dicari
adalahdensitas (kepadatan). Jarak antar jalurditetapkan dengan pertimbangan
bahwaprimata yang terdeteksi dari suatu jalurtidak akan terdeteksi dari jalur
lainnya(yang berdekatan) dalam waktu yangbersamaan, seandainya pengamatan
dilakukansecara bersamaan oleh dua observer didua jalur. Dengan demikian, akan
terhindarbahwa satu individu (kelompok)akan terhitung dua kali.Pengamatan
dilakukan denganberjalan konstan (sekitar 500 m/jam)menelusuri jalur (areal
contoh), danmenghitung individu yang terdeteksi, sertamencatat data-data yang
diperlukan tentangjalur (sesuai dengan model penerapan yangdianut). Dalam
penerapannya, tekniktransek mempunyai variasi-variasi sesuaidengan faham
tentang lebar jalur efektifyang digunakan untuk penghitungan luastransek
(Tobing, 2008).
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Serangga
Menurut Sukarman (2012), faktor dalam yang mempengaruhi daya tahan
serangga untuk dapat tetap hidup dan berkembang biak antara lain adalah :
1) Kemampuan berkembang biak
Kemampuan berkembang biak suatu jenis serangga dipengaruhi oleh
kecepatan berkembang biak, keperidian dan fekunditas (Natawigena, 1990).
Serangga umumnya memiliki keperidian yang cukup tinggi. Semakin kecil
ukuran serangga, biasanya semakin besar keperidiannya. Sedangkan
fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seekor betina
untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur yang dihasilkan, maka
lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya.
2) Perbandingan kelamin
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga jantan dan betina yang
diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda, misalnya antara
jenisbetina dan jenis jantan dari keturunan penggerek batang
(Tryporyza)adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis betinanya. Suatu
perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah
jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang
lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki
perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada
jumlah betina.
3) Sifat mempertahankan diri
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga memiliki alat
atau kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Kebanyakan
serangga akan berusaha menghindar atau meloloskan diri bila terganggu atau
diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat, berenang atau
menyelam.
Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a)
Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan
mereka agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai
ranting atau daun tanaman, b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu
mampu mengelabui musuh dengan cara meniru spesies serangga lain agar
terhindar dari pemangsanya, yang dikenal dengan istilah serangga mimikri.
Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga lain, misalnya perilaku,
ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna, c) Pengeluaran senyawa kimia dan
alat penusuk (penyengat) adalah kemampuan serangga mengeluarkan
senyawa kimia beracun atau bau untuk menghindari serangan musuhnya.
Terdapat alat penusuk pada serangga digunakan untuk menyengat atau
membunuh lawan/ mangsanya.
4) Daur hidup
Daur hidup adalah waktu yang dibutuhkan semenjak terjadinya telur
sampai serangga menjadi dewasa yang siap untuk berkembang biak. Daur
hidup serangga umumnya pendek. Serangga yang memiliki daur hidup yang
pendek, akan memiliki frekwensi bertelur yang lebih tinggi atau lebih sering,
bila dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki daur hidup lebih
lama.
5) Umur imago (serangga dewasa)
Pada umumnya imago dari seekor serangga berumur pendek, misalnya
ngengat (imago) Tryporyza innotataberumur antara 4 – 14 hari. Umur imago
yang lebih lama, misalnya kumbang betina Sitophilus oryzae umurnyadapat
mencapai antara 3 – 5 bulan, sehingga akan mempunyai kesempatan untuk
bertelur lebih sering.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Tabel kehidupan kumbang beras pada jagung


X ax lx dx qx Lx Tx
0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0
1 18 0,6 1 0,05555 1,7 1
6
2 18 0,6 1 0,05555 1,7 0,5
6
3 18 0,6 1 0,05555 1,7 0,333333
6
4 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,25
5 21 0,7 1 0,04761 1,9 0,2
9
6 22 0,733333 1 0,04545 1,966667 0,166667
5
7 26 0,866667 1 0,03846 2,233333 0,142857
2
8 28 0,933333 1 0,03571 2,366667 0,125
4
9 30 1 1 0,03333 2,5 0,111111
3
10 30 1 1 0,03333 2,5 0,1
3
11 33 1,1 1 0,03030 2,7 0,090909
3
12 33 1,1 1 0,03030 2,7 0,083333
3
13 33 1,1 1 0,03030 2,7 0,076923
3
14 38 1,266667 1 0,02631 3,033333 0,071429
6
15 39 1,3 1 0,02564 3,1 0,066667
1
16 46 1,533333 1 0,02173 3,566667 0,0625
9
17 46 1,533333 1 0,02173 3,566667 0,058824
9
18 47 1,566667 1 0,02127 3,633333 0,055556
7
19 47 1,566667 1 0,02127 3,633333 0,052632
7
20 47 1,566667 1 0,02127 3,633333 0,05
7
21 54 1,8 1 0,01851 4,1 0,047619
9
22 56 1,866667 1 0,01785 4,233333 0,045455
7
23 54 1,8 1 0,01851 4,1 0,043478
9
24 55 1,833333 1 0,01818 4,166667 0,041667
2
25 50 1,666667 1 0,02 3,833333 0,04
26 50 1,666667 1 0,02 3,833333 0,038462
27 51 1,7 1 0,01960 3,9 0,037037
8
28 51 1,7 1 0,01960 3,9 0,035714
8
29 50 1,666667 1 0,02 3,833333 0,034483
30 50 1,666667 1 0,02 3,833333 0,033333

2. Tabel kehidupan kumbang beras pada beras


x ax lx dx qx Lx Tx
0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0
1 19 0,633333 1 0,052632 1,766667 1
2 19 0,633333 1 0,052632 1,766667 0,5
3 19 0,633333 1 0,052632 1,766667 0,333333
4 18 0,6 1 0,055556 1,7 0,25
5 18 0,6 1 0,055556 1,7 0,2
6 18 0,6 1 0,055556 1,7 0,166667
7 17 0,566667 1 0,058824 1,633333 0,142857
8 17 0,566667 1 0,058824 1,633333 0,125
9 16 0,533333 1 0,0625 1,566667 0,111111
10 15 0,5 1 0,066667 1,5 0,1
11 13 0,433333 1 0,076923 1,366667 0,090909
12 12 0,4 1 0,083333 1,3 0,083333
13 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,076923
14 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,071429
15 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,066667
16 9 0,3 1 0,111111 1,1 0,0625
17 9 0,3 1 0,111111 1,1 0,058824
18 6 0,2 1 0,166667 0,9 0,055556
19 6 0,2 1 0,166667 0,9 0,052632
20 6 0,2 1 0,166667 0,9 0,05
21 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,047619
22 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,045455
23 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,043478
24 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,041667
25 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,04
26 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,038462
27 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,037037
28 4 0,133333 1 0,25 0,766667 0,035714
29 4 0,133333 1 0,25 0,766667 0,034483
30 4 0,133333 1 0,25 0,766667 0,033333

3. Tabel kehidupan kumbang beras pada Gandum


x ax lx dx qx Lx Tx
0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0
1 20 0,666667 1 0,05 1,833333 1
2 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,5
3 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,333333
4 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,25
5 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,2
6 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,166667
7 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,142857
8 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,125
9 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,111111
10 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,1
11 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,090909
12 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,083333
13 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,076923
14 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,071429
15 11 0,366667 1 0,090909 1,233333 0,066667
16 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,0625
17 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,058824
18 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,055556
19 24 0,8 1 0,041667 2,1 0,052632
20 24 0,8 1 0,041667 2,1 0,05
21 24 0,8 1 0,041667 2,1 0,047619
22 25 0,833333 1 0,04 2,166667 0,045455
23 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,043478
24 23 0,766667 1 0,043478 2,033333 0,041667
25 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,04
26 22 0,733333 1 0,045455 1,966667 0,038462
27 21 0,7 1 0,047619 1,9 0,037037
28 21 0,7 1 0,047619 1,9 0,035714
29 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,034483
30 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0,033333

4. Tabel kehidupan kumbang beras pada serbuk


x ax lx dx qx Lx Tx
0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0
1 17 0,566667 1 0,058824 1,633333 1
2 15 0,5 1 0,066667 1,5 0,5
3 15 0,5 1 0,066667 1,5 0,333333
4 13 0,433333 1 0,076923 1,366667 0,25
5 10 0,333333 1 0,1 1,166667 0,2
6 5 0,166667 1 0,2 0,833333 0,166667
7 2 0,066667 1 0,5 0,633333 0,142857
8 0 0 1 0 0,5 0,125
9 0 0 1 0 0,5 0,111111
10 0 0 1 0 0,5 0,1
11 0 0 1 0 0,5 0,090909
12 0 0 1 0 0,5 0,083333
13 0 0 1 0 0,5 0,076923
14 0 0 1 0 0,5 0,071429
15 0 0 1 0 0,5 0,066667
16 0 0 1 0 0,5 0,0625
17 0 0 1 0 0,5 0,058824
18 0 0 1 0 0,5 0,055556
19 0 0 1 0 0,5 0,052632
20 0 0 1 0 0,5 0,05
21 0 0 1 0 0,5 0,047619
22 0 0 1 0 0,5 0,045455
23 0 0 1 0 0,5 0,043478
24 0 0 1 0 0,5 0,041667
25 0 0 1 0 0,5 0,04
26 0 0 1 0 0,5 0,038462
27 0 0 1 0 0,5 0,037037
28 0 0 1 0 0,5 0,035714
29 0 0 1 0 0,5 0,034483
30 0 0 1 0 0,5 0,033333

5. Tabel kehidupan kumbang beras pada kacang ijo


x ax lx dx qx Lx Tx
0 20 0,666667 1 0,05 1,833333 0
1 19 0,633333 1 0,052632 1,766667 1
2 15 0,5 1 0,066667 1,5 0,5
3 12 0,4 1 0,083333 1,3 0,333333
4 10 0,333333 1 0,1 1,166667 0,25
5 8 0,266667 1 0,125 1,033333 0,2
6 3 0,1 1 0,333333 0,7 0,166667
7 0 0 1 0 0,5 0,142857
8 0 0 1 0 0,5 0,125
9 0 0 1 0 0,5 0,111111
10 0 0 1 0 0,5 0,1
11 0 0 1 0 0,5 0,090909
12 0 0 1 0 0,5 0,083333
13 0 0 1 0 0,5 0,076923
14 0 0 1 0 0,5 0,071429
15 0 0 1 0 0,5 0,066667
16 0 0 1 0 0,5 0,0625
17 0 0 1 0 0,5 0,058824
18 0 0 1 0 0,5 0,055556
19 0 0 1 0 0,5 0,052632
20 0 0 1 0 0,5 0,05
21 0 0 1 0 0,5 0,047619
22 0 0 1 0 0,5 0,045455
23 0 0 1 0 0,5 0,043478
24 0 0 1 0 0,5 0,041667
25 0 0 1 0 0,5 0,04
26 0 0 1 0 0,5 0,038462
27 0 0 1 0 0,5 0,037037
28 0 0 1 0 0,5 0,035714
29 0 0 1 0 0,5 0,034483
30 0 0 1 0 0,5 0,033333

Keterangan:
ax: jumlah yang hidup pada KU x
Ix: jumlah individu (setelah distandarkan) untuk masing-masing umur
dx: jumlah individu yang mati (mortalitas) pada KU x ( data pengamatan)
qx: proposi individu yang mati pada KU x terhadap jumlah individu yang hidup
pada KU x
Lx: jumlah rata-rata individu pada KU x
Tx: kalkulasi harapan hidup pada masing-masing umur

4.2 Pembahasan
Pengamatan terhadap morfologi dari kumbang beras didapatkan, Kumbang
beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang
langsing dan agak pipih. S. oryzae berukuran kecil sekitar 2-3 mm. Pada bagian
pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk
kepala menyerupai segitiga. Moncongnya memiliki panjang 1 mm hampir
sepertiga panjang tubuhnya. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur
yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap
bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah
kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup
larvanya.
Dari hasil yang telah didapatkan selama 30 hari dengan pengamatan yang
dilakukan perharinya. Kemudian, dilakukan perhitungan populasi dan dinamika
populasinya. Dari perhitungan tersebut akan diketahui laju pertumbuhan populasi
kumbang beras pada berbagai makanan. Populasi merupakan kumpulan individu
sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Menurut Campbell (2010), penambahan terhadap populasi dapat disebabkan
oleh karena masuknya individu lain yang berasal dari daerah lain (imigrasi).
Pengurangan terhadap suatu populasi dapat disebabkan karena kematian
(mortalitas) atau karena keluarnya individu dari populasi tersebut ke luar wilayah.
Pada neraca kehidupan di atastentang pertumbuhan kumbang beras pada
berbagai makanan yaitu pada jagung, kacang hijau, beras, gandum dan serbuk
kayu di dapatkan hasil kurva sebagai berikut:
Kurva Jumlah kumbang jagung
60

50

40 x
ax
30 lx
dx
20 qx
Lx
10
Tx
0

Pertumbuhan populasi pada kumbang beras terhadap jagung mengalami


peningkatan populasi. Hal ini dapat dilihat dari kurva jumlah kumbang beras pada
jagung, setiap harinya selama 30 hari mengalami peningkatan jumlah natalitas
dari 20 mencapai 51 populasi yang hidup sedangkan pada mortalitas juga terjadi
tetapi hanya sedikit yang megalami kematian, karena pada jagung banyak terdapat
nutrisi yang diperlukan oleh kumbang beras untuk bertahan hidup.
Pada hari ke 5 jumlah kutu beras pada jagung mengalami penambahan yang
disebabkan adanya mortalitas dari kutu tersebut. Dari pengamatan ditemukan
larvanya. Larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika
bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat.
Kurva Jumlah kutu beras
35

30

25
x
20 ax
lx
15 dx
qx
10 Lx
Tx
5

Berdasarkan hasil kurva di atas pertumbuhan populasi kumbang beras pada


berassetiap harinnya selama 30 hari mengalamijumlah mortalitas (kematian),
kumbang beras yang semula di masukkan berjumlah 20 kemudian mengalami
kematian yang tersisa hanya ada 4 kumbang beras yang lulus hidup. Hal ini
menunjukkan bahwa pada beras kadar glukosa atau nutrisi makanannya hanya
sedikit dibandingkan kadar glukosa pada jagung.
Berat beras dengan jumlah imago disini sangat berkaitan erat. Kumbang
dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat
bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. dalam penelitiannya
bahwa semakin banyak populasi yang berada pada tempat penyimpanan
menyebabkan penyusutan beras semakin besar pula karena aktivitas serangga
yang akan semakin banyak memakan beras. Ketika populasi bertambah, laju
pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan
dan kesesuaian lingkungan.
Menurut Siregar (2014), perkembangan telur sampai dewasa dari Sitophilus
didalam biji beras sehingga hama ini akan memilih beras dengan ukuran dan
bentuk yang mampu menjadi tempat perkembangnya serta tempat makannya.
Untuk butir mengapur, dapat terjadi karena granula pati yang kurang padat/rapat,
sehingga tekstur menjadi lebih rapuh. Kekerasan beras pecah kulit berkolerasi
positif dengan ketahanan beras terhadap Sitophilus sp.

Kurva Jumlah kutu gandum


35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

x ax lx dx qx Lx Tx

Pertumbuhan populasi kumbang beras pada gandum mengalami kestabilan,


dapat di lihat dari kurva pada hari pertama jumlah populasi yang dimasukkan ke
dalam toples yang berisi gandum adalah 20 ekor kumbang beras hari pertama
sampai hari ke 7 jumlah populasi tetap 20 ekor kumbang beras. Pada hari ke 8
sampai hari ke 12 populasi bertambah dari 20 ekor kumbang beras menjadi 23
ekor kumbang beras. Pada hari ke 13 kumbang belas satu ekor kumbang beras
mati, populasi kumbang beras yang hidup 22 ekor kumbang beras. Pada hari ke 14
mengalami kematian sebanyak 9 ekor kumbang belas., pada hari ke 16 sampai ke
hari 22 populasi bertambah sebanyak 14 ekor kumbang beras. Pada hari ke 23
sampai ke 28 mengalami kematian 2 ekor kumbang beras dan pada hari terakhir
populasi kumbang beras yang hidup sama seperti populasi awal yang dimasukkan
sebanyak 20 ekor kumbang beras yang hidup, karena pada gandum terdapat
nutrisi yang cukup baik untuk kumbang beras.

Kurva Jumlah kutu serbuk


35

30

25
x
20 ax
lx
15 dx
qx
10 Lx
Tx
5

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31

Pertumbuhan populasi kumbang beras pada serbuk kayu megalami penurunan


atau kematian yang drastis. Hal ini di tunjukkan dengan adanya pengurangan
jumlah populasi dalam waktu satu minggu, populasi yang hidup pada awalnya
yang berjumlah 20 ekor kumbang beras. Pada hari ke 2 sampai hari ke 7
mengalami kematian sebanyak 18 ekor kumbang beras dan pada hari ke 8 sudah
tidak ada lagi populasi kumbang beras pada serbuk kayu yang bertahan hidup,
semuanya mengalami mortalitas (kematian). Kematian kumbang beras dapat
disebabkan beberapa faktor, seperti suhu yang tidak cocok untuk kehidupan
kumbang beras, kumbang beras tidak memperoleh nutrisi makanan dari serbuk
kayu, sedangkan untuk mempertahankan hidup kumbang beras membutuhkan
makanan yang cukup.

Kurva Jumlah kutu kacang hijau


35
30
25 x
20 ax
Lx
15 dx
10 qx
Lx
5 Tx
0
Pertumbuhan populasi kumbang beras pada kacang ijo megalami penurunan
atau kematian yang cukup cepat, karena hanya dapat bertahan selama enam hari,
populasi yang hidup pada awalnya yang berjumlah 20 ekor kumbang beras dan
pada hari ketujuh sudah tidak ada lagi populasi kumbang beras yang bertahan
hidup, hal ini dapat dilihat pada kurva di atas.
Untuk pengamatan kacang hijau, didapatkan hasil bahwa berat kacang hijau
dari hari pertama sampai hari ketiga puluh tidak mengalami kerusakan dan
penyusutan. Karena pada hari ke 7 kumbang beras sudah mengalami mortalitas
semua.
Hal tersebut dikarenakan biji kacang hijau memiliki lapisan luar yang keras
sehingga sulit digigit oleh tipe mulut dari Sitophillus oryzae.Menurut Siregar
(2014), tipe mulut dari Sitophillussp., pada bagian pronotumnya terdapat enam
pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga.
Pada pembahasan diatas tentang ketahanan hidup populasi kumbang beras
pada berbagai makanan, menunjukkan bahwa kecepatan berkembang biak dari
sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang siap berkembang biakyang
paling cepat terjadi pada kumbang beras yang hidup di jagung, setelah itu di
gandum, dan beras. Sedangkan, yang paling cepat mengalami mortalitas terjadi
pada kumbang beras yang hidup di kacang hijau dan serbuk kayu. Kutu beras
hanya mampu bertahan sampai hari ke 7 dan pada serbuk kayu hanya bertahan
sampai hari ke 6. Hal ini disebabkan oleh
a. nutrisi yang ada pada masing-masing biji-bijian itu berbeda
b. struktur dari biji-bijian berbeda
c. tekstur dari biji-bijian berbeda
Dengan demikian, kelahiran mempengaruhi pertambahan jumlah individu
dalam populasi. Sedangkan kamatian mengurangi junlah individu dalam
populasinya.Selain itu,menurut Siregar (2014), faktor yang menentukan tinggi
rendahnya populasi suatu organisme terdiri dari faktor internal, eksternal, dan
makanan. Faktor internal serangga meliputi siklus hidup, sex ratio, dan
keperidian. Siklus hidup yaitu lamanya waktu perkembangan serangga mulai telur
hingga serangga tersebut meletakkan telur untuk pertama kali. Semakin pendek
siklus hidup maka perkembangan populasi serangga akan semakin cepat. Sex ratio
adalah perbandingan serangga jantan dan betina yang mana semakin banyak
betina yang dihasilkan akan semakin cepat populasi serangga tersebut
berkernbang.
Faktor ekstemal terdiri dari lingkungan abiotik dan biotik. Lingkungan
abiotik meliputi curah hujan, suhu/temperatur, kelembaban, dan lain-lain yang
akan membatasi atau mendorong populasi serangga untuk berkembang. Curah
hujan yang tinggi dapat rnempengaruhi perkembangan populasi serangga secara
langsung yaitu dengan pengaruh fisiknya akibat turunnya hujan terutama untuk
serangga-serangga berukuran kecil dan mempengaruhi secara tidak langsung yaitu
dengan mernbuat kondisi yang baik bagi perkernbangan penyakit yang dapat
menjadikan serangga sakit hingga mengalarni kematian, dll.
Menurut Luh (1980) dalam Siregar (2014), daur hidup dari Sitophilus oryzae,
betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam butiran
beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat
(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan
panjangnya kira-kira 0,5 mm.

Menurut Sukarman (2012), perbandingan jenis kelamin antara jumlah


serangga jantan dan betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang
berbeda, antara jenisbetina dan jenis jantan adalah dua berbanding satu, lebih
banyak jenis betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina
lebih besar dari jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan
berikutnya yang lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang
memiliki perbandingan yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari
pada jumlah betina.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada praktikum dinamika populasi mengamati pertahanan hidup pada
berbagai macam makanan. Dari biji jagung, beras, gandum, kacang hijau, dan
serbuk kayu. Populasi kumbang beras yang paling banyak terdapat pada jagung,
karena pada jagung banyak terdapat nutrisi makanan dibandingkan kacang hijau,
serbuk kayu, beras, dan gandum.

4.2 Saran
Sebaiknya praktikan harus lebih teliti dalam menghitung jumlah populasi
kumbang beras pada semua sampel, terutama kumbang beras pada jagung, karena
kumbang beras dominan bersembunyi dalam biji jagung yang di lubanginya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A.
Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2012. Biologi. Edisi
Kedelapan. Jilid 3. Erlangga: Jakarta.

Siregar, Sarah Mioliana. 2014. Teknologi Produksi Benih“Hama Gudang”.


Website:https://www.academia.edu/7207687/laporan_tekben_hama_gud
ang_sarahmiolina. Diakses pada hari minggu 15 Juni 2014 pada pukul
00:02 WIB.

Sukarman.2012.Keanekaragaman Serangga.Website:http://garuda-bioindikator.
blogspot.com/2013/05/keanekaragaman-serangga-saduran.html. Diakses
pada hari minggu 15 Juni 2014 pada pukul 00:02 WIB.

Tobing, Imran SL. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata.
Website: http://journal.unas.ac.id/index.php/visvitalis/article/ download /
56/42. Diakses pada hari minggu 15 Juni 2014 pada pukul 00:02 WIB.

Waluya. bagja. 2011. ekologi parawisata. website: http://file.upi. edu/direktori/


fpips/jur._pend._geografi/197210242001121-bagja_waluya/ekologi _pari
wisata/ho_ekologi_.pdf. Diakses pada hari minggu 15 Juni 2014 pada
pukul 00:02 WIB.

Yasin, Muhammad. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang


Bubuk dan Faktor Fisiokimia Yang Mempengaruhinya. Website:
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/59.pdf. Diakses
pada Sabtu 3 Mei 2014, pukul 20.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai