Borang F1-F7
Borang F1-F7
Latar Belakang:
Penyakit Hipertensi merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius. Berdasarkan data Penyakit tidak menular (PTM) 5 tahun
terakhir di Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Penyakit Hipertensi menjadi Penyakit yang
paling menonjol.
Untuk itu, institusi kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
diimplementasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi masyarakat.
Permasalahan:
Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh
penderita hipertensi 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi premier yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik
keadaan ini cenderung akan meningkat.
EVALUASI :
Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan, bahaya,
komplikasi Hipertensi. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif
dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan Hipertensi yang dapat
dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan
penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk
menilai ulang pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi
F2- BERANTAS DEMAM BERDARAH DENGAN KELAMBU AIR
Latar Belakang:
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Balikpapan masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat.Trend kasus DBD di kota Balikpapan terjadi peningkatan diakhir
tahun hingga pertengahan tahun depannya.Sekarang (akhir tahun) adalah waktu yang
tepat untuk mengadakan tindakan pencegahan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
Permasalahan:
Angka Bebas Jentik (ABJ) tidak stabil dan tidak selalu valid. Angka Bebas Jentik (ABJ)
adalah angka yang menunjukkan presentase jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik dari
seluruh rumah yang diperiksa .ABJ Setiap saat akan selalu berubahdan untuk menstabilkan
kondisi tersebut dibutuhkan pengawasan terus menerus sehingga korelasi ABJ dan kasus
DBD tidak sesuai. Maksudnya :Apabila Angka Bebas Jentik (ABJ) tinggi berarti kepadatan
jentik kurang yang berdampak pada menurunnya populasi nyamuk. Berarti bila ABJ tinggi
secara normal akan diikuti oleh penurunan jumlah kasus DBD, bila kasus DBD tetap tinggi
berarti tidak ada korelasinya antara ABJ dan angka kejadian kasus.
- Keterbatasan waktu bagi pengawas untuk selalu memantau ABJ Untuk program PSN perlu
adanya pengawas untuk selalu memantau ABJ yaitu 1 rumah 1 pengawas Jentik namun
pengawas memiliki keterbatasan waktu untuk memantau rumahnya.
- Keterbatasan dalam persediaan air. Pada waktu musim mati air kebiasaan menampung air
tidak bisa dihindari sehingga nyamuk bisa berkembang lebih banyak dari sebelumnya
- Adanya sarana lain yang mempunyai potensi menampung air. Sarana ini seperti kaleng
bekas, gelas plastik, tempat minum burung/ hewan lain, buangan AC, bawah kulkas,dan
dispenser.
Pelaksanaan
KOLABORASI
Setelah inovasi kelambu air dilaksanakan secara baik dapat dikolaborasi dengan :
- Pemberian ikan pada penampungan, karena ikan tidak mungkin melompat.
- Penaburan larvasida, bila tidak sempat/lupa menabur tidak beresiko.
- Menguras tempat penampungan, bila tidak sempat masih tidak beresiko.
Monitoring & Evaluasi
Program inovasi ini merupakan swadaya murni untuk membangun kesadaran masyarakat.
Kontribusi pihak swasta di wilayah kerja dapat dimaksimalkan keterlibatannya.
Kemandirian masyarakat dan kebersamaan serta keterlibatan dalam pencegahan dan
Pengendalian DBD difasilitasi dan dimotivasi bagi penurunan angka kasus DBD dengan
penerapan kelambu air (Dasa Wisma, Arisan, dll).
F3- MENGENAL KEJANG DEMAM
Latar Belakang:
Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1 dari 25
anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia
dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan
tubuh belum terbangun secara sempurna.
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama, tergantung
nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat
penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab,
keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa
menyebabkan kematian
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan
mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan
dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi.
Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun 2008 dengan 80%
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di wilayah Jawa Tengah
sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya. 25-50% kejang demam akan
mengalami bangkitan kejang demam berulang
Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial orang tua
khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa.Bahkan, ada yang
mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu panik ketika anak mereka
demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya.Kesalahan
yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam menangani.
Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri
merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka
Permasalahan:
Pengenalan mengenai Kejang Demam perlu dilakukan karena :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai kejang demam
2. Perlunya mengedukasi ibu tentang bagaimana pencegahan Kejang Demam serta faktor
yang menjadi pemicu kejang pada anak dan bagaimana penanganan pertama pada anak yang
mengalami kejang demam
Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dari Puskesmas Padongko Kabupaten Barru pada hari
Rabu tanggal 05 Februari 2020. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 11 orang
masyarakat.
Evaluasi :
Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan awal, bahaya,
komplikasi, pencegahan Kejang Demam. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam
penyuluhan ini aktif dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan
Kejang Demam yang dapat dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara
keseluruhan kegiatan penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi
berkala untuk menilai ulang pemahaman masyarakat mengenai Kejang Demam pada Anak
F4- TIPS POLA MAKAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
Latar Belakang:
Diabetes mellitus (DM) umumnya dikenal sebagai kencing manis. Diabetes militus adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus
menerusdan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik padamata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai
lesipada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Menurut WHO kenaikan jumlah penduduk dunia yang terkena penyakit diabetes semakin
mengkhawatirkan.Pada tahun 2000 jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes sudah
mencapai 171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai jumlah
366.210.100 orang atau naik sebesar 114 % dalam kurun waktu 30 tahun
Beberapa faktor yang memegang peranan penting dalam perkembangan kasus penderita
diabetes mellitus adalah pola makan, perilaku yang menyimpang dan mengarah pada
makanan yang siap saji dengan kandungan berenergi tinggi, lemak dan sedikit serat yang
dapat memicu diabetes mellitus.
Penderita Diabetes Mellitus yang tidak menunjukkan sikap yang baik terhadap pengelolaan
diet, maka akan terjadi komplikasi yang bisa menimbulkan kematian. Sikap penderita DM
sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan yang akan membuat
penderita Diabetes Mellitus menentukan sikap, berpikir dan berusaha untuk tidak terkena
penyakit maupun mengurangi kondisi penyakitnya. Apabila penderita DM mempunyai
pengetahuan yang baik, maka sikap terhadap diet DM dapat mendukung terhadap kepatuhan
pengelolaan diet DM sendiri
Salah satu cara untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi dan kekambuhan dari DM
adalah dengan cara penerapan kepatuhan diet DM. Penderita harus memperhatikan kepatuhan
terhadap diit diabetes millitus, karena salah satu faktor untuk menstabilkan kadar gula dalam
darah menjadi normal dan mencegah terjadinya komplikasi adalah dengan cara mematuhi
diet.
Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan penyakit serta diet diabetes millitus memberikan
alternatif pilihan yang mungkin dapat membantu mengubah kadar glukosa darah menjadi
lebih baik untuk mencegah timbulnya komplikasi pada pasien DM.
Permasalahan:
Tujuan upaya mengenai Pola Makan Penderita DM adalah:
1. Tercapainya pemahaman mengenai Pola Makan yang tepat pada penderita Diabetes
Mellitus
2. Terbentuknya agen kesehatan oleh para masyarakat yang telah mendapatkan
penyuluhan mengenai pola makan pada penderita Diabetes Mellitus, sehingga dapat
membantu menyebarluaskan informasi mengenai pola makan yang tepat kepada lingkungan
sekitar terutama keluarga sehingga membantu upaya promosi kesehatan.
3. Tercapainya pemahaman masyarakat tentang bagaimana pencegahan Diabetes
Mellitus hingga Faktor yang menjadi resiko penyakit Diabetes Mellitus
Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dari Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan pada hari
Jumat tanggal 17 Januari 2020. Penyuluhan ini diikuti oleh kurang lebih 20 orang masyarakat
yang mengikuti senam Program PROLANIS Puskesmas Sepinggan
Evaluasi :
Masyarakat dapat memahami mengenai Pola Makan yang Tepat pada penderita DM.
Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif dalam mengajukan
pertanyaan, terutama mengenai bagaimana pengaturan dan pemilihan bahan makanan yang
dapat diberikan pada pasien Diabetes Mellitus. Secara keseluruhan kegiatan penyuluhan ini
berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk menilai ulang
pemahaman masyarakat mengenai pemberian pola makan yang tepat pada pasien penderita
Diabetes Mellitus.
F5- PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT HIPERTENSI
Latar Belakang:
Penyakit Hipertensi merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat dan menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius. Berdasarkan data Penyakit tidak menular (PTM) 5 tahun
terakhir di Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Penyakit Hipertensi menjadi Penyakit yang
paling menonjol.
Untuk itu, institusi kesehatan harus bisa mempengaruhi masyarakat untuk hidup sehat
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatannya berdasarkan kebijakan-kebijakan yang
diimplementasikan dalam bentuk program-program yang akan mewadahi masyarakat.
Permasalahan:
Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
seperti penyakit jantung, gagal ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Dari seluruh
penderita hipertensi 90-95 melaporkan hipertensi esensial atau hipertensi premier yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini jika tidak dilakukan penanggulangan dengan baik
keadaan ini cenderung akan meningkat.
EVALUASI :
Masyarakat dapat memahami mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan, bahaya,
komplikasi Hipertensi. Sebagian besar masyarakat yang hadir dalam penyuluhan ini aktif
dalam mengajukan pertanyaan, terutama mengenai penatalaksanaan Hipertensi yang dapat
dilakukan di rumah sebelum dibawa ke tenaga kesehatan. Secara keseluruhan kegiatan
penyuluhan ini berjalan dengan lancar. Namun perlu dilakukan evaluasi berkala untuk
menilai ulang pemahaman masyarakat mengenai Hipertensi
F6- PEMASANGAN KATETER URINE PADA PASIEN RETENSI URINE AKIBAT
BPH (Benign Prostate Hiperplasia)
Latar Belakang:
Kateter merupakan sebuah alat berupa tabung kecil yang fleksibel dan biasa digunakan pasien
untuk membantu mengosongkan kandung kemih. Pemasangan alat ini dilakukan khusus
untuk pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri dengan normal.
Umumnya penggunaan kateter hanya untuk sementara, sampai pasien mampu kembali buang
air kecil sendiri. Kateter juga perlu diganti dalam jangka waktu tertentu agar tetap berfungsi
dengan baik dan tidak memicu infeksi.
Kateter urine memiliki berbagai fungsi di bidang medis, mulai dari menangani penyakit
tertentu hingga melakukan prosedur operasi.
Kateter biasanya diperlukan ketika seseorang yang sedang sakit tidak mampu mengosongkan
kandung kemihnya. Jika kandung kemih tidak dikosongkan, air kencing akan menumpuk
pada ginjal dan menyebabkan kerusakan hingga gagalnya fungsi ginjal itu sendiri.
Seseorang perlu menggunakan kateter apabila ia:
-Tidak dapat buang air kecil sendiri
-Tidak bisa mengendalikan frekuensi buang air kecilnya atau aliran urinnya.
-Memiliki masalah kesehatan kemih.
-Dirawat inap untuk operasi.
-Sedang dalam koma.
-Dibius dalam jangka waktu lama.
Permasalahan:
Kondisi Tertentu yang Memerlukan Kateter
Salah satu kondisi yang paling memerlukan kateter adalah retensi urine, yaitu kondisi
ketidakmampuan kandung kemih dalam mengeluarkan seluruh urine, misalnya karena
pembesaran prostat.
Sebaliknya, kondisi ketika seseorang tidak mampu mengendalikan kandung kemih atau
inkontinensia urine juga mungkin memerlukan pemasangan kateter.
Selain itu, kateter juga sering digunakan dalam berbagai prosedur medis, seperti:
- Proses persalinan dan operasi caesar.
- Perawatan intensif yang membutuhkan pemantauan keseimbangan cairan tubuh.
- Proses pengosongan kandung kemih sebelum, saat, atau sesudah operasi.
- Saat pemberian obat langsung ke dalam kandung kemih, misalnya karena adanya kanker
kandung kemih.
Pelaksanaan
Penyuluhan ini dilakukan oleh dokter dari Puskesmas Sepinggan pada hari Jumat tanggal 28
Februari 2020.
Evaluasi :
Kantung urin harus diganti berkala, paling lama 7 hari setelah pemasangan. Kateter
indwelling harus diganti dengan yang baru paling lama setiap 3 bulan setelah pemasangan.
Penggantian harus dilakukan oleh dokter atau perawat.
F7- GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM KELUARGA
BERENCANA, MEROKOK DAN HIPERTENSI DI RT61 KELURAHAN SEPINGGAN WILAYAHPUSKESMAS
SEPINGGAN BARU, KOTA BALIKPAPAN PADA JANUARI-FEBRUARI 2020
Latar Belakang:
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat menjadi program
utama pembangunan kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Tujuan dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat didukung oleh
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Tujuan ini sesuai dengan tujuan
pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu : (1)
meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatkan program
pengendalian penyakit, (3) meningkatkanakses dan mutu pelayanan kesehatam dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:
penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengurusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif,
serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekaan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat
(benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya
keluarga-keluarga sehat.
Permasalahan:
Belum diketahuinya gambaran pengetahuan dan perilaku dari 3 kriteria IKS (program KB,
merokok dan hipertensi) di Kelurahan Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas Sepinggan
Baru, kota Balikpapan, tahun 2020.
1. Bagaimana pengetahuan dan perilaku pasangan usia subur terhadap keikutsertaan
program KB?
2. Bagaimana pengetahuan dan perilaku warga yang merokok terhadap kesehatan
lingkungan sekitar?
3. Bagaimana pengetahuan dan perilaku warga dengan hipertensi dalam upaya
mengontrol tekanan darah?
Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Sepinggan RT 61 wilayah kerja Puskesmas
Sepinggan Baru, kota Balikpapan, tahun 2020. Subjek penelitian yaitu : (1) masyarakat
psangan usia subur, (2) masyarakat yang merokok, (3) masyarakat yang mempunyai penyakit
tekanan darah tinggi di kelurahan Sepinggan RT 61, baik mengikuti ataupun tidak mengikuti
program JKN, yang diperoleh berdasarkan hasil penjairngan IKS (Indikator Keluarga Sehat).
Penelitian ini dilaksanakan Januari-Februari 2020.
-MEROKOK
1. Tingkat pendidikan dari responden dapat dibilang sudah tinggi dimana menunjukkan
tingkat pendidikan terendah yang muncul yaitu tingkat SMA sebanyak 4 orang (40%)
2. Usia menikah dari responden pada penelitian ini terbanyak pada umur 20-25 tahun
sebanyak 6 responden (60%).
3. Tingkat pengetahuan responden tentang KB dalam penelitian ini sudah baik karena
sebanyak 6 orang (60%) memiliki pengetahuan baik (>80%)
4. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan oleh responden terbanyak menggunakan pil
KB sebanyak 4 orang.
-HIPERTENSI
1. Karakteristik responden pada penelitisn ini sudah terdiagnosis hipertensi sebanyak 7
orang.
2. Tingkat pengetahuan terhadap hipertensi masih tergolong cukup karena sebanyak 4
orang (50%) memiliki pengetahuan (50-80%) mengenai hipetensi tersebut.
3. Dari 7 orang yang telah mengalami hipertensi, ada 4 responden (71%) yang memiliki
riwayat hipertensi keluarga.
4. Untuk keteraturan minum obat hipertensi, ada sebanyak 6 responden (85%) yang
melakukan hal tersebut.
5. Tingkat perilaku responden terhadap hipertensi sudah membatasi makanan tinggi
garam dan melakukan olahraga secara teratur.
- Kelemahan Penelitian
1. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengisian kuesioner, sehingga data yang
didapatkan terbatas.
2. Jumlah sampel yang didapat dianggap masih kurang dalam mewakili kondisi
masyarakat.
- Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain:
1. Masukan untuk Puskesmas Sepinggan Baru
Perlu dilakukannya edukasi dan penyuluhan lebih lanjut mengenali program KB, rokok dan
hipertensi kepada warga RT 61 dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika tekanan
darah meningkat serta mengenal perilaku hidup sehat bagi penderita hipertensi dan
menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan darah secara rutin ke pelayanan kesehatan
terdekat.
2. Masukan untuk Masyarakat RT 44
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang hipertensi dengan mengikuti
penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat terhindar
dari penyakit hipertensi secara dini dan perlunya edukasi mengenai program KB secara lebih
mendalam untuk meningkatkan keikutsertaan warga dalam program KB.
Memasang poster larangan merokok di lingkungan sekitar RT 61.