Anda di halaman 1dari 5

Nama : Jureine Queenmita Caerens Lolowang

NIM : 242019010

Optimalisasi Protokol Kesehatan untuk Pariwisata Di Masa New Normal


Setelah beberapa waktu menghadapi pandemi Covid-19 dengan membatasi aktivitas, seperti
berpergian, kerja di luar rumah, bahkan sekolah, masyarakat serta pemerintah mencoba untuk
membiasakan diri dengan kebijakan new normal. Kebijakan new normal diterapkan untuk
menghidupkan kembali beberapa sektor yang ada di Indonesia khususnya ekonomi yang
didalamnya termasuk pariwisata. Beberapa sektor industri di Indonesia mengalami kerugian
yang cukup besar salah satunya industri pariwisata. Sebagaimana yang kita ketahui Indonesia
memiliki tempat pariwisata yang sangat banyak mulai dari Sabang sampai Merauke, tetapi
semuanya terganggu ketika dunia dilanda virus Covid-19. Ketika pandemi menghampiri
Indonesia, tempat-tempat pariwisata mengalami penurunan pengunjung yang sangat drastis,
bahkan sampai mengharuskan sejumlah tempat pariwisata tutup penuh selama berbulan-
bulan. Sejak Covid-19 mulai merajalela di Indonesia hingga April 2020, kerugian yang
dialami industri pariwisata Indonesia sebesar Rp.85,7 triliun sebagaimana yang tercatat oleh
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Bali yang merupakan tempat favorite
wisatawan pun harus rela untuk ditutup sementara agar mengurangi penyebaran virus Covid-
19 di Indonesia. Hal-hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pariwisata karena salah
satu hal yang menyebabkan meningkatnya angka Covid-19 di Indonesia adalah melalui
wisatawan. Untuk mengatasi keterpurukan sektor pariwisata, pemerintah telah menerapkan
beberapa kebijakan melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata
yakni kebijakan yang berdampingan dengan era new normal. Kemenparekraf telah menyusun
program-program yang akan diberlakukan bagi sektor pariwisata yang sudah mati saat
pandemi berlangsung. Destinasi pariwisata yang dibuka kembali dengan mengikuti protokol
kesehatan ketat membantu pemulihan industri pariwisata kemudian diharapkan masyarakat
dapat mengambil kesempatan untuk beradaptasi dengan tatanan new normal.

Ketika tempat destinasi wisata dibuka yakni berdampingan dengan era new normal, banyak
yang menilai bahwa kebijakan pemerintah tentang program CHS (Cleanliness, Health and
Safety) sudah menunjukkan permasalahan. Permasalahan yang selalu muncul yakni
pelanggaran protokol kesehatan baik wisatawan maupun pengelola tempat wisata itu sendiri.
Wisatawan mulai mengabaikan protokol kesehatan seperti pemakaian masker dan menjaga
jarak dengan wisatawan lain. Penurunan penggunaan masker saat berada di tempat wisata
mulai didapati ketika pengunjung berkreasi. Di beberapa tempat Pengunjung didapati hanya
menggunakan masker ketika melewati pintu masuk saja, setelah berada di dalam, pengunjung
akan mulai melepas masker sesuka hati tanpa melihat kondisi. Sejumlah pengunjung juga
kadang belum bisa menjaga jarak aman ketika mengantri, baik saat pembelian tiket maupun
bentuk-bentuk transaksi lainnya di kasir. Didapati juga sejumlah tempat wisata yang tidak
menerapkan pembatasan pengunjung demi meraup keuntungan. Kasus viral belum lama ini
yaitu tempat wisata waterboom yang mengadakan promo tiket masuk sehingga berujung
membludaknya pengunjung dan tentunya sudah melanggar protokol kesehatan yang berlaku,
dan akhirnya dibubarkan oleh rombongan polisi. Lain halnya dengan salah satu tempat wisata
di Kabupaten Magelang, yang bukan hanya di bubarkan oleh polisi melainkan harus ditutup
untuk beberapa pekan karena melanggar aturan pembatasan pengunjung. Dibukanya kembali
sejumlah tempat wisata memang memiliki potensi yang besar dalam penularan Covid-19,
karena di tempat rekreasi tersebut orang-orang pasti akan merencanakan suatu kegiatan
ataupun pertemuan sehingga tidak menutup kemungkinan jika terjadi kerumunan di tempat
wisata.

Kebijakan pemerintah mengenai penerapan new normal di industri pariwisata memiliki


tujuan yang membangun, tetapi masih menimbulkan celah sehingga sejumlah wisatawan dan
pengelola tempat wisata belum menerapkan aturan dan program pemerintah dengan baik.
Agar membuat protokol kesehatan menjadi optimal di sektor pariwisata, pemerintah tidak
boleh lengah dalam menghimbau aturan aturan yang berlaku, banner-banner, iklan, dan
segala bentuk seruan untuk penggunaan masker dan menjaga jarak aman harus terpampang di
berbagai tempat yang dapat terlihat. Kadang, yang membuat masyarakat tidak menggunakan
masker adalah faktor daya ingat manusia yaitu pelupa, jadi sekiranya dengan adanya seruan-
seruan yang dapat di tangkap oleh indera manusia membantu untuk meningkatkan
penggunaan masker. Pengelola tempat wisata juga harus berani menolak ketika ada
pengunjung yang tidak menggunakan masker, manajemen pengelola harus menekankan
syarat penggunaan masker ketika berada di kawasan tempat wisata tersebut. Ketika akan
makan dan minum, wajar jika melepaskan masker, tetapi harus digunakan kembali ketika
selesai. Ketika berswafoto, penggunaan masker tetap harus diperhatikan, saat situasi
memungkinkan seperti berjauhan dengan pengunjung lain maka tidak mengapa jika melepas
masker sesaat. Pemerintah juga harus tegas tentang aturan tata letak meja dan kursi di tempat
wisata tersebut, agar jarak aman masih dapat terkendali. Tata letak meja dan kursi harus
mengikuti protokol kesehatan seperti tanda-tanda pembatasan di beberapa meja dan kursi
yang berarti tidak boleh ditempati, hal itu harus benar-benar diperhatikan dan ditegaskan oleh
manajemen pengelola tempat. Hal-hal yang harus diperketat juga antara lain penanda untuk
jarak antrian agar dapat mengatur jarak aman dengan pengunjung lain, serta cuci tangan dan
pengecekan suhu badan di pintu masuk kawasan tempat wisata. Informasi dan edukasi lewat
media-media akan sangat berpengaruh untuk komunikasi dengan wisatawan tentang aturan
prokes yang berlaku. Petugas dari pengelola tempat juga harus benar-benar mengawasi
aturan-aturan tersebut, seperti menghimbau kembali jika penanda aturan jarak antrian
dilewati, tidak mencuci tangan sebelum masuk, bahkan tidak memperbolehkan masuk ketika
pengunjung tidak memakai masker. Pembatasan pengunjung adalah hal tidak boleh diabaikan
dan disepelehkan oleh pihak pengelola tempat wisata. Saat menjalankan bisnis wisata,
pengelola harus bisa mengatur jumlah dan kapasitas pengunjung era new normal agar tetap
menguntungkan. Manajemen pengelola harus bisa merencanakan target keuangan yang sesuai
tetapi kapasitas pengunjung yang minim. Berbagai cara dapat dilakukan, seperti menaikkan
harga di hari-hari tertentu, membatasi jam pengunjung agar dapat dimaksimalkan jumlah
pengunjung tetapi dalam beberapa sesi waktu, menambah variasi penjualan makanan,
minuman, merchandise, dan lain-lain. Untuk meraup keuntungan, tidak melulu harus dengan
jumlah pengunjung yang banyak, karena dalam situasi dan kondisi yang seperti ini semua
harus disesuaikan. Jika harus melibatkan banyak pengunjung, pihak pengelola harus meminta
izin kepada pihak terkait mengenai kapasitas tempat wisata tersebut.

Untuk mencapai hasil yang baik dari suatu proses juga butuh sinergi, yakni masyarakat dan
pemerintah, akan percuma jika pemerintah sudah mengatur dengan jelas dan detail setiap
protokol kesehatan tetapi tidak ada kesadaran diri dari masyarakat yang berperan juga sebagai
wisatawan untuk melaksanakan protokol kesehatan itu sendiri. Diperlukannya kemandirian
dari wisatawan tanpa harus diawasi untuk bertindak sebagaimana mestinya. Ketika kita
memiliki niat untuk berpergian di tempat wisata yang biasanya ramai, kita harus tau
menempatkan diri agar aman dari virus yang tak kasat mata. Era new normal bukan ditujukan
agar kita dapat beraktivitas dengan bebas seperti situasi sebelum pandemi, sehingga pilihan
keamanan ada di tangan kita masing-masing. Edukasi tentang virus Covid-19 adalah hal yang
wajib diketahui, agar wisatawan dapat memilih dengan benar hal apa yang menyenangkan
tetapi juga harus aman. Seperti hal nya mendominasi gaya wisata kita dengan lebih memilih
tempat wisata yang terbuka dibanding yang tertutup.
Pemerintah sudah mulai memperketat tentang aturan rapid antigen bagi pelaku perjalanan
antar kota dan daerah, tidak terkecuali para wisatawan, baik jalur darat, laut, maupun udara.
Cara itu harus dipertegas karena akan sangat bermanfaat bagi penanganan Covid-19 di
Indonesia. Dengan dipertegasnya hal itu, kebijakan dan program pemerintah di sektor
pariwisata akan memasuki hasil yang optimal. Bagi destinasi favorite wisatawan seperti Bali,
Lombok, dan beberapa daerah lainnya akan sangat baik jika pengunjung dibekali dengan
surat hasil test rapid antigen karena mengingat tempat-tempat wisata seperti itu memiliki
wisatawan dari luar daerah bahkan luar negeri, sehingga jika diedukasi dan informasikan
tentang surat yang menyatakan hasil negatif, maka para pengunjung akan merasakan
kenyamanan dan keamanan ketika berkunjung. Pengelola tempat wisata juga akan merasa
percaya diri bahwa bisnisnya tidak akan menjadikan cluster baru ataupun media penyebaran
virus Covid-19.

Untuk tempat wisata yang memiliki permasalahan tentang protokol kesehatan, tidak boleh
diabaikan oleh pemerintah. Besar atau kecilnya tempat wisata tersebut, semuanya harus
sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku. Pelanggaran protokol kesehatan yang
dilakukan sekali harus ditegur dengan keras oleh pihak yang berwenang, tetapi jika sudah
dilakukan secara berulang-ulang, maka harus ditindaklanjuti dengan tegas. Dengan melihat
seberapa banyak pelanggaran protokol kesehatan oleh tempat wisata, kiranya sanksi tegas
yang berlaku dapat berupa denda atau tutup sementara. Pemerintah kiranya memberlakukan
pengawasan ketat secara berkala agar dapat mengetahui apakah tempat wisata tersebut
melanggar atau tidak. Sanksi denda kiranya dapat diberikan jika tempat wisata tersebut tidak
menyediakan fasilitas-fasilitas protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan, hand sanitizer,
tempat sampah, penanda jaga jarak, dan sebagainya. Hal-hal seperti itu tidak boleh
disepelehkan, karena ketika tempat wisata bersikap tegas maka wisatawan pun akan tertib
dengan aturan yang ada. Bagi tempat wisata yang tidak menetapkan batasan pengunjung, tata
letak meja dan kursi yang berdekatan, memiliki pengunjung yang berkerumunan, kiranya
mendapatkan sanksi tutup sementara. Sanksi tersebut dapat menjadi pembelajaran yang
sangat ampuh bagi pengelola tempat, dan tentunya teguran secara tidak langsung bagi para
pengunjung. Kerugian yang akan dialami tidak seberapa jika dibandingkan dengan terjangkit
virus Covid-19.
Seiring berjalannya era new normal, masyarakat mulai mengabaikan bahwa kita sekarang
hidup berdampingan dengan Covid-19. Segala bentuk penanganan sedang dicoba oleh pihak-
pihak terkait untuk menangani pandemi di Indonesia bahkan seluruh dunia. Sektor pariwisata
di era new normal diharapkan dapat menjadi salah satu jembatan perjuangan masyarakat
untuk memulihkan ekonomi. Setiap protokol kesehatan dan program-program yang disusun
sedemikian ditujukan untuk kebaikan bersama. Pemerintah yang akan merencakan serta
mengawasi jalannya protokol kesehatan harus benar-benar dilakukan dengan bijaksana.
Kesadaran diri dari masyarakat juga sangat diperlukan agar dapat bersinergi dengan program
pemerintah. Edukasi dan informasi mengenai protokol kesehatan tidak boleh dilewatkan
karena manfaatnya akan membantu kita menjalani aktivitas di era new normal dengan pilihan
yang aman dan nyaman. Jika hasil dari penerapan protokol kesehatan mencapai keadaan yang
optimum maka buahnya akan dirasakan oleh setiap individu bahkan negara kita tercinta.

Anda mungkin juga menyukai