Anda di halaman 1dari 19

Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel,

ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya
penyarian  akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan
penyari semakin luas. Ekstrak adalah sediaan pekat yang  diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan  sedemikian
rupa hingga  memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent. Berdasarkan prinsip beda kelarutan
pemisahan terdiri atasekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan
dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah
heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase
diluen (rafinat) = fase residu, yang berisi diluen dan sisa solut dan fase solven (ekstrak) yang
merupakan fase berisi solut dan solven..

Pemilihan solven menjadi sangat penting, dipilih solven yang memiliki sifat antara yaitu, solut
mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit atau tidak melarutkan
diluen, tidak mudah menguap pada saat ekstraksi, mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat
dipergunakan kembali, tersedia dan tidak mahal.Sedangkan ekstraksi padat-cair (Leaching) ;
solut dipisahkan dari padatan pembawanya menggunakan solven cair.

Secara umum proses penyarian dapat dibedakan menjadi empat yaitu infundasi, maserasi,
perkolasi, dan sokhletasi.

Ekstraksi (penyarian) adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan
tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari
campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut
didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. (Suyitno, 1989)

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati
atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga
memenuhi standar baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat
dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan
massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi
larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke
dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi
dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam
pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. (Lucas,
Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry)

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi yaitu, senyawa kimia
telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang
telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan
proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai; bahan diperiksa untuk menemukan
kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur
kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti
ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh
dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok
senyawa kimia tertentu; organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM)
seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah
biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat
tradisional; sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji
organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk
mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses
ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
dan di luar sel.

Beberpa faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi yaitu, tipe persiapan sample, waktu ekstraksi,
kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.

Prinsip Maserasi merupakan proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan.

Prinsip Perkolasi merupakan proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat
cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Prinsip Soxhletasi yaitu proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan
penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT,
atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Refluks merupakan proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan


cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali
sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali
setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Destilasi Uap Air merupakan proses penyarian minyak menguap dengan cara simplisia
dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk
ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap
air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu
akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong
pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Prinsip Rotavapor merupakan proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan


pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-
10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan
bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat
penampung.

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut
yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian
larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan
sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia
akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan
perbandingan konsentrasi yang tetap.
Prinsip Kromatografi Lapis Tipis merupakan pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip
adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),
komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan
kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pemisahan.

Prinsip Penampakan Noda terdapat pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan
sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena
adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng.
Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.Pada UV 366 nm noda
akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat
oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika
gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. Prinsip penampakan noda
pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat
reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya
akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh
mata.

Jenis Ekstraksi terdiri atas Ekstraksi secara dingin. Maserasi merupakan cara penyarian


sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah
peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk
mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat
digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi dengan caramodifikasi maserasi


melingkar, modifikasi maserasi digesti, modifikasimaserasi melingkar bertingkat, modifikasi
remaserasi, dan modifikasi dengan mesin pengaduk.

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan


sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan
untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung,
digunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasannya dapat diatur.Kerugian dari metode
ini yaitu pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-
menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, jumlah total
senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu
sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak
untuk melarutkannya, bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan
uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak
dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 :
1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang
berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah. Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien.
Ekstraksi secara panas terdiri atas metode refluks. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan
untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung.Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator. Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan
udara normal.

Ekstraksi umumnya dilakukan guna menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut.

Ekstraksi (penyarian) adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu
bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi
menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam
campuran. (Suyitno, 1989)
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat
alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa
pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari
sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan
inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven
pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam
pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. (Lucas,
Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry)
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk
ke dalam pelarut.
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi yaitu, senyawa
kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur
yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk
mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai; bahan diperiksa untuk
menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin,
meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui.
Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang
diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang
sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu; organisme (tanaman atau hewan) digunakan
dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese
medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam
air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan
melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk
memvalidasi penggunaan obat tradisional; sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan
sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul
jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan
pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi
khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan
proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif
di dalam dan di luar sel.
Beberpa faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi yaitu, tipe persiapan sample, waktu
ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.

Prinsip Maserasi merupakan proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi
sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar
sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Prinsip Perkolasi merupakan proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan
berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Prinsip Soxhletasi yaitu proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,
cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi
sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda
jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.

Prinsip Refluks merupakan proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan
cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali
sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali
setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Destilasi Uap Air merupakan proses penyarian minyak menguap dengan cara
simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air
akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam
simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk
ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.
Prinsip Rotavapor merupakan proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-
10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan.
Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam
labu alas bulat penampung.
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2
fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan
komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Prinsip Kromatografi Lapis Tipis merupakan pemisahan komponen kimia berdasarkan
prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),
komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan
kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan
terjadinya pemisahan.
Prinsip Penampakan Noda terdapat pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi
sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat
pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan
oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Pada
UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda
pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus
kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron
yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali
ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366
terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam
sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga
panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga
noda menjadi tampak oleh mata.
Jenis Ekstraksi terdiri atas Ekstraksi secara dingin. Maserasi merupakan cara penyarian
sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah
peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk
mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat
digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi dengan cara modifikasi maserasi
melingkar, modifikasi maserasi digesti, modifikasi maserasi melingkar bertingkat, modifikasi
remaserasi, dan modifikasi dengan mesin pengaduk.
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air
oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk
kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Keuntungan metode ini adalah
dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasannya dapat diatur. Kerugian
dari metode ini yaitu pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas,
jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya, bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk
pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan
tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan
= 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai
komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah. Perkolasi adalah cara penyarian
dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode
ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi
sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
Ekstraksi secara panas terdiri atas metode refluks. Keuntungan dari metode ini adalah
digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung.Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan
sejumlah manipulasi dari operator. Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi
minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung
minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal.
Ekstraksi umumnya dilakukan guna menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut. (www.medicafarma.com )
Methylene blue merupakan senyawa yang bersifat semi polar dan kelarutannya dalam air
sekitar 5000  g/mL , senyawa ini memiliki massa jenis 319.86 g/mol . Air, bersifat polar dan
memiliki massa jenis 1000 g/mL. Sedangkan etil asetat bersifat agak polar dengan kelarutan
dalam air sekitar 8,3 g/100 mL dan memiliki massa jenis 0,879 g/mL. Sehingga cairan yang
memiliki massa jenis paling besar , yaitu Methylene blue akan berada pada bagian lapisan
bawah , kemudian ditambahkan air. Walaupun Methylen blue dapat larut dalam air, tetapi
jumlahnya tidak banyak, sehingga tetap akan terjadi dua lapisan dan hanya sebagian yang
bercampur dengan etil asetat. Etil asetat memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada air,
sehingga akan berada di atas lapisan air.
1. METODOLOGI
1.1. Waktu dan tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2012 s/d selesai dari pukul 08.00 WIB s/d
17.00, bertempat dilaboratorium mikrobiologi dasar Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.
1.2. Alat dan bahan
1.2.1. Alat
 Erlenmeyer
 Timbangan digital
 Spatula
 Aluminium foil
 Evaporator
 Corong
 Kertas saring
1.2.2. Bahan
 Alkaline peptone water
 Media halophilism shake culture
 Media MR-VP
 Trypticase soy broth (TSB), 3% NaCl
 Trypticase soy agar (TSA), 3% NaCl
 Glucose salt teepol broth (GSTB)
 Hugh liefson glucose broth (HGLB)
 Media tes pergerakan (motility)
 Nutrient gelatin
 Carbohydrate media (purple carbohydrate broth)
 Arganine dihydrolase broth
 Lysine decarboxylase broth
 Salt trypticase broth
 Thiosulfate citrate bile salt sucrose agar (TCBS)
 Triple sugar iron agar
 Tryptone broth
 Regensia kovac
1.3. Cara kerja

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk
ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan (Sidik dan
Mudahar, 2000).Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak, dan lain-lain. Maserasi dilakukan
dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat
berupa air, etanol, air-etanol, ataupelarut lain.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
didalam sel dan diluar sel, maka larutan terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.
Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan
yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari,
ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya,
diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan konsentrasi bahan yang
diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil penyarian dengan cara maserasi perlu
dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak
diperlukan tetapi ikut terlarut dalam
cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain.
Modifikasi maserasi antara lain:
1. Remaserasi.
2. Maserasi kinetik.
3. Digesti.

2.      Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang digunakan dengan merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari. Keuntungan dari cara ini adalah cara pengerjaan dan peralatannya
sederhana, meskipun demikian ada juga kerugiannya, yaitu waktu pengerjaannya relatif lama
dan kurang sempurna (Anonim, 1986). Maserasi merupakan cara yang paling sederhana kerena
simplisia yang telah diserbukkan dengan derajat halus tertentu hanya perlu direndam dalam
cairan penyari selama waktu yang ditentukan dalam suatu wadah yang terlindung dari sinar
matahari untuk menghindari terjadinya reaksi yang dikatalisis oleh cahaya dan juga untuk
menghindari terjadinya perubahan warna (Voight, 1994).

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol atau pelarut lain. Apabila cairan
penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan
pengawet yaitu nipagin yang diberikan pada awal penyarian (Anonim, 1986). Hasil penyarian
dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut diperlukan untuk
mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut ke dalam cairan penyari seperti malam
(Anonim, 1986).

3.      Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi ( Anonim, 1986 ). Pembasahan serbuk sebelum
dilakukan penyarian dimaksudkan untuk memberi kesempatan sebesar - besarnya kepada cairan
penyari memasuki seluruh pori - pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian
selanjutnya. Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Cairan yang digunakan
untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum. Larutan zat aktif yang keluar dari
perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut
ampas atau sisa perkolasi.
         Prinsip penyarian dengan cara perkolasi adalah : Serbuk simplisia ditempatkan dalam
suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel - sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan olek kekuatan gaya
beratnya sendiri dan cairan atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler dan gaya geseran ( friksi ).
Bentuk perkolator ada 3 macam yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator berbentuk paruh
dan perkolator berbentuk corong. Pemilihan perkolator ini tergantung pada jenis serbuk
simplisia yang akan disari.
4.      Infundasi
            Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu
90º C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat aktif yang larut dalam air. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak
stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan leih dari 24 jam.
            Cara ini sangat sederhana  dan sering digunakan untuk perusahaan obat tradisional.
Dengan beberapa modifikasi cara ini sering dipergunakan untuk membuat ekstrak. Infuse
dibuat dengan cara : membasahi bahan dengan air dengan 2 kali bobot bahan. Untuk bunga 4
kali bobot bahan, dan untuk karagenan 10 kali bobot bahan. , kemudian bahan baku ditambah
air dan dipanaskan selama 15 menit. Pada suhu 90º C - 98º C. Umumnya untuk 100 bagian sari
diperlukan 10 bagian bahan. Pada simplisia tertentu tidak 10 bagian, hal ini disebabkan karena,
kandungan simplisia kelarutannya terbatas, disesuaikan dengan cara pengobatan., berlendir
(misal karagenan), daya kerjanya keras (misal digitalis folium). Untuk memindahkan penyarian
kadang - kadang perlu ditambahkan bahan kimia misalnya : asam sitrat (untuk infusa kina),
kalium atau natrium karbonat (untuk infusa kelembak). Penyaringan dilakukan saat cairan
masih panas, kecuali bahan yang mudah menguap (misal minyak atsiri).
5.      Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri
Ada 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan
tumbuhan atau biasa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik tersebut. Keempat
teknik kromatrografi tersebut yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi
gas cair, dan kromatografi kinerja tinggi (Harborne, 1989). Diantara berbagai jenis teknik
kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untuk analisis obat di
laboratorium farmasi karena hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan,
waktu analisis relatif singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, selain itu kebutuhan
ruang minimum serta penanganannya sederhana (Stahl, 1985).

Penggunaan KLT biasa untuk tujuan uji kualitatif dapat menggunakan pereaksi kimia
atau sinar ultraviolet atau gabungan keduanya. Untuk deteksi dengan sinar ultraviolet harus
dilakukan dalam ruang gelap atau tertutup kain hitam agar lebih jelas dan tidak akan
menyebabkan kerusakan pada mata (Soemarno, 2001). KLT yang dimaksudkan untuk uji
kualitatif salah satunya dengan meggunakan densitometer sebagai alat pelacak bila cara
penotolannya dilakukan secara kuantitatif. Prinsip kerja dari densitometer adalah adanya
pelacakan pada panjang gelombang maksimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Scanning atau
pelacakan densitometer ada dua metode yaitu dengan cara memenjang dan system zigzag. Pada
umumnya lebih banyak digunakan metode zigzag karena pengukurannya lebih merata serta
ketelitiannya lebih terjamin dibanding pengamatan secara lurus atau memanjang (Soemarno,
2001).
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael.2006.Kimia untuk SMA kelasXI .Jakarta : Erlangga.

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan". Yogyakarta : UGM Press.

Dinda, 2008, Ekstraksi, http://medicafarma.blogspot.com/ekstraksi.html , 24 September 2011

Rita, W Nirmalasari, 2011,Jurnal Ekstraksi Asam Basa, http://id.shvoong.com/exact-


sciences/chemistry .24 September 2011.

Firmansyah, B, 2009, Prinsip Ekstrasi


Maserasi, http://cacingbusuk.blogspot.com/2010/03/prinsip-ekstraksimaceration.html ,24
September 2011
ChemToddler, 2008, bartender ala kimia, http://www.kaskus.us, 26 September 2011.

Prasetyo, Redy Joko, 2008, Prinsip Kerja dan tujuan


Ekstraksi,http://www.inforedia.com/2010/10 /prinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksi.html. 28
September 2011.

Anda mungkin juga menyukai