Laporan Potong
Laporan Potong
Kelompok N4
Abdul Azis 165050109111033
2.2. Tujuan
Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalan manajemen
pemeliharaan ternak sapi potong.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.2. Biosecurity
Biosekuriti adalah suatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya
sistem produksi peternakan unggas, khususnya petelur untuk mengurangi resiko
dan kerugian dari masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun manusia
(Lorenz, et al. 2011). Biosekuriti merupakan praktek manajemen dengan
mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme seperti virus Avian
Influenza dalam menyerang hewan dan manusia.Biosekuriti terdiri dari dua
elemen penting yaitu bio-kontaimen dan bio-ekslusi. Bio-kontaimen adalah
pencegahan terhadap datangnya virus terinfeksi, sedangkan bio-ekslusi adalah
menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar (Webb and Erasmus,
2013). Pengertian lainnya, biosekuriti adalah suatu sistem untuk mencegah
penyakit baik klinis maupun sub klinis, termasuk penyakit-penyakit zoonosis.
Biosekuriti merupakan sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara
keseluruhan dan bagian dari kesejahteraan hewan (Mugisha, 2014).
2.4.3. Kesahatan
Pengendalian penyakit sapi yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan
tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah
Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi,
Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan,
Mengusakan lantai kandang selalu kering, Memeriksa kesehatan sapi secara
teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk (Mugisha, 2014). Tindak
pencegahan penyakit pada ternak sapi potong adalah sebagai berikut: hindari
kontak dengan ternak sakit, kandang selalu bersih, isolasi sapi yang diduga sakit
agar tidak menular ke sapi lain, mengadakan tes kesehatan terutama penyakit
Brucellosis dan Tubercollosis, desinfeksi kandang dan peralatan dan vaksinasi
teratur (Lorenz, et al. 2011). Beberapa penyakit ternak yang sering menyerang
sapi seperti Antrax, ngorok, keluron dan lain-lain. Untuk pencegahan penyakit
dapat dilakukan vaksinasi secara teratur (Morris, 2014).
2.5. Judging
Judging adalah penilaian tingkatan ternak dengan beberapa karakteristik
penting untuk tujuan tertentu secara subjektif. Judging terdiri atas tiga langkah
yaitu, penilaian melalui kecermatan pandangan (visual), penilaian melalui
kecermatan perabaan (palpasi), dan penilaian melalui pengukuran tubuh. Memilih
ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang
tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama saja dengan seleksi untuk
tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan Judging
(Cole, et al. 2011).
Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui
pandangan dari samping, belakang, dan depan atas ternak tersebut. Untuk
mengetahui bahwa ternak dalam kondisi sehat, maka perlu diketahui karakteristik
ternak yang sehat. Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan
tulang-tulang rusuk (ribs) untuk memilih ternak yang gemuk (Oltenacu and
Broom, 2010).
Bobot badan sapi merupakan indikator produktivitas ternak yang menjadi
salah satu ukuran penilaian keberhasilan manajemen pemeliharaan dan penentu
harga sapi. Pendugaan bobot badan sapi pada umumnya hanya berdasarkan nilai
ukuran linear tubuh sapi tanpa memperhatikan kondisi tubuh sapi tersebut.
Pendugaan bobot badan sapi juga dapat dilakukan dengan perhitungan
menggunakan rumus schrool dan rumus modifikasi. Teknik penilaian ternak
sangat bermanfaat dalam memilih ternak yang baik sehingga dalam sebuah jual
beli tidak ada yang dirugikan. Setiap bangsa ternak memiliki ciri-ciri yang
berbeda, seperti sapi bali yang menurut Patmawati dkk (2013) menyatakan bahwa
karakteristik yang harus dipenuhi dari sapi bali murni adalah warna putih pada
bagian belakang paha, pinggiran bibir atas dan pada kaki bawah mulai tarsus dan
carpus sampai batas pinggir atas kuku, rambut pada ujung ekor hitam, rambut
pada bagian tengah telinga putih, terdapat garis belut pada punggung, bentuk
tanduk jantan silak congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula
keluar dari dasar sedikit lalu membengkok ke atas dan pada ujung tanduk
tersebut membengkok keluar dan tanduk berwarna hitam.
3.1. Kesimpulan
Dapat disumpulkan bahwa sapi yang dimiliki oleh Bapak Liyon Suyono
merupakan sapi Limousin yang memiliki bobot 857kg, dengan bentuk fisik yang
besar dan seluruh tulang sudah tertutupi dengan daging dan lemak dengan baik.
Dengan manajemen pemeliharaan yang baik dapat memberikan ternak yang baik
dan secara optimal.
3.2. Saran
Dalam praktikum tidak perlu membentak atau semacamnya, buatlah praktikum
menjadi menyenangkan bukan menegangkan agar ilmu yang diberikan mudah
diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad S.N, Deddy D. Siswansyah dan Dewa K.S. Swastika. 2014. Kajian Sistem
Usaha Ternak Sapi Potong Di Kalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 7(2): 155-170.
Cole, J.B., G.R. Wiggans, L. Ma, T.S. Sonstegard, T.J. Lawlor Jr, B.A. Crooker,
C.P.V. Tassell, J. Yang, S. Wang, L.K. Matukumalli and Y. Da. 2011.
Genome-wide association analysis of thirty one production, health,
reproduction and body conformation traits in contemporary U.S. Holstein
cows. BMC Genomic. 12(4): 1-17.
Hernowo, N., T. Ekowati, dan D. Mardiningsih. 2012. Analisis SWOT Usaha
Penggemukan Sapi Potong Di Kabupaten Wonogiri. Animal Agriculture
Journal. 1(2): 302-310.
Karnaen dan J. Arifin. 2007. Kajian Produktivitas Sapi Madura. Jurnal Ilmu
Ternak. 7(2): 135 – 139.
Krishna, N.H. dan U. Umiyasih. 2006. Tata Laksana Pakan, Kaitannya Dengan
Pemanfaatan Limbah Tanaman Pangan: Studi Kasus Pada Usaha Sapi
Potong Rakyat Di Kabupaten Bantul Di Yogyakarta. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.
Kutsiyah, F. 2012. Analisis Pembibitan Sapi Potong Di Pulau Madura.
WARTAZOA. 22(3): 113-126.
Morris, T.S. 2014. Sheep And Beef Cattle Production Systems. Sheep And Beef
Cattle Production.
Mugisha, A., V. Kayiizi, D.Owiny, and J. Mburu. 2014. Breeding Services and
the Factors Influencing Their Use on Smallholder Dairy Farms in Central
Uganda. Veterinary Medicine International.
Oltenacu, P.A and D.M. Broom. 2010. The impact of genetic selection for
increased milk yield on the welfare of dairy cows. Animal Welfare. 19(5):
39-49.
Patmawati, Ni Wayan, Ni Nyoman Trinayani, Mahmud Siswanto, I Nengah
Wandia dan I Ketut Puja. 2013. Seleksi Awal Pejantan Sapi Bali Berbasis
Uji Performans. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan. Vol 1(1): 29-33.
Ridwan, R., S. Ratnakomala, G Kartina & Y. Widyastuti. 2006. Pengaruh
Penambahan Dedak Padi dan Lactobacillus planlarum lBL-2 dalam
Pembuatan Silase Rumput Gajah. Biodiversitas. 7(2): 131-134.
Sodiq, A. dan M. Budiono. 2012. Produktivitas Sapi Potong pada Kelompok Tani
Ternak di Pedesaan. Agripet : 12(1): 28-33.
Syukur, S.H., dan Afandi. 2009. Perbedaan Waktu Pemberian Pakan Pada Sapi
Jantan Lokal Terhadap Income Over Feed Cost. Jurnal Agroland. 16(1) : 72-
77.
Trifena, I Gede Suparta Budisatria, dan Tety Hartatik. 2011. Perubahan Fenotip
Sapi Peranakan Ongole, Simpo, Dan Limpo Pada Keturunan Pertama Dan
Keturunan Kedua (Backcross). Buletin Peternakan. 35(1): 11-16.
Webb, E.C. and L.J. Erasmus. 2013. The Effect Of Production System And
Management Practices On The Quality Of Meat Products From Ruminant
Livestock. South African Journal of Animal Science. 43(3): 413-423.