Filsafat Hukum
Filsafat Hukum
010001900154
KELAS: 601
DOSEN: BU ANDA
JAWABAN:
1. Karena orang orang Yunani mempunyai bakat yaitu selalu merenungkan dan mencari
esensi hukum karena adanya ketidakpuasan akan suatu pengetahuan.
Karena demi kepastian dan jaminan akan kepatuhan, hanya norma hukum yang telah
diundangkan, yang disebut hukum nasional yang positif,tanpa ada campur tangan
politik,rasa kasihan, dan lain lain
Contoh berakunya di negara: Belanda, Portugis, Jerman.
-pada abad 19
Hakim hanya boleh menjadi corong Undang - Undang dan hakim tidak boleh
menafsirkan apa yang ada dalam Undang - Undang.(Jerman, Belanda, Portugis)
-menurut ajaran hakim bebas
Hakim diberi keleluasan untuk mencari hukumnya sendiri.(Amerika)
-pada zaman sekarang
Hakin harus bisa mengkombinasi mana yang sesuai dengan Undang - Undang.
4. "adakah pengertian hukum yang berlaku umum" Menurut Prof.Van Apeldoorn, yaitu:
Hukum yang berlaku untuk siapa saja dan dimana saja. Jika pembentuk hukum sudah
berbeda - beda,maka apakah hukum bisa diaplikasikan atau diterapkan kepada seluruh
masyarakat? bisakah hukum berlaku umum? Secara empiris dan berdasarkan praktik
tidak ada keterangan hukum yang berlaku umum, jika ada pendapat yang setuju tentang
adanya pengertian hukum yg berlaku umum,maka pendapatnya keliru.
5. Hukum memiliki bentuk yang bermacam-macam berdasarkan siapa yang membentuk dan
membentuk untuk siapa. Sehingga produk hhukum baru bisa digunakan apabila
validasinya telah teruji
1. Teori kedaulatan tuhan (teokrasi) : hukum berasal dari kehendak tuhan, tokohnya
adalah Agustinus
2. Teori kedaulatan Negara : hukum berasal atas kehendak penguasa negara tersebut,
tokohnya adalah, tokohnya adalah George Jellinek.
3. Teori kedaulatan rakyat : hukum yang berlaku mengikat atas dasar kehendak rakyat
dilihat dari kehendak social, tokohnya adalah J.J. Rosseau.
4. Teori kedaulatan hukum : hukum dibuat berdasarkan nilai batin hukum itu sendiri,
tokohnya adalah H. Krabbe
6. Menurut pandangan teokrasi, hukum berasal dari kehendak tuhan yang terdapat dalam
kitab sucinya. Fase - fase pergerakannya ada 3:
7. Adanya kekuasaan negara itu sendiri pada sesuatu hukum kodrat, menyatakan bahwa
yang lebih kuat menguasai yang lebih lemah. Karena daya hukum itulah maka terjadi
negara yang bukan buatan manusia melainkan hasil alam. Yang artinya ia menjauhkan
diri dari usaha mencari pembenaran untuk kekuasaan pemerintahan. Seperti menurut
Ludwig Von Haller yaitu Negara adalah bentukan dari hukum alam oleh karena itu saat
Negara tercipta, Negara punya kewenangan membuat aturan-aturan hukumnya.
8. Ajaran Legisme :
Ajaran Legalisme :
Aliran Legalisme menerapkan hukum yang sangat kuat, pemerintahan negara yang kuat
dan kepentingan negara menjadi hal yang terutama dalam kehidupan bersama dalam
bernegara jelas terlihat bahwa Aliran Legalisme merupakan aliran yang menganut sistem
Kediktatoran Totalitarian. Sistem Totalitarian memungkinkan negara menerapkan aturan
yang sangat kuat, pemerintahan negara sangatlah kuat, kontrol negara yang besar dan
kepentingan negara merupakan kepentingan yang utama dalam kehiduapan bersama
dalam bernegara. Han Fei, seorang filsuf Legalis bahkan menyatakan bahwa
penguatkuasaan undang-undang yang ketat dan hukuman yang berat perlu untuk
mengawal manusia yang bertindak liar sekaligus melahirkan keamanan dan kesejahteran
rakyat.
9. Menurut H. Krabbe teori kedaulatan hukum ialah "bahwa hukum itu dibuat berdasarkan
nilai batin hukum itu sendiri yang berada di kesadaran hukum tiap tiap individu".
10. Pemikiran Plato tidak dipengaruhi oleh kaum Sophis karen dalam ajaran Plato,filsafat
berasal dari sumber kebaikan yaitu pengetahuan , pengetahuan yang diperoleh dari panca
indera sifatnya relatif dan pengetahuan berasal dari dunia dan benda ( alam rohaniah )
atau antar fikiran dan hati kita harus sejalan maka akan menghasilkan orang baik yang
berpengetahuan. Pemikiran itu sangatlah bertentangan dengan pemikiran kaum Sophis.
Pemikiran Plato merupakan filsafat idealisme karena dia hanya berpegang teguh dengan
pendapat atau filsafatnya dan tidak memperdulikan pendapat yang lain.
11. Plato sendiri menerapkan filsafat idealisme dalam teorinya yang dilatar belakangi oleh
sumber kebaikan yaitu pengetahuan yang didapat dari keselarasan hati nurani dan akal
pikiran. Sedangkan Aristoteles memiliki sifat realistis yang dilatarbelakangi oleh bentuk
masyarakat politik dan peraturan per UU-an yang berlaku pada saat itu (berdasarkan
pandangan politik atau Undang - Undang).
12. Pemikiran Plato dalam buku “ The Republic “ dalam bukunya ini ia menjelaskan bahwa hukum
berlaku hanya untuk rakyat atau masyarakat saja,tidak berlaku untuk pemimpin dan rakyat
memiliki hak untuk meminta perlindungan pada Negara. Dan dalam buku ini disampaikan bahwa
Negara harus dipimpin oleh seorang filsuf karna dianggap memiliki pengetahuan banyak (pintar)
dan memiliki sifat baik sehingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Negara :
A. Negara dipandang sebagai suatu keharusan objektif yang berasal dari pembawaan manusia.
B. Tugas Negara adalah menciptakan hukum yang harus dilaksanakan oleh pemimpin yang
dipilih.
Hukum :
A. Hukum yang dibuat diberikan pada penguasa.
B. Hukum adalah alat untuk mencegah terjadinya pelanggaran atau ketertiban umum.
Keadilan :
A. Ide tentang keadilan dikaitkan dengan gagasan tentang polis (negara kota) yang dicirikan
dengan kekuasaan raja yang filsuf.
B. Keadilan didasarkan pada kebaikan yang ada dalam diri manusia.
Kemudian Plato dalam bukunya yang berjudul “ The Laws “ mengatakan hukum berlaku bagi
semua orang baik pemimpin maupun rakyat, dan juga aturan dasar tidak hanya mengatur rakyat
tetapi juga pemimpin karna pemimpin juga manusia yang bisa zalim/buat kesalahan. Hukum
harus sesuai dengan konsep Keadilan jadi jika hukum tidak adil maka itu bukan disebut hukum.
•Negara : Tatanan Negara yang baik hanya bisa diwujudkan denganmembuat peraturan dasar
( nomos ) .
•Hukum : Nomos dapat dipandang sebagai pastisipasi dalam gagasan keadilan dan berperan
dalam gagasan kebajikan.
•Keadilan : Keadilan tetap dipandang sebagai kebijakan atau kebaikan yang ada dalam diri
manusia.
13. Cara berpikir Aristoteles tidak idealisme tetapi realistis. Dalam karyanya prima
philosophia (filsafat yang pertama) mencari hakekat dari apa yang ada mencari makna
keadaan. Filsafat menurut Aristoteles ini adalah ajaran tentang kenyataan suatu cara
berpikir yang realistis. Negara menurut Aristoteles untuk kepentingan warga negaranya
yang bertujuan untuk mencapai kebaikan yang berarti kesempurnaan diri manusia ada
dalam anggota negara itu.