Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM FISIOLOGI GENETIKA MIKROBIA

NO/JUDUL : 3 / Differensiasi Sel Pada Prokariot Sporulasi dan Germinasi


TANGGAL : 11 November 2020

Disusun oleh :
Kelompok
Nama NIM
Febri Ariyanto 1807025003
Eli Karyani 1807025008
Dea Aulia Frazha 1807025014
Almi Khabibah 1807025019
Muhammad Ezra Al-Hasbi 1807025029
Sherlina Salsabila 1807025048

PROGRAM STUDI BIOLOGI


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN GENETIKA MOLEKULER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berdampungan dengan bakteri.
Bagi manusia, bakteri ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Bakteri
memiliki ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Tangan
merupakan bagian tubuh manusia yang paling sering kontak dengan dunia luar
dan digunakan sehari-hari untuk melakukan aktivitas, sehingga hal tersebut
memudahkan terjadinya kontak dengan mikroba dan mentransfernya ke objek
lain, tangan ternyata menjadi sarangnya bakteri, ada berbagai jenis bakteri yang
hidup di tangan, bakteri ini ada yang bersifat patogen dan ada juga yang bersifat
non patogen.
Bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat
atau batang, bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri ditemukan pertama kali oleh
ilmuwan Belanda bernama Anthony van Leewenhoek. Leeuwenhoek kemudian
menerbitkan aneka ragam gambar bentuk bakteri pada tahun 1684. Sejak saat itu,
ilmu yang mempelajari bakteri mulai berkembang. Ilmu yang mempelajari bakteri
disebut bakteriologi. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu
spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Sri Maryati, 2007).
Bakteri memiliki ciri-ciri: organisme uniseluler, prokariot, dan umumnya
tidak memiliki klorofil. Ukuran tubuh bakteri bervariasi, dari berdiameter 0,12
mikron sampai yang panjangnya ratusan mikron. Bakteri dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Bakteri yang paling
renik adalah Mycoplasma yang berukuran 0,12 mikron. Sebaliknya bakteri
terbesar adalah Thiomargarita yang berukuran 200 mikron. Bentuk dasar bakteri
beraneka ragam, yaitu kokus (bulat), basil (batang), dan spirilia (spiral) (Sri
Maryati, 2007)
Pembentukan spora (sporulasi) pada bakteri sangat tergantung pada kondisi
lingkungan, seperti ketersediaan nutrisi (khususnya sumber karbon, nitrogen dan
fosfor), perubahan temperatur dan pH. Proses sporulasi juga dapat diaktifkan
melalui perlakuan panas, radiasi, perlakuan tekanan tinggi, pH ekstrim dan
sonikasi. Spora bakteri paling resisten diantara semua bentuk kehidupan. Dalam
lingkungan yang menguntungkan spora bergerminasi kembali menjadi sel
vegetatif. Bila lingkungan tidak menguntungkan, sel vegetatif berubah menjadi
spora. Spora tahan terhadap suhu dan bahan kimia yang mematikan sel vegetatif
(Lay, 1994).

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui proses germinasi dan bacillus
 Untuk mengetahui apa itu diferensi
 Untuk mengetahui apa itu prokariot
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Differensiasi Sel


Diferensiasi sel adalah suatu perubahan sel dimana sel yang telah mencapai
volume pertumbuhan akhir menjadi terspesialisasi sesuai fungsinya menghasilkan
jenis jaringan, organ atau organisme baru. Diferensiasi meliputi 2 hal : Perubahan
struktur dan aktivitas biokimia dan perubahan aktivitas fisiologis. Adapun
Diferensiasi sel terjadi karena. Semua informasi genetik yang dimiliki oleh suatu
organisme akan diwariskan kepada sel anak pada saat pembelahan sel. Artinya
Informasi genetik yang tepat perlu diterima oleh setiap sel, sehingga setiap organ
pada organisme dapat berkembang pada jalur yang tepat. Dalam perjalanan proses
perkembangan, setiap informasi genetik yang tidak relevan atau tidak dibutuhkan
atau disimpan dan tidak digunakan. Semua sel anak mula-mula memperoleh
semua informasi genetik, tetapi bila pada jaringan tertentu tidak diperlukan lagi
akan mengalami degenerasi. Semua informasi genetik diwariskan sama banyak,
tetapi pada jaringan tertentu informasi tersebut dilipat gandakan (Irianto, 2006).
Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah
fungsi khususyang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung sewaktu
embrio, berkat diferensiasi suatu individu bentuk definitive jadi terdiri atas
berbagai macam jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk,
struktur, fungsi, dan prilakusama. Jaringan berasosiasi membentuk alat, dan alat
berasosiasi pula membentuk sistem. Seluruh sistem berhimpun membina tubuh
suatu organisme. Proses diferensiasi adalah proses terbentuknya sifat-sifat yang
baru atau menghilangnya sifat yang tidak ada sehingga sel mendapatkan sifat dan
struktur yang baru. Bisa dibilang diferensiasi menekankan pada perubahan
kualitatif. Dengan adanya diferensiasi perbedaan struktur dan sifat-sifat pada sel,
jaringan danorgan. Diferensisasi dikatakan dapat terjadi jika ada perubahan nyata
pada morfologi sel (misalnya pembentukan sel epitel kulit dari sel ektodermal)
atau perubahan fungsi yangkhusus dari sel. Sel-sel yang mempunyai berbagai
variasi diferensiasi dapat mempunyaikarakteristik pertumbuhan yang berbeda.
Variasi diferensiasi juga mempengaruhi kemampuan beberapa sel untuk
berpindah dengan memperhatikan yang lainnya. Jadi, perkembanganembriologis
yang normal memerlukan kordinasi yang tinggi dari proses diferensiasi,
tumbuhan, dan perpindahan sel yang secarakeseluruhan membentuk morfogenesis
(proses pembentukan/perkembangan struktur, ukuran, dan bentuk organ (Subowo,
1995).

2.2 Definisi Sporulasi


Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri,
seperti Bacillus dan Clostridium yang memproduksi bentuk pertahanan hidup
pada kondisi yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi.
Spora bakteri berbeda dengan spora pada jamur. Spora bakteri tidak mempunyai
fungsi sebagai alat reproduksi. Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan
ekstrem seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun
(disinfektan, antibiotik) dan radiasi sinar UV. Endospora dapat disebut sebagai
fase tidur dari bakteri. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan
kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan
membentuk bakteri sel tunggal (Lay, 1994)
Sporulasi adalah suatu respon terhadap adanya penurunan pada kadar nutrisi
dalam medium yang khususunya bersumber pada karbon dan nitrogen. Adapun
pengaturan pembentukan spora bersifat negatif dikarenakan sel membuat
repressor dari suatu senyawa yang terkandung dalam medium untuk mencegah
mulainya sporulasi. Maka jika proses itu menurun maka akan terjadi sporulasi
sehingga sporulasi akan terbentuk pada akhir fase logaritmik dan awal fase
stasioner (Fardiaz, 2002)
Ketika dilakukan pengamatan secara langsung menggunakan mikroskop
cahaya, struktur ini sangat refraktif karena impermeabel terhadap pewarna yang
umumnya digunakan untuk pengamatan bakteri. Strukturnya harus diamati
oleh malakit green sehingga pewarna ini akan meresap ke dalam struktur ini dan
dibantu dengan steam. Pengamatan yaitu dilakukan menggunakan mikroskop
elektron menunjukkan perbedaan yang sangat besar antara sel vegetatif dan
endospora. Endospora memiliki lapisan terluar, yaitu eksosporium. Di dalamnya
terdapat beberapa lapisan protein. Dibawah eksosporium terdapat korteks, yang
terdiri atas peptidoglikan yang terhubung silang secara longgar. Di dalam korteks,
terdapat sebuah inti, yang akan mengandung dinding inti, membran
sitoplasma, sitoplasma, nukleoid, ribosom, dan beberapa seluler yang esensial
(Madigan, 2012).

2.3 Spora Bakteri


Spora bakteri adalah endospora dikarenakan dapat mudah dilihat sebagai
benda-benda intraseluler yang refraktil dalam suspense sel yang tidak dicat atau
sebagai daerah yang kosong (tidak memiliki warna) dalam suatu preparat yang
dicat secara konvensional. Adapun bentuk spora sangat bermacam-macam ada
yang bulat, ada pula yang bulat panjang semua ini tergantung pada spesies. Suatu
endospora ada yang lebih kecil dan ada juga yang lebih besar daripada diameter
sel induk. Suatu letak endospora yang terdapat di dalam sel serta ukurannya
selama pembentukannya tidak akan sama bagi setiap spesies contohnya ada
beberapa spora adalah sentral yaitu terbentuk di tengah-tengah sel yang lain
terminal yaitu dibentuk di ujung dan yang lain lagi subterminal yaitu berada di
dekat ujung (Dwidjoseputro, 2001).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi dan Genetika Mikrobia tentang “Differensiasi Sel Pada
Prokariot Sporulasi dan Germinasi” ini dilaksanakan pada hari Rabu, 11
November 2020 pukul 13.00-14.00 WITA. Bertempat di rumah masing-masing
secara online melalui via Google Meet, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah labu Erlenmeyer, cawan
petri, tabung reaksi, objek glass, cover glass, water bath, jarum ose, Bunsen,
botol koleksi, pipet kaca, dan mikroskop.
3.2.3 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah medium Luria Bertani
(LB), Medium sporulasi, pewarna spora (Malachite Green dan Safranin, dan
kertas saring.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Tahap Perbanyakan/Regenerasi Sel
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan, diambil satu ose kultur
Bacillus sp. dari cawan Petri dan di inokulasikan kedalam 10 ml medium cair
(fresh) Luria Bertani (LB). Dinkubasikan pada suhu ruang pada orbital shaker
selama semalam (kira-kira 16 jam) dengan kecepatan pengadukan standar (165
rpm). Diambil labu Erlenmeyer dari shaker dan didiamkan pada permukaan
datar selama lebih kurang setengah sampai satu (1) jam sampai sel Bacillus sp.
setelah mengendap dengan sempurna, pipet keluar medium diatas endapan sel,
dilakukan dengan hati-hati sampai endapan sel tidak mengandung medium cair
lagi. Kemudian dituangkan sebanyak 10 ml medium Sporulasi. Dilakukan
semua proses diatas secara aseptis (diatas api bunsen).
3.3.2 Tahap Diferensiasi
Dilakukan pengadukan dengan orbital shaker terhadap endapan sel
Bacillus sp. yang telah dituangkan dengan medium Sporulasi. Digunakan
kecepatan pengadukan yang rendah (100 rpm). Diinkubasi Bacillus sp. dengan
orbital shaker selama 36 jam, dan selama proses ini dilakukan penyamplingan
untuk pengamatan proses diferensiasi spora. Sampling sel-sel yang sedang
berdiferensiasi sebanyak setengah mililter (0,5 ml) setiap enam (6) jam dalam
proses sporulasi. Di simpan sampel pada suhu 4oC sampai proses pewarnaan
spora dilakukan.
3.3.3 Pewarnaan Spora
Dibuat preparat ulas lalu ditutup dengan secarik kertas saring. Diteteskan
2-3 tetes malachite green. Di fiksasi selama 5 menit dengan menggunakan api
bunsen. Jangan biarkan zat warna mendidih atau mengering. Setelah 5 menit,
didiamkan selama 1 menit lalu buang kertas saring, dibilas dengan akuades (30
detik). Kemudian diteteskan safranin 30 detik, dibilas dengan akuades dan
dikeringkan tanpa fiksasi/pemanasan. Diamati di bawah mikroskop. Dengan
pewarnaan ini spora akan berwarna hijau dan bagian lainnya/sel vegetatif
berwarna merah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Sporulasi pada Bacillus subtilis
No. Gambar sel/spora Deskripsi
1. Sporulasi dimulai saat
B. subtilis berbentuk
batang membelah
secara asimetris

2. Protein cincin-Z diubah


modelnya menjadi
cincin di setiap kutub
sporangium.

3. Kemudian salah satu


dari dua cincin-Z ini
diubah menjadi septum
divisi dan cincin-Z
yang lainnya akan
dibongkar.
4. Kromosom dipisahkan
menjadi dua sel. Pada
saat cincin Z terbentuk,
kedua kromosom itu
direnovasikan menjadi
filamen aksial oleh
protein racA
5. Protein pada racA
menyebabkan mereka
runtuh menjadi filamen
memanjang dan akan
menautkan origin pada
bagian kutub dimana
protein DivIVA hadir
6. Kemudian pembelahan
asimetris terjadi, dan
DNA pada translocase
terletak di bagian
septum, memompa sisa
kromosom forespore ke
dalam ruang kecil
sporangium, sehingga
saat proses ini selesai
akan memiliki dua sel
yang akan terletak
berdampingan, yang
masing-masing akan
memiliki kromosom
lengkap.
7. Pada tahap selanjutnya,
membran sel induk
(mother cell) bermigrasi
di sekitar forespore
untuk proses menelan
sepenuhnya dan akan
mencubitnya sebagai
sel bebas di dalam sel.
8. Begitu sekarang proses
sporulasi yang sedang
berjalan dengan baik
dan sel bagian dalam itu
akan matang menjadi
spora.

9. Konversi inner sel


menjadi proses spora
melibatkan tiga prinsip
proses morfologenetik.
Pertama yaitu proses
pemodelan ulang pada
kromosom forespore
menjadi struktur seperti
donat area putih adalah
korteks (cortex), dan
cangkang protein tebal
dari mantel (coat)
terbentuk di bagian luar
10. Spora bakteri kemudian
matang menjadi spora
seperti bola golf. Sel
induk (mother cell),
setelah melakukan
pekerjaannya kemudian
akan melisiskan dan
selanjutnya akan
membebaskan spora
dewasa, yang dapat
tetap dalam kondisi
inert selama bertahun-
tahun

4.1.1 Germinasi pada Bacillus subtilis


1. Ketika kondisi kembali
membaik, pada saat itu
juga, spora dapat retak
terbuka seperti telur dan
menghasilkan sel

2. Sel yang dihasilkan


akan dapat melanjutkan
pertumbuhan vegetatif
dan pembelahan biner

4.2 Pembahasan
Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah
fungsi khusus yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung sewaktu
embrio, berkat diferensiasi suatu individu bentuk definitive jadi terdiri atas
berbagai macam jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk,
struktur, fungsi, dan prilaku sama. Jaringan berasosiasi membentuk alat, dan alat
berasosiasi pula membentuk sistem.Seluruh sistem berhimpun membina tubuh
suatu organisme.Proses diferensiasi adalah proses terbentuknya sifat-sifat yang
baru atau menghilangnya sifat yang tidak ada sehingga sel mendapat sifat dan
struktur yang baru. Jadi diferensiasi menekankan pada perubahan kualitatif.
Dengan adanya diferensiasi perbedaan struktur dan sifat-sifat pada sel, jaringan
dan organ (Dwidjoseputro, 1978).
Prokariot merupakan organisme uniseluler yang tidak berkembang atau
berdiferensiasi menjadi bentuk multiseluler. Beberapa bakteri tumbuh dalam
filamen atau kumpulan sel, tetapi kumpulan sel dalam koloni tersebut identik dan
mampu memiliki eksistensi independen. Sel-sel dapat berdekatan satu sama lain,
sebab mereka tidak terpisah setelah pembelahan sel. Mereka tetap terbungkus di
dalam membran dengan cairan yang disekresikan sel. Namun, tidak terdapat
hubungan dan komunikasi antar sel. Prokariot dapat ditemuan hampir di seluruh
penjuru bumi, mulai dari laut dalam hingga ke tepian mata air panas, bahkan
diseluruh permukaan tubuh kita (Dwidjoseputro, 1978).
Proses pembentukan endospora dalam sel vegetatif (sel induk) dikenal
sebagai proses sporulasi atau sporogenesis. Mekanisme terjadinya sporulasi
adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen
aksial tidak berlangsung lama.
2. Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel pra-
spora. Masing-masing sel menerima DNA anakan.
3. Selanjutnya terjadi fagositosis sel pra-spora oleh sel induk, sehingga sel pra-
spora menjadi bentukan yang disebut protoplas.
4. Tahap ketiga adalah perkembangan protoplas yang disebut perkembangan
spora-awal (forespore). Pada perkembangan spora-awal belum terbentuk
peptidoglikan, sehingga bentuk spora-awal tidak beraturan (amorf).
5. Pembentukan korteks (peptidoglikan). Spora-awal menyintesis peptidoglikan
sehingga spora-awal mempunyai bentuk pasti. Pembentukan peptidoglikan
oleh spora-awal disebut juga pembentukan korteks.
6. Pembentukan pembungkus (coat). Spora-awal menyintesis berlapis-lapis
pembungkus spora. Pembungkus spora disintesis baik secara terus-menerus
maupun terputus-putus, sehingga tampak seperti penebalan korteks. Material
korteks dan pembungkus spora berbeda.
7. Pematangan spora. Spora bakteri menyintesis asam dipokolinat dan
melakukan pengambilan kalsium. Dua komponen ini merupakan karakteristik
resistensi dan dormansi endospora.
8. Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora
yang telah matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolik yang terjadi sampai
spora siap untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya
berlangsung sekitar 15 jam.
(Syahrurachman, 1994).
Endospora kembali ke bentuk vegetatif melalui proses yang disebut
germinasi. Germinasi dipacu oleh tekanan fisik atau kerusakan kimia pada
selubung endospora. Selanjutnya enzim endospora akan memecah lapisan
tambahan yang mengelilingi endospora, air memasuki sel, dan proses
metabolisme kembali aktif. Karena satu sel vegetatif membentuk satu endospora
yang setelah proses germinasi tetap menjadi satu sel, sporulasi bakteri bukan
merupakan proses reproduksi karena proses ini tidak meningkatkan jumlah sel
(Syahrurachman, 1994).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses
sporulasi pada Bacillus subtilis dimulai saat B. subtilis berbentuk batang
membelah secara asimetris. Protein cincin-Z diubah modelnya menjadi cincin di
setiap kutub sporangium. Kemudian salah satu dari dua cincin-Z ini diubah
menjadi septum divisi dan cincin-Z yang lainnya akan dibongkar. Kromosom
dipisahkan menjadi dua sel. Pada saat cincin Z terbentuk, kedua kromosom itu
direnovasi menjadi filamen aksial oleh protein racA. Protein racA menyebabkan
mereka runtuh menjadi filamen memanjang dan menautkan origin pada bagian
kutub dimana protein DivIVA hadir. Kemudian pembelahan asimetris terjadi, dan
DNA translocase terletak di bagian septum, memompa sisa kromosom forespore
ke dalam ruang kecil sporangium, sehingga saat proses ini selesai akan memiliki
dua sel yang terletak berdampingan, yang masing-masing memiliki kromosom
lengkap. Pada tahap selanjutnya, membran sel induk (mother cell) bermigrasi di
sekitar forespore untuk menelan sepenuhnya dan mencubitnya sebagai sel bebas
di dalam sel. Begitu sekarang proses sporulasi sedang berjalan dengan baik dan
sel bagian dalam itu akan matang menjadi spora. Konversi inner sel menjadi spora
melibatkan tiga prinsip proses morfologenetik. Pertama adalah pemodelan ulang
kromosom forespore menjadi struktur seperti donat area putih adalah korteks
(cortex), dan cangkang protein tebal dari mantel (coat) terbentuk di bagian luar.
Spora bakteri kemudian matang menjadi spora seperti bola golf. Sel induk
(mother cell), setelah melakukan pekerjaannya melisiskan dan membebaskan
spora dewasa, yang dapat tetap dalam kondisi inert selama bertahun-tahun.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses
germinasi pada Bacillus subtilis dimulai ketika kondisi kembali membaik, pada
saat itu juga, spora dapat retak terbuka seperti telur dan menghasilkan sel. Sel
yang dihasilkan dapat melanjutkan pertumbuhan vegetatif dan pembelahan biner.
BAB V
PRNUTUP

5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses
germinasi pada Bacillus subtilis dimulai ketika kondisi kembali membaik,
pada saat itu juga, spora dapat retak terbuka seperti telur dan menghasilkan
sel. Sel yang dihasilkan dapat melanjutkan pertumbuhan vegetatif dan
pembelahan biner.
- Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah
fungsi khusus yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung
sewaktu embrio, berkat diferensiasi suatu individu bentuk definitive jadi
terdiri atas berbagai macam jaringan.
- Prokariot merupakan organisme uniseluler yang tidak berkembang atau
berdiferensiasi menjadi bentuk multiseluler. Beberapa bakteri tumbuh
dalam filamen atau kumpulan sel, tetapi kumpulan sel dalam koloni
tersebut identik dan mampu memiliki eksistensi independen.

5.2 Saran
Praktikum selanjutnya menggunakan medium penanaman lain untuk media
jamur agar mendapatkan hail yang berbeda dan dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan


Fardiaz, S. 2002. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Jilid I. Bandung: Yrama Widya.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Madigan M, Martinko J, Stahl D, Clark D. 2012. Brock Biology of
Microorganisms. Ed ke-13. New York: Pearson.
Pratiwi, D,A. Sri Maryanti, Srikini, dkk. 2007. Biologi. Jakarta:Erlangga
Subowo.1995. Biologi Sel. Bandung: ANGKASA.
Syahrurachman, Agus, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi
Revisi. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
W. Lay, Bibiana. 1994. Analisis mikroba dilabolatorium. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
LAMPIRAN

Lampiran Cara Kerja Pewarnaan Spora

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h)
Keterangan: (a) dibuat preparat ulas lalu ditutup dengan secarik kertas saring, (b)
diteteskan pewarna malachite green, (c) difiksasi dengan api Bunsen,
(d) dibilas dengan aquades, (e) diteteskan pewarna safranin, (f) dibilas
dengan aquades, (g) dikeringkan dengan dimasukkan kedalam buku, (h)
diamati spora dengan mikroskop dan didapatkan hasil.

Anda mungkin juga menyukai