LAPORAN MINGGUAN FISGEN - Differensiasi Sel Pada Prokariot Sporulasi Dan Germinasi - Kelompok 4
LAPORAN MINGGUAN FISGEN - Differensiasi Sel Pada Prokariot Sporulasi Dan Germinasi - Kelompok 4
Disusun oleh :
Kelompok
Nama NIM
Febri Ariyanto 1807025003
Eli Karyani 1807025008
Dea Aulia Frazha 1807025014
Almi Khabibah 1807025019
Muhammad Ezra Al-Hasbi 1807025029
Sherlina Salsabila 1807025048
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui proses germinasi dan bacillus
Untuk mengetahui apa itu diferensi
Untuk mengetahui apa itu prokariot
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.2 Pembahasan
Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah
fungsi khusus yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung sewaktu
embrio, berkat diferensiasi suatu individu bentuk definitive jadi terdiri atas
berbagai macam jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk,
struktur, fungsi, dan prilaku sama. Jaringan berasosiasi membentuk alat, dan alat
berasosiasi pula membentuk sistem.Seluruh sistem berhimpun membina tubuh
suatu organisme.Proses diferensiasi adalah proses terbentuknya sifat-sifat yang
baru atau menghilangnya sifat yang tidak ada sehingga sel mendapat sifat dan
struktur yang baru. Jadi diferensiasi menekankan pada perubahan kualitatif.
Dengan adanya diferensiasi perbedaan struktur dan sifat-sifat pada sel, jaringan
dan organ (Dwidjoseputro, 1978).
Prokariot merupakan organisme uniseluler yang tidak berkembang atau
berdiferensiasi menjadi bentuk multiseluler. Beberapa bakteri tumbuh dalam
filamen atau kumpulan sel, tetapi kumpulan sel dalam koloni tersebut identik dan
mampu memiliki eksistensi independen. Sel-sel dapat berdekatan satu sama lain,
sebab mereka tidak terpisah setelah pembelahan sel. Mereka tetap terbungkus di
dalam membran dengan cairan yang disekresikan sel. Namun, tidak terdapat
hubungan dan komunikasi antar sel. Prokariot dapat ditemuan hampir di seluruh
penjuru bumi, mulai dari laut dalam hingga ke tepian mata air panas, bahkan
diseluruh permukaan tubuh kita (Dwidjoseputro, 1978).
Proses pembentukan endospora dalam sel vegetatif (sel induk) dikenal
sebagai proses sporulasi atau sporogenesis. Mekanisme terjadinya sporulasi
adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen
aksial tidak berlangsung lama.
2. Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel pra-
spora. Masing-masing sel menerima DNA anakan.
3. Selanjutnya terjadi fagositosis sel pra-spora oleh sel induk, sehingga sel pra-
spora menjadi bentukan yang disebut protoplas.
4. Tahap ketiga adalah perkembangan protoplas yang disebut perkembangan
spora-awal (forespore). Pada perkembangan spora-awal belum terbentuk
peptidoglikan, sehingga bentuk spora-awal tidak beraturan (amorf).
5. Pembentukan korteks (peptidoglikan). Spora-awal menyintesis peptidoglikan
sehingga spora-awal mempunyai bentuk pasti. Pembentukan peptidoglikan
oleh spora-awal disebut juga pembentukan korteks.
6. Pembentukan pembungkus (coat). Spora-awal menyintesis berlapis-lapis
pembungkus spora. Pembungkus spora disintesis baik secara terus-menerus
maupun terputus-putus, sehingga tampak seperti penebalan korteks. Material
korteks dan pembungkus spora berbeda.
7. Pematangan spora. Spora bakteri menyintesis asam dipokolinat dan
melakukan pengambilan kalsium. Dua komponen ini merupakan karakteristik
resistensi dan dormansi endospora.
8. Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora
yang telah matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolik yang terjadi sampai
spora siap untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya
berlangsung sekitar 15 jam.
(Syahrurachman, 1994).
Endospora kembali ke bentuk vegetatif melalui proses yang disebut
germinasi. Germinasi dipacu oleh tekanan fisik atau kerusakan kimia pada
selubung endospora. Selanjutnya enzim endospora akan memecah lapisan
tambahan yang mengelilingi endospora, air memasuki sel, dan proses
metabolisme kembali aktif. Karena satu sel vegetatif membentuk satu endospora
yang setelah proses germinasi tetap menjadi satu sel, sporulasi bakteri bukan
merupakan proses reproduksi karena proses ini tidak meningkatkan jumlah sel
(Syahrurachman, 1994).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses
sporulasi pada Bacillus subtilis dimulai saat B. subtilis berbentuk batang
membelah secara asimetris. Protein cincin-Z diubah modelnya menjadi cincin di
setiap kutub sporangium. Kemudian salah satu dari dua cincin-Z ini diubah
menjadi septum divisi dan cincin-Z yang lainnya akan dibongkar. Kromosom
dipisahkan menjadi dua sel. Pada saat cincin Z terbentuk, kedua kromosom itu
direnovasi menjadi filamen aksial oleh protein racA. Protein racA menyebabkan
mereka runtuh menjadi filamen memanjang dan menautkan origin pada bagian
kutub dimana protein DivIVA hadir. Kemudian pembelahan asimetris terjadi, dan
DNA translocase terletak di bagian septum, memompa sisa kromosom forespore
ke dalam ruang kecil sporangium, sehingga saat proses ini selesai akan memiliki
dua sel yang terletak berdampingan, yang masing-masing memiliki kromosom
lengkap. Pada tahap selanjutnya, membran sel induk (mother cell) bermigrasi di
sekitar forespore untuk menelan sepenuhnya dan mencubitnya sebagai sel bebas
di dalam sel. Begitu sekarang proses sporulasi sedang berjalan dengan baik dan
sel bagian dalam itu akan matang menjadi spora. Konversi inner sel menjadi spora
melibatkan tiga prinsip proses morfologenetik. Pertama adalah pemodelan ulang
kromosom forespore menjadi struktur seperti donat area putih adalah korteks
(cortex), dan cangkang protein tebal dari mantel (coat) terbentuk di bagian luar.
Spora bakteri kemudian matang menjadi spora seperti bola golf. Sel induk
(mother cell), setelah melakukan pekerjaannya melisiskan dan membebaskan
spora dewasa, yang dapat tetap dalam kondisi inert selama bertahun-tahun.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses
germinasi pada Bacillus subtilis dimulai ketika kondisi kembali membaik, pada
saat itu juga, spora dapat retak terbuka seperti telur dan menghasilkan sel. Sel
yang dihasilkan dapat melanjutkan pertumbuhan vegetatif dan pembelahan biner.
BAB V
PRNUTUP
5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa proses
germinasi pada Bacillus subtilis dimulai ketika kondisi kembali membaik,
pada saat itu juga, spora dapat retak terbuka seperti telur dan menghasilkan
sel. Sel yang dihasilkan dapat melanjutkan pertumbuhan vegetatif dan
pembelahan biner.
- Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah
fungsi khusus yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung
sewaktu embrio, berkat diferensiasi suatu individu bentuk definitive jadi
terdiri atas berbagai macam jaringan.
- Prokariot merupakan organisme uniseluler yang tidak berkembang atau
berdiferensiasi menjadi bentuk multiseluler. Beberapa bakteri tumbuh
dalam filamen atau kumpulan sel, tetapi kumpulan sel dalam koloni
tersebut identik dan mampu memiliki eksistensi independen.
5.2 Saran
Praktikum selanjutnya menggunakan medium penanaman lain untuk media
jamur agar mendapatkan hail yang berbeda dan dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
(g) (h)
Keterangan: (a) dibuat preparat ulas lalu ditutup dengan secarik kertas saring, (b)
diteteskan pewarna malachite green, (c) difiksasi dengan api Bunsen,
(d) dibilas dengan aquades, (e) diteteskan pewarna safranin, (f) dibilas
dengan aquades, (g) dikeringkan dengan dimasukkan kedalam buku, (h)
diamati spora dengan mikroskop dan didapatkan hasil.